Anda di halaman 1dari 2

Yang mendasari terjadinya sengketa tanah di Indonesia adalah tidak

adanya bukti yang sah tentang kepemilikan tanah tersebut. Sehingga


pada akhirnya ada lebih dari 1 orang yang mengklaim bahwa tanah
tersebut adalah miliknya. Oleh karena itu di dalam konsep administrasi
pertanahan di Indonesia disebutkan bahwa setiap tanah yang dimiliki
harus memiliki bukti yang sah berupa sertifikat kepemilikan. Sehingga
kuat di mata hukum (Yuridis).

Pasal ini merupakan landasan hukum bagi pendaftaran tanah khususnya


pendaftaran tanah yang dilakukan oleh Pemerintah di seluruh wilayah di
Indonesia. Dengan demikian persoalan-persoalan yang berhubungan
dengan tanah seperti penguasaan tanah, pemilikan dan penggunaan
tanah oleh orang atau badan hukum yang melanggar ketentuan-
ketentuan peraturan perundang-undangan Pertanahan yang berlaku,
jual beli tanah di luar prosedur yang berlaku, penggunaan tanah yang
tidak sesuai dengan peruntukkannya, adanya sertifikat.

Pendaftaran tanah mempunyai arti penting dan mempunyai manfaat


dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dalam sejarah umat
manusia dan bangsa dimulai dari tanah, dan bahkan konon manusia
pertama diciptakan dari tanah. Awalnya tanah merupakan kebutuhan
dasar seperti untuk tempat tinggal, ladang untuk budidaya tanaman dan
memungut hasil, maupun ladang untuk berburu hewan. Dewasa ini
tanah bagi masyarakat mempunyai makna yang multi dimensi, yaitu:
ekonomi, sosio-kultural, sosiorelegi, hukum, politik, pertahanan,
keamanan, dan kedaulatan suatu Negara. Multi dimensi pemaknaan
tanah mengakibatkan dalam penyelenggaraan urusan pertanahan
menjadi kompleks dan merupakan masalah lintas sektoral,serta dari
sudut pandang hak individual, kepemilikan tanah merupakan komponen
dari hak asasi manusia.

Banyak sekali kasus di Indonesia tentang sengketa kepemilikan tanah,


dan hampir masalah terbesarnya adalah tidak ada bukti yang sah,
kemudian masalah berikutnya adalah adanya sertifikat ganda dari tanah
tersebut.
Dahulu untuk mengklaim sebuah tanah cukup dengan membuat patok
dan batas-batas tertentu, namun dengan seiring perkembangan zaman
maka hal tersebut tidak memiliki kepastian hukum yang sah untuk
mengklaim sebidang tanah. Oleh karena itu di Indonesia sendiri ada
hukum yang mengatur tentang pertanahan yaitu Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria. Tanah seseorang harus diukur dan didaftarkan
secara hukum sehingga dikeluarkan sertifikat yang sah dari kantor Badan
Pertanahan Nasional (BPN).

Anda mungkin juga menyukai