00
KARYA A. WARITS ROVI: KRITIK OBJEKTIF M.H ABRAMS
Syariani
Abstrak. Kajian ini membahas tentang dosa seorang istri yang tidur pada pukul
19.00 dalam cerpen karya A. Warits Rovi dengan menggunakan pendekatan
dalam kajian objektif M.H Abrams. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap
secara mendalam unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen tersebut yang
berdasar pada kajian sastra M.H Abrams. Dalam penelitian ini menggunakan
teknik pengumpulan data yaitu teknik baca dan catat pada sebuah dokumen,
dengan tiga tahapan yakni mengidentifikasi, mengklasifikasi dan
mendeskripsikan. Hasil penelitian ini akan menghasilkan sebuah penafsiran
seberapa eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku
dalam kajian sastra objektif.
PENDAHULUAN
Sastra adalah istilah yang merujuk pada karya sastra atau kumpulan
karya tulis yang ditulis secara artistik atau kreatif, biasanya dalam bentuk puisi,
prosa fiksi, drama, dan bentuk sastra lainnya. Sastra bertujuan untuk
menyampaikan makna dan emosi melalui penggunaan bahasa yang indah dan
puitis. Karya sastra seringkali mengeksplorasi berbagai tema dan aspek
kehidupan manusia, termasuk cinta, perang, kehidupan sehari-hari, politik, dan
masalah-masalah filosofis. Karya sastra juga dapat merefleksikan budaya, nilai,
dan identitas suatu masyarakat.
1
Sastra Indonesia kontemporer masih relatif muda, sehingga banyak
masalah yang muncul dan penyelesaiannya membutuhkan solusi. Dalam
konteks ini, sastra Indonesia (modern) belum menemukan cara yang tepat untuk
memecahkan masalah ini. Ada tiga bagian atau tiga cabang sastra, yaitu: Teori
Sastra, Sejarah Sastra dan Kritik Sastra (Pradopo, 1988). Menurut Abrams dalam
(Pradopo, 1988), kritik sastra adalah penelitian yang berkaitan dengan definisi,
klasifikasi (classification), analisis (analysis), dan evaluasi (evaluation). Untuk
dapat menilai suatu karya sastra itu baik atau buruk dan bernilai seni,
diperlukan seorang kritikus sastra.
Kritik sastra tidak lepas dari beberapa sudut pandang yang berbeda, yang
tentu saja menimbulkan hasil yang berbeda, sekalipun karya sastra yang dinilai
adalah karya sastra yang sama. Berdasarkan penilaian terhadap beberapa karya
sastra yang ada, pendekatan yang paling populer adalah yang dikemukakan oleh
Abrams dalam bukunya Theory of the Universe. Pendekatan Abrams tidak
berbeda dengan penilaian yang berbeda dari beberapa ahli sebelumnya. Abrams
berpendapat bahwa ada hubungan antara pengarang, alam semesta, pembaca,
dan karya sastra. Abrams membuat diagram yang terdiri dari empat pendekatan
yaitu objektif, ekspresif, mimetic dan pragmatik .Oleh karena itu, model Abrams
sangat berguna untuk lebih memahami keragaman teori sastra (Teeuw, 1984).
Selain itu, Abrams juga dikenal karena karyanya yang berjudul "A
Glossary of Literary Terms" (1957) yang telah menjadi buku teks standar dalam
studi sastra. Buku ini memberikan definisi dan penjelasan tentang berbagai
istilah sastra, dari gaya sastra hingga aliran sastra tertentu. Karyanya membantu
banyak mahasiswa sastra dalam memahami konsep-konsep penting dalam
analisis sastra. Abrams juga berperan dalam mempopulerkan teori new criticism
(kritik baru) di Amerika Serikat. New criticism adalah pendekatan kritikal sastra
yang menekankan pada analisis tekstual dan menghindari aspek biografis atau
sejarah penulis dalam memahami karya sastra.
2
Dalam banyak tulisannya, Abrams mengeksplorasi berbagai aliran sastra
dan teori sastra, termasuk romantisme, simbolisme, dan modernisme. Ia juga
mengenalkan gagasan tentang "intentional fallacy" (kesalahan maksud) dan
"affective fallacy" (kesalahan afektif) yang menyuarakan bahwa mencari maksud
atau reaksi emosional pengarang tidak selalu relevan dalam menilai sebuah
karya sastra, karena makna sebenarnya terdapat dalam karya itu sendiri dan
reaksi pembaca.
M.H. Abrams adalah tokoh penting dalam dunia sastra dan pengetahuan
serta kontribusinya masih mempengaruhi studi sastra hingga saat ini. Abrams
juga dikenal karena menyunting dan mengedit banyak antologi sastra, termasuk
"The Norton Anthology of English Literature," yang menjadi salah satu antologi
sastra paling terkenal di dunia. Karya-karyanya telah memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap bidang sastra dan kritik sastra, dan warisannya tetap
menjadi sumber inspirasi bagi para sarjana sastra hingga saat ini.
3
5. Penekanan pada konteks sastra: Meskipun pendekatannya lebih condong
pada analisis intrinsik, Abrams juga mengakui pentingnya
mempertimbangkan konteks sastra saat menafsirkan karya. Ini termasuk
memperhatikan pengaruh dan gaya penulisan dari periode dan aliran
sastra tertentu.
4
METODE PENELTIAN
Cerpen “Dosa seorang istri yang tidur pada pukul 19.00” menjadi pokok
bahasan penulisan ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana tokoh-tokoh serta unsur intrinsik yang terkandung dalam cerpen ini
menjadi fokus utama bagi peneliti. Berdasarkan hal tersebut, M.H Abrams ini
membutuhkan pendekatan objektif untuk mempelajari unsur-unsur intrinsiknya.
Ada banyak penelitian terkait pendekatan objektif menggunakan M.H Abrams
seperti Ardhian, dkk pada analisis novel “money!” yang juga menggunakan
pendekatan objektif. Selain itu, ada juga Anggraini dan Devi dalam analisis
naskah drama “bapak” karya bambang soelarto menggunakan pendekatan
objektif.
HASIL
Pada cerita pendek karya A. Warits Rovi yang berjudul “Dosa seorang
istri yang tidur pada pukul 19.00” telah dilakukan pendekatakan objeketif M.H
Abrams. Intensi atau niat pengarang dalam menciptakan karya sastra berupa
cerita pendek ini adalah untuk menyampaikan kepada setiap wanita agar
berhati-hati dalam memilih pasangan hidup atau seorang suami dan harus
mencari tahu bagaimana karakter calon suami kita agar tidak seperti pada tokoh
utama dalam cerita pendek karya A. Warits Rovi tersebut. Kemudian
penggunaan bahasa yang digunakan dalam cerita pendek karya A. Warits Rovi
ini mudah dipahami dan sederhana. Berdasarkan analisis struktural dengan
menggunakan pendekatan objektif M.H Abrams dalam cerpen yang berjudul
“Dosa Seorang Istri yang Tidur pada Pukul 19.00” karya A. Warits Rovi. Elemen-
elemen seperti tema, karakter, amanat dan lain sebagainya dijelaskan sebagai
berikut:
Judul
Cerpen Dosa seorang istri yang Tidur Pukul 19.00 berjudul seperti yang
ditunjukkan dalam kutipan. Judul tersebut cukup untuk menggambarkan bahwa
5
adalah dosa bagi seorang istri untuk tidur pada waktu tersebut. Kutipan berikut
menjelaskan bahwa pengarang cerpen menyajikan cerita sesuai dengan judulnya:
Malam itu, seusai shalat Isya, ia tertidur, wajahnya tampak damai saat tidur
dalam cahaya redup. Itu hanya berlangsung beberapa menit dan rasa kantuknya
tidak berkurang, tiba-tiba suaminya membangunkannya dengan teriakan keras,
dia ditarik berdiri dengan kasar, tersandung, menguap dan mengucek matanya.
Kutipan di atas menjelaskan bagaimana wanita itu dimarahi saat dia tertidur
setelah sholat magrib. Berdasarkan pengamatan, penulis menggunakan kata-kata
untuk mewakili judul cerpen. Kata yang digunakan adalah setelah sholat isya dia
tertidur... tiba-tiba suaminya membangunkannya dan berteriak keras
memarahinya karena langsung tidur seusai isya. Kutipan ini berarti ketika
seorang istri tidur selepas isya atau pada pukul 19.00 membuat suami marah dan
itu merupakan sebuah dosa seorang istri kepada suaminya.
Tema
Tema yang digunakan adalah judul “Surga dan Neraka Wanita”, yang diambil
dari karakter laki-laki atau seorang suami pada cerpen tersebut. Topik yang
digunakan sangat menarik mengingat jaman sekarang para suami menjual
argumentasi semacam itu untuk membuat istri lebih patuh. Seperti kutipan di
bawah ini:
“Itu bagus. Jika seorang wanita ingin masuk surga dan selamat dari neraka, dia
harus seperti itu, dia harus patuh pada suaminya”, lanjut suaminya, masih
mengerem. Duya hanya tersenyum sendu, tangannya perlahan mulai menuntun
sepeda bolongnya menuju pintu.
"Aku hanya ingin bermain di kamar denganmu setiap malam, tapi jangan hamil.
Jika kamu menolak keinginanku, kamu akan menjadi istri yang tidak patuh,
kamu akan masuk neraka," suaminya selalu mengatakan bahwa dia tidak ingin
memiliki anak.
Duya adalah istri dari laki-laki yang tidak bertanggung jawab atas dirinya
sendiri. Penulis cerpen tahu bagaimana menggambarkan karakter Duya yang
sabar dan lemah di hadapan tindakan suaminya. Dilihat dari kutipan berikut:
6
Suami Duya tidak memiliki pekerjaan dan sangat pemalas. Penulis cerpen
tersebut seolah menggambarkan realita kehidupan pada masa ini: banyak suami
menganggur sedangkan istri bekerja. Penulis sama sekali tidak menyebut nama
suami Duya. Berdasarkan hasil observasi, penulis secara gamblang
menggambarkan sifat suami Duya yang pemalas dan kurang ajar, sebagai
berikut:
Husna adalah sahabat Duya yang setuju untuk membantu ayah Duya dengan
bocah itu. Karakter Husna digambarkan agak menyebalkan karena berpura-pura
tahu tentang masalah perkawinan. Dari situ, pengarang cerpen mampu
membuat geram pembaca karena ulah Husna yang “sadar”. Dilihat dari kutipan
berikut:
Ayahnya kemudian meminta Husna, teman dekat Duya, untuk membujuk Duya
agar segera menikah dengan pria tersebut. Husna segera menyelesaikan
tugasnya. Dia bercerita tentang pernikahan yang membawa banyak keindahan
ke dunia dan akhirat. Bujukan itu tidak cukup hanya sekali, Husna
mengulanginya setiap kali bertemu dengannya setelah sekitar enam bulan.
Hingga suatu saat ia diliputi keyakinan, apalagi ketika Husna mengatakan
bahwa pernikahan adalah bidang ibadah yang dengannya seorang wanita dapat
dengan mudah masuk surga.
Ayah Duya adalah seorang pemaksa, ia menyuruh Husna merayu Duya agar
dikawinkan.
mengatur waktu dan tempat. Setting lokasi yang digunakan penulis cerpen
membuatnya lebih dekat dengan cerita ketika ia bersama suaminya. Namun, ada
satu tempat di mana Duya bertemu dengan Husna. Penulis cerpen tidak
menjelaskan di mana mereka bertemu. Dilihat dari kutipan berikut:
Duya segera bergegas ke kamar mandi Ketika adzan subuh terdengar. Dia harus
pergi bekerja pagi-pagi sekali. Dia menatap suaminya yang masih tidur;
mendengkur, memeluk bantal. Usai salat Subuh, ia menggunakan alatnya untuk
mengisi karung tua penuh sampah yang terbuat dari anyaman batang Siwalan.
Ada sabit, kapak, batu api, sarung tangan, rafia dan sebotol kopi dan makanan
ringan. Dia kemudian menempelkan tas jelek di bagian belakang sepedanya,
yang penuh dengan karat.
7
Duya menyimpan semua luka di jiwanya untuk dirinya sendiri sampai suatu
pagi yang tak terduga, setelah tidak bertemu dengannya selama dua tahun, dia
akhirnya bisa mencurahkan isi hatinya kepada Husna. Mata Husna tidak
berkedip saat melihat keadaan Duya saat itu, tubuhnya kurus dan wajahnya
murung.
Alur
Alur yang digunakan pengarang cerpen menggunakan alur maju dan alur
mundur. Dilihat dari kutipan di bawah ini, penulis sepertinya ingin menarik
perhatian pembaca pada cerita selanjutnya mengapa Duya mengalami luka
tersebut.
Usai salat Subuh, ia menggunakan alatnya untuk mengisi karung tua penuh
sampah yang terbuat dari anyaman batang Siwalan. Ada sabit, kapak, batu api,
sarung tangan, rafia dan sebotol kopi dan makanan ringan. Dia kemudian
menempelkan tas jelek di bagian belakang sepedanya, yang penuh dengan karat.
Duya telah menikah selama empat tahun, tetapi dia masih belum memiliki anak
dan percaya bahwa tidak mungkin memiliki anak karena suaminya melarangnya
untuk hamil. Dia selalu disuruh minum pil KB secara teratur. Pernah dia diam-
diam terlambat, tetapi ketika suaminya mengetahuinya, dia langsung marah dan
menyuruh Duya untuk tidak hamil. Air mata keluar setiap kali dia
memikirkannya, meskipun dia sangat menginginkan untuk memiliki anak. Ia
ingin rumahnya penuh dengan suara anak-anak seperti rumah Husna. Duya
menyimpan semua luka di jiwanya untuk dirinya sendiri sampai suatu pagi
yang tak terduga, setelah tidak bertemu dengannya selama dua tahun, dia
akhirnya bisa mencurahkan isi hatinya kepada Husna. Mata Husna tidak
berkedip saat melihat keadaan Duya saat itu, tubuhnya kurus, kurus dan
wajahnya murung. Malam itu, seusai shalat Isya, ia tertidur, wajahnya tampak
damai saat tidur dalam cahaya redup. Itu hanya berlangsung beberapa menit
dan rasa kantuknya tidak berkurang, tiba-tiba suaminya membangunkannya
dengan teriakan keras, dia ditarik berdiri dengan kasar, tersandung, menguap
dan mengucek matanya.
Sudut pandang
Sudut pandang yang digunakan penulis adalah sudut pandang orang ketiga.
Penulis langsung menulis cerpen dengan perspektif yang jelas.
Gaya bahasa
8
Gaya bahasanya mudah dipahami dan sederhana karena penulis cerpen
melakukan pekerjaan yang baik untuk membuat cerita dapat dipahami oleh
pembaca.
Amanat
PEMBAHASAN
Pada bagian ini Duya mulai menerima takdirnya yang dinikahi oleh
seorang lelaki pengangguran dan pemalas sehingga ia harus bekerja sendiri.
Wajahnya yang kurus dan berminyak terlihat sedikit lebih terawat sekarang
karena rambutnya diikat menjadi sanggul dengan topi panda bundar yang lebar.
Dia mengabaikan segala sesuatu yang alami, seolah-olah dia secara sadar
menyesuaikannya dengan nasibnya sebagai petani. Ia mengembuskan sisa-sisa
bau keringat yang menempel di bajunya sejak kemarin dalam sebuah lagu hidup
yang penuh makna. Terkadang dia tersenyum, terkadang dia menitikkan air
mata. Suaminya masih mendengkur: "Apakah menjadi istri yang saleh harus
begitu sulit?" Seperti hari-hari sebelumnya, dia selalu dengan sabar
membangunkan suaminya dengan lembut, agar bisa berpamitan dengan baik.
9
Dia tidak bosan atau marah sama sekali, meski tangannya yang kurus terus
menggoyang-goyangkan tubuh suaminya untuk membangunkannya.
Duya telah menikah selama empat tahun, tetapi dia masih belum
memiliki anak dan percaya bahwa tidak mungkin memiliki anak karena
suaminya melarangnya untuk hamil. Pernah dia diam-diam terlambat, tetapi
ketika suaminya mengetahuinya, dia langsung marah dan menyuruh Duya
untuk tidak hamil. Air mata keluar setiap kali dia memikirkannya, meskipun dia
sangat merindukan bayinya. “Aku hanya ingin bermain denganmu di kamarmu
setiap malam, tapi jangan hamil. Jika kamu menolak keinginanku, kamu akan
menjadi istri yang durhaka, kamu akan masuk neraka, ”suaminya selalu
mengatakan bahwa dia mengungkapkan keinginannya untuk memiliki anak.
10
saja, dia makan, minum kopi, dan merokok demi mencari pembenaran agama
yang bisa membuatnya tunduk pada keterbatasannya atas nama ketaatan.
Puncak dari cerita pendek ini terdapat pada bagian akhir cerita. Malam
itu, seusai shalat Isya, ia tertidur, wajahnya tampak tenang saat tidur di bawah
cahaya redup. Itu hanya berlangsung beberapa menit dan rasa kantuknya tidak
berkurang, tiba-tiba suaminya membangunkannya dengan teriakan keras, dia
ditarik berdiri dengan kasar, tersandung, menguap dan mengucek matanya. "Ini
malam Jumat. Seorang wanita yang, seperti Anda, tidur jam 7 malam melakukan
dosa besar. Kamu seharusnya menyiapkan jamu dan kemudian menyajikannya
kepadaku di kamar,” mata suaminya membelalak seperti mata singa yang
melompat. “Ayo cepat ke dapur dan buatkan aku jamu. Jangan tidur lagi, ayo
main sampai subuh,” suaminya mengedipkan mata. Duya terhuyung-huyung ke
dapur dari tidur. “Kalau suami hanya minta makan di tempat tidur, tapi tidak
menafkahi istrinya dan menyangkal hamil, bukankah itu juga dosa,” ruh Duya
mulai mendengar gumaman memberontak. Sambil menyiapkan jamu, dia tiba-
tiba teringat obat tidur yang sengaja dia pesan tadi siang untuk suaminya. Dia
mencampurnya dengan campuran herbal. "Selamat malam, sialan!" kata Duya
lembut.
KESIMPULAN
Kritik obyektif cerpen Dosa seorang istri yang tidur pada pukul 19.00,
yaitu tema, judul, tokoh dan penokohan, latar, alur, sudut pandang, gaya bahasa
dan pesan. Tokoh Duya adalah tokoh protagonis yang mengalami kekejaman
suaminya yang membuat tubuhnya semakin kurus. Suaminya tidak mendukung
Duya, dia harus bekerja keras di ladang. Suami Duya tidak punya pekerjaan dan
hanya mengandalkan Duya. Itulah sebabnya Duya yang lelah dengan keadaan
akhirnya memberanikan diri untuk tidak menuruti perintah suaminya, terlepas
dari neraka yang menantinya. Dengan latar para wanita desa, penulis
menyajikan cerita yang sangat menarik dan mudah dipahami oleh para
pembaca.
REFERENSI
Teeuw. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Bandung: Pustaka
Jaya.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1988. Beberapa Gagasan dalam Bidang Kritik Sastra
Indonesia Modern. Yogyakarta: Lukman
11
Endraswara, S. (2013). Teori kritik sastra. Media Pressindo.
Ardhian, M. I., Safira, S. D., Lubis, F., & Simanjuntak, E. E. (2021). ANALISIS
NOVEL “MONEY!” Karya t. Andar dengan pendekatan objektif teori mh
abrams. Linguistik: Jurnal Bahasa dan Sastra, 6(2), 311-319.
Anggraini, S., & Devi, W. S. (2023). Analisis naskah drama “bapak” karya
bambang soelarto menggunakan pendekatan objektif. Jurnal
Komposisi, 7(1), 15-21.
Azan subuh terdengar, Duya lekas gegas ke kamar mandi. Karena selain
junub, ia juga harus pergi bekerja pagi-pagi. Sepintas ia menoleh ke arah
suaminya yang masih tidur; mendengkur, memeluk bantal. Ia lanjut melangkah
melawan irisan dingin.
Selesai salat Subuh, tas tua penuh sobekan yang terbuat dari anyaman
lidi siwalan telah ia sesaki dengan peralatan kerjanya. Ada sabit, kapak, batu
pengasah, sarung tangan, tali rafia juga sebotol kopi dan camilan. Lalu ia
mengikat tas lusuh itu di bagian belakang sepeda ontelnya yang penyok penuh
karat.
12
Sebentar ia kembali ke depan cermin. Mematut wajahnya kembali.
Wajahnya yang tirus berminyak, kini sedikit rapi karena rambutnya tersanggul
dalam balutan capil pandan yang bundar lebar. Tubuhnya tanpa lipstik dan
parfum. Ia abaikan semuanya alami seolah sengaja diserasikan dengan nasibnya
sebagai buruh tani. Sisa bau keringat yang sejak kemarin lekat di bajunya ia hidu
sebagai lagu hidup penuh makna. Kadang ia tersenyum, kadang meneteskan air
mata. Suaminya masih mendengkur.”Harus sekeras inikah untuk menjadi istri
yang salehah?” gumamnya perih.
”Jangan lupa hari ini kamu harus pulang lebih siang, karena nanti malam
Jumat,” suaminya melirik dengan tatap yang didera ngantuk. Duya tak
menjawab, hanya melempar senyum dari balik capil daun pandan yang
membuat wajahnya hanya bisa dilihat sebatas alis.
”Apa bahan-bahan jamuku sudah kau persiapkan? Telur, madu, pinang muda,
dan jahe,” suara suaminya kembali seperti orang mabuk, matanya terpejam dan
mulai memeluk guling.
”Bagus. Seorang istri kalau mau masuk surga dan selamat dari neraka ya harus
begitu, harus taat kepada suaminya,” sambung suaminya masih dalam keadaan
merem. Duya hanya tersenyum kecut, tangannya pelan mulai menuntun sepeda
ontelnya ke arah pintu.
13
sudah berhadap-hadapan dengan suami. Sebab, seolah neraka berada di balik
punggung setiap istri.
Sudah empat tahun Duya menjalin rumah tangga, tapi masih belum
punya keturunan dan ia berpikir tak mungkin akan punya keturunan, sebab
suaminya melarangnya hamil. Ia selalu disuruh minum pil kontrasepsi secara
rutin. Suatu ketika, ia diam-diam pernah telat, tapi saat suaminya tahu, ia
langsung marah dan menyuruh Duya supaya tidak sampai hamil. Tangisnya
selalu pecah setiap mengingat hal itu, padahal dirinya sangat mendamba
seorang anak. Ia ingin rumahnya ramai dengan suara anak-anak seperti rumah
Husna.
”Aku hanya ingin bermain denganmu di kamar setiap malam, tapi jangan
sampai kamu hamil. Jika keinginanku ini kau tolak, maka kamu akan jadi istri
yang durhaka, akan masuk neraka,” suaminya selalu berkata demikian setiap ia
mengutarakan keinginannya untuk punya anak.
14
agama. Minta jatah tiap malam lengkap dengan racikan jamunya, tapi melarang
Duya hamil.
”Begitukah keindahan atau ladang ibadah yang kau maksud dulu, Hus?” tanya
Duya dengan suara serak.
”Jika suami menafkahi istri secara baik, barulah istri berdosa jika ia tidak mau
ketika diajak ke kamar oleh suaminya. Tapi jika suami tidak menafkahi, aku rasa
istri berhak menolak,” kedua telapak tangan Husna mengelus pipi Duya. Husna
berusaha menembakkan senyum. Tapi Duya merespons senyum itu dengan
cucuran air mata.
Itu potret lima tahun lalu, sebelum ia menikah. Bila dibandingkan dengan
keadaannya saat ini, jauh sangat berbeda. Kini, dirinya serupa sulur kangkung di
tanah cadas; kurus, terlunta dengan segala kekang, tekanan dan ancaman
suaminya. Semua itu membuat tubuhnya nyaris tak berdaging. Lekuk tulangnya
menyerupai akar belukar yang menonjol ke beberapa bagian permukaan kulit,
serasi dengan raut wajahnya yang sering terlihat muram, bermata cekung, redup
dan kerap membutirkan cairan bening beserta suara isak, butiran itu melilntas di
bibirnya yang kering, berjatuhan ke datar tubuhnya yang sering gemetar.
15
memanggang tubuhnya di bawah matahari demi mengais rezeki untuk suami,
sedang di malam hari harus melayani suaminya dalam kamar tidur meski
kadang dalam puncak lelah yang mencekik. Begitulah siklus hidup yang ia jalani
setiap hari; siang di ladang, malam di ranjang. Sedang suaminya hanya di
rumah, makan, minum kopi, dan merokok seraya terus mencari dalil-dalil agama
yang bisa menjerat dia supaya takluk dalam kekangannya atas nama ketaatan.
Malam itu, sesudah salat Isya ia tertidur, wajahnya terlihat tenang dalam
lelap, ditimpa cahaya lampu yang agak redup. Hanya beberapa menit dan belum
mengurangi rasa ngantuknya sedikit pun, tiba-tiba suaminya
membangunkannya dengan kasar sambil membentak-bentak, ia ditarik paksa
hingga berdiri tergopoh, menguap dan mengucek-ngucek mata.
”Ini malam Jumat. Seorang istri yang tidur pada pukul 19.00 sepertimu akan
mendapat dosa besar. Mestinya kau meracik jamu lalu melayaniku di dalam
kamar,” sepasang mata suaminya terbelalak laiknya singa hendak menerkam.
”Ayo cepat ke dapur, buatkan aku jamu. Nanti jangan tidur lagi, kita akan
bermain hingga dini hari,” suaminya mengedipkan sebelah mata.
Saat menyeduh jamu, tiba-tiba ia teringat dengan pil tidur yang sengaja ia pesan
kepada temannya tadi siang. Ia mencampurnya dengan racikan jamu itu.
16