Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Tentang
MENYUSUN BENTUK RANCANGAN KARYA TARI
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Strategi Pembelajaran SBDP MI/SD
Dosen Pengampu: Asmidaryani, M, Pd. Kons

Oleh :
Rifaldo Saputra ; 1238.20.0970
Cantika Nurdiastuti ; 1238.20.0799

Kelas: PGMI A`20


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-KIFAYAH RIAU
T.P 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas berkah, rahmat, karunia dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah  ini. Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah sebagai salah satu agenda kegiatan
akademis yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa/mahasiswi untuk memenuhi tugas Ibuk
Asmidaryani, M, Pd.Kons pada Mata kuliah Strategi Pembelajran SBDP MI/SD . Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibuk sebagai dosen pada Matakuliah
Strategi Pembelajaran SBDP MI/SD, yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan.
Sangatlah disadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan didalam
penyusunannya dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan masukan baik
saran maupun kritik yang kiranya dapat membangun dari para pembaca. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kita semua.

Pekanbaru, 09 September 2022


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah karena


keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan
peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk
kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan : “belajar
dengan seni”, “belajar melalui seni” dan “belajar tentang seni.” Peranan ini tidak
bisa diberikan oleh mata pelajaran lain. (PERMEN NO. 22,23, dan 24 : 2006)
Tari merupakan salah satu cabang seni, dimana media ungkap yang
digunakan adalah tubuh. Tari ibarat bahasa gerak merupakan alat ekspresi
manusia sebagai media komunikasi yang universal dan dapat dinikmati oleh siapa
saja dan pada waktu kapan saja.
Sebagai seorang guru atau calon guru SD/MI harus menguasai seluruh mata
pelajaran tak terkecuali SBK (Seni Budaya dan Keterampilan) yang mana dalam
mata pelajaran SBK terkandung di dalamnya yaitu seni tari. Seyogiyanya seorang
guru diharapkan mampu menciptakan suatu karya tari yang sesuai dengan
perkembangan (usia) anak.
B. Rumusan Masalah

1. Apa saja tahap-tahap awal penyusunan tari?

2. Meliputi apa saja konsep garapan tari?

3. Tema apa yang bisa kita pakai dalam menyusun tari?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Tahap-tahap Penyusunan Tari

Dalam proses penciptaan suatu karya tari, ada beberapa tahapan yang
perlu kita ketahui yaitu tahap eksplorasi, tahap improvisasi, tahap evaluasi
dan tahap forming (pembentukan gerak). Berikut ini akan dijelaskan satu
persatu tahapan tersebut.
1. Eksplorasi

Ekplorasi adalah tahap awal sebagai seorang yang akan menyusun


tari dalam proses penyusunan karya tari. Aktivitas dalam tahap eksplorasi
ini meliputi berfikir, berimajinasi, merasakan dan merespon alam sekitar,
lingkungan fisik, dunia binatang, tumbuhan, kejadian-kejadian sekarang
maupun di masa lalu, atau suatu ceritera. Eksplorasi termotivasi dari luar
diri kita sebagai pinata tari, sehingga tahap eksplorasi ini sangat
bermanfaat bagi kita.
Kita dapat melakukan eksplorasi gerak dengan bebas baik dengan
seluruh anggota badan maupun hanya gerak kaki dan tangan saja. Kita
dapat menirukan gerak pohon, angin, gerakan pintu, kelinci meloncat,
kucing berlari, gerak burung terbang atau apa saja yang dapat menjadi
objek pengamatan. Hasil pengamatan kemudian diekspresikan dengan
gerak-gerak yang dilakukan menurut kehendak, ekspresi dan imajinasi
kita.
Setelah mengamati beberapa gerak dari tumbuhan atau hewan atau
lingkungan sekitar, kemudian kita dapat memilih satu objek pengamatan
yang paling kita minati. Selanjutnya kita rasakan dan bayangkan gerakan
tersebut dalam imajinasi. Baru kemudian kita mulai bergerak menirukan
gerak dari alam atau benda yang menjadi objek pengamatan kita tadi
dengan menggerakkan tubuh sebebas mungkin mengikuti perasaan dan
imajinasi kita. Sampai pada tahap ini kita telah melakukan eksplorasi
gerak, yaitu dengan melakukan eksplorasi alam atau benda-benda di
sekitar kita.
2. Improvisasi

Improvisasi memberi kesempatan lebih luas dalam melakukan


imajinasi, pemilihan dan pencintaan dibandingkan dengan eksplorasi.
Dalam improvisasi, seseorang lebih memiliki kebebasan dalam
mengungkapkan ekspresi gerak. Ciri dari improvisasai di tandai dengan
gerak spontanitas. Improvisasi memacu kreativitas dan memberi
kesadaran bahwa gerak itu bersifat ekspresif. Improvisasi dapat tumbuh
dari gerak-gerak tertentu yang telah dipelajari. Kita bisa melakukan
pemilihan-pemilihan gerak dengan cara kita sendiri. Proses improvisasi
merangsang imajinasi sedangkan imajinasi merupakan elemen yang
paling esensial dalam laku kreatif.
Kita dapat melakukan improvisasi gerak dengan mengambil motif-
motif atau ciri-ciri gerak yang berasal dari gerak tari gaya daerah tempat
kita. Dengan demikian warna etnis daerah akan terlihat.
3. Evaluasi

Pada tahap evaluasi kita melakukan pemilihan gerak-gerak yang


sesuai dengan ide garapannya. Pemilihan gerak juga didasarkan pada ide
dasar yang meliputi tema, ceritera, watak gerak dan gerak-gerak yang
menjadi ciri dari ide dasarnya. Susunlah gerak terebut meliputi gerak
kaki, gerak tangan, gerak kepala dan gerak tubuh atau torso. Kemudian
peragakan secara berulang-ulang. Dan rasakan apakah gerak sudah sesuai
apa belum (mudah, sulit, nyaman dan harmonis) dengan kemampuan
anak SD/MI. Jika belum sesuai gerakan yang dipilih bisa diubah,
ditambahi atau dikurangi. Dan yang terakhir dari tahap ini, pilihlah
gerak-gerak yang betul-betul sudah sesuai dengan imajinasi dan juga
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
4. Forming (Pembentukan Gerak/ Komposisi)

Salah satu hasil dalam pengalaman berkreasi tari adalah menyusun


gerak tari. Proses ini disebut composing atau forming (membuat
komposisi). Kebutuhan membuat komposisi lahir dari hasrat manusia
untuk memberi bentuk pada apa saja yang ditemukan (eksplorasi).
Langkah melakukan spontanitas gerak juga penting, tetapi spontanitas
gerak hendaknya dipadukan atau ditambah dengan proses pemilihan
gerak, pengintegrasian gerak dan penyatuan gerak. Kesatuan gerak
tersebut dinamakan tari atau bentuk tari. Gerak-gerak yang sudah
terorganisir kemudian menjadi bentuk simbolis (menggambarkan
sesuatu), yaitu suatu bentuk tari yang mengandung ekspresi unik dari
penciptanya (penata tari).
Inspirasi dapat dating seperti kilat, tetapi untuk membentuk produk
final menjadi sebuah bentuk karya tari yang penuh dengan esensi
imajinasi kita, membutuhkan usaha yang berat. Jadi, proses kreatif
membuat suatu karya tari memang tidak mudah, karena mengembangkan
kreativitas memang memakan waktu. Pengembangan kreativitas
menyangkut kemampuan pribadi, menyangkut masalah pribadi dan tidak
dapat dilakuan dengan tergesa-gesa, tetapi harus dicoba.

B. Konsep Garapan Tari

Dalam menciptakan karya tari, kita harus mempunyai konsep garapan


karya tari yang akan dibuat. Untuk menciptakan sebuah tari yang akan
diberikan kepada anak setingkat SD/MI, kita perlu menyusun konsep-konpsep
garapan dengan mempertimbangkan berbagai unsur konsep garapan karya tari
yang meliputi unsur-unsur: Judul, Sumber Garapan, Tipe Tari, Mode
Penyajian, Konsep Gerak, Konsep Iringan, Konsep Tata Teknik Pentas
(Dekor/Backdrop, Tata Panggung, Properti, Tata Rias, Tata Busana, Tata
Lampu, Tata Suara, Penari dan Arena).
1. Judul Karya Tari (Nama Tari)

Garapan karya tari diberi judul yang sesuai dengan tema atau ceritera
yang dipilih (bentuk dramatari maupu tari tunggal, pasangan atau
kelompok).
Judul tari hendaknya harus sesuai atau identik dengan tari atapun
gerak tari yang kita buat, karena dengan membaca judul tari maka orang
lain atau penonton akan dapat memperoleh gambaran umum tentang gerak-
gerak tarinya. Judul yang dipilih hendaknya komunikati dan mudah
dimengerti oleh banyak orang. Apalagi tari yang akan dibuat adalah tari
anak, maka judul tari tersebut harus akrab, menarik, mudah dipamahi oleh
anak serta tepat untuk jiwa perkembangan anak.
2. Sumber Garapan

Ada beberapa sumber garapan yang dapat dijadikan pijakan dalam


menyusun konsep karya tari, yaitu:
a. Auditif

Sumber garapan auditif adalah sumber yang diperoleh ari hal-hal


yang didengar, misalnya dongeng dari Ibu, ceritera dari radio atau kaset
(wayang, legenda, sejarah, kisah hidup seseorang, kisah kepahlawanan,
perjuangan atau semacamnya).
b. Kinestetik

Sumber garapan kinestetik berasal dari gerak. Gerak tersebut dapat


diperoleh dari melihat pertunjukan tari, gerak sehari-hari, gerak binatang,
atau gerak apa saja yang rangsang awalnya berasall dari gerak yang
pernah dilihat, baik melihat pertunjukan langsung maupun media
elektronik.

c. Idea
Sumber garapan dapat pula dari ide-ide yang berasal dari semua
aspek kehidupan sekitar kita, lingkungan alam, satwa atau fauna. Ide
juga dapat berangkat dari mimpi, angan-angan, ataupun gagasan hati
dan fikiran.
d. Tertulis

Sumber garapan ini merupakan rangsangan awal yang berasal


dari sumber tertulis. Misalnya, buku cerutra, komik, ceritra babad,
biografi, cerpen, puisi, manuskrip dan sumberlain dalam bentuk
tulisan.
3. Tipe Tari

Tipe tari yang dapat dipaka untuk menyusun konsep garapan tari ada
beberapa yaitu:
a. Dramatari: suatu karya tari yang mengunkapkan suat ceritera yang di
dalamnya terdapat beberapa tokoh yang kehadirannya memiliki arti,
punya peranan yang bersifat kausal atau sebab akibat, seperti
dramatari dengan ceritera Malin Kundang, Ramayana, Kartini atau
Pangeran Hasanuddin.
b. Dramatik: karya tari yang mengandung unsur ceritera meskipun di
dalamnya tidak menggambarkan tokoh-tokoh tertentu. Misalnya Tari
Tenun atau Tari Batik, menggambarkan gadis yang sedang menenun
atau membatik.
c. Komik: suatu garapan tari yang bersifat komikal. Misalnya tari karya
Didi Nini Thowok berjudul “Dwi Muka”, Tari Golek Kayu, dll.
d. Abstrak: suatu garapan tari yang pengungkapannya tidak
diekspresikan secara jelas.
4. Mode Penyajian

Mode panyajian adalah semacam gaya penyajian dalam sebuah


pertunjukan tari.
a. Mode penyajian simbolik: maksudnya bahwa garapan tersebut
pengungkapannya diekspresikan dengan simbol-simbol, baik dalam
gerak, kostum maupun pola lantai.
b. Model penyajian representasional: mode ini mengungkapkan karya
tari dengan jelas, baik ceritera dan tokohnya diungkapkan secara
jelas, sehingga penonton mudah memahami.
5. Konsep Gerak

Hindari memadukan dua macam gaya tari yang berbeda dalam satu
garapan, jika perpaduannya tidak mempertimbangkan segi estetis, maka
akan terkesan tari tersebut berupa tempelan-tempelan gerak yang terlihat
kurang halus.
Dalam penggarapan gerak pasti akan ada transisi yaitu perpindahan
dari pola lantai (posisi) satu ke pola lantai berikutnya. Transisi harus
dilakukan secara halus, artinya jangan menggunakan gerak transisi
semata-mata untuk bergerak ke posisi berikutnya. Tetapi gunakan
gerakan-gerakan yang memungkinkan dilakukan sambil berpindah atau
bergeser, sehingga tanpa terasa ketika gerak tersebut selesai dilakukan,
seolah tanpa disengaja penari sudah berubah atau berganti posisi.
6. Konsep Iringan/ Musik

Iringan tari dapat dibuat dengan sangat sederhana. Hal ini


dimungkinkan terjadi bila tidak mempunyai iringan musik sama sekali.
Perlu diketahui bahwa aspek artistik yang menghidupkan karya tari
adalah musik yang mengiringi tari. Untuk membuat iringan musik tari
ada beberapa cara yang harus ditempuh oleh penata tari, diantaranya
adalah :
a. Cara pertama, hampir sam dengan konsep gerak, maka konsep
iringan/musik jiuga dapat berpijak dan mengembangkan musik
daerah tertentu, sesuai dengan garapan geraknya. Artinya kalau
garapan tarinya berpijak pada gerak-gerak tari Minang, maka musik
iringannya juga dikembangkan dari musik daerah Minang. Namun
demikian dapat pula tidak mengembangkan musik daerah tertentu
tetapi membuat kreasi musik/iringan baru yang sengaja dibuat untuk
tari tersebut.
b. Cara kedua, musik iringan dapt juga dibuat dengan cara editing,
yaitu garapan tari tersebut tidak menggunakan musik iringan yang
sengaja dibuat dengan menggunakan instumen musik lengkap untuk
kepentingan tersebut, tetapi menggunakan musik-musik yang sudah
ada dalam bentuk rekaman pita kaset. Kita bisa memilih berbagai
jenis musik, lalu menyeleksi musik yang sesuai dengan gerak-gerak
tari yang kita buat. Kemudian lakukan proses editing, sehingga
memperoleh musik iringan tari yang sesuai dengan konsep geraknya.
Dalam melakukan editing musik harus memperhatikan segi
estetisnya
terutama dalam proses `sambungan` atau pergantian antar jenis
musik dan juga irama, sehingga diperoleh hasil yang halus estetis,
tidak tampak seperti tempelan-tempelan atau gabungan musik tanpa
makna.
c. Cara ketiga, ada tari yang tidak menggunakan alat musik maupun
editing, tetapi menggunakan alat musik internal yaitu musik yang
suaranya dihasilkan dari anggota badan manusia. Misalnya suara
penari, tepukan tangan, tepukan tangan dipaha, jentikan ibu jari dan
jari tengah, seruan atau teriakan penari.
d. Cara keempat, tari dapat juga di iringi dengan syir-syair lagu yang
dinyanyikan oleh penari atau oleh kelompok vokalis.
e. Cara kelima, irngan tari juga dapat dihasilkan dari kreatifita kita
memanfaatkan benda-benda yang ada disekeliling kita. Atau
gunakan alat musik sederhana misalnya rebana, garputala, atau yang
lainnya untuk mengiringi tari yang sederhana.
7. Konsep Tata Teknik Pentas

Tata teknik pentas menyangkut tempat pertunjukan yang akan


digunakan, penataan tata letak panggung, dekor properti, tata lampu, dan
sebagainya yang semuanya menyangkut hal-hal artistik dipanggung.
a. Tempat pertunjukan yang akan digunakan jenis procenium atau
arena pentas berupa lapangan atau pendopo.
b. Dekor atau backdrop atau latar belakang panggung dapat berwarna
hitam, putih atau abu-abu. Untuk tata panggungnya apakah
menggunakan setting, misalnya trap, tiruan gapura dan sebagainya.
Atau panggung tidak menggunakan setting sama sekali atau kosong.
c. Properti apa saja yang digunakan. Mislnya penggunaaan keris,
tongkat, kain, busur, saputangan dan sebagainya.
d. Tata lampu menggunakan penerangan listrik atau obor. Untuk
dramatari, desain lampu disesuaikan dengan adegan atau ceriteranya.

C. Tema

Tema adalah suatu pesan yang ingin disampaikan kepada penonton.

1. Tema Ceritera

Sumber-sumber yang dapat dipakai sebagai materi tema tari adalah


sebagai berikut:
a. Binatang: pilihlah tema dari jenis-jenis binatang yang menarik dan
sesuai utuk dilakukan anak setingkat SD/MI, misalnya kupu-kupu,
kelinci, dll.
b. Alam: alam sekitar dapat menjadi tema dalam menyusun karya tari,
misalnya pepohonan, bunga, matahari, dll.
c. Kegiatan sehari-hari: kehidupan masyarakat dapat diangkat menjadi
tema ceritera. Misalnya membatik, menenun, dll.
d. Suasana hati: emosi atau suasana hati dapat pula menjadi sumber
tema, misalnya suasana gembira, gembira habis panen, gembira
bermain, dll.
2. Tema Gerak
Gerak tubuh dibagi menjadi 4 bagian gerak, yaitu:

a. Gerak kaki;

b. Gerak tangan;

c. Gerak badan/ torso; dan

d. Gerak kepala

Anda mungkin juga menyukai