BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kepolisian Republik Indonesia sebagaimana yang diatur
dalam undang-undang No 2 tahun 2002 pada pasal 13 mempunyai
tugas pokok: a) memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
b) penegakkan hukum, c) memberikan perlindungan, pengayoman
dan pelayanan kepada masyarakat, selain itu juga tujuan renstra
Polri adalah membangun kepercayaan dari masyarakat dengan
menjadikan Polri sebagai organisasi yang perduli dan kredibel,
Membangun Polri sebagai Penegak Hukum terdepan yang dukung
komponen masyarakat serta harus didukung juga dengan segala
daya dan upaya oleh seluruh tingkat kesatuan mulai dari MabesPolri
sampai dengan tingkat Polsek sebagai ujung tombak operasional.
b. Pokok-Pokok Persoalan
Mengacu pada latar belakang dan permasalahan diatas
maka diuraikan menjadi beberapa persoalan sebagai berikut:
1) Masih kurangnya Kwalitas sumber daya manusia saat ini
untuk pengungkapan kasus tindak pidana pembunuhan di
Dirkrimum Polda X .
2) Masih kurang nya sarana dan sarana yang digunakan
untuk pengungkapan kasus tindak pidana pembunuhan
dalam rangka percepatan penyelesaian perkara di
DirkrimumPolda X.
3) Masih kurangnya sistem dan metode yang digunakan
untuk pengungkapan kasus tindak pidana pembunuhan
4
3. Ruang Lingkup
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis membatasi
permasalahan pada Optimalisasi kemampuan Subdit 3 Jatanras
Dirkrimum Polda Sumut guna percepatan dalam penanganan
perkara tindak pidana pembunuhan yang meliputi SDM, sarana dan
prasarana, serta sistem dan metode.
4. Dasar Penulisan
a. Surat Keputusan Kasetukpa Lemdiklat Polri Nomor :
Kep/7/V/2020 tentang pengesahan judul Karya Tulis Terapan
Serdik SIP Angkatan Ke-49 T.A. 2020
b. Surat Perintah Kasetukpa Lemdiklat Polri Nomor :
Sprin/119/III/Dik2.2/2020, tanggal 31 Maret 2020, tentang
penunjukan personil Lemdiklat Polri sebagai pembimbing Karya
Tulis Terapan Bagi siswa Pendidikan Sekolah Inspektur (SIP)
angkatan ke 49 T.A 2020.
b. Tujuan
Tujuan dari penulisan karyatulis terapan ini adalah
sebagai persyaratan dan tugas akhir dalam mengikuti
Dikbangum Sekolah Inspektur Polisiangkatan Ke - 49 TA.
5
b. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan karya
tulis terapan ini adalah pendekatan pengalaman tugas
lapangan dan pendekatan sistem kompetensi, dimana dengan
6
7. Sistematika
Untuk mempermudah penulisan dalam karya tulis terapan ini
secara keseluruhan akan terlihat dalam pemecahan masalah maka
penulisannya di susun berdasarkan sistematika sebagai berikut :
8. Pengertian-Pengertian
a. Optimalisasi
7
h. Perkara
Perkara dapat diartikan sebagai masalah atau persoalan atau
urusan dan perlu penyelesaian. Secara teori perkara dapat di
bedakan menjadi 2 macam yaitu, perkara yang mengandung
sengketa, yang mengandung perselisihan terdapat kepentingan
atau hak yang di tuntut oleh pihak yang satu terhadap pihak
lainnya.
i. Kemampuan
Kemampuan adalah sifat yang dibawa lahir atau dipelajari yang
memungkinkan seseorang yang dapat menyelesaikan
pekerjaannya, baik secara mental ataupun fisik. Anggota dalam
suatu organisasi, meskipun dimotivasi dengan baik, tetapi tidak
semua memiliki kemampuan untuk bekerja dengan baik.
Kemampuan dan keterampilan memainkan peranan utama dalam
perilaku dan kinerja individu. Keterampilan adalah kecakapan
yang berhubungan dengan tugas yang dimiliki dan dipergunakan
oleh seseorang pada waktu yang tepat.
j. Penyidik
Penyidik adalah Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Polri) atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan
kegiatan Penyidikan.
k. Penyidikan
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang–undang untuk mencari
dan mengumpulkan bukti, dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
9
10
BAB II
PEMBAHASAN
9. Kondisi Awal
a. Kinerja Sumber Daya Manusia
1) Kuantitas
Dengan meningkatnya kasus perkara tindak pidana
Pembunuhan yang terjadi maka secara tidak langsung dituntut
untuk meningkatkan kinerjanya didalam menekan kasus-
kasus yang terjadi di masyarakat hal tersebut sangat
dipengaruhi oleh Kinerja SDM Ditkrimum Polda X secara
Kuantitas karena jumlah saat ini sebetulnya sudah melebihi
jumlah DSP yang dibutuhkan. Jumlah DSP yang dibutuhkan
adalah 38 personel, sedangkan saat ini total SDM Personil Riil
berjumlah 62 Personel yang terdiri dari anggota Polri 60 orang
dan PNS sejumlah 2 orang.
2) Kualitas
Kualitas SDM Ditkrimum Polda X dalam melakukan
Optimalisasi Pengungkapan Kasus Tindak Pidana
Pembunuhan Dalam Rangka Percepatan Penyelesaian
Perkara saat ini dapat penulis jelaskan sebagai berikut.
a) Pengetahuan
1) Kualitas personil Ditkrimum Polda X berdasarkan tingkat
pendidikan Kejuruan yaitu hanya 16 orang yang telah
mengikuti pendidikan kejuruan dasar Reskrim.
b) Keterampilan
1) Kualitas kemampuan anggota Ditkrimum Polda X
masih kurang yang mempunyai keahlian pribadi
seperti cara pengoperasian computer dalam proses E-
Penyidikan dan penggunaan peralatan khusus lainnya,
apabila terjadi tindak pidana Pembunuhan yang
berakibat apabila menemui suatu kejadian cenderung
tidak berani melakukan suatu tindakan sehingga
terkesan dimasyarakat adanya pembiaran
pelanggaran hukum oleh Polisi.
c) Sikap
1) Kurang mampu mengantisipasi dan mengendalikan
situasi dilapangan apabila terjadi suatu peristiwa yang
melanggar hukum
1) Bidang Perencanaan
a) Rencana kerja belum disusun dengan baik, sehingga
dalam pengungkapan kasus cenderung pada kasus yang
sudah terjadi saja, tetapi tidak mengantisipasi kejadian
yang mungkin terjadi dari kasus sebelumnya
2) Bidang Pengorganisasian
a) SOP yang dimiliki oleh Ditkrimum Polda X saat ini
memerlukan pembaharuan karena tindak pidana
pembunuhan kini telah mengalami peningkatan intensitas
dan kualitas, sehingga pelaku kini lebih modern dalam
modus operandi nya
2) Weakness/Kelemahan
a) Masih banyaknya personil Ditkrimum Polda X yang belum
mengikuti dikjur karena kuota yang terbatas dan
banyaknya waiting list (daftar tunggu antrian) untuk
mengikuti dikjur sehingga mempengaruhi kualitas
peningkatan kemampuan Ditkrimum Polda X
b. Eksternal
1) Opportunity/Peluang
a) Adanya UU No. 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP
yang merupakan pedoman teknis dalam mengoptimalkan
peningkatan profesionalisme dan kemampuan terhadap
penyidik Dirkrimum Polda X
2) Trat/Kendala
a) Semakin banyaknya laporan pengaduan
masyarakat terhadap berbagai kasus-kasus / tindak
pidana Pembunuhan yang masuk ke SPK dan diteruskan
ke Ditkrimum Polda X sehingga membuat waktu, pikiran,
dan energi para Ditkrimum Polda X dicurahkan pada
pelayanan Ditkrimum Polda X sehingga berakibat pada
19
2) Penyelidikan
a) Penyelidikan dalam rangka penyidikan tindak pidana,
dilakukan sebelum dan setelah adanya laporan polisi
dan/atau pengaduan.
b) Penyidik setelah menerima laporan/pengaduan segera
mencari keterangan dan barang bukti yang terkait dengan
tindak pidana yang dilaporkan/diadukan.
c) Penyelidikan harus menjunjung tinggi objektivitas,
berdasarkan fakta.
d) Penyidik dalam melaksanakan tugas penyelidikan, wajib di
lengkapi dengan surat perintah.
e) Penyidik dalam melaksanakan pengolahan dan
pengamanan TKP wajib dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dengan memberdayakan fungsi
pendukung.
f) Dalam melaksanakan penyelidikan harus dibuat rencana
penyelidikan sebagai pendukung dan pedoman dalam
pelaksanaan penyelidikan
g) Penyelidikan dilakukan melalui kegiatan:
a) Pengolahan TKP;
b) pengamatan;
c) wawancara;
23
d) pembuntutan;
e) penyamaran;
f) pelacakan;
g) penelitian dan analisa dokumen.
h) Hasil penyelidikan disampaikan kepada pimpinan yang
memuat analisa ada tidaknya tindak pidana dalam laporan
atau pengaduan.
.
3) Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP)
a) SPDP merupakan surat pemberitahuan dimulainya
penyidikan dari penyidik kepada Jaksa Penuntut Umum,
yang dibuat dan dikirimkan setelah terbit surat perintah
penyidikan.
b) Dalam hal SPDP telah dikirimkan ke jaksa penuntut umum
dan batas waktu kewajiban penyidik mengirim berkas
perkara tahap pertama tidak terpenuhi, maka penyidik
menyampaikan pemberitahuan perkembangan kasus
kepada jaksa penuntut umum.
c) SPDP sekurang-kurangnya memuat:
a.Dasar penyidikan berupa laporan polisi dan surat
perintah penyidikan;
b.Waktu dimulainya penyidikan;
c. Jenis perkara, pasal yang dipersangkakan dan uraian
singkat tindak pidana yang disidik;
d.Identitas penyidik yang menandatangani SPDP.
4) Upaya Paksa
a) Upaya paksa yang dilakukan meliputi:
a. Pemanggilan;
b. Penangkapan;
c. Penahanan;
24
d. Penggeledahan;
e. Penyitaan dan pemeriksaan surat.
b) Tindakan upaya paksa wajib dilengkapi dengan surat
perintah kecuali dalam hal kasus tertangkap tangan.
c) Sebelum melakukan upaya paksa, penyidik membuat
rencana tindakan sebagai pendukung dan pedoman
dalam pelaksanaan kegiatan upaya paksa dan setelah
pelaksanaan membuat berita acara serta melaporkan
kepada pimpinan.
d) Upaya paksa yang dilakukan, memperhatikan asas dan
prinsip hukum acara pidana.
e) Untuk menghindari adanya penyimpangan dalam upaya
paksa, maka wajib dilakukan pengawasan oleh pimpinan.
5) Pemeriksaan
a) Dalam melaksanakan pemeriksaan, penyidik
memperhatikan norma hukum,antara lain:
a. Etis, humanis, dan memegang prinsip etika profesi
penyidikan;
b. Hak dan kewajiban hukum bagi yang diperiksa (saksi,
ahli, tersangka);
c. Berdasarkan fakta hukum.
b) Kegiatan pemeriksaan meliputi:
a. Pemeriksaan saksi;
b. Pemeriksaan ahli;
c. Pemeriksaan tersangka;
d. Pemeriksaan dan penelitian dokumen dan surat –
surat;
e. Pemeriksaan terhadap alat bukti digital, dan
sebagainya.
25
6) Gelar Perkara
a) Pelaksanaan Gelar perkara terdiri dari:
a. Gelar perkara Biasa;
b. Gelar perkara Khusus.
b) Gelar perkara dilaksanakan dalam rangka mendukung
efektivitas penyidikan dan pengawasan penyidikan.
c) Gelar perkara dilaksanakan dalam rangka mengefektifkan
tugas dan peran pengawas penyidik dan atasan penyidik.
d) Gelar perkara dilaksanakan dalam rangka klarifikasi
pengaduan masyarakat (public complain) sehingga
meningkatkan kepercayaan masyarakat (public trust)
terhadap penegak hukum dan adanya kepastian hukum.
e) Gelar perkara dilaksanakan berdasarkan kebutuhan
dalam proses penyidikan danbukan intervensi pimpinan.
8) Penghentian Penyidikan
a) Penyidikan dapat dihentikan jika tidak cukup bukti, bukan
tindak pidana, demi hukum (kadaluarsa, nebis in idem,
tersangka meninggal dunia, pengaduan dicabut dalam
kasus delik aduan).
b) Pengambilan keputusan penghentian penyidikan
didasarkan hasil penyidikan dan telah digelar sesuai
ketentuan.
c) Pelaksanaan penghentian penyidikan, penyidik
menerbitkan Surat Ketetapan Penghentian Penyidikan
(SKP2) dan ditindaklanjuti dengan mengirimkan Surat
Pemberitahuan Penghentian Penyidikan (SP3) kepada
jaksa penuntut umum, tersangka dan pelapor.
27
5) Bersikap komunikatif,
transparan dalam setiap perkembangan penyidikan serta tidak
memberikan janji untuk melakukan/tidak melakukan sesuatu
hal yang berkaitan dengan proses penyidikan.
2) Bidang Pengorganisasian
a) Membuat semacam juklak / juknis / jukmin atau SOP yang
mengatur tentang bagaimana pelatihan reserse bagi
penyidik dan penyidik pembantu Ditkrimum, kapan
pelatihan reserse harus dilakukan secara rutin, dan
bagaimana evaluasi keterampilan penyidikan pada setiap
Penyidik dan penyidik pembantu
BAB III
PENUTUP
13. Kesimpulan
a. Salah satu upaya Optimalisasi Pengungkapan Kasus Tindak
Pidana Pembunuhan Dalam Rangka Percepatan Penyelesaian
Perkara adalah dengan merapihkan sumber daya manusia
sesuai kebutuhan, melengkapi sarana dan prasarana dan
anggaran yang cukup guna mendukung pelaksanaan
Ditkrimum Polda X dan penyelidikan lebih baik. Selain itu pula
melakukan koordinasi dengan instansi terkait lainnya dalam
mendukung pelaksanaan tugas dilapangan dan mengajukan
kepada pimpinan agar anggota dapat mengikuti dikjur/dikbang
reserse supaya setiap anggota memahami terhadap kegiatan
penyelidikan tindak pidana khususnya tindak pidana
pembunuhan. Lambannya / kurang profesionalnya Ditkrimum
Polda X tersebut disebabkan cenderung masih menggunakan
paradigma yang lama dan pola prilaku anggota (Mind Set)
serta budaya (Culture Set) yang lama sehingga cenderung
arogansi dan bersifat acuh tak acuh, kurang peka / insebilitas
serta kurang bertanggung jawab. Sehingga hal tersebut
menimbulkan rasa antipati masyarakat terhadap organisasi
Kepolisian.
14. Saran
a. Perlu meningkatkan kemampuan para
Penyidik dan Penyidik pembantu Ditkrimum Polda X kiranya
dilakukan pelatihan-pelatihan khususnya dalam hal transparansi
penyelidikan dan penyidikan tindak pidana Pembunuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Perkap No. 22 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Tingkat Kepolisian Daerah
CATATAN
TOLONG DAFTAR PERSONIL DALAM
TABEL DILENGKAPI , DATA DIKJUR
DALAM TABEL, PEMBUNUHAN 2018/2019,
COBA CEK LG SAMA SERDIK NYA TTG
ANGGARAN APA IYA SEBANYAK ITU ,
DAFTAR PUSTAKA BENAHI
PENULISANNYAB.,
36
DISUSUN OLEH :
WANTER SIMANUNGKALIT
NOSIS : 202003030178
KATA PENGANTAR
Karya Tulis ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan kepada Penulis. Terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bimbingannya dan bantuannya selama penulis menyusun
Karya Tulis ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis ini dapat memberi manfaat bagi
Penyusun khususnya dan bagi yang membaca pada umumnya.
WANTER SIMANUNGKALIT
NOSIS : 202003030178
i
38
DAFTAR ISI
Halaman
BAB II PEMBAHASAN
9. Kondisi Awal ......................................................... 9
10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ...................... 15
11. Kondisi yang Diharapkan ..................................... 18
12. Upaya-Upaya yang Dilakukan ............................. 26
ii