DAN OMOTENASHI
Disiapkan untuk: Pelatihan Umum Volunteer 11th ASEAN Para Games 2022
Surakarta, 21 – 24 July 2022
LUSIA VREYDA ADVENI
Trainer, speaker, lecturer, BNSP Tourism Assessor, Communication
Expert >10 Years Experience
Work Experience
2019 - Now Chairman of Runata Edu
2016 - Now Director of PT. Runata Investindo
Educations
2021 - Now Sahid University
2009 - 2010 PPM School of Management
2003 - 2007 Universitas Atma Jaya Yogyakarta
PERBEDAAN
&
PERSAMAAN
Etiket? Hukum?
PERBEDAAN DAN PERSAMAAN
Etika Etiket Moral Hukum Persamaan
Lawrence Kohlberg
1927 - 1988
HOSPITALITY
BENTUK
USAHA MELAYANI
PARIWISATA TULUS
Hospitality bukan hanya soal keramah-tamahan seperti dalam arti sempit bahasa (hospitable). Namun
hospitality merupakan pengetahuan dan seni yang kompleks dalam menjual jasa, yaitu jasa dengan
pelayanan yang penuh rasa hormat dan penuh rasa kemanusiaan sesuai kebutuhan jiwa manusia yang
ingin dihormati dan dihargai sebagai manusia seutuhnya yang memiliki akal dan budi.
Hospitality merupakan etika dari tuan
rumah dalam melayani
tamu/konsumen dengan hati yang tulus
penuh dengan kehangatan dan
Keramah-tamahan sehingga tamu akan
merasa puas dan dihargai secara
manusiawi.
OMOTENASHI
Kata motenasu ini juga
sering dimaknai sebagai Dalam bahasa Jepang, hospitality dapat disebut juga dengan omotenashi.
‘tidak membawa (memiliki) Istilah omotenashi ini menjadi istilah hospitality versi Jepang dan sebenarnya
apapun’ oleh masyarakat memiliki perbedaan sendiri dari hospitality karena memiliki unsur budaya dari
Jepang
Jepang.
Orientasi dari omotenashi:
• kesempurnaan dalam
pelayanan (usaha yang
dilakukan sangat
mendetail dan tanpa cela)
• tidak ada permintaan yang Omotenashi adalah kata yang berasal dari kata motenasu.
tidak dapat
dikabulkan. “Motenashi adalah keramahtamahan yang dilakukan pada saat menangani tamu
• kesempurnaan pelayanan (Shogakukan "Digital Daijisen").”
diusahakan agar di luar
ekspektasi konsumen Terasaka (2014 : 90)
(Nagao dan Umemuro,
2012:129).
OMOTENASHI
Merupakan pelayanan yang dilakukan dengan sepenuh hati,
100% melayani tamu dengan hati yang tulus secara maksimal Empati
Tindakan mau
Omotenashi mewakili pelayanan, perilaku, sukarela, dan kejujuran
mendengarkan,
kepada orang lain tanpa mengharapkan pujian atau penghargaan lainnya.
mengerti,
(Iwamoto & Takahashi, 2012) menyadari dan
memahami
keinginan orang
Shikake
SHIKAKE
bahwa tamu telah berpartisipasi dan menikmati pelayanan. Contoh proses
pelayanan yang sedang dinikmati tamu seperti saat menyiapkan makanan kepada
tamu.
HOSPITALITY VS OMOTENASHI
Hubungan
Hubungan
Hubungan apabila terdapat
Pada budaya western (barat)
pelayanan yang melebihi dari
hospitality umumnya terjadi
standar biasanya, omotenashi
timbal balik diantara kedua
dilakukan tanpa mengharapkan
penyedia layanan
imbalan apapun.
Wujud
Pada budaya barat hal ini Wujud
lazim dilakukan untuk Omotenashi Jepang seringkali
Menyatakan bahwa tidak terlihat sebagai "layanan"
pelayanan yang terdapat di dan seringkali tidak berwujud.
hotel tersebut baik
OMOTENASHI LANGSUNG
• Greetings (memberi salam)
• Memberikan spirit / semangat dan harapan
• Memberi salam kepada orang lain karena
ada hubungan emosionalnya dan kepada
yang tidak dikenal sebagai bentuk empati
• Saat bertemu dan berpisah
KEPALA
Menyentuh kepala seseorang dianggap menghina
TANGAN
Sebagian besar budaya di Asia Tenggara.
Menunjukkan sesuatu dengan jari dianggap tidak
sopan. Sebaiknya, berikan isyarat penuh dengan
seluruh tangan atau mengangguk ke arah orang
atau benda yang mereka bicarakan.
KAKI
Dianggap kotor, sehingga tidak boleh digunakan
untuk menunjukkan sesuatu.
NERVOUS? MALU?
Penyebab tidak percaya diri:
• Pengalaman pertama
• Perasaan dilihat oleh banyak orang
• History pengalaman buruk masa lalu
• Belum siap menjadi pusat perhatian
• Belum menguasai materi
MINDSET POSITIF
“YES, I CAN”
Bisa, karena terbiasa.
Maka biasakanlah!
“Umbrella is comfort, rain is
life! You must often leave
comfort to touch the life!”
Mehmet Murat Ildan
BERINTERAKSI
DENGAN DISABILITAS
• FISIK/MOBILITAS (TUNA DAKSA) : orang yang memiliki
keterbatasan pada gerak.
• PENDENGARAN (TUNA RUNGU) : orang yang memiliki
hambatan dalam pendengaran.
• BICARA (TUNA WICARA) : orang yang memiliki hambatan
dalam berkomunikasi secara lisan.
• PENGLIHATAN (TUNA NETRA) : orang yang memiliki
hambatan dalam penglihatan
• INTELEKTUAL : orang yang memiliki keterbatasan
dalam mengingat dan konsentrasi
• KESEHATAN MENTAL : orang yang memiliki
keterbatasan akibat gangguan pada pikiran atau otak
ETIKA BERINTERAKSI DENGAN TUNA DAKSA
Communicative Selalu bertanya sebelum menawarkan bantuan (jangan
tersinggung jika ditolak tawaran kita).. Mengambil tindakan tanpa instruksi
mereka justru akan membahayakan mereka.
Contoh. Tanyakan tentang lokasi. Pilihan untuk tempat duduk. Jangan
menyentuh atau mendorong
kursi roda tanpa izin mereka
No Assumption Jangan berasumsi bahwa orang yang menggunakan tongkat
atau kruk lebih suka menggunakan tanjakan di atas tangga. Jangan pegang
tangan orang yang menggunakan tongkat/kruk. Mereka membutuhkan
lengan mereka untuk menyeimbangkan diri.
How to Talk Bicara dengan orang yang di kursi roda bukan dengan yang
mendampingi. Bicara sejajar dengan orang yang di kursi roda bukan dengan
yang mendampingi.
DISABILITAS WICARA
Jangan mengangguk apabila kita tidak
mengerti
Memberi
Mengharapkan