Anda di halaman 1dari 13

A. Pemikiran Tentang Pencatatan Perkawinan di Indonesia.

Undang-undang RI tentang Perkawinan No. 1 tahun 1974 diundangkan pada


tanggal 2 Januari 1974 dan diberlakukan bersamaan dengan dikeluarkannya peraturan
pelaksanaan yaitu Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU No. 1
tahun 1974 tentang Perkawinan.
Menurut UU Perkawinan, perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria
dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 UU
Perkawinan).
Mengenai sahnya perkawinan dan pencatatan perkawinan terdapat pada pasal 2
UU Perkawinan, yang berbunyi:
1. Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya
dan kepercayaannya itu;
2. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Hikmah Pernikahan
Allah SWT berfirman :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”(Ar-ruum,21)
Pernikahan menjadikan proses keberlangsungan hidup manusia didunia ini berlanjut,
darigenerasi ke generasi. Selain juga menjadi penyalur nafsu birahi, melalui hubungan
suami istri serta menghindari godaan syetan yang menjerumuskan. Pernikahan juga
berfungsi untuk mengatur hubungan laki-laki dan perempuan berdasarkan pada asas
saling menolong dalam wilayah kasih sayang dan penghormatan muslimah berkewajiban
untuk mengerjakan tugas didalam rumah tangganya seperti mengatur rumah, mendidik
anak, dan menciptakan suasana yang menyenangkan. Supaya suami dapat mengerjakan
kewajibannya dengan baik untuk kepentingan dunia dan akhirat.
Adapun hikmah yang lain dalam pernikahannya itu yaitu :
o Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan berkembang biak dan
berketurunan.
o Mampu menjaga suami istri terjerumus dalam perbuatan nista dan mampu
mengekang syahwat seta menahan pandangan dari sesuatu yang diharamkan.
o Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa denagn cara duduk-duduk dan
bencrengkramah dengan pacarannya.
o Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya sesuai dengan tabiat kewanitaan
yang diciptakan.

C. Pengertian Pernikahan dalam Islam


Pernikahan berasal dari kata nikah yang menurut bahasa al-jam’u dan al-dhamu
yang artinya kumpul atau mengumpulkan, dan digunakan untuk kata bersetubuh. Nikah
(Zawaj) bisa diartikan dengan aqdu al-tazwij yang artinya akad nikah dan juga bisa
diartikan (wath’u al-zaujah) bermakna menyetubuhi istri.
Definisi yang lain mengemukakan bahwa nikah berasal dari bahasa arab
”nikahun”yang merupakan masdar atau asal kata dari kata kerja ”nakaha”, sinonimnya
”tazawwaja” kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai”perkawinan”.
Menurut istilah ilmu fiqih (terminologi) para fuqaha mendefinisikan nikah yaitu suatu
akad perjanjian yang mengandung kebolehan melakukan hubungan seksual
(persetubuhan) dengan memakai kata-kata (lafaz) nikah atau tazwij.

D. Ketentuan Hukum Pernikahan Dalam Islam


Hukum nikah pada dasarnya bisa berubah sesuai dengan keadaan pelakunya. Ini
disebabkan kondisi mukallaf, baik dari segi karakter manusiaannya maupun dari segi
kemampuan hartanya. Hukum nikah tidak hanya satu yang berlaku bagi seluruh
mukallaf. Masing-masing mukallaf mempunyai hukum tersendiri yang spesifik sesuai
dengan kondisinya yang spesifik pula, baik persyaratan harta, fisik, dan atau akhlak.1[6]
Nikah ditinjau dari segi hukum syar’i ada lima macam. Terkadang hukum nikah
itu wajib, terkadang bisa menjadi sunnah, kadang itu hukumnya haram, kadang menjadi
makruh dan mubah atau hukumnya boleh menurut syari’at. Sebagian ulama membaginya
kepada lima kategori sebagaimana halnya pembagian hukum perbuatan, Sedangkan
sebagian ulama lainya membagi hukum perkawinan tidaklah demikian, yaitu :  
1. Mazhab Syafi’i mengatakan bahwa hukum asal perkawinan adalah mubah (boleh).

1
2. Mazhab Hanafi, Maliki, dan Ahmad Hambali mengatakan bahwa hukum
melangsungkan perkawinan adalah sunat.
3. Dawud Zahiri mengatakan bahwa hukum melangsungkan perkawinan adalah wajib
bagi orang muslim satu kali seumur hidup.2[8]
4. Sedangkan Sayyid Sabiq menyimpulkan lima kategori hukum dari perkawinan itu,
yaitu :
 Wajib, apabila seseorang sudah mampu kawin, nafsunya mendesak dan takut
terjerumus dalam perzinahan.
 Sunnah, bagi seseorang yang nafsunya telah mendesak dan mampu untuk kawin
tetapi masih dapat menahan dirinya dari berbuat zina.
 Haram, apabila seseorang yang tidak mampu memenuhi nafkah batin dan
lahirnya kepada istrinya serta nafsunya tidak mendesak.
 Makruh, apabila seseorang yang hendak kawin lemah syahwatnya dan tidak
mampu memberi belanja istrinya walaupun tidak merugikan istri.
 Mubah, jika seseorang tidak terdesak oleh semua alasan yang mewajibkan dan
mengharamkan untuk kawin.
Hukum nikah dapat berubah sesuai dengan kondisi dan situasi dan akan kembali
kepada hukum yang lima (al-ahkamul khasah).3[9] Menurut syariat, disunnahkan
menikahi wanita yang mempunyai latar belakang agama yang baik,mampu menjaga
diri dan berasal dari keturunan orang baik-baik.4[10]

E. Tujuan Pernikahan
Orang yang menikah sepantasnya tidak hanya bertujuan untuk menunaikan
syahwatnya semata, sebagaimana tujuan kebanyakan manusia pada hari ini. Namun
hendaknya ia menikah karena tujuan-tujuan berikut ini:
1) Melaksanakan anjuran Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
2) Memperbanyak keturunan umat ini
3) Menjaga kemaluannya dan kemaluan istrinya, menundukkan pandangannya dan
pandangan istrinya dari yang haram.

4
F. Dalil Naqli Tentang Pernikahan
ٍ ۢ َ‫ق لَ ُكم ِّم ْن َأنفُ ِس ُك ْم َأ ْز ٰ َو ۭ ًجا لِّتَ ْس ُكنُ ٓو ۟ا ِإلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُكم َّم َو َّد ۭةً َو َرحْ َمةً ۚ ِإ َّن فِى ٰ َذلِكَ َل َءا ٰي‬
َ‫ت لِّقَوْ ۢ ٍم يَتَفَ َّكرُون‬ َ َ‫َو ِم ْن َءا ٰيَتِ ِٓۦه َأ ْن خَ ل‬
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” [QS. Ar. Ruum (30):21].

G. Rukun dan Syarat Nikah


1. Rukun perkawinan
a. Dua orang yang saling melakukan aqad perkawinan, yaitu mempelai laki-laki dan
mempelai perempuan.
b. Adanya wali.
c. Adanya 2 orang saksi
d. Dilakukan dengan shighat(akad) tertentu. sighat (akad) yaitu perkataan dari pihak
perempuan seperti kata wali. tidak sah nikah kecuali dengan lafadz nikah.

2. Syarat Kedua mempelai


Adapun syarat dua mempunyai ialah :
a. Syarat pengantin pria
Syari'at islam menentukan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon
suami berdasarkan ijtihad para ulama, ialah:
 Calon suami beragama islam.
 Terang bahwa calon suami itu betul laki-laki.
 Orangnya diketahui dan tertentu.
 Calon mempelai laki-laki itu jelas halal kawin dengan calon istri.
 Calon mempelai laki-laki tahu/kenal pada calon istri serta tahu betul calon
istrinya halal baginya.
 Calon suami ridha (tidak dipaksa) untuk melakukan perkawinan itu.
 Tidak sedang melakukan ihram.
 Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri.
 Tidak sedang mempunyai istri empat.
b. Syarat calon pengantin perempuan
Syari'at islam menentukan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh
calon suami berdasarkan ijtihad para ulama, ialah:
 Calon suami beragama islam.
 Terang bahwa ia wanita, bukan Khuntsa.
 Wanita itu tertentu orangnya.
 Halal bagi calon suami.
 Wanita tidak dalam ikatan perkawinan dan tidak masih dalam 'iddah.
 Tidak dipaksa/ikhtiyar.
 Tidak dalam keadaan ihram haji atau umrah.

c. Syarat-syarat wali
Perkawinan dilangsungkan oleh wali pihak mempelai perempuan atau
wakilnya dengan calon suami atau wakilnya. Wali hendaklah seorang lelaki,
muslim, baligh, berakal dan adil, artinya tidak fasik. Karena itu perkawinan tanpa
wali dianggap tidak sah. Hal ini dilandaskan pada hadits Nabi SAW.:
)‫(رواه الخمسة إال أنسائى‬.‫ال نكاح إال بولى‬
"Tidak ada perkawinan tanpa wali." (HR. Al Khomsah kecuali An Nasaiy)

Hanafi Tidak mensyaratkan wali dalam perkawinan. Perempuan yang


telah baligh dan berakal, boleh mengawinkan dirinya sendiri, tanpa wajib dihadiri
oleh dua orang saksi, sedang Malik berpendapat, wali adalah syarat untuk
mengawinkan perempuan bangsawan, bukan untuk mengawinkan perempuan
awam. 5[6]
Wali dan saksi bertanggung jawab atas sahnya akad nikah oleh karena itu,
tidak semua orang dapat diterima menjadi saksi atau wali.tetapi hendaklah orang-
orang yang memiliki beberapa sifat sebagai berikut :
 Islam. orang yang tidak beragama islam tidak sah menjdi wali atau saksi.
 Balig. (sudah berumur 15 tahun)
 Berakal
 Merdeka

5[6]Darajdat,Zakiah.Ilmu Fiqih.Yogyakarta:PT Dana Bhakti Wakaf. Hal 77


 Laki-laki
 Adil
Yangdianggap sah menjadi wali mempelai perempuan ialah menurut
susunan yang akan diuraikan dibawah ini :
 Bapaknya
 Kakeknya (bapak dari bapak mempelai perempuan)
 Saudara laki-laki yang seibu sebapak dengannya.
 Saudara laki-laki yang sebapak saja dengannya.
 Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang seibu sebapak dengannya.
 Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang sebapak saja dengannya.
 Saudara bapak yang laki-laki (paman dari pihak bapak)
 Anak laki-laki pamanya dari pihak bapaknya
 Hakim6[7]

d. Syarat-syarat saksi
Saksi yang menghadiri akad nikah haruslah dua orang, lelaki, muslim,
baligh, berakal, melihat dan mendengar serta mengerti (faham) akan maksud akad
nikah. Tetapi menurut Hanafi dan Hambali, boleh juga saksi itu lelaki dan dua
orang perempuan. Dan menurut Hanafi, boleh dua orang buta atau dua orang fasik
(tidak adil).
Selanjutnya orang tuli, orang tidur dan orang mabuk tidak boleh menjadi
saksi.Sebagian besar ulama berpendapat saksi merupakan syarat (rukun)
perkawinan. Karena itu perkawinan (akad nikah) tanpa dua orang saksi tidak sah.
Inilah pendapat Syafi'i, Hanafi dan Hambali.
 Bersifat adil
 Perempuan Menjadi Saksi
 Harus Orang Merdeka
 Harus Orang Islam

H. Thalak ( Perceraian )
6
1. Pengertian Thalak
Di dalam Islam, penceraian merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh Islam
tetapi dibolehkan dengan alasan dan sebab-sebab tertentu.Talak menurut bahasa
bermaksud melepaskan ikatan dan menurut syarak pula, talak membawa maksud
melepaskan ikatan perkahwinan dengan lafaz talak dan seumpamanya. Talak
merupakan suatu jalan penyelesaian yang terakhir sekiranya suami dan isteri tidak
dapat hidup bersama dan mencari kata sepakat untuk mecari kebahagian
berumahtangga. Talak merupakan perkara yang dibenci Allah s.w.t tetapi
dibenarkan.

2. Sebab-Sebab Thalak
Adanya Ketidakjujuran
“Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan kepada kebaikan, dan
kebaikan itu akan mengantarkan ke surga. Seseorang yang berbuat jujur oleh
Allah akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya bohong itu akan
menunjukkan kepada kezaliman, dan kezaliman itu akan mengantarkan ke arah
neraka”. (HR Bukhar muslim).
Penyebab talak dalam islam yang pertama dan yang paling sering terjadi
dari kisah nyata nyata orang orang yang melakukan talak ialah adanya
ketidakjujuran antara salah satu pihak atau keduanya satu sama lain. keutamaan
jujur dalam islam memang penting dimana dalam pernikahan telah diucap janji
untuk saling menjaga, saling terbuka, dan saling setia, jika hal tersebut nyatanya
tidak mampu mereka laksananakan dalam kehidupan berkeluarga, jadilah talak
pada akhirnya karena hubungan yang tidak ada rasa percaya satu sama lain tidak
akan mungkin bisa bertahan.
Dari Tutur Kata
“Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia, … (QS Al
Baqarah :83). Selanjutnya hingga dapat terjadi talak ialah dari tutur kata. Laki
laki dan wanita memiliki karakter dasar yang berlawanan, laki laki memang
cenderung tidak memperlihatkan rasa kepeduliannya secara langsung atau terbiasa
berkata kata yang menurutnya biasa saja tapi kasar di telinga wanita. cara
Rasulullah memuliakan istri juga selalu kata baik sehingga tidak menyakiti
wanita. Untuk masalah ini kedua pasangan harus saling terbuka mengenai kalimat
seperti apa yang disukai atau yang menimbulkan sakit hati, sehingga tidak
menyebabkan rasa sakit yang dipendam yang dapat berujung kepada talak.
Tidak Menjaga Pandangan
“Janganlah engkau iringkan satu pandangan kepada wanita yang bukan
mahram dengan pandangan lain, karena pandangan yang pertama itu halal
bagimu, tetapi tidak yang kedua!“. (HR Abu Daud). Jelas bahwa Allah selalu
memerintahkan untuk menjaga pandangan, melihat kepada yang bukan muhrim
membuat mudah merasuknya syetan ke dalam hati dan syetan senang
menunjukkan keburukan pasangannya, baik laki laki atau wanita wajib menjaga
diri, wajib hanya melihat kepada seeorang yang telah menjadi muhrimnya saja.
bahaya nafsu dalam islam contohnya adalah terjadi permasalahan dalam rumah
tangga.
Minim Ilmu
“Mintalah ilmu yang bermanfaat dan berlindunglah kepada Nya dari
ilmu yang tidak bermanfaat”. (HR Ibnu Majah no 3843). Wanita dan pria yang
dewasa ketika menikah seharusnya sudah memiliki ilmu tentang kehidupan
rumah tangga sehingga nantinya mudah beradaptasi dan memahami kebiasaan
satu sama lain serta mmapu berbuat yang terbaik untuk satu sama lain.
kedewasaan akan berpengaruh pada kehidupan rumah tangga sebab itu wajib
untuk selalu belajar dewasa dalam segala hal. keutamaan berilmu dalam islam
juga penting dalam kehidupan rumah tangga.
Kurang Bersyukur
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik baiknya (QS At Tin : 4). Kurangnya rasa syukur membuat kasih sayang
kepada pasangan berkurang karena tidak melihat sisi baik dari pasangannya
sehingga menjadi penyebab talak. keutamaan bersyukur dalam islam harus
diterapkan sebagai cara untuk mengatasinya sehingga pasangan saling
mensyukuri keberadaan satu sama lain dan rasa cinta timbul lebih dalam.
Niat Awal Bukan Karena Allah
“Mereka mencintainya (memuja dan mentaatinya) sebagaimana mereka
mencintai Allah, sedang orang orang yang beriman itu lebih cinta (taat) kepada
Allah”. (Al Baqarah : 165). Jika niat awal menikah karena fisik atau harta maka
nantinya akan dihinakan Allah dan tidak memiliki kehidupan rumah tangga yang
berkah karena tidak menerima apa adanya.
Hawa Nafsu
“Dijadikan indah bagi manusia kesukaan kepada benda benda yang
diingini, yaitu perempuan perempuan dan anak anak, harta benda yang banyak
dari emas dan perak”. (Ali Imron : 14). Nafsu dapat menyebabkan talak karena
membuat seseorang hilang kendali dan hanya berfikir secara jangka pendek tidak
mempertimbangkan masa depan.

3. Macam-Macam Thalak
a. Macam-macam Talak Berdasar Waktu Jatuhnya
 Munajjaz atau Mu'ajjal
Talak yang jatuh pada saat diucapkan waktu itu juga. Ungkapan
yang berlaku selama suami yang dianggap sah telah menjatuhkan talak pada
istri sahnya. Misalkan seorang suami berucap, "Engkau telah ditalak," atau
"Engkau telah tertalak."
 Mudhaf
Menyandarkan talak pada waktu yang akan datang. Sebagai contoh,
suami mengucapkan "Engkau tertalak pada esok hari."
 Mu'allaq atau Talak Ta'liq
Macam talak berdasar waktu selanjutnya mu'allaq atau talak yang
bersyarat. Talak yang bergantung pada suatu perkara di masa
mendatang.Misalkan suami berkata, "Jika engkau masuk lagi ke rumah si
Fulan, maka engkau tertalak."

b. Macam-Macam Talak Ditinjau dari Segi Jumlah


 Talak Satu
Talak satu ialah talak yang pertama kali diucapkan oleh suami pada
istrinya dan hanya dengan satu kata talak.
 Talak Dua
Talak dua merupakan talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya
yang kedua kali atau untuk yang pertama kalinya tetapi dengan dua talak
sekaligus. Misalkan, "Aku talak kamu dengan talak dua."
 Talak Tiga
Talak tiga adalah talak yang disampaikan oleh suami kepada istrinya
untuk yang ketiga kalinya. Bisa pula pertama kali diucapkan, tapi langsung
talak tiga. Contohnya suami berujar: "Aku talak kamu dengan talak tiga."

c. Macam-Macam Talak Berdasarkan Segi Tegas Atau Tidaknya


 Talak Sarih
Talak sarih ialah talak yang diucapkan dengan kata-kata yang jelas
maknanya untuk menceraikan. Misal: "Saya ceraikan kamu" atau "Kamu
telah haram bagiku".Talak dengan ketegasan jenis ini berarti pasangan
tersebut sudah sah bercerai menurut Islam.
 Talak Kinaya
Sedangkan talak kinaya diucapkan dengan kata-kata yang belum jelas
maknanya. Contoh: "Aku tidak bisa hidup denganmu lagi".
d. Macam-Macam Talak Ditinjau dari Segi Boleh Tidaknya Rujuk
 Talak Raj'i
Talak raj'i merupakan talak yang boleh untuk rujuk lagi saat istri sedang
dalam masa iddah. Namun, apabila istri sudah di luar masa iddah, rujuk hanya
boleh dilakukan dengan akad nikah yang baru. Jenis talak raj'i, suami hanya
memiliki kesempatan untuk menjatuhkan talak 1 dan 2. Sedangkan yang ketiga,
talaknya akan menjadi talak bain.
 Talak Bain
Talak Bain terbagi jadi dua, yakni talak bain sugra dan talak bain
kubra. Talak bain sugra ialah talak yang hilangnya kepemilikan mantan
suami terhadap mantan istri. Tapi diperbolehkan mantan suami untuk rujuk
dengan melakukan akad nikah ulang.

e. Macam Talak Berdasar Segi Langsung Atau Tidaknya Menjatuhkan


 Talak Muallaq
Talak Muallaq merupakan talak yang dikaitkan dengan syarat tertentu.
Talak ini jatuh apabila syarat yang disebutkan suami terwujud.Misalkan suami
mengatakan, "Engkau tertalak apabila meninggalkan salat". Maka bila istri
benar-benar tidak salat, jatuhlah talak.
 Talak Ghairu Muallaq
Sebaliknya, talak Ghairu Muallaq tidak dikaitkan dengan suatu syarat
tertentu. Semisal suami mengatakan, "Sekarang juga engkau aku talak."
f. Talak Ditinjau dari Segi Keadaan Istri
 Talak Sunny
Talak Sunny adalah talak yang dijatuhkan oleh suami pada istri sah
yang pernah dicampurinya. Pada waktu itu keadaan istri tengah suci atau
tidak haidh atau tidak bermasalah secara hukum syara'.Keadaan istri sudah
suci belum dicampuri oleh suami, atau sedang hamil dan jelas
kehamilannya.
 Talak Bid'iy
Talak bid'iy yaitu talak yang dijatuhkan suami kepada istri yang
pernah dicampurinya. Pada saat itu keadaan istri sedang haid atau
bermasalah (dalam pandangan syar'i).
 Talak La Sunny Wala Bid’iy
Secara bahasa berarti "Bukan talak sunny dan talak bid’iy",
merupakan talak yang dijatuhkan suami dengan keadaan istri belum pernah
dicampuri sama sekali. Belum pernah haid karena masih kecil atau sudah
berhenti haid (menopause).

g. Talak Ditinjau Dari Segi Cara Suami Menyampaikan Talak


 Talak dengan Ucapan
Talak yang disampaikan oleh suami pada istrinya secara langsung,
dengan ucapan lisan dan di hadapan istrinya. Sehingga mendengar ucapan
suami dengan jelas.
 Talak dengan Tulisan
Berikutnya talak dengan tulisan, tentunya disampaikan oleh suami
dalam bentuk untaian kata. Kemudian sang istri membaca dan memahami
isinya.
h. Talak dengan Isyarat
Talak selanjutnya disampaikan menggunakan isyarat dari suami yang
tidak bisa bicara (tuna wicara). Sepanjang isyarat itu jelas dan benar sesuai yang
dimaksudkan untuk talak. Sementara sang istri memahami isyarat tersebut.
i. Talak dengan Utusan
Jenis yang terakhir ialah talak yang dijatuhkan suami melalui perantara
orang lain yang dipercaya. Orang tersebut yang akan menyampaikan maksud
bahwa suami mentalak sang istri.

I. IDDAH
Iddah adalah waktu menunggu bagi mantan istri yang telah diceraikan oleh mantan
suaminya, baik itu karena thalak atau diceraikannya. Ataupun karena suaminya
meninggal dunia yang pada waktu tunggu itu mantan istri belum boleh melangsungkan
pernikahan kembali dengan laki-laki lain. Pada saat iddah inilah antara kedua belah pihak
yang telah mengadakan perceraian, masing-masing masih mempunyai hak dan kewajiban
antara keduanya.Lamanya masa iddah bagi perempuan adalah sebagai berikut:
1. Perempuan yang masih mengalami haid secara normal, iddahnya tiga kali suci
2. Perempuan yang tidak mengalami lagi haid (menopause) atau belum mengalami
sama sekali, iddahnya tiga bulan
3. Perempuan yang ditinggal mati suaminya, iddahnya empat bulan sepuluh hari
4. Perempuan yang sedang hamil, iddahnya sampai melahirkan

J. RUJUK
Menurut bahasa rujuk boleh didefinisikan sebagai kembali. Manakala menurut
syarak, ia membawa maksud suami kembali semula kepada isterinya yang diceraikan
dengan ikatan pernikahan asal (dalam masa idah) dengan lafaz rujuk.

Hukum rujuk
Hukum Penjelasan
Bagi suami yang menceraikan isterinya yang belum menyempurnakan gilirannya
Wajib
dari isteri-isterinya yang lain
Suami merujuk isterinya dengan tujuan untuk menyakiti atau memudaratkan
Haram
isterinya itu
Makruh Apabila penceraian lebih baik antara suami dan isteri
Harus Sekirannya rujuk boleh membawa kebaikan bersama

Rukun rujuk
Perkara Syarat
Berakal
Suami Baligh
Dengan kerelaan sendiri
Telah disetubuhi
Berkeadaan talak raj’i
Isteri Bukan dengan talak tiga
Bukan cerai secara khuluk
Masih dalam idah
Ucapan yang jelas menyatakan rujuk
Tiada disyaratkan dengan khiar atau pilihan
Lafaz
Disegerakan tanpa dikaitkan dengan taklik atau bersyarat
Dengan sengaja dan bukan paksaan

Contoh lafaz rujuk


1. Lafaz sarih
Lafaz terang dan jelas menunjukkan rujuk. Contoh : “Saya rujuk awak
kembali” atau “Saya kembali semula awak sebagai isteri saya.”
2.     Lafaz kinayah
Lafaz kiasan atau sindiran. Contoh : “Saya jadikan awak milik saya semula”
atau “Saya pegang awak semula”. Lafaz kinayah perlu dengan niat suami untuk
merujuk kerana jika dengan niat rujuk, maka jadilah rujuk. Namun jika tiada niat
rujuk, maka tidak sahlah rujuknya.

Anda mungkin juga menyukai