Anda di halaman 1dari 2

Omotenashi terdiri dari 3 unsur yaitu Shitsurai, Furumai, dan Shikake.

Shitsurei artinya lingkungan fisik dimana pelayanan akan dilakukan. Furumai artinya
persiapan yang merupakan bagian dari pelayanan dan kesediaan tuan rumah untuk mengambil
tanggyng jawab dengan melihat kebutuhan tamu. Shikake artinya tamu yang telah
berpartisipasi dan menikmati layanan yang telah disediakan. Elemen ini terinspirasi dari
struktur upacara minum the di Jepang. Omotenashi memiliki arti yang mirip dengan
“pelayanan”. Omotenashi merupakan kebudayaan Jepang yang diciptakan sejak lama. Menurut
omotenashi, seseorang harus menaruh segenap hatinya untuk memberikan dan menciptakan
pelayanan yang baik dan unik. Ichigo Ichie adalah kata bahasa jepang yang merupakan jiwa
dari omotenashi. Mengatakan “Ichigo Ichie” berarti “Saya bersyukur atas kesempatan bertemu
dengan anda, dank arena kesempatan ini saya harus melakukan yang terbaik karena kami
mungkin tidak akan pernah bertemu lagi”.

Katsuhito Hattori (2008) menjelaskan bahwa omotenashi diciptakan untuk menyatukan


dan menghapus keragaman diantara orang-orang. Omotenashi mengumpulkan orang untuk
makan dan minum bersama. Saat makan, hubungan dekat akan terjalin. Omotenashi membantu
dalam menciptakan semanagt team/kerjasama, membuat semua orang merasa setara, dan tidak
ada perbedaan dengan kriteria apapun. Hattori menjelaskan “Di masa lalu ketikan tamu
mengunjungi rumah seseorang, tamu ini dianggap sebagai dewa dan diperlakukan sebagai
dewa. Pelayanan yang penuh perhatian untuk tamu dianggap membawa keberuntungan bagi
tuan rumah. Jadi akar dari pelayanan tamu yang baik terletak pada ide dalam memperlakukan
tamu seperti dewa”. Omotenashi harus dimulai dari menyambut tamu dan kemudian
meperlakukan mereka dengan serius, melayani, dan menunjukkan sikap hormat kepada tamu.
Dengan mengakui dan mengerti satu sama lain, Omotenashi membantu memberikan
kesetaraan antar tuan rmah dan tamu.

Asal mula dari Omotenashi


1. Upacara Minum Teh
Omotenashi disampaikan pada saat upacara minum teh, yang diperkenalkan
pada era Azuchi Momoyama oleh Se-no-rikyu. Upacara minum teh dipenuhi oleh
budaya dan kata dari omotenashi. Kata berarti cara melakukan sesuatu dan kata itu
membantu menyempurnakan omotenashi dengan mengikuti kode khusus yang
memberi tahu cara menyampaikan perasaan sebenarnya dari upacara minum teh.
Upacara ini memerlukan pelatihan yang panjang untuk memahami cara menyampaikan
melayani tamu dengan perasaan yang tulus. Upacara minum teh disebut 茶 の 湯
(chanoyu) dalam bahasa Jepang. Upacara minum teh memiliki unsur-unsur yang mirip
dengan omotenashi. Kata “chashitsu” berarti tempat dan ruang di mana upacara minum
teh akan berlangsung. Kata “tamae” berarti serangkaian prosedur untuk membuat teh.
Kata “chadogu” berarti peralatan dan alat untuk upacara minum teh. Kata “milieu”
berarti kerjasama tuan rumah dengan penonton. Semua unsur tersebut menjelaskan
persamaan yang sebenarnya antara omotenashi dan upacara minum the. Upacara
minum teh adalah cara untuk mengumpulkan orang-orang dari semua peringkat social
sehingga mereka bisa bersama-sama menikmati alam sambal minum teh.

2. Pentingnya Kata
Kata menjelaskan bagaimana dan apa yang membuat pelayanan yang hampir
sempurna, pelayanan terhadap tamu perlu disampaikan dengan cara yang dapat
melebihi harapan tamu. Ini membuktikan bahwa orang Jepang memiliki pengetahuan
khusus dalam melakukan sesuatu. Dengan kata lain, orang Jepang memiliki aturan yang
perlu diikuti yang disebut “kata” atau “shikata”. Untuk membangun harmoni dan
memepertahankannya, Jepang menciptakan pola atau aturan untuk melakukan sesuatu
dengan cara yang benar dan dengan demikian diciptakanlah “kata” atau “shikata”. De
Mente mengatakan bahwa “Kata adalah sebuah konsep yang memiliki lebih dari
sekedar proses dalam melakukan sesuatu, itu adalah kerjasama dari hukumfisik dan
spiritual dari seluruh dunia, itu mengacu pada aturan bagaimana hal-hal yang
seharusnya dilakukan”.

Anda mungkin juga menyukai