FAKULTAS HUKUM
PENULISAN HUKUM
YOGYAKARTA
Oleh
NIM : 13/345454/HK/19450
YOGYAKARTA
2018
i
INTISARI
sehingga penulisan ini dapat diselesaikan. Penulisan Hukum ini disusun untuk
Gadjah Mada.
yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu baik dalam proses
penelitian maupun selama penulisan. Ucapan terima kasih ini disampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng. selaku rektor di Universitas
Gadjah Mada.
2. Bapak Prof. Dr. Sigit Riyanto, S.H., LL.M., selaku dekan di Fakultas Hukum
3. Bapak Prof. Dr. Tata Wijayanta, S.H., M.Hum., selaku ketua departemen perdata
4. Bapak Prof. Dr. Ari Hernawan, S.H.,M.Hum., Ibu Sai’da Rusdiana S.H., LL.M.,
dan Ibu R.A. Antari Inaka Turingsih S.H., M.Hum. selaku dewan penguji.
5. Ibu R.A. Antari Inaka Turingsih S.H., M.Hum. sebagai dosen pembimbing yang
hukum.
v
Bapak/Ibu dosen yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas ilmu yang telah
6. Bapak Agus Sudrajad selaku Sekertaris Dinas Kesehatan Yogyakarta yang telah
meluangkan waktu dalam berbagi ilmu dan menerangkan secara sabar untuk
7. Bapak Faturohman, Alm. Ibu Yuni Nuryanti dan Ibu Titik Purnawati sebagai
kedua orang tua di Banjarbaru serta Fara, Fatika, Fathin sebagai adik kandung
serta memberikan semangat yang tidak pernah berhenti. Terima kasih karena
Imam Kurniawan, Fristianto, Bayu Tri Handoko, Dias Sri Ningtias, Marshelina,
Karin, Reza Fauzi, Isaq Prananda, Dessy Mindiana, Reihan Ahmad Rizal, Inne
Triana dan teman-teman seperjuangan angkatan 2013 yang tidak bisa disebutkan
mahasiswa.
10. Sahabat terbaik dari masa ke masa Risty Karina, Migo Mufarta, Fanisa Effendi,
Sarah Hara, Anggita Wendy, Kemal Padriano, Irfan Nelson, Reza Diofa,
Fathurahman, Aryo Prakoso, Rion Kurnianto, Joshua Evan, Gillbert Jordi, yang
selalu mendukung dan mengingatkan kepada penulis akan tanggung jawab untuk
vi
11. Staf akademik Fakultas Hukum UGM, atas bantuannya dalam mengurus
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga
penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................iii
PERNYATAAN............................................................................................iv
KATA PENGANTAR..................................................................................v
DAFTAR ISI.................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
B. Perumusan Masalah.......................................................................7
C. Tujuan Penelitian...........................................................................11
D. Keaslian Penelitian........................................................................8
E. Kegunaan Penelitian.......................................................................11
a. Perlindungan Preventif.................................................................15
b. Perlindungan Reprensif................................................................15
1. Pengertia Konsumen....................................................................15
2. Hak Konsumen.............................................................................17
3. Kewajiban Konsumen..................................................................19
1. Konsumen.....................................................................................26
2. Pelaku Usaha................................................................................26
3. Menteri..........................................................................................27
4. Pemerintah....................................................................................27
5. Peran Pembinaan..........................................................................28
6. Peran Pengawasan........................................................................28
4. Sanksi Hukum..............................................................................37
Kesehatan.....................................................................................43
ix
A. Bahan dan Materi Penelitian............................................................48
2. Lokasi Penelitian..........................................................................49
3. Penentuan Narasumber.................................................................49
B. Alat Penelitian..................................................................................51
a. Penelitian Kepustakaan........................................................52
b. Peneliitian Lapangan............................................................53
c. Wawancara...........................................................................54
C. Jalan Penelitian.................................................................................54
A. Hasil Penelitian...................................................................................57
B. Pembahasan........................................................................................70
BAB V PENUTUP........................................................................................95
A. Kesimpulan.........................................................................................95
B. Saran...................................................................................................97
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................98
LAMPIRAN..................................................................................................100
x
BAB I
PENDAHULUAN
Menjaga penampilan agar tetap menarik adalah hal yang penting saat
ini. Segala cara dilakukan untuk mempercantik diri mulai dari mendatangi
gigi dengan kawat gigi dan memutihkan gigi agar terlihat lebih rapi dan
bersih, sampai olahraga teratur untuk mendapatkan berat dan bentuk badan
yang ideal. Di zaman modern seperti sekarang ini kecanggihan teknologi juga
adalah dengan pemasangan kawat gigi atau umum disebut sebagai behel.
penampilan dengan merapikan bentuk gigi dan juga dapat mengubah bentuk
rahang agar lebih sesuai dengan bentuk wajah sehingga penampilan akan
lebih menarik.
Kawat gigi atau behel telah mengalami pergeseran fungsi yang semula
telah menjadi tren serta sebagai lambang sosial. Semakin hari peminat kawat
gigi semakin banyak dengan tujuan yang berbeda dari tujuan pemasangan
1
2
yang relatif mahal dan hanya dapat dijangkau orang yang mempunyai
behel cukup mahal, oleh karena itu banyak orang dari kalangan ekonomi
meningkatkan status sosialnya atau hanya sekedar untuk terlihat keren dan
memiliki biaya lebih memilih untuk memasang behel di tukang gigi karena
harganya jauh lebih murah. Persaingan status sosial biasanya ditemukan pada
pergaulan remaja di kota besar salah satunya Kota Yogyakarta. Peminat behel
gigi populer disebut pasang behel. Kesadaran masyarakat untuk merawat gigi
ini sangat baik untuk perkembangan kesehatan masyarakat. Kondisi ini akan
di bidangnya seperti tukang gigi, ahli gigi, atau bahkan onlineshop untuk
gigi tidak pernah mempelajari secara langsung pada gigi yang terdapat pada
tengkorak manusia. Tukang gigi tidak pernah tahu dan belajar mengenai
mengatakan kawat gigi yang dipasang tidak pada prosedur selain dapat
Pemasangan behel atau kawat gigi yang dilakukan oleh orang yang
di ahli gigi tidak hanya melibatkan kerugian materi, waktu, dan tenaga saja.
Bisa jadi gigi yang sudah bagus malah menjadi rusak atau bertambah parah
melakukan pemasangan kawat gigi, harus dilakukan oleh dokter gigi spesialis
seorang dokter gigi harus mengambil spesialis dengan belajar minimal 3,5
tahun untuk mengetahui seluk beluk maloklusi (hubungan antara gigi atas
1
Kompas, “Tukang Gigi dan Risiko Infeksi”,
http://lifestyle.kompas.com/read/2011/04/04/14572541/Tukang.Gigi.dan.Risiko.Infeksi diakses
23 Oktober 2017 pukul 17.08 WIB.
4
bawah dan kiri kanan.2 Maka dari itu sangat disayangkan apabila pemasangan
kawat gigi yang bertujuan untuk memperindah bentuk gigi dan kesehatan
ditangani dengan benar. Pada saat pemasangan behel oleh seorang dokter
terdapat beberapa kode etik atau aturan yang harus ditaati seorang dokter.
memberikan dampak buruk bagi profesi tukang gigi lainnya, karena akan
kesehatan merupakan satu pertanda bahwa pada saat ini sebagian masyarakat
kabupaten/kota setempat. Izin tukang gigi akan berlaku selama 2 tahun dan
pemerintah daerah atau dinas kesehatan daerah namun, ada yang harus
diperhatikan dari izin yang diberikan tersebut. Bahwa tukang gigi hanya di
2
Kesehatanmulut.com, “Waspadai Bahaya dan Akibat Memakai Behel di Ahli Gigi”,
http://www.kesehatanmulut.com/waspadai-bahaya-dan-akibat-memakai-behel-di-ahli-gigi/
diakses tanggal 22 Oktober 2017 pukul 20.43 WIB.
3
Hendrojono Soewono, 2006, Perlindungan Hak-Hak Pasien dalam Transaksi Terapeutik,
Srikandi, Surabaya, hlm.14.
5
gigi juga diatur dalam Pasal 6 ayat (2) Permenkes Nomor 39 Tahun 2014.
Tukang gigi hanya berwenang untuk membuat gigi tiruan lepasan dan
memasang gigi tiruan tersebut dan peraturan tersebut mengatur secara tegas
batas kewenangan seperti mencabut gigi, serta memasang behel atau kawat
gigi yang seharusnya hanya boleh dilakukan oleh dokter spesialis ortodonti.
mempunyai hak, antara lain hak atas persetujuan tindakan yang dilakukan
pada tubuhnya, hak atas rahasia dokter, hak atas informasi, dan hak atas
second opinion. Saat ini, telah mulai diatur mengenai Informed Consent, yaitu
suatu persetujuan yang dilakukan diberikan oleh pasien dan keluarganya atas
diterima, risiko apabila tindakan medis tersebut dilakukan atau resiko apabila
tindakan medis tersebut tidak dilakukan, dan biaya yang akan dikeluarkan
4
Sri Siswati, Op.cit., hlm. 98.
6
yang diterima.
Tentu saja hal ini tidak akan diterima seseorang yang melakukan
pemasangan kawat gigi di tukang gigi atau pasien yang datang langsung
pemasangan kawat gigi tersebut, karena memang ahli gigi yang menawarkan
kawat gigi dan kebersihan peralatan yang digunakan untuk memasang kawat
tentang peraturan tersebut dan mengetahui risiko yang akan dialami pengguna
kawat gigi saat memasang behel pada tukang gigi daripada dokter spesialis
ortodenti karena biaya yang lebih murah. Tindakan yang dilakukan tukang
gigi seperti memasang kawat gigi, mecabut gigi yang termasuk tindakan
diluar wewenang tukang gigi yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
gigi.
represif. Dalam penulisan ini penulis akan membahas tentang kedua bentuk
7
gigi yang dilakukan diluar wewenang tukang gigi di Kota Yogyakarta dalam
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
beberapa hal mengenai tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini yaitu:
1. Tujuan Objektif
2. Tujuan Subjektif
D. Keaslian Penelitian
ditelusuri lebih lanjut maka terdapat judul mengenai tukang gigi dan
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada pada tahun 2015 dengan judul
berikut:
9
a. Rumusan Masalah
b. Kesimpulan
kepada tukang gigi baru yang akan membuka praktik melainkan hanya
dari pemerintah saja yang dapat menjalankan praktik tukang gigi ini
merugikan pasien berupa tuntutan ganti kerugian dalam hal ini dapat
hukum pasien terhadap jasa tukang gigi secara preventif dan represif,
a. Rumusan Masalah:
Nomor 339/Menkes/Per/V/1989?
Gigi?
11
b. Kesimpulan:
E. Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis
perjanjian, dan perlindungan hukum bagi konsumen jasa tukang gigi. Dan
3. Bagi Masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
Raad diartikan dalam arti sempit adalah perbuatan yang bertentaangan hak
orang lain yang timbul karena undang-undang atau tiap perbuatan yang
kerugian.
perbuatan atau kealpaan, yang atau bertentangan dengan hak orang lain,
baik dengan kesusilaan, baik pergaulan hidup terhadap orang lain atau
1
M.A. Moegni Djojodirdjo, 1982, Perbuatan Melawan Hukum, Jakarta, Pradnya Paramita, hlm.
25-26.
13
1
Pasal 1365 s/d Pasal 1380 KUH Perdata. Gugatan perbuatan melawan
hukum didasarkan pada Pasal 1365 KUH Perdata yang berbunyi: "setiap
suatu kerugian yang terbit dari interaksi sosial, dan untuk menyediakan
2
Munir Faudi, 2002, Perbuatan Melawan Hukum, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, hlm. 3.
3 R. Wirjono Projodikoro, 1994, Perbuatan Melanggar Hukum, Bandung, Sumur, hlm. 13.
4 Ibid, hlm. 13
1
pelanggaran.5
1. Pengertian Konsumen
berada. Secara harafiah arti kata consumer adalah (lawan dari produsen)
5
Muchsin, 2003, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor Indonesia, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta, hlm. 20
1
namun, di Amerika Serikat kata ini dapat diartikan lebih luas lagi sebagai
bukan pembeli tetapi pemakai, bahkan juga korban yang bukan pemakai,
karena perlindungan hukum dapat dinikmati pula bahkan oleh korban yang
bukan pemakai.7
konsumen, yakni:8
6
Az. Nasution, 2001, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Diadit Media, Jakarta,
hlm. 3.
7 Ibid., hlm. 9-10.
8
Ibid., hlm. 13
1
hidupnya pribadi, keluarga dan atau rumah tangga dan tidak untuk
Bagi konsumen antara, barang atau jasa itu adalah barang atau jasa
kapital, berupa bahan baku, bahan penolong atau komponen dari produk
berupa barang setengah jadi atau barang jadi yang menjadi mata
pasar konsumen, dan terdiri dari barang atau jasa yang umumnya
2. Hak Konsumen
9
Az. Nasution, Ibid., hlm. 14.
10
Ibid.
1
dan/atau jasa
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan konsidi serta
c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif;
11
Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2008, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.
31.
1
lainnya.12
3. Kewajiban Konsumen
Konsumen, yakni:
keselamatan;
jasa;
di sediakan oleh pelaku usaha. Jasa ortodonti adalah jasa dalam bidang
12
Ibid. hlm. 32.
13
Ibid.
2
manfaat jasa dari dokter dan/atau tukang gigi tersebut. Diambil dari arti
Jasa yang diterima oleh penerima jasa ortodonti ini adalah jasa
bukan merupakan awal dan akhir dari hukum yang mengatur tentang
bahwa pelaku usaha adalah setiap orang, perorangan atau, badan usaha,
baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang
ekonomi.14
suatu barang.
hak yang harus didapatkan, untuk menghindarkan pelaku dari tidak adanya
berikut:
14
Az Nasution, Op. cit., hlm. 17.
15
Celina Tri Siwi Kristianti, Op. cit., hlm. 42.
2
diperdagangkan;
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
diperdagangkan;
undangan.16
Agar hubungan antara konsumen dan pelaku seimbang dan tidak ada
tindakan sewenang wenang antara satu dan yang lain pelaku usaha juga
b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kodisi dan
16
Ibid., hlm. 43.
2
tidak diskriminatif;
yang berlaku;
yang diperdagangkan;
perjanjian.17
17
Ibid.
2
b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih, atau netto, dan jumlah
barang tersebut;
tidak dapat menjamin suatu hasil tertentu maka larangan ini tidak dapat
kesehatan tidak dapat menjamin suatu hasil tertentu maka larangan ini
dibawah standar atau kualitas yang lebih rendah daripada harga yang
Jelas disebutkan dalam pasal tersebut bahwa pelaku usaha dapat berupa
18
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2011, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. Rajawali Pers,
Jakarta, hlm.66.
2
upah inilah yang dianggap dari kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.
1. Konsumen
orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
2. Pelaku Usaha
baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang
2
Perlindungan Konsumen.
3. Menteri
4. Pemerintah
fungsi pemerintah yang tertera dalam Pasal 33 UUD 1945 serta peraturan
5. Peran Pembinaan
konsumen. 19
6. Peran Pengawasan
masyarakat.”
19
Ibid., hlm. 181.
2
pelayanan purna jual barang dan/atau jasa. Pelayanan purna jual yang
sangat sering terdengar namun, belum jelas benar apa saja yang masuk ke
dalam materi keduanya. Selain itu, apakah kedua cabang dari hukum itu
indentik21
bermasyarakat.22
20
Kurniawan, 2011, Hukum Perlindungan Konsumen (Problematika Kedudukan dan Kekuatan
Puttusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen), Universitas Brawijaya Press, Malang,
hlm. 42.
21
Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Grasindo, Jakarta, hlm. 9.
22
Az. Nasution, Op.cit, hlm 20-22.
23
Adrian Sutedi, 2008, Tanggung Jawab Produk Dalam Perlindungan Konsumen, Ghalia
Indonesia, Bogor, hlm.9.
3
huruf e)
berikut:
secara keseluruhan.
kepastian hukum.
konsumen adalah
3
mendapatkan informasi;
24
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Op. cit., hlm. 34.
3
bersengketa.
25
Ibid, hlm. 155.
3
upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh
menjamin tidak akan terjadi kembali atau tidak akan terulang kembali
diusahakan agar mudah, murah, dan relatif lebih cepat. Dasar hukum
final dan mengikat, para pihak yang tidak setuju atas putusan tersebut
26
Az. Nasution, Op. cit., hlm. 233.
27 Ibid., hlm. 235-236.
3
4. Saksi Hukum
Ada tiga jenis sanksi yang dapat dijatuhkan kepada pelaku usaha
a. Sanksi Administratif
28
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op. cit., hlm. 82.
3
Menurut ketentuan Pasal 60 ayat (2) jo. Pasal 60 ayat (1) Undang-
dapat dijatuhkan oleh BPSK adalah berupa penetapan ganti rugi sampai
oleh konsumen.
b. Sanksi pidana
3
melalui undian;
yang berkaitan dengan studi dan perawatan maloklusi (gigitan yang tidak
mengatur tentang Kesehatan salah satu dari upaya kesehatan gigi dan
ayat (1) yaitu pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk
dan berkesinambungan.
29
Milton B. Asbell, A Brief History of Orthodontics, (American Journal of Orthodontics and
Dentofacial Orthopedics vol 98, 1990) hlm. 176.
4
Tahun 2014. Penjelasan tentang perizinan tukang gigi diatur dalam Pasal 2
ayat (3) Permenkes 39/2014 yang menyatakan bahwa tukang gigi berlaku
Peraturan tentang tindakan yang dapat dilakukan oleh tukang gigi diatur
kematian;
b. aman;
masyarakat; dan
Dalam Pasal 6 ayat (2) diatur tentang pekerjaan tukang gigi hanya berupa:
a. membuat gigi tiruan lepasan sebagian dan/atau penuh yang terbuat dari
kesehatan; dan
dari bahan heat curing acrylicdengan tidak menutupi sisa akar gigi.
ayat (2);
untuk memberikan kompensasi dan ganti rugi kepada pasien. Hal ini
penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau
Kesehatan
untuk menjamin mutu dan kinerja tenaga kesehatan agar tujuan negara
4
kesehatan;
dan minuman;
persyaratan;
sebagai berikut:
4
di bidang kesehatan.
di bidang kesehatan.
berupa:
praktek tukang gigi dan tidak memberikan izin baru pada tukang gigi yang
tukang gigi karena membuat orang yang berprofesi sebagai tukang gigi
CARA PENELITIAN
konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah. Memiliki arti
yang lebih jelas sebagai suatu kegiatan yang didasarkan pada sistematika
48
4
2. Lokasi Penelitian
Yogyakarta
a. Responden
3 Saifudin Anwar, 2005, Metode Penelitian, Pustaka Pelajar, Jakarta, hlm. 93.
5
b. Narasumber
B. Alat Penelitian
yang diteliti.
4 Soekanto, Soejono, 2005, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hlm. 21.
5
Burhan Ashshofa, 2010, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 95.
5
a. Penelitian Kepustakaan
yaitu:
6
Soedino Soekanto, 1986, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT Rajawali,
Jakarta, hlm. 34.
5
b) Jurnal hukum
b. Penelitian Lapangan
c. Wawancara
diteliti.
C. Jalannya Penelitian
peroleh dari dokter gigi inilah yang kemudian penulis jadikan sampel
D. Analisis Data
gigi di Yogyakarta.
BAB IV
A. Hasil Penelitian
ada lama sebelum Indonesia merdeka saat dokter gigi masih asing di telinga
membuat tukang gigi lebih dipilih masyarakat karena tarifnya yang relatif
telah membuka praktek selama lima tahun dalam melakukan usahanya Nadia
melayani jasa pasang behel tetapi ia tidak melakukan pencabutan gigi karena,
tersebut.
banyak orang yang menawarkan jasa pemasangan behel jadi Nadia tertarik
57
5
untuk membuka usaha tersebut karena hasil dari pekerjaan yang ia lakukan ia
kepada konsumennya bahwa Nadia bukan dokter gigi tetapi dengan alasan
mengerjakannya.1
dan telah membuka praktek selama tiga tahun yang membuka klinik behel
itu adalah hal yang wajar bagi orang yang baru memasang kawat gigi.
Fadhila tidak tahu menahu soal obat-obatan maka dari itu Fadhila tidak mau
tidak akan mendapat pemasukan yang besar, lalu dia tetap melakukan
ini tidak ada keluhan dari pasien, dan saat melakukan prakteknya Fadhila
juga membuat perjanjian dengan pasiennya apabila gigi tidak rapi dalam
waktu yang ditentukan maka uang akan kembali. Sehingga Fadhila tidak
pasiennya.2
telah membuka praktek selama lima tahun, pemilik behelshop yang juga
bahwa dia melakukan pemasangan kawat gigi dengan seijin dokter gigi.
panggilan.
terlalu beresiko. Pada saat menjalankan prakteknya, apabila harus ada gigi
yang dicabut maka dia merujuk pasien tersebut ke dokter yang memberinya
ijin untuk membuka klinik kawat gigi, di kliniknya apabila pasien mengeluh
sakit dia memberi obat dengan berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter
pembatasan tindakan yang boleh dilakukan oleh tukang gigi, namun Dina
merasa bukan tukang gigi maka tidak harus menaati peraturan tersebut.
Sertifikat yang dia miliki dari lembaga kursus pemasangan kawat gigi bukan
dari dinas kesehatan, sehingga Dina tetap meneruskan usahanya dan dia
pembuatan dan pemasangan gigi palsu dia juga melayani jasa tambal gigi
dan cabut gigi. Rohani hanya berpraktek di kliniknya dan tidak menerima
panggilan.
temurun dari mendiang bapaknya dan dari dulu memang membuka praktek
penambalan dan pencabutan gigi dan Rohani juga tidak mengetahui tentang
tersebut karena Rohani takut atas tuntutan pidana yang akan ditanggung
apabila nanti terjadi kesalahan atau keluhan dari pasiennya. Rohani dalam
gigi.
penghasilan dari membuat dan memasang gigi palsu saja tidak dapat
berhenti setelah pencabutan gigi yang dilakukan oleh Herman dan Herman
membekukan darah.5
jasa Tukang Gigi yang memasang kawat gigi pada giginya mengaku
kawat yang dilakukan tukang gigi sebulan yang lalu, Adita sendiri telah
Adita juga mengatakan bahwa tidak diberi obat pereda rasa sakit oleh
melepas sendiri behel yang dikenakan. Adita mengatakan bahwa tidak ada
perjanjian antara tukang gigi dengan Rani apabila nanti ada kerugian yang
membahayakan dirinya.
Adita mengeluh tentang rasa sakit yang tak kunjung hilang kepada
tukang gigi tersebut namun, tukang gigi tersebut selalu menjawab itu hal
yang wajar untuk penyesuaian. Adita merasa sakitnya ini tidak biasa
menuntut tukang gigi tersebut dan hanya meminta untuk segera meminta
tukang gigi bukanlah jalan yang dapat diambil karena Adita berfikir hal
tersebut merupakan hal yang sulit dan membutuhkan lebih banyak biaya
memasang gigi tiruan pada tukang gigi setelah 1 tahun penggunaan. Gigi
tiruan tersebut terasa mengganjal dan tidak nyaman saat digunakan untuk
Keluhan yang dirasakan Daryono akibat dari sisa akar gigi yang tidak
mempertanggungjawabkan kelalaiannya.7
yang pernah menggunakan kawat gigi dan memasang kawat gigi pada
Tina sudah memasang kawat gigi sejak tahun lalu dan merasa tidak ada
kemajuan bentuk giginya dan semakin hari semakin merasakan sakit pada
behel, tidak ada perjanjian khusus dengan tukang gigi tersebut apabila nanti
terjadi kesalahan dalam perawatan kawat gigi, dia juga merasa perawatan
obat penahan rasa sakit dan setelah hilang efek obat tersebut giginya
tembok karena sudah tidak kuat menahan sakit. Penulis menanyakan tentang
Tina menyesal telah memasang behel atau kawat gigi kepada tukang
dokter gigi. Namun hingga saat ini belum ada itikad baik dari tukang gigi
tersebut, sehingga jika dalam waktu 3 bulan tukang gigi tersebut tidak
yang telah melakukan penambalan gigi pada tukang gigi 2 tahun yang lalu
terjadi pembuusukan pada giginya yang ditambal oleh tukang gigi tersebut.
gigi tersebut tetapi tukang gigi tersebut tidak mau bertanggungjawab dengan
alasan penambalan telah dilakukan 2 tahun yang lalu dan masa garansi dari
tukang gigi tersebut jika tidak diberikan ganti rugi dan akan segera
seorang petani yang pernah membuat gigi tiruan pada tukang gigi 1 tahun
yang lalu mengeluhkan terjadi pendarahan pada giginya setelah satu tahun
kondisi giginya kepada tukang gigi yang membuat gigi tiruan, namun
tukang gigi tersebut tidak mau bertanggungjawab karena ia juga tidak tahu
dicabut dengan bersih oleh tukang gigi tersebut asal dipasang gigi palsu.
tidak akan menuntut tukang gigi tersebut karena kini giginya telah sembuh,
tukang gigi yang sudah terdaftar dan ingin memperpanjang masa izinnya.
puskesmas yang yang satu wilayah dengan tempat praktek tukang gigi
tukang gigi yang ada dalam pengawasan dinas kesehatan kota Yogyakarta
dan semua pelanggaran tersebut telah ditindak lanjuti oleh dinas kesehatan.
adalah masih dalam tahap peringatan biasanya tukang gigi yang diketahui
masih dalam teguran kepada oknum tukang gigi yang bertindak diluar
wewenang.
Belum ada yang sampai dicabut ijinnya kemudian dari segi konsumen
tukang gigi Agus menyatakan belum ada laporan yang masuk tentang
mempunya izin dari dinas kesehatan, namun apabila ada konsumen yang
yang kuat.
sosial yang berisikan oleh korban akibat dari tukang gigi yang juga
diakui oleh dinas kesehatan maka dari itu Dokter Gigi tidak berwenang
punya andil dalam kasus korban tukang gigi yang ada selama ini karena
Tukang Gigi dan salah satu tugas Dokter Gigi adalah mengedukasi tentang
kesehatan gigi dan mulut maka dari itu Dokter Gigi merasa terpanggil untuk
karena biaya lebih murah, tidak mau repot (tindakan dokter harus melalui
kearifan lokal.
kepada dokter gigi, belum tentu dokter gigi tersebut dapat menangani
karena kebanyakan kerusakan gigi pada pasien sudah sangat parah bahkan
tersebut sudah tidak dapat ditemui atau menyatakan tidak sanggup untuk
bertanggung jawab atas kerusakan gigi pasien tersebut. Menurut drg. Haris,
sejauh ini pasien tukang gigi tidak ada yang menempuh jalur hukum
prosesnya.
7
tambal gigi, cabut gigi dan veneer. Dokter gigi yang belum mengambil
masyarakat untuk merawat gigi dengan benar dan berobat pada ahlinya
B. Pembahasan
kedua belah pihak yang berjanji berdaya upaya secara maksimal untuk
berjanji akan memberikan suatu resultaat atau hasil yang nyata sesuai
praktek tukang gigi dimana konsumen tukang gigi mendapatkan hasil susai
apa yang telah diperjanjikan. Seperti halnya ketika konsumen tukang gigi
Resultaatverbitenis karena hasil dari perjanjian itu nyata yaitu gigi palsu,
mengatur jelas tentang wewenang tukang gigi, selain yang tertera pasa
Pasal 6 ayat (2) maka tukang gigi tersebut bertindak diluar wewenang.
mengeluh dengan perawatan yang dilakukan oleh tukang gigi. Maka dari
mendapatkan informasi;
cenderung lebih lemah dibandingkan dengan pelaku usaha maka dari itu
diterangkan bahwa:
2) tidak sesuai berat bersih, isi bersih, atau netto, dan jumlah dalam
barang tersebut;
tersebut;
tersebut;
pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau
13) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada Ayat (1) dan
tukang gigi. Diketahui dari hasil wawancara dua dari lima orang tukang
10
Sri Redjeki Hartono, 2000, Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen dalam Kerangka Era
Perdagangan Bebas, Bandung: Mandar Maju, hlm. 38-39.
7
Tukang gigi membuka usaha tanpa tahu aturan yang mereka harus
pasien.
ada itikad baik dari pelaku usaha dalam menjalankan pekerjaannya sesuai
tindakan pelaku usaha, dalam penulisan ini yang lebih berfokus kepada
kesehatan;
persyaratan;
melalui:
8
masyarakat;
3) Pembiayaan.
Republik Indonesia 1945 yang memuat bahwa setiap orang berhak hidup
pencabutan izin sementara tempat praktek tukang gigi dan apabila masih
sejauh ini menurut Agus belum ada kejadian seperti itu sekali diberikan
pernyataan ini. 11
Pertama, sanksi adminisratif dapat diterapkan secara
pemberi izin tidak perlu meminta persetujuan terlebih dahulu dari pihak
proses pengadilan. Bagi Pihak yang terkena sanksi ini dibuka kesempatan
11
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.cit., hlm.84.
8
Tata Usaha Negara, tetapi sanksi itu sendiri dijatuhkan terlebih dulu,
jera bagi pelakunya. Nilai ganti rugi dan pidana yang dijatuhkan mungkin
terkait dapat mencabut izin usaha dari pelaku usaha tersebut. Hal tersebut
Kesehatan adalah masih dalam tahap peringatan biasanya tukang gigi yang
kesehatan masih dalam teguran kepada oknum tukang gigi yang bertindak
diluar wewenang belum ada yang sampai dicabut ijinnya kemudian dari segi
konsumen tukang gigi Agus menyatakan belum ada laporan yang masuk
tentang keluhan kerugian yang diakibatkan praktek tukang gigi yang sudah
mempunya izin dari dinas kesehatan namun, apabila ada konsumen yang
sehingga tidak terawasi dengan baik bagaimana kegiatan tukang gigi yang
Yogyakarta sudah tidak memberikan izin praktek kepada tukang gigi baru.
yang dirasakan oleh pasien. Kerugian yang diderita seseorang secara garis
besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu kerugian yang menimpa diri dan
kerugian yang menimpa harta benda sesorang. Kerugian harta benda sendiri
dapat berupa kerugian nyata yang dialami serta kehilangan keuntungan yang
diharapkan. 12
Kerugian yang didapat berupa kerugian atas diri (fisik)
dikaitkan dengan ganti kerugian, maka keduanya dapat dinilai dengan uang
12
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Op.cit., hlm.133.
13
Ibid.
8
kurang hati-hati.
usaha, yang dimaksud disini adalah bahwa setiap pihak yang merasa
a. Ada perbuatan;
14
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Ibid., hlm.93.
8
antara lain:
lain.
dan perizinan, pekerjan tukang gigi dan tidak satupun pasien yang mengerti
pengetahuan konsumen terhadap batasan apa yang boleh dan tidak boleh
pekerjaan tukang gigi, akan terhindar dari kerugian praktek tukang gigi
benar kepada konsumen mengenai tindakan yang dilakukan oleh tukang gigi
sebagai pelaku usaha. Dalam UUPK itikad baik sangat ditekankan oleh
pengembalian barang dan/atau jasa yang sjenis atau setara nilainya, atau
15
Celina Tri Kristiyanti, Op.cit., hlm.44.
8
c. Pemberian ganti rugi sebagaimana yang dimaksud pada Ayat (1) dan
Ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa
tukang gigi yang tidak sesuai dan dapat menimbulkan kerugian. Tukang gigi
adanya posisi yang tidak seimbang antara pelaku usaha dan konsumen. Oleh
karena itu, menurut penulis perjanjian yang tidak sesuai dengan Pasal 1320
16
Shidarta, Ibid., hlm.59.
8
mungkin dan agar dapat diberi kesempatan kepada konsumen dan pelaku
diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
17
Ibid., hlm. 122.
9
untuk mengganti kerugian bagi pihak yang dirugikan. Prinsip praduga untuk
praduga untuk selalu bertanggung jawab, bahwa pelaku usaha tidak harus
jawab mutlak dapat melindungi konsumen yang dirugikan dari pelaku usaha
yang dalam kegiatan usahanya melanggar jaminan yaitu khasiat yang timbul
tidak sesuai dengan janji, adanya unsur kelalaian yaitu pelaku usaha tidak
sendiri.
sosial yang berisikan oleh korban akibat dari tukang gigi yang juga
diakui oleh dinas kesehatan maka dari itu Dokter Gigi tidak berwenang
punya andil dalam kasus korban tukang gigi yang ada selama ini karena
Tukang Gigi dan salah satu tugas Dokter Gigi adalah mengedukasi tentang
kesehatan gigi dan mulut maka dari itu Dokter Gigi merasa terpanggil untuk
menangani kasus korban dari tukang gigi tersebut. Alasan masyarakat lebih
memilih tukang gigi daripada dokter gigi karena biaya lebih murah, tidak
mau repot (tindakan dokter harus melalui beberapa tahapan sesuai kondisi
giginya kepada dokter gigi, belum tentu dokter gigi tersebut dapat
parah bahkan ada yang sudah menjadi tumor. Pasien tukang gigi meminta
tersebut sudah tidak dapat ditemui atau menyatakan tidak sanggup untuk
bertanggung jawab atas kerusakan gigi pasien tersebut. Menurut drg. Haris,
sejauh ini pasien tukang gigi tidak ada yang menempuh jalur hukum
prosesnya.
9
tambal gigi, cabut gigi dan veneer. Dokter gigi yang belum mengambil
masyarakat untuk merawat gigi dengan benar dan berobat pada ahlinya
a. Membuat gigi tiruan lepasan sebagian dan/atau penuh yag terbuat dari
dan
b. memasang gigi tiruan lepasan sebagian dan/atau penuh yang terbuat dari
bahan heat curing acrylic dengan tidak menutupi sisa akar gigi.
(2);
jasa yang akan diterima. Pemerintah mempunyai tugas dan tanggung jawab
agar dapat melindungi masarakat dari praktek tukang gigi yang memberikan
yang dialami pasiennya. Perawatan yang diberikan tukang gigi harus sesuai
perawatan.
BAB V
A. Kesimpulan
wewenang oleh tukang gigi, agar tidak merugikan pasien tukang gigi.
95
9
administratif.
Yogyakarta
tukang gigi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ada dalam
Kota Yogyakarta yang penulis lakukan tidak ada tukang gigi yang
B. Saran
mengeluarkan izin pada tukang gigi baru maka lebih tukang gigi
dilakukannya.
tukang gigi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pustaka
2. Penulis Hukum
3. Peraturan Undang-Undang
4. Website
Forum Dokter Gigi, (2017, 21 Oktober) Biaya Pasang Behel di Dokter Gigi
2017, https://www.forumdoktergigi.com/biaya-pasang-behel-di-
dokter-gigi-2017/