Anda di halaman 1dari 38

1

TOLONG DI BENAHI LAGI , ADA BEBERAPA


CATATAN LIHAT HAL 34….DUM

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kepolisian Republik Indonesia sebagaimana yang diatur
dalam undang-undang No 2 tahun 2002 pada pasal 13 mempunyai
tugas pokok: a) memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
b) penegakkan hukum, c) memberikan perlindungan, pengayoman
dan pelayanan kepada masyarakat, selain itu juga tujuan renstra
Polri adalah membangun kepercayaan dari masyarakat dengan
menjadikan Polri sebagai organisasi yang perduli dan kredibel,
Membangun Polri sebagai Penegak Hukum terdepan yang dukung
komponen masyarakat serta harus didukung juga dengan segala
daya dan upaya oleh seluruh tingkat kesatuan mulai dari MabesPolri
sampai dengan tingkat Polsek sebagai ujung tombak operasional.

Polri ditengah dinamika masyarakat yang kompleks


dihadapkan pada berbagai tantangan substansial yang tidak dapat
dielakkan. Kehidupan yang tertib merupakan cerminan dari
terselenggaranya keadilan melalui penegakan hukum. Sebagai alat
negara, Polisi menjadi pengawal dan penegak peraturan dan hukum,
dimana posisinya yang berhadapan langsung dengan masyarakat
membuat Polri membawa tanggungjawab moral dan kebenaran pada
aspek penegakan hukum, dalam arti Polisi berada pada pihak yang
netral, tidak pilih kasih, dan profesional dalam penegakkan hukum.

Sesuai Perkap No. 22 Tahun 2010 polda memiliki fungsi


penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi
identifikasi, laboratorium forensic lapangan, pembinaan dan
pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), serta
pengawasan proses penyidikan. Unsur Pelaksana fungsi tersebut
2

salah satunya adalah Dirkrimum. Dirkrimum sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 10 huruf c pada Perkap No.22 Tahun 2010 merupakan
unsure pelaksana tugas pokok yang berada di bawah Kapolda.
Dirkrimum bertugas menyelenggarakan penyelidikan, penyidikan,
dan pengawasan penyidikan tindak pidana umum, termasuk fungsi
identifikasi dan laboratorium forensik lapangan.

Dirkrimum menyelenggarakan fungsi:

a. Pembinaan pelaksanaan penyelidikan


dan penyidikan tindak pidana umum, identifikasi, dan
laboratorium forensik lapangan;
b. Pelayanan dan perlindungan khusus
kepada remaja, anak, dan wanita baik sebagai pelaku
maupun korban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. Pengidentifikasian untuk kepentingan
penyidikan dan pelayanan umum;
d. Penganalisisan kasus beserta
penanganannya, serta mempelajari dan mengkaji
efektivitas pelaksanaan tugas Ditreskrimum;
e. Pelaksanaan pengawasan penyidikan
tindak pidana umum di lingkungan Polda; dan
f. Pengumpulan dan pengolahan data serta
menyajikan informasi dan dokumentasi program kegiatan
Ditreskrimum.

Menurut catatan pengaduan masyarakat paling banyak


berdasarkan satuan fungsi Polri jatuh pada Dirkrimum, diantaranya
adalah kasus pembunuhan, penggelapan, hingga pengaduan
masyarakat terhadap Polri tersebut adalah penyalahgunaan
wewenang dan pelayanan yang buruk. Dengan situasi dan kondisi
yang ada, kinerja Dirkrimum tetap dituntut untuk memberikan hasil
3

yang prima dalam melayani publik terkait dengan bidang penegakan


hukum, khususnya pada penanganan kasus pembuhunan yang
dituntut penyelesaian kasusnya hingga tuntas. Dirkrimum sebagai
salah satu unsur pelayanan Polri di bidang penegakan hukum
memiliki beban yang cukup berat dalam mewujudkan sasaran
Renstra tersebut karena dihadapkan pada keterbatasan sumber
daya pada Dirkrimum.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulisakan membuat


Karya Tulis Terapan dengan judul “Optimalisasi Pengungkapan
Kasus Tindak Pidana Pembunuhan Dalam Rangka Percepatan
Penyelesaian Perkara di Direktorat Kriminal Umum Polda X”.

2. Permasalahan dan Persoalan


a. Permasalahan
Permasalahan dalam penulisan ini adalah Belum
Optimalnya Pengungkapan Kasus Tindak Pidana
Pembunuhan Dalam Rangka Percepatan Penyelesaian
Perkara Di Direktorat Kriminal Umum Polda X.

b. Pokok-Pokok Persoalan
Mengacu pada latar belakang dan permasalahan diatas
maka diuraikan menjadi beberapa persoalan sebagai berikut:
1) Masih kurangnya Kwalitas sumber daya manusia saat ini
untuk pengungkapan kasus tindak pidana pembunuhan di
Dirkrimum Polda X .
2) Masih kurang nya sarana dan sarana yang digunakan
untuk pengungkapan kasus tindak pidana pembunuhan
dalam rangka percepatan penyelesaian perkara di
DirkrimumPolda X.
3) Masih kurangnya sistem dan metode yang digunakan
untuk pengungkapan kasus tindak pidana pembunuhan
4

dalam rangka percepatan penyelesaian perkara di


DirkrimumPolda X.

3. Ruang Lingkup
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis membatasi
permasalahan pada Optimalisasi kemampuan Subdit 3 Jatanras
Dirkrimum Polda Sumut guna percepatan dalam penanganan
perkara tindak pidana pembunuhan yang meliputi SDM, sarana dan
prasarana, serta sistem dan metode.

4. Dasar Penulisan
a. Surat Keputusan Kasetukpa Lemdiklat Polri Nomor :
Kep/7/V/2020 tentang pengesahan judul Karya Tulis Terapan
Serdik SIP Angkatan Ke-49 T.A. 2020
b. Surat Perintah Kasetukpa Lemdiklat Polri Nomor :
Sprin/119/III/Dik2.2/2020, tanggal 31 Maret 2020, tentang
penunjukan personil Lemdiklat Polri sebagai pembimbing Karya
Tulis Terapan Bagi siswa Pendidikan Sekolah Inspektur (SIP)
angkatan ke 49 T.A 2020.

5. Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Adapun maksud dari pembuatan karya tulis terapan ini
adalah memberikan gambaran tentang pengungkapan kasus
tindak pidana pembunuhan dalam rangka percepatan
penyelesaian perkara di Subdit 3 Jatanras Dirkrimum Polda
Sumut.

b. Tujuan
Tujuan dari penulisan karyatulis terapan ini adalah
sebagai persyaratan dan tugas akhir dalam mengikuti
Dikbangum Sekolah Inspektur Polisiangkatan Ke - 49 TA.
5

2020, dan juga untuk memberikan masukan kepada pimpinan


dalam menentukan kebijakan lebih lanjut didalam
mengoptimalkan kemampuan Subdit 3 Jatanras Dirkrimum
Polda Sumut guna percepatan dalam penanganan perkara
tindak pidana pembunuhan.

6. Metode dan Pendekatan


a. Metode
Penulisan karya tulis terpaan ini mempergunakan
Metode Deskriptif Analisis, yaitu suatu metode yang
mengumpulkan, mencatat data-data yang ada dan
menganalisa serta menginterpretasikan kondisi saat ini yang
terjadi, untuk memperoleh informasi mengenai keadaan saat
ini dan melibatkan kaitan-kaitan antara variabel yang
ada.Metode penelitian deskriptif mempunya iciri-ciri sebagai
berikut:
1. Bersifat mencari dan mendeskriptifkan kejadian
atau peristiwa yang bersifat faktual
2. Bersifat mencari informasi faktual dan dilakukan
secara mendetail
3. Mengidentifikasikan masalah-masalah atau
untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek
praktek yang sedang berlangsung
4. Mendeskripsikan subyek yang sedang dikelola
oleh kelompok orang tertentu dalam waktu yang
bersamaan

b. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan karya
tulis terapan ini adalah pendekatan pengalaman tugas
lapangan dan pendekatan sistem kompetensi, dimana dengan
6

adanya peningkatan kemampuan kemampuan Subdit 3


Jatanras Dirkrimum Polda Sumut guna percepatan dalam
penanganan perkara tindak pidana pembunuhan.

7. Sistematika
Untuk mempermudah penulisan dalam karya tulis terapan ini
secara keseluruhan akan terlihat dalam pemecahan masalah maka
penulisannya di susun berdasarkan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, dalam bab ini menjelaskan latar


belakang, permasalahan dan persoalan, maksud dan
tujuan, ruang lingkup, metode dan pendekatan, sistematika
dan beberapa pengertian yang digunakan dalam penulisan
karya tulis ini.

BAB II PEMBAHASAN, dalam bab ini diuraikan secara umum,


kondisi SDM Dirkrimum Polda X saat ini, faktor-faktor yang
mempengaruhi baik secara internal maupun eksternal,
kondisi kemampuan anggota Dirkrimum Polda X, serta
sistem dan metode yang diharapkan serta upaya-upaya
pemecahan masalah yang dilakukan guna mencapai
kondisi yang diharapkan.

BAB III PENUTUP, pada bab ini memuat tentang kesimpulan


penulisan karya tulis terapan ini serta rekomendasi atau
saran untuk dijadikan bahan pertimbangan berkaitan
dengan permasalahan yang dibahas.

8. Pengertian-Pengertian
a. Optimalisasi
7

Optimalisasi berarti membuat menjadi optimal dan paling baik,


menurut kamus bahasa indonesia kontemporer, edisi ketiga.
Istilah optimalisasi berasal dari kata optimal dan menurut Trisno
Yuwono (1994;304) artinya adalah yang terbaik, tertinggi atau
paling baik atau mengusahakan atau bertindak secara sungguh-
sungguh untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari yang sudah
dikerjakan.
b. Pengungkapan
Pengungkapan adalah suatu kegiatan menyajikan informasi yang
dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan suatu
peristiwa dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai
kepentingan berbeda-beda.
c. Tindak Pidana
Tindak Pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan
hukum, larangan disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana
tertentu, bagi barang siapa yang melanggar aturan tersebut.
d. Pembunuhan
Pembunuhan adalah suatu tindakan untuk menghilangkan nyawa
seseorang dengan cara yang melanggar hukum, maupun yang
tidak melawan hukum. Pembunuhan biasanya dilatarbelakangi
oleh bermacam-macam motif, misalnya politik, kecemburuan,
dendam, membela diri, dan sebagainya.
e. Peningkatan
Peningkatan adalah suatu usaha atau cara untuk menjadi lebih
baik dari sebelumnya.
f. Percepatan
Percepatan adalah sebuah proses/perbuatan yang membuat
suatu permasalahan dapat diselesaikan sebelum waktu yang
ditentukan.
g. Penyelesaian
8

Penyelesaian adalah suatu proses dalam mentuntaskan suatu


permasalahan yang terjadi.

h. Perkara
Perkara dapat diartikan sebagai masalah atau persoalan atau
urusan dan perlu penyelesaian. Secara teori perkara dapat di
bedakan menjadi 2 macam yaitu, perkara yang mengandung
sengketa, yang mengandung perselisihan terdapat kepentingan
atau hak yang di tuntut oleh pihak yang satu terhadap pihak
lainnya.
i. Kemampuan
Kemampuan adalah sifat yang dibawa lahir atau dipelajari yang
memungkinkan seseorang yang dapat menyelesaikan
pekerjaannya, baik secara mental ataupun fisik. Anggota dalam
suatu organisasi, meskipun dimotivasi dengan baik, tetapi tidak
semua memiliki kemampuan untuk bekerja dengan baik.
Kemampuan dan keterampilan memainkan peranan utama dalam
perilaku dan kinerja individu. Keterampilan adalah kecakapan
yang berhubungan dengan tugas yang dimiliki dan dipergunakan
oleh seseorang pada waktu yang tepat.
j. Penyidik
Penyidik adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Polri) atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan
kegiatan Penyidikan.
k. Penyidikan
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang–undang untuk mencari
dan mengumpulkan bukti, dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
9
10

BAB II
PEMBAHASAN

9. Kondisi Awal
a. Kinerja Sumber Daya Manusia
1) Kuantitas
Dengan meningkatnya kasus perkara tindak pidana
Pembunuhan yang terjadi maka secara tidak langsung dituntut
untuk meningkatkan kinerjanya didalam menekan kasus-
kasus yang terjadi di masyarakat hal tersebut sangat
dipengaruhi oleh Kinerja SDM Ditkrimum Polda X secara
Kuantitas karena jumlah saat ini sebetulnya sudah melebihi
jumlah DSP yang dibutuhkan. Jumlah DSP yang dibutuhkan
adalah 38 personel, sedangkan saat ini total SDM Personil Riil
berjumlah 62 Personel yang terdiri dari anggota Polri 60 orang
dan PNS sejumlah 2 orang.

2) Kualitas
Kualitas SDM Ditkrimum Polda X dalam melakukan
Optimalisasi Pengungkapan Kasus Tindak Pidana
Pembunuhan Dalam Rangka Percepatan Penyelesaian
Perkara saat ini dapat penulis jelaskan sebagai berikut.
a) Pengetahuan
1) Kualitas personil Ditkrimum Polda X berdasarkan tingkat
pendidikan Kejuruan yaitu hanya 16 orang yang telah
mengikuti pendidikan kejuruan dasar Reskrim.

2) Adanya keragu-raguan anggota Ditkrimum Polda X


dalam menangani suatu peristiwa tindak pidana
Pembunuhan yang dilakukan oleh masyarakat
dikarenakan kurang paham/tidak tahu tindakan yang
harus dilakukan.
11

b) Keterampilan
1) Kualitas kemampuan anggota Ditkrimum Polda X
masih kurang yang mempunyai keahlian pribadi
seperti cara pengoperasian computer dalam proses E-
Penyidikan dan penggunaan peralatan khusus lainnya,
apabila terjadi tindak pidana Pembunuhan yang
berakibat apabila menemui suatu kejadian cenderung
tidak berani melakukan suatu tindakan sehingga
terkesan dimasyarakat adanya pembiaran
pelanggaran hukum oleh Polisi.

2) Dalam melakukan suatu tindakan terhadap


masyarakat yang melanggar hukum anggota
Ditkrimum Polda X sering tidak sesuai dengan
prosedur/ketentuan yang telah ditetapkan dikarenakan
tidak menguasai tehnik-tehnik dasar Kepolisian yang
didapat sewaktu dipendidikan.

c) Sikap
1) Kurang mampu mengantisipasi dan mengendalikan
situasi dilapangan apabila terjadi suatu peristiwa yang
melanggar hukum

2) Sering kali salah dalam memahami dan menerapkan


suatu tindakan yang harus dilakukan yang akhirnya
berakibat masyarakat menjadi kecewa dan timbulnya
complain.

3) Tingkat kesadaran dan keikhlasan serta disiplin


sebagian anggota dalam melaksanakan tugas masih
kurang sehingga dapat menghambat/menjadi kendala
dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat.
12

b. Dukungan Sarana dan Prasarana


TABEL
DAFTAR DUKUNGAN SARANA DAN PRASARANA
DITKRIMUM POLDA X

NO NAMA BARANG JUMLAH KONDISI


1 PERANGKAT MAMBIS 1 BAIK
2 PORTABLE LIGHT OLAH TKP 1 BAIK
3 GEL LIFFTER SCANER KIT 1 BAIK
4 PHOTOGRAPHY KIT 1 BAIK
5 DF GSM 2G & 3G AKTIF 1 BAIK
6 DF GSM 4G & PORTABLE 1 BAIK
6 CELEBRITE 1 BAIK
7 XRY 1 BAIK
8 KENDARAAN R4 13 BAIK
9 KENDARAAN R2 10 4 TLP
10 CCTV 1 BAIK
11 MESIN ABSENSI 1 BAIK
12 OVERHEAD PROJECTOR 2 1 TLP
13 LEMARI ES 2 BAIK
14 TV 10 5 TLP
15 UPS 1 BAIK
16 PC.UNIT 18 4 TLP
17 LAPTOP 15 2 TLP
18 PRINTER 18 4 TLP
19 SCANNER 2 BAIK
20 PERALATAN KOMPUTER 10 BAIK
Sumber : Sarpras Ditkrimum Polda X T.A 2020

Berdasarkan data sarpras pada tabel diatas, dapat diketahui


bahwa jumlah sarpras sudah mencukupi untuk menunjang
kinerja SDM Ditkrimum Polda X dalam menangani perkara
khususnya tindak pidana pembunuhan, namun beberapa
13

diantaranya sudah berada dalam kondisi Tidak Layak Pakai


(TLP) atau dalam kata lain sudah berada dalam kondisi rusak
berat dan memerlukan pembaharuan atau penggantian dengan
alat yang baru.

Selain itu, dalam melakukan penyusunan tempat berkas-


berkas perkara yang masih dalam proses penyidikan dan ruang
tunggu, diperlukan dukungan sarana prasarana / peralatan
kantor masih kurang sehingga didalam pelaksanaan tugas
kurang optimal. Dalam melakukan peningkatan kemampuan
penanganan barang bukti, diperlukan ruang / gudang
penyimpanan (semacam rubbasan) barang bukti yang
representative. ruang penyimpanan barang bukti masih kurang
representative/kurang memadai.

Dukungan Anggaran yang disediakan untuk Ditkrimum


Polda X T.A 2020 adalah sebesar Rp 1.210.561.620 (Satu
Triliun Dua Ratus Sepuluh Juta Lima Ratus Enam Puluh Satu
Ribu Enam Ratus Dua Puluh Rupiah) untuk seluruh giat lidik dan
sidik. Diharapkan dengan adanya dukungan anggaran tersebut
dapat tercapai Optimalisasi Pengungkapan Kasus Tindak Pidana
Pembunuhan Dalam Rangka Percepatan Penyelesaian Perkara,
khususnya dalam bidang sarana dan prasarana yang memiliki
tingkat urgensi sangat penting dalam mendukung penyelesaian
perkara tindak pidana pembunuhan.

c. Sistem dan Metode Penanganan


Perkara Tindak Pidana Pembunuhan Saat Ini
14

1) Bidang Perencanaan
a) Rencana kerja belum disusun dengan baik, sehingga
dalam pengungkapan kasus cenderung pada kasus yang
sudah terjadi saja, tetapi tidak mengantisipasi kejadian
yang mungkin terjadi dari kasus sebelumnya

b) Pelaksanaan fungsi dan peranan reskrim dalam kualifikasi


penyidik dan penyidik pembantu sesuai peraturan
pemerintah belum optimal

c) Peranan Sat Reskrim merupakan suatu kebijakan


penanggulangan kejahatan yang diambil dalam upayanya
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Polri
serta menciptakan situasi Kamtibmas yang bebas dari
gangguan kejahatan

d) Dalam menindaklanjuti laporan dari masyarakat belum di


analisis secara lengkap sehingga sering terjadi kesalahan
membaca situasi

2) Bidang Pengorganisasian
a) SOP yang dimiliki oleh Ditkrimum Polda X saat ini
memerlukan pembaharuan karena tindak pidana
pembunuhan kini telah mengalami peningkatan intensitas
dan kualitas, sehingga pelaku kini lebih modern dalam
modus operandi nya

b) Belum ada semacam juklak / juknis / jukmin atau SOP


yang mengatur tentang bagaimana pelatihan reserse bagi
penyidik dan penyidik pembantu Ditkrimum, kapan
pelatihan reserse harus dilakukan secara rutin, dan
bagaimana evaluasi keterampilan penyidikan pada setiap
Penyidik dan penyidik pembantu
15

c) Pelatihan terhadap penyidik maupun penyidik pembantu


hanya sebatas pengarahan dan pembekalan tentang
berbagai pengetahuan tentang fungsi teknis reskrim yang
dilakukan secara singkat, abstrak, dan kurang aplikatif
karena tiadanya simulasi/gladi penanganan kasus,
misalnya simulasi gelar perkara, dll

3) Bidang Pelaksanaan Tugas


a) Tugas pokok fungsi dan peranan masih dibebani dengan
kegiatan lain sehingga pelaksanaan tugas tidak bisa terus
menerus.

b) Dalam pelaksanaan pokok fungsi dan peranan reskrim


sering terjadi benturan antara unit lidik yang satu dengan
unit lidik yang lain dikarenakan adanya TO yang
merupakan informan unit lidik yang lainnya. Adanya
penyelidikan yang gagal dikarenakan informasi yang
bocor, salah satu menyesatkan.

c) Saat ini masih ada masyarakat yang melakukan


pelaporan tindak pidana ringan langsung ke Polda,
sedangkan seharusnya di tingkat polda melakukan
penanganan tindak pidana dengan klasifikasi perkara
sedang hingga perkara sangat sulit

d) Terhadap tersangka tindak pidana pembunuhan yang


melibatkan orang asing ditangani serendah-rendahnya
oleh satuan tingkat Polda dan segera melaporkan kepada
Interpol Polri.

4) Bidang Pengawasan dan Pengendalian


16

a) Pengawasan dan pengendalian fungsi reskrim belum


optimal. Karena pada prinsipnya kinerja seluruh anggota
merupakan cerminan dari kapabilitas pemimpin dalam
mengarahkan, mengelola dan mengawasi kinerja seluruh
komponen satuan kerja yang dipimpinnya.

b) Berkaitan dengan aspek kepemimpinan dalam melakukan


pengawasan dan pengendalian masih belum optimal. Hal
tersebut dikarenakan padatnya kesibukan yang dimiliki
oleh seluruh pimpinan merupakan salah satu penyebab
pengawasan dan pengendalian yang harusnya dilakukan
secara konsisten belum berjalan dengan baik.

c) Kurangnya pengawasan berjenjang terhadap kegiatan


penyeledikan dilapangan dan tidak adanya cover lidik
terhadap penyelidik dilapangan, sehingga berdampak
pada kurangnya informasi yang masuk kepada pimpinan

10. Faktor Yang Mempengaruhi


Faktor yang dapat mempengaruhi kurang maksimalnya upaya
peningkatan kinerja Ditkrimum Polda X dalam penyelesaian perkara
di wilayah hukum Polda X ditinjau dari dua segi antara lain sebagai
berikut:
a. Internal
1) Strength/Kekuatan
a) UU No. 2 Tahun 2002 tentang
Polri yang merupakan payung / dasar / landasan hukum
dalam mengoptimalkan peningkatan kemampuan
terhadap Penyidik di Ditkrimum Polda X

b) Kode etik profesi dan peraturan


disiplin anggota Polri yang menjadi rambu-rambu dan
17

koridor bagi setiap anggota, termasuk anggota Ditkrimum


Polda X dalam meningkatkan kinerja organisasi yang
professional.

c) Kebijakan pimpinan Polri


melalui program quick wins yang didalamnya terdapat
program transparansi pelayanan Ditkrimum Polda X
sehingga mendorong untuk dilakukan peningkatan
kemampuan intensif bagi Ditkrimum Polda X dalam
mendukung proses penegakkan hukum.

d) Adanya suatu perubahan dari


setiap individu Ditkrimum Polda X dalam hal pola pikir
(mind set) dan budaya kerja (culture set) dalam Revolusi
Mental anggota Polri.

2) Weakness/Kelemahan
a) Masih banyaknya personil Ditkrimum Polda X yang belum
mengikuti dikjur karena kuota yang terbatas dan
banyaknya waiting list (daftar tunggu antrian) untuk
mengikuti dikjur sehingga mempengaruhi kualitas
peningkatan kemampuan Ditkrimum Polda X

b) Kurangnya sarana dan Prasarana, umumnya pengadaan


sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Ditkrimum Polda
X berasal dari swadaya. Kondisi ini jelas memungkinkan
terjadinya kolusi terhadap objek yang di periksa,
disamping itu sarana prasarana yang digunakan masih
bersifat standar.
18

b. Eksternal
1) Opportunity/Peluang
a) Adanya UU No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP
yang merupakan pedoman teknis dalam mengoptimalkan
peningkatan profesionalisme dan kemampuan terhadap
penyidik Dirkrimum Polda X

b) Semakin banyaknya berbagai aturan perundang-


undangan atau produk hukum baru yang mengatur
tentang berbagai tindak pidana Pembunuhan / kasus
hukum baru sehingga dapat menjadi payung hukum /
dasar hukum bagi Ditkrimum Polda X dalam hal
melakukan penanganan perkara yang profesional di
tengah masyarakat.

c) Dukungan pemerintah dan DPR agar supaya Polri


selalu meningkatkan profesionalisme melalui pendidikan
dan peningkatan kemampuan personil secara rutin dan
intensif.

d) Meningkatkan partisipasi dan kesadaran dalam


memberikan informasi terjadinya kasus yang meresahkan
masyarakat

2) Trat/Kendala
a) Semakin banyaknya laporan pengaduan
masyarakat terhadap berbagai kasus-kasus / tindak
pidana Pembunuhan yang masuk ke SPK dan diteruskan
ke Ditkrimum Polda X sehingga membuat waktu, pikiran,
dan energi para Ditkrimum Polda X dicurahkan pada
pelayanan Ditkrimum Polda X sehingga berakibat pada
19

tiadanya waktu yang longgar untuk melakukan


peningkatan kemampuan Ditkrimum Polda X.

b) Masih banyaknya komplain dan keluhan


masyarakat terhadap kualitas Penyidik dan Penyidik
Pembantu Ditkrimum Polda X yang dinilai kurang terampil
dalam melakukan pemeriksaan saksi dan tersangka serta
kurang cermatnya Penyidik Pembantu Ditkrimum Polda X
dalam menentukan kasus pidana atau bukan dan kategori
kasus ringan, sedang, sulit, atau sangat sulit.

c) Mulai bermunculannya berbagai kasus hukum /


Tindak pidana Pembunuhan baru seperti tindak pidana
Pembunuhan cyber crime, tindak pidana Pembunuhan
money loundering, tindak pidana Pembunuhan
perbankan, tindak pidana Pembunuhan perpajakan, dan
lain-lain yang tentunya menuntut kualitas penyidik dan
Penyidik Pembantu Ditkrimum Polda X yang kompeten
dan professional.

d) Kendala yang mungkin dihadapi adalah masih


rendahnya partisipasi dalam memberikan informasi
terjadinya tindakan yang dapat meresahkan masyarakat.

11. Kondisi Yang Diharapkan


a. Kinerja Sumber Daya Manusia
Adapun kondisi yang diharapkan dari upaya Optimalisasi
Pengungkapan Kasus Tindak Pidana Pembunuhan Dalam
Rangka Percepatan Penyelesaian Perkara antara lain sebagai
berikut :
1) Setiap Penyidik dan Penyidik Pembantu Ditkrimum Polda X
harus memiliki kompetensi yang memadai baik dari aspek
pengetahuan keterampilan maupun sikap dan prilaku
20

2) Untuk menghindari adanya kecurigaan masyarakat terhadap


Polri dalam melakukan penanganan kasus tindak pidana
Pembunuhan maka ada beberapa hal yang harus
diperhatikan:

a) Kejelasan, yaitu kejelasan sistem dan prosedur tentang


hak dan kewajiban dalam proses penanganan kasus
perkara yang sedang ditangani.
b) Konsisten, adalah kekonsistenan para Penyidik dan
Penyidik Pembantu Ditkrimum Polda X dalam
menerapkan atau melaksanakan sistem dan prosedur
dalam penanganan kasus tindak pidana Pembunuhan
yang sedang ditangani sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku.
c) Komitmen, dalam penanganan kasus tindak pidana
Pembunuhan harus dilaksanakan sejak pengambilan
keputusan sampai pelaksanaan keputusan.

3) Peningkatan kemampuan dan keterampilan Para Penyidik


dan Penyidik Pembantu Ditkrimum Polda X didalam
melakukan penanganan kasus tindak pidana Pembunuhan
agar dalam pelaksanaan tugas lebih professional.

4) Dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan SOP (Standar


operasional prosedur) transparansi didalam melakukan
penanganan kasus tindak pidana Pembunuhan.

5) Transparansi dalam penanganan kasus tindak pidana


Pembunuhan khusus dengan menunjukkan kejelasan
prosedur / mekanisme, tidak adanya pungutan liar (pungli),
dan tidak berbelit-belit.

6) Menghindari perbuatan dan sikap yang dilarang oleh


aturan/ketentuan yang berlaku diantaranya :
21

a) Dalam proses penanganan kasus tindak pidana


Pembunuhan melakukan tindakan meminta sesuatu
imbalan diluar prosedur yang ada.
b) Bersikap acuh dan tidak ramah kepada masyarakat dalam
penanganan kasus tindak pidana Pembunuhan.
c) Memberikan keterangan yang tidak jelas/ membingungkan
masyarakat.

b. Dukungan Sarana dan Prasarana


Ditkrimum Polda X dalam melaksakan tugasnya yaitu
penegakan hukum oleh sebab itu memerlukan dukungan sarana
dan prasarana yang memadai untuk mencapai hasil yang optimal
Misalkan tersedianya sarana dan prasarana yang digunakan
dalam proses penyelidikan dan penyidikan maupun perbaikan
bagi sarana dan prasarana yang sudah tidak layak pakai. Untuk
mendukung pelaksanaan penegakan hukum oleh Ditkrimum
Polda X maka diperlukan dukungan anggaran yang berorientasi
kepada anggaran berbasis kinerja. Penganggaran yang berbasis
kinerja merupakan metode yang dilaksanakan dimana
penggunaan dana disesuaikan dengan kegiatan yang
dilaksanakan.

c. Dukungan Sistem dan Metode


Diharapkan sistem dan metode yang digunakan dalam
Pengungkapan Kasus Tindak Pidana Khususnya Pembunuhan
dapat dilaksanakan sesuai dengan Peraturan yang telah
ditetapkan, yaitu Perkaba No. 13 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Penyelidikan, yaitu sebagaimana penulis uraikan
sebagai berikut.
22

1) Penerimaan Laporan Polisi. Laporan Polisi/Pengaduan terdiri


dari; Laporan Polisi Model A; danLaporan Polisi Model B.
a) Laporan Polisi Model A adalah Laporan Polisi yang dibuat
oleh anggota Polri yang mengalami, mengetahui atau
menemukan langsung peristiwa yang terjadi.
b) Laporan Polisi Model B adalah Laporan Polisi yang dibuat
oleh anggota Polri atas laporan/pengaduan yang diterima
dari masyarakat

2) Penyelidikan
a) Penyelidikan dalam rangka penyidikan tindak pidana,
dilakukan sebelum dan setelah adanya laporan polisi
dan/atau pengaduan.
b) Penyidik setelah menerima laporan/pengaduan segera
mencari keterangan dan barang bukti yang terkait dengan
tindak pidana yang dilaporkan/diadukan.
c) Penyelidikan harus menjunjung tinggi objektivitas,
berdasarkan fakta.
d) Penyidik dalam melaksanakan tugas penyelidikan, wajib di
lengkapi dengan surat perintah.
e) Penyidik dalam melaksanakan pengolahan dan
pengamanan TKP wajib dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dengan memberdayakan fungsi
pendukung.
f) Dalam melaksanakan penyelidikan harus dibuat rencana
penyelidikan sebagai pendukung dan pedoman dalam
pelaksanaan penyelidikan
g) Penyelidikan dilakukan melalui kegiatan:
a) Pengolahan TKP;
b) pengamatan;
c) wawancara;
23

d) pembuntutan;
e) penyamaran;
f) pelacakan;
g) penelitian dan analisa dokumen.
h) Hasil penyelidikan disampaikan kepada pimpinan yang
memuat analisa ada tidaknya tindak pidana dalam laporan
atau pengaduan.
.
3) Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP)
a) SPDP merupakan surat pemberitahuan dimulainya
penyidikan dari penyidik kepada Jaksa Penuntut Umum,
yang dibuat dan dikirimkan setelah terbit surat perintah
penyidikan.
b) Dalam hal SPDP telah dikirimkan ke jaksa penuntut umum
dan batas waktu kewajiban penyidik mengirim berkas
perkara tahap pertama tidak terpenuhi, maka penyidik
menyampaikan pemberitahuan perkembangan kasus
kepada jaksa penuntut umum.
c) SPDP sekurang-kurangnya memuat:
a.Dasar penyidikan berupa laporan polisi dan surat
perintah penyidikan;
b.Waktu dimulainya penyidikan;
c. Jenis perkara, pasal yang dipersangkakan dan uraian
singkat tindak pidana yang disidik;
d.Identitas penyidik yang menandatangani SPDP.

4) Upaya Paksa
a) Upaya paksa yang dilakukan meliputi:
a. Pemanggilan;
b. Penangkapan;
c. Penahanan;
24

d. Penggeledahan;
e. Penyitaan dan pemeriksaan surat.
b) Tindakan upaya paksa wajib dilengkapi dengan surat
perintah kecuali dalam hal kasus tertangkap tangan.
c) Sebelum melakukan upaya paksa, penyidik membuat
rencana tindakan sebagai pendukung dan pedoman
dalam pelaksanaan kegiatan upaya paksa dan setelah
pelaksanaan membuat berita acara serta melaporkan
kepada pimpinan.
d) Upaya paksa yang dilakukan, memperhatikan asas dan
prinsip hukum acara pidana.
e) Untuk menghindari adanya penyimpangan dalam upaya
paksa, maka wajib dilakukan pengawasan oleh pimpinan.

5) Pemeriksaan
a) Dalam melaksanakan pemeriksaan, penyidik
memperhatikan norma hukum,antara lain:
a. Etis, humanis, dan memegang prinsip etika profesi
penyidikan;
b. Hak dan kewajiban hukum bagi yang diperiksa (saksi,
ahli, tersangka);
c. Berdasarkan fakta hukum.
b) Kegiatan pemeriksaan meliputi:
a. Pemeriksaan saksi;
b. Pemeriksaan ahli;
c. Pemeriksaan tersangka;
d. Pemeriksaan dan penelitian dokumen dan surat –
surat;
e. Pemeriksaan terhadap alat bukti digital, dan
sebagainya.
25

c) Sebelum melakukan pemeriksaan penyidik membuat


rencana pemeriksaan.
d) Pemeriksaan terhadap ahli diperlukan dalam kasus
tertentu.
e) Untuk menghindari penyimpangan dalam pemeriksaan,
wajib dilakukan pengawasan oleh pimpinan.

6) Gelar Perkara
a) Pelaksanaan Gelar perkara terdiri dari:
a. Gelar perkara Biasa;
b. Gelar perkara Khusus.
b) Gelar perkara dilaksanakan dalam rangka mendukung
efektivitas penyidikan dan pengawasan penyidikan.
c) Gelar perkara dilaksanakan dalam rangka mengefektifkan
tugas dan peran pengawas penyidik dan atasan penyidik.
d) Gelar perkara dilaksanakan dalam rangka klarifikasi
pengaduan masyarakat (public complain) sehingga
meningkatkan kepercayaan masyarakat (public trust)
terhadap penegak hukum dan adanya kepastian hukum.
e) Gelar perkara dilaksanakan berdasarkan kebutuhan
dalam proses penyidikan danbukan intervensi pimpinan.

7) Penyelesaian Berkas Perkara


a) Penyelesaian berkas perkara meliputi dua tahapan yaitu
pembuatan resume berkas perkara dan pemberkasan.
b) Resume berkas perkara harus diselesaikan dengan
sistematika yang baku dan memuat antara lain dasar
penyidikan, uraian perkara dan fakta, analisa kasus dan
yuridis serta kesimpulan.
c) Berkas perkara diselesaikan sesuai dengan waktu dan
tingkat kesulitan perkara.
26

d) Dalam hal penyidik mengalami hambatan sangat sulit


dalam penyidikan maka ketentuan waktu dapat diabaikan.
e) Untuk kepentingan administrasi penyidikan, resume
berkas perkara ditanda-tangani oleh penyidik dan
pengantar berkas perkara ditanda-tangani oleh atasan
f) Penyidikan yang dilakukan oleh PPNS wajib dikirimkan ke
penyidik Polri untuk diteliti aspek formil dan materiil yuridis
serta pengembangan kasusnya sebelum dilimpahkan ke
JPU sesuai Perkap Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Manajemen Penyidikan PPNS dan SOP terlampir yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.
g) Untuk kepentingan tertib administrasi penyidikan secara
nasional dan kepentingan akses informasi publik maka
penyidik wajib menginput data administrasi penyidikannya
yang ditangani ke sistem pusat informasi kriminal nasional
(Sispiknas) dengan mempedomani Perkap Nomor 15
Tahun 2010 tentang Piknas

8) Penghentian Penyidikan
a) Penyidikan dapat dihentikan jika tidak cukup bukti, bukan
tindak pidana, demi hukum (kadaluarsa, nebis in idem,
tersangka meninggal dunia, pengaduan dicabut dalam
kasus delik aduan).
b) Pengambilan keputusan penghentian penyidikan
didasarkan hasil penyidikan dan telah digelar sesuai
ketentuan.
c) Pelaksanaan penghentian penyidikan, penyidik
menerbitkan Surat Ketetapan Penghentian Penyidikan
(SKP2) dan ditindaklanjuti dengan mengirimkan Surat
Pemberitahuan Penghentian Penyidikan (SP3) kepada
jaksa penuntut umum, tersangka dan pelapor.
27

d) SKP2 dapat dibuka kembali melalui putusan sidang


praperadilan dan/atau ditemukan bukti baru melalui gelar
perkara dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pencabutan
Penghentian Penyidikan (SKP3);

9) Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan


(SP2HP) yang diberikan kepada pimpinan

10) Dalam beberapa kasus, Penyelidikan dapat mengeluarkan


beberapa hal sebagai berikut:
a. Pemblokiran Rekening
b. Daftar Pencarian Barang
c. Daftar Pencarian Orang
d. Pencegahan
e. Pra Peradilan
f. Red Notice

12. Upaya yang Dilakukan


a. Meningkatkan Kualitas Kinerja Sumber
Daya Manusia
Berdasarkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi baik
intern maupun ekstern, maka untuk Optimalisasi Pengungkapan
Kasus Tindak Pidana Pembunuhan Dalam Rangka Percepatan
Penyelesaian Perkara adalah sebagai berikut:
1) Memaksimalkan kinerja para Penyidik dan Penyidik Pembantu
Ditkrimum Polda X yang ada.

2) Memberi usulan kepada pimpinan untuk memberikan


pendidikan dasar atau lanjutan Ditkrimum guna meningkatkan
kemampuan para Penyidik dan Penyidik Pembantu Ditkrimum
Polda X.
28

3) Mengadakan pelatihan-pelatihan secara rutin yang diadakan


Ditreskrimum Polda X dalam rangka peningkatan kemampuan

4) Pembinaan personil dititik beratkan pada peningkatan


profesionalisme Ditkrimum Polda X dan penyelidik dalam
penguasaan hukum dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, keterampilan perorangan dan ilmu pengetahuan,
melalui pendidikan dan pelatihan, penataran serta pembinaan
mental kepribadian.

5) Perlu adanya penerapan reward and punishment dalam


rangka memberikan motivasi untuk meningkatkan
kemampuan para Penyidik dan Penyidik Pembantu Ditkrimum
Polda X dalam rangka meningkatkan pelayanan secara
profesional dan bermartabat.

Dalam rangka transparansi pelayanan, penegakan hukum


perlunya pelayanan prima sehingga mayarakat yang dilayani
merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh Ditkrimum
Polda X, adapun pelayanan kepada masyarakat yaitu :
1) Adanya tindakan cepat atau
dikenal dengan istilah quick respon terhadap semua laporan
masyarakat

2) Penanganan laporan yang


masuk hendaknya memberikan SP2HP (Surat Pemberitahuan
Perkembangan Hasil Penyelidikan) sebagai wujud respon
atas laporan dan hasil yang telah diapai sementara pada
tahap penyidikan Ditkrimum Polda X.

3) Tidak bersifat arogan dan


senantiasa menghormati Hak Azasi Manusia yang diperiksa
baik saksi mauoun tersangka guna menghindari complain
29

4) Berprilaku sopan, ramah tamah


dan berpenampilan rapih

5) Bersikap komunikatif,
transparan dalam setiap perkembangan penyidikan serta tidak
memberikan janji untuk melakukan/tidak melakukan sesuatu
hal yang berkaitan dengan proses penyidikan.

b. Dukungan Sarana dan Prasarana


Untuk meningkatkan profesionalieme kinerja Ditkrimum Polda
X dalam melakukan Optimalisasi Pengungkapan Kasus Tindak
Pidana Pembunuhan Dalam Rangka Percepatan Penyelesaian
Perkara tidak terlepas dari dukungan sarana dan prasarana yang
memadai yaitu mengupayakan dengan pengajuan berupa :

a) Adanya perangkat komputer yang cukup

b) Tersediannya ATK yang cukup

c) Melakukan maintanance atau peremajaan pada fasilitas


sarana maupun prasarana yang sudah tidak layak pakai

d) Melakukan modernisasi pada peralatan yang sudah


ketinggalan zaman mengikuti kondisi yang terupdate saat ini

e) Tersedianya ruang tunggu terpisah dengan ruang tempat


pemeriksaan, saat ini ruang tunggu di Ditkrimum Polda X
masih bercampur dengan ruang pemeriksaan sehingga
apabila anggota reskrim yang melakukan pemeriksaan
merasa kurang nyaman.

c. Dukungan Sistem dan Metode


1) Bidang Perencanaan
30

a) Membuat rencana kerja belum disusun dengan baik,


sehingga dalam pengungkapan kasus dapat dikerjakan
dengan terstruktur dan sistematis

b) Membuat Perencanaan Pelaksanaan fungsi dan peranan


reskrim bagi penyidik dan penyidik pembantu sesuai
peraturan pemerintah yang telah ditetapkan

c) Menindaklanjuti laporan dari masyarakat di analisis secara


lengkap sehingga tidak terjadi kesalahan membaca situasi

2) Bidang Pengorganisasian
a) Membuat semacam juklak / juknis / jukmin atau SOP yang
mengatur tentang bagaimana pelatihan reserse bagi
penyidik dan penyidik pembantu Ditkrimum, kapan
pelatihan reserse harus dilakukan secara rutin, dan
bagaimana evaluasi keterampilan penyidikan pada setiap
Penyidik dan penyidik pembantu

b) Membuat semacam juklak / juknis / jukmin atau SOP yang


mengatur lebih rinci terkait pelaksanaan penyelidikan di
Ditkrimum Polda X

c) Pelatihan terhadap penyidik maupun penyidik pembantu


hanya sebatas pengarahan dan pembekalan tentang
berbagai pengetahuan tentang fungsi teknis reskrim yang
dilakukan secara singkat, abstrak, dan kurang aplikatif
karena tiadanya simulasi/gladi penanganan kasus,
misalnya simulasi gelar perkara, dll

3) Bidang Pelaksanaan Tugas


31

a) Tugas pokok fungsi dan peranan tidak dibebani dengan


kegiatan lain sehingga pelaksanaan tugas bisa terus
menerus.

b) Melaksanakan Tugas sesuai peraturan yang ditetapkan,


tidak terpengaruh intervensi dari pihak manapun

c) Terhadap tersangka tindak pidana pembunuhan yang


melibatkan orang asing ditangani serendah-rendahnya oleh
satuan tingkat Polda dan segera melaporkan kepada
Interpol Polri dan berkordinasi dengan Bareskrim Polri

4) Bidang Pengawasan dan Pengendalian


a) Pengawasan dilaksanakan secara berkala oleh Pimpinan
terhadap anggota, baik secara langsung maupun tidak
langsung.

b) Meningkatkan pengawasan berjenjang terhadap kegiatan


penyeledikan dilapangan dan meminta cover lidik terhadap
penyelidik dilapangan, sehingga terdapat informasi yang
masuk kepada pimpinan

c) Kasubdit melakukan evaluasi rutin kepada setiap penyidik


maupun penyidik pembantu sebelum dan setelah mereka
melakukan pelatihan untuk diketahui bagaimana
perkembangan dan kemajuannya di bidang Penyelidikan
32

BAB III
PENUTUP

13. Kesimpulan
a. Salah satu upaya Optimalisasi Pengungkapan Kasus Tindak
Pidana Pembunuhan Dalam Rangka Percepatan Penyelesaian
Perkara adalah dengan merapihkan sumber daya manusia
sesuai kebutuhan, melengkapi sarana dan prasarana dan
anggaran yang cukup guna mendukung pelaksanaan
Ditkrimum Polda X dan penyelidikan lebih baik. Selain itu pula
melakukan koordinasi dengan instansi terkait lainnya dalam
mendukung pelaksanaan tugas dilapangan dan mengajukan
kepada pimpinan agar anggota dapat mengikuti dikjur/dikbang
reserse supaya setiap anggota memahami terhadap kegiatan
penyelidikan tindak pidana khususnya tindak pidana
pembunuhan. Lambannya / kurang profesionalnya Ditkrimum
Polda X tersebut disebabkan cenderung masih menggunakan
paradigma yang lama dan pola prilaku anggota (Mind Set)
serta budaya (Culture Set) yang lama sehingga cenderung
arogansi dan bersifat acuh tak acuh, kurang peka / insebilitas
serta kurang bertanggung jawab. Sehingga hal tersebut
menimbulkan rasa antipati masyarakat terhadap organisasi
Kepolisian.

b. Upaya Optimalisasi Pengungkapan Kasus Tindak Pidana


Pembunuhan Dalam Rangka Percepatan Penyelesaian Perkara
dirasakan kurang maksimal hal ini disebabkan karena
keterbatasan sarana dan prasarana diakibatkan oleh terdapatnya
fasilitas yang mengalami kerusakan dan sudah berada pada
kondisi Tidak Layak Pakai. Selain itu, dalam melakukan
penyusunan tempat berkas-berkas perkara yang masih dalam
33

proses penyidikan dan ruang tunggu, diperlukan dukungan


sarana prasarana / peralatan kantor masih kurang sehingga
didalam pelaksanaan tugas kurang optimal. Dalam melakukan
peningkatan kemampuan penanganan barang bukti, diperlukan
ruang / gudang penyimpanan (semacam rubbasan) barang bukti
yang representative. ruang penyimpanan barang bukti masih
kurang representative/kurang memadai.

c. Upaya Optimalisasi Pengungkapan Kasus Tindak Pidana


Pembunuhan Dalam Rangka Percepatan Penyelesaian Perkara
secara sistem dan metode masih perlu ditingkatkan. Sistem dan
metode yang saat ini digunakan masih belum maksimal dilihat
dari sisi Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, serta
Pengawasan dan Pengendalian. Sebaiknya dibuatkan SOP /
Juklak / Juknis yang lebih detail untuk pelaksanaan di lapangan
terkait penanganan kasus tindak pidana pembunuhan. Selain itu
diharapkan proses kegiatan Penyelidikan dilaksanakan sesuai
aturan yang sudah ditetapkan yaitu Perkaba No, 13 Tahun 2014
tentang Pelaksanaan Penyelidikan.
34

14. Saran
a. Perlu meningkatkan kemampuan para
Penyidik dan Penyidik pembantu Ditkrimum Polda X kiranya
dilakukan pelatihan-pelatihan khususnya dalam hal transparansi
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana Pembunuhan.

b. Perlunya mencukupi sarana dan


prasarana yang dibutuhkan oleh Ditkrimum Polda X dalam
melakukan tugas dilapangan

c. Segera dilakukan peningkatan personil


baik secara proporsional maupun profesional di jajaran Ditkrimum
Polda X.

d. Menjadwalkan program pelatihan secara


berkala dan berkesinambungan kepada para penyidik dan
Penyidik Pembantu Ditkrimum Polda X terutama di bidang
penyidikan dan penyelidikan.

e. Memberikan sanksi kepada personel


apabila melakukan pelanggaran dan memberikan penghargaan
kepada personel yang berprestasi.
35

DAFTAR PUSTAKA

Adami Chazawi.2010, Kejahatan Terhadap Tubuh Dan Nyawa, Raja


Grafindo Persada, Jakarta.

Ronny Hanitijo Soemitro, 1983, Metode Penelitian hukum, cetakan I


Ghalian Indonesia, Jakarta.

Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, 2001. Penelitian Hukum Normatif


suatu Tinjauan Singkat Jakarta: Raja Grafindo Persada.

W.A. Gerungan,2004. Dipl, psikologisosial, Aditama, Bandung.

Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik


Indonesia

Perkap No. 22 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Tingkat Kepolisian Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2010 Tentang


Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang
Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Perkaba No. 13 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Penyelidikan

CATATAN
TOLONG DAFTAR PERSONIL DALAM
TABEL DILENGKAPI , DATA DIKJUR
DALAM TABEL, PEMBUNUHAN 2018/2019,
COBA CEK LG SAMA SERDIK NYA TTG
ANGGARAN APA IYA SEBANYAK ITU ,
DAFTAR PUSTAKA BENAHI
PENULISANNYAB.,
36

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI


SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA

KARYA TULIS TERAPAN

OPTIMALISASI PENGUNGKAPAN KASUS TINDAK PIDANA


PEMBUNUHAN DALAM RANGKA PERCEPATAN PENYELESAIAN
PERKARA DI DIREKTORAT KRIMINAL UMUM POLDA X

DISUSUN OLEH :

WANTER SIMANUNGKALIT
NOSIS : 202003030178

SEKOLAH PEMBENTUKAN PERWIRA ANGKATAN KE-49 TA. 2020


SUKABUMI, JULI 2020
37

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat TUHAN Yang Maha


Kuasa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya maka Karya Tulis
yang berjudul “OPTIMALISASI PENGUNGKAPAN KASUS TINDAK
PIDANA PEMBUNUHAN DALAM RANGKA PERCEPATAN
PENYELESAIAN PERKARA DI DIREKTORAT KRIMINAL UMUM POLDA
X” ini telah dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Karya Tulis ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan kepada Penulis. Terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bimbingannya dan bantuannya selama penulis menyusun
Karya Tulis ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis ini


masih banyak kekurangan baik dalam isi, materi maupun penyajiannya.
Oleh karena itu, koreksi dan saran sangat Penyusun harapkan.

Akhir kata, semoga Karya Tulis ini dapat memberi manfaat bagi
Penyusun khususnya dan bagi yang membaca pada umumnya.

Sukabumi, Agustus 2020


Penulis

WANTER SIMANUNGKALIT
NOSIS : 202003030178

i
38

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ..................................................... 1
2. Permasalahan dan Persoalan .............................. 3
a. Permasalahan ................................................. 3
b. Persoalan ......................................................... 3
3. Ruang Lingkup ..................................................... 4
4. Dasar Penulisan ................................................... 4
5. Maksud dan Tujuan .............................................. 4
a. Maksud ............................................................ 4
b. Tujuan ............................................................. 4
6. Metode dan Pendekatan ..................................... 5
a. Metode ............................................................. 5
b. Pendekatan ...................................................... 5
7. Sistematika ........................................................... 6
8. Pengertian-pengertian .......................................... 6

BAB II PEMBAHASAN
9. Kondisi Awal ......................................................... 9
10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ...................... 15
11. Kondisi yang Diharapkan ..................................... 18
12. Upaya-Upaya yang Dilakukan ............................. 26

BAB III PENUTUP


13. Kesimpulan .......................................................... 31
14 Saran ................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 34

ii

Anda mungkin juga menyukai