Anda di halaman 1dari 4

BAB 12

INFLASI DAN PENGANGGURAN

A. Inflasi (Inflation)
1. Definisi dan Pengertian Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan
terus-menerus. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar
dapat dikatakan telah terjadi inflasi:
a. Kenaikan Harga
b. Bersifat Umum
c. Berlangsung Terus-Menerus
2. Stagflasi
Stagflasi menerangkan kombinasi dari dua keadaan buruk, yaitu
stagnasi dan inflasi. Stagnasi adalah kondisi di mana tingkat pertumbuhan
ekonomi sekitar nol persen per tahun. Jumlah output relatif tidak bertambah.
Sayangnya, kondisi ini disertai inflasi. Secara grafis dalam Gambar 20.7 terlihat
stagflasi akan terjadi jika permintaan agregat (AD) bertambah, sedangkan
penawaran agregat (AS) berkurang.
3. Beberapa Indikator Inflasi
Terdapat beberapa indikator makroekonomi yang digunakan untuk
mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu. Tiga diantaranya akan
dibahas dalam uraian berikut ini.
a. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)
Indeks harga konsumen (IHK) adalah angka indeks yang
menunjukkan tingkat harga barang angat berg dan jasa yang harus dibeli
konsumen dalam satu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan
menghitung harga-harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi
masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing-masing harga barang dan
jasa tersebut diberi bobot (weigthed) berdasarkan tingkat keutamaannya.
Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot yang paling
besar.
b. Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)
Jika IHK melihat inflasi dari sisi konsumen, maka Indeks Harga
Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena
itu, IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen (producer
price index). IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen
pada berbagai tingkat produksi.
c. Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)
Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan
gambaran laju inflasi yang sangat terbatas. Sebab, dilihat dari metode
penghitungannya, kedua indikator tersebut hanya melingkupi puluhan
atau ratusan jenis barang jasa, di beberapa puluh kota saja. Padahal dalam
kenyataan, jenis barang dan jasa yang diproduksi atau dikonsumsi dalam
sebuah perekonomian dapat mencapai ribuan, puluhan ribu, bahkan
mungkin ratusan ribu jenis. Kegiatan ekonomi juga terjadi tidak hanya di
beberapa kota saja, melainkan seluruh pelosok wilayah. Untuk
mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan sebenarnya,
ekonom menggunakan indeks harga implisit (GDP deflator), disingkat IHI.

B. Pengangguran (Unemployment)
Menganggur tidak sama dengan tidak bekerja atau tidak mau bekerja.
Seseorang yang tidak mau bekerja, tidak dapat dikatakan sebagai pengangguran.
Sebab jika dia mencari pekerjaan (ingin bekerja), mungkin dengan segera
mendapatkannya. Kalau begitu, mengapa ia tidak mau bekerja? Mungkin karena
sudah kaya! Misalnya, tabungannya sudah mencapai Rp5 miliar. Jika tingkat
bunga deposito bersih (setelah dipotong pajak) 1% per bulan (12% per tahun),
maka tanpa bekerja pun penghasilannya mencapai Rp50 juta per bulan.
Penghasilan itu sudah lebih dari cukup baginya. Alasan-alasan lain yang membuat
orang tidak (mau) bekerja antara lain adalah ibu-ibu yang harus mengasuh anak,
atau remaja/pemuda yang harus sekolah atau kuliah dahulu.
1. Definisi dan Pengertian Pengangguran
Contoh dalam paragraf di atas merupakan pengantar agar kita lebih
mudah memahami konsep pengangguran (unemployment). Sebab definisi
ekonomi tentang pengangguran tidak identik dengan tidak (mau) bekerja.
Seseorang baru dikatakan menganggur bila dia ingin bekerja dan telah
berusaha mencari kerja, namun tidak mendapatkannya.
a. Pendekatan Angkatan Kerja ( Labour Force Approach)
Pendekatan ini mendefinisikan penganggur sebagai angkatan kerja
yang tidak bekerja
b. Pendekatan Pemanfaatan Tenaga Kerja (Labour Utilization Approach)
Dalam pendekatan ini, angkatan kerja dibedakan menjadi tiga
kelompok, yakni:
1) Menganggur (unemployed), yaitu mereka yang sama sekali tidak
bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Kelompok ini sering disebut
juga pengangguran terbuka (open unemployment). Berdasarkan definisi
ini, tingkat pengangguran di Indonesia umumnya relatif rendah, yaitu
3%-5% per tahun.
2) Setengah menganggur (underemployed), yaitu mereka yang bekerja,
tetapi belum dimanfaatkan secara penuh. Artinya jam kerja mereka
dalam seminggu kurang dari 35 jam. Berdasarkan definisi ini tingkat
pengangguran di Indonesia relatif tinggi, karena angkanya berkisar 35%
per tahun.
3) Bekerja penuh (employed), yaitu orang-orang yang bekerja penuh atau
jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu.
2. Jenis-Jenis Pengangguran
Dalam studi makroekonomi yang lebih lanjut, pembahasan masalah
pengangguran akan dilakukan lebih spesifik dan cermat. Misalnya, akan
dibahas apakah pengangguran yang terjadi merupakan pengangguran sukarela
(voluntary unemployment) atau pengangguran dukalara (involuntary
unemployment). Pengangguran sukarela adalah pengangguran yang bersifat
sementara, karena seseorang ingin mencari pekerjaan yang lebih baik atau
lebih cocok Pengangguran dukalara adalah pengangguran yang terpaksa
diterima oleh seseorang, walaupun sebenarnya dia masih ingin bekerja.
Pengangguran sukarela dan dukalara erat kaitannya dengan jenis-jenis
pengangguran berikut ini.
a. Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment)
Apabila dalam suatu periode tertentu perekonomian terus-
menerus mengalami perkembangan yang pesat, jumlah dan tingkat
pengangguran akan menjadi semakin rendah. Pada akhirnya
perekonomian dapat mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh
(full employment). Yaitu apabila pengangguran tidak melebihi 4%.
Pengangguran ini dinamakan pengangguran friksional (frictional
unemployment). Segolongan ahli ekonomi menggunakan istilah
pengangguran normal atau pengangguran mencari (search
unemployment). Pengangguran jenis ini bersifat sementara dan terjadi
karena adanya kesenjangan antara pencari kerja dengan lowongan kerja.
Kesenjangan ini dapat berupa kesenjangan waktu, informasi, ataupun
karena kondisi geografis/jarak antara pencari kerja dan kesempatan
(lowongan) kerja. Mereka yang masuk dalam kategori pengangguran
sementara umumnya rela menganggur (voluntary unemployment) untuk
mendapat pekerjaan.
b. Pengangguran Struktural (Structural Unemployment)
Dikatakan pengangguran struktural karena sifatnya yang
mendasar. Pencari kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang
dibutuhkan untuk lowongan pekerjaan yang tersedia. Hal ini terjadi dalam
perekonomian yang berkembang pesat. Makin tinggi dan rumitnya proses
produksi dan atau teknologi produksi yang digunakan, menuntut
persyaratan tenaga kerja yang juga makin tinggi.
Dilihat dari sifatnya, pengangguran struktural lebih sulit diatasi
dibanding pengangguran friksional. Selain membutuhkan pendanaan yang
besar, juga waktu yang lama. Bahkan untuk Indonesia, pengangguran
struktural merupakan masalah yang besar di masa mendatang, jika tidak
ada perbaikan kualitas SDM.
c. Pengangguran Siklis (Cyclical Unemployment)
Pengangguran siklis (cyclical unemployment) atau pengangguran
konjungtur adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan-
perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian. Ketika kegiatan
ekonomi mengalami kemunduran, perusahaan-perusahaan harus
mengurangi kegiatan memproduksi. Dalam pelaksanaannya berarti jam
kerja dikurangi, sebagian mesin produksi tidak digunakan, dan sebagian
tenaga kerja diberhentikan. Dengan demikian, kemunduran ekonomi
akan menaikkan jumlah dan tingkat pengangguran. Pengangguran
konjungtur hanya dapat dikurangi atau diatasi masalahnya apabila
pertumbuhan ekonomi yang terjadi setelah kemunduran ekonomi cukup
besar juga dapat menyediakan kesempatan kerja baru yang lebih besar
dari pertambahan tenaga kerja yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai