Oleh:
Wieke Dwi Putri 19700001
Abednego Marvel Winata 19700012
Desak Putu Dayita Nareswari 19700017
Ravica Jeslin Tandibua 19700026
Komang Ari Sinta Dewi 19700039
Fitria Nopitasari 19700053
Anis Ambarwati 19700068
Hreeneke Emerentia Indarto Putri 19700079
Pasha Ayu Pristisa 19700090
Muhammad Yanuar Nugroho 19700105
Ni Kadek Sukma Apti Pertiwi 19700116
Vira Setya Ourvalica 19700119
I Ketut Argya Reswara 19700139
Pembimbing:
Ayu Cahyani N, dr.,M.KKK
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas FGD pada skenario ini yang berjudul
“Hookworm Disease”. Penulisan laporan ini merupakan salah satu tugas untuk menjabarkan
Dalam Penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua phak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak – pihak yang membantu dalam menyelesaikan penulisan laporan ini,
khususnya kepada : Pembimbing tutor kelompok FGD dr.Ayu Cahyani N, M.KKK yang telah
membimbing selama proses diskusi berjalan, Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan
dan bantuan serta pengertian yang besar kepada para penulis, dan rekan-rekan sekelompok kerja
kelompok, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................................v
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3. Tujuan..............................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
BAB III.........................................................................................................................................13
PENYUSUNAN PROGRAM......................................................................................................13
3.1. Upaya / Kegiatan Pencegahan............................................................................................13
3.2. Upaya / Kegiatan Perbaikan Lingkungan...........................................................................13
3.3. Upaya / Kegiatan Perbaikan Sosio-Ekonomi.....................................................................14
BAB IV..........................................................................................................................................15
iii
BAB V...........................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................23
iv
DAFTAR TABEL
Tabel IV. 3 Rencana kegiatan Prioritas (plan of Activity/POA) Pencegahan Infeksi cacing
v
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit cacingan merupakan penyakit yang diakibatkan infeksi cacing atau helminth.
Penyakit ini merupakan penyakit endemik kronik dan cenderung tidak mematikan namun
menimbulkan berbagai masalah seperti menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan
berkurangnya penyerapan zat gizi makronutrien seperti karbohidrat dan protein, serta
biasanya mempunyai gejala lemah, lesu, pucat, kurang bersemangat, berat badan menurun,
batuk, dan kurang konsentrasi dalam belajar. Tentunya hal ini akan menurunkan kualitas
Salah satu bentuk penyakit kecacingan adalah terinfeksi oleh cacing melalui tanah atau
disebut Soil Transmitted Helminths (STH) yang kemudian berkembang di dalam usus. Jenis
cacing yang banyak menginfeksi manusia adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides),
cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki berbagai faktor
risiko untuk dapat menyebabkan infeksi STH menjadi berkembang, yaitu seperti iklim tropis
yang lembab, kebersihan perorangan dan sanitasi yang kurang baik, tingkat pendidikan dan
vi
sosial ekonomi yang rendah, kepadatan penduduk yang tinggi serta kebiasaan hidup yang
Untuk di Indonesia sendiri, insidensi infeksi STH terutama yang diakibatkan cacing
tambang cukup tinggi di daerah pedesaan, khususnya terjadi pada pekerja di daerah
perkebunan yang setiap harinya berkontak langsung dengan tanah. (Noviastuti, 2015)
Buang Air Besar (BAB) masyarakat desa di tanah. Hal tersebut dalam memicu terbentuknya
tanah yang gembur, berpasir dan bertemperatur sekitar 23-32 °C, yang merupakan tempat
yang paling sesuai untuk pertumbuhan larva cacing tambang. (Noviastuti, 2015)
Selain itu kebiasaan mereka yang tidak menggunakan alas kaki saat bekerja dan tidak
mencuci tangan sebelum makan yang akan menyebabkan para petani terinfeksi cacing
tersebut. Selain petani, anak-anak umur sekolah dasar merupakan golongan yang paling
sering terinfeksi STH dengan cara penularan yang sama. (Noviastuti, 2015)
Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi yakni bervariasi
antara 2,5%-62%, terutama penduduk yang kurang mampu, sanitasi yang kurang baik.
Secara global di Asia 819 juta orang terinfeksi Ascaris lumbricoides, 464,6 juta orang
terinfeksi Trichuris trichiura dan 438,9 juta orang terinfeksi hookworm, mencapai 67%
kemudian infeksi STH yang mengenai anak usia 6-12 tahun (usia anak SD) mencapai 189
vii
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi cacing tambang
tambang (hookworm)
viii
BAB II
2.1. Skenario
HOOKWORM DISEASE
Desa Rejoso adalah salah satu desa di Kecamatan Karang Kabupaten Damai. Di desa
tersebut terdapat Sekolah Dasar (SDN) dengan 173 siswa. Data tahun kemarin menunjukkan
bahwa kejadian infeksi cacing tambang pada siswa SDN Rejoso 20,5%. Perilaku buang air
besar di sekitar rumah 44,2% perilaku anak-anak yang biasa bermain dengan tanah sebesar
54,2%.
Kota Damai khususnya Kecamatan Karang memiliki wilayah perkebunan seluas 5.000
hektar, berupa tanah kering yang merupakan tanah yang sesuai dengan perkembangan
cacing tambang. Kepala keluarga (KK) umumnya (65%) berpendidikan sekolah menengah
pertama dan dasar, dengan pekerjaan umumnya (67%) tani atau buruh tani. Penghasilan
orang tua siswa sebagian besar (66%) masih di bawah upah minimum kota (UMK), 83%
rumah mereka memiliki lahan pekarangan atau lahan pertanian. Dalam kegiatan pekerjaan
Tujuan Pembelajaran:
ix
2. Mahasiswa memahami mata rantai penularan penyakit:
a. Penyebab (agent)
f. Kerentanan (susceptibility).
3. Cara pengendalian:
a. Upaya preventif
c. Upaya epidemiologis.
x
xi
DIAGRAM FISH BONE
PROSES INPUT
Sosio-Ekonomi
Tidak Pendidikan rendah
BABS (Buang menggunakan alas rendah
Air Besar kaki
Sembarangan)
Tani atau buruh tani
Kurangnya
Kebiasaan bermain
ketersediaan
di tanah
jamban
Perilaku
hidup tidak
sehat
Kurangnya kebijakan
yang mendukung PHBS
12
LINGKUNGAN
2.2. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
2.2.1. INPUT
a. Kurangnya Ketersediaan Jamban
meningkat dilihat dari segi kesehatan masyarakat yang menjadi masalah pokok
untuk dapat diatasi karena kotoran manusia (feaces) adalah sumber penyebaran
penyakit. Solusi yang dapat dilakukan yaitu dengan bisa diberikan bantuan
melalui pemerintah untuk dapat dibuatkan toilet atau jamban umum. Kemudian
edukasi terkait pentingnya menggunakan jamban dalam buang air besar supaya
b. Pekerjaan
warga bekerja sebagai buruh tani karena banyak memiliki lahan. Pada pekerja
buruh tani ini karena sering sekali berada di lokasi tanah maka sangat mudah
yang dimana akan menyebabkan untuk pekerja para buruh tani mudah terineksi
dari penyakit tersbut atau penumbuhan cacing maupun larva. Solusi yang dapat
dilakukan adalah kita mengedukasi para buruh tani warga agar menggunakan
13
APD pada saat bekerja di lokasi. terutama memakai sepatu boots pada saat bekerja
agar terhindar dari kontaminasi atau kontak secara langsung dengan tanah.
c. Pendidikan Rendah
sarjana atau SMA yang hanya samapai di tingkat SD atau SMP. Banyak
kebersihan atau kesehatan. Solusinya adalah dengan cara diberikan edukasi atau
pelayanan kesehatan itu sangat sulit. Solusinya yaitu dengan cara bekerja sama
dengan lintas sektor dalam upaya meningkatkan SDA. Solusi lainnya bisa
mengajak pemerintah untuk membuat akses jalan ang mudah untuk para warga
14
yang susah akan jangkauan dari pelayanan kesehatan maupun mencari peluang
ekonomi.
2.2.2. PROSES
a. Tidak menggunakan alas kaki
Aktivitas anak-anak atau petani yang dilakukan tanpa menggunakan alas kaki
infeksi Soil Transmitted Helminth (STH) dapat terjadi akibat kebiasaan jarang
menggunakan alas kaki saat beraktivitas, baik ketika bekerja atau aktivitas lain di
luar rumah. Kebersihan dan perawatan kaki sangat penting karena dapat
mencegah dan memutus hubungan bibit penyakit ke dalam tubuh, sehingga dapat
menghindari infeksi kecacingan ataupun infeksi pada suatu luka (Abe et al., 2015;
desa tersebut mengenai pentingnya penerapan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat) dalam aktivitas sehari-hari, terutama mengenai resiko penyakit yang dapat
terjadi apabila tidak menggunakan alas kaki saat beraktivitas. Selain itu, juga
dapat memberikan bantuan alas kaki (sandal untuk anak-anak atau sepatu boot
15
BABS (Buang Air Besar Sembarangan) yang sering dilakukan masyarakat
yaitu di empang atau kolam lele dan sungai (Hayana, Marlina and Kurnia, 2018).
lainnya. Lalat yang hinggap di atas tinja yang mengandung kuman penyakit dapat
menularkan telur cacing dan kuman lainnya melalui makanan yang dihinggapinya
yang nantinya makanan tersebut akan dimakan oleh manusia (Ali, Zulkarnaini and
Affandi, 2016).
desa tersebut mengenai pentingnya penerapan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat) dalam aktivitas sehari-hari, terutama mengenai akibat dari perilaku BABS
(Buang Air Besar Sembarangan) seperti penyakit infeksi yang dapat terjadi. Selain
itu juga bisa dilakukan pembangunan jamban untuk masyarakat umum sehingga
jamban bisa melakukan kerja sama dengan kepala desa setempat ataupun
tanah juga menjadi tempat berkembang biaknya larva cacing terutama pada
kondisi tanah yang kering. Apabila tanah yang digunakan bermain anak-anak
16
Solusinya adalah melakukan penyuluhan atau sosialisasi terhadap warga
desa terutama orang tua dan anak-anak mengenai resiko yang dapat terjadi apabila
cacing yang ditularkan melalui tanah. Mengingatkan kepada orang tua untuk
2.2.3. LINGKUNGAN
a. Kurangnya Kebijakan yang Mendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
masyarakat. Penerapan PHBS diperlukan adanya peran aktif dari tingkat terendah
tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat umum. contoh edukasi yang dapat
diberikan yaitu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dan menggunakan
jamban sehat.
b. Tanah Kering
pada umumnya terletak pada dataran rendah. Tanah kering disebabkan curah
hujan yang sangat rendah, sehingga keberadaan air sangat terbatas, suhu udara
17
tinggi dan kelembabannya rendah (Alim dkk,2022). Kurangnya pemanfaatan
lahan dari masyarakat sehingga lahan kering dijadikan tempat bermain bagi anak-
anak.
hortikultura, perkebunan, dan pangan seperti jagung, ubi, dan kacang tanah.
c. Peran Masyarakat
Solusinya adalah kepala desa bekerja melakukan kerja sama lintas sektoral
18
BAB III
PENYUSUNAN PROGRAM
a. Sosialisasi PHBS
Sosialisasi mengenai pentingnya penggunaan alas kaki, cara mencuci tangan yang
baik dan benar, serta sosialisasi tidak boleh BAB sembarangan yang akan disampaikan
oleh Dokter / Tenaga Kesehatan atau sukarelawan atau mahasiswa. Disini akan
dijelaskan secara teoritis mengenai faktor resiko, pencegahan dan akibat yang dapat
b. Pembuatan Aturan
Setelah dilakukan sosialisasi maka aparat desa harus menyusun aturan untuk
mengurangi dan mencegah terjadinya infeksi yang disebabkan oleh cacing tambang.
c. Penyediaan alas kaki, tempat cuci tangan, dan poster dilarang BAB sembarangan
Penyediaan alas kaki, tempat cuci tangan dan poster dilarang BAB sembarangan.
tambang.
19
a. Pembuatan Jamban Umum
masyarakat setempat, dimana hal ini diharapkan dapat menurunkan tingkat penularan
dan infeksius dari cacing tambang. Sehingga terjadi penurunan angka kejadian infeksi
Berkoordinasi dengan lintas sektoral sesuai dengan keadaan dan keahlian SDM
setempat, seperti melakukan Kerjasama dengan bidang pertanian untuk bercocok tanam
yang dimana hasilnya dapat dijual untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Ataupun
bekerjasama antar masyarakat untuk membuat suatu kerajinan atau olahan makanan
yang dapat dijual sebagai upaya meningkatkan ekonomi masyarakat. Sehingga hal ini
20
BAB IV
IV.1. Scoring
Masalah
Parameter
A B
Prevalence 5 3
Severity 2 4
Rate % Increase 4 3
Degree of Unmeet Need 3 5
Social Benefit 5 4
Public Concern 5 3
Technical Feasibility
Study 3 5
Resource Availability 5 4
Total 32 : 8 = 4 31 : 8 = 3,9
Keterangan :
21
Tabel Skoring untuk Menentukan Urutan Prioritas Kegiatan
eseha skoring. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penyelesaian masalah berdasarkan
Efisiens
Efektifitas i Hasil
No Kegiatan
P=(M x I x
M I V C V)/C
1Sosialisasi PHBS 4 4 3 2 24
2Pembuatan Jamban Umum 4 3 2 4 6
3Perbaikan Sosio-Ekonomi 3 4 4 3 16
Keterangan :
dilaksanakan.
skoring, maka prioritas pertama penyelesaian masalah yang kami lakukan adalah
22
Tabel IV. 3 Rencana kegiatan Prioritas (plan of Activity/POA) Pencegahan Infeksi cacing tambang di Desa Rejoso
1 Menyiapkan Seluruh 100% team 1. Melakukan Rapat Desa Warga November 2022 Data jumlah
program warga desa siap penyuluhan / koordinasi Rejoso sekitar warga desa
dan team/ rejoso dari melakukan edukasi dilakukan Minggu ke 1 Rejoso
kelompok segala bagian mengenai guna
kerja kalangan tugasnya. pentingnya mempersiap Data warga
(Planning) usia (anak penggunaan kan materi, yang
anak – perilaku narasumber, terkonfirmasi
lansia) hidup sehat panitia dan sakit
2. Merumuskan setiap Laptop
aturan aturan bagian
yang dalam team Proyektor
menunjang harus
mic
perilaku melakukan
hidup sehat tugasnya Alat tulis
3. memonitoring dengan baik
kepatuhan dan benar Konsumsi
warga dalam
Meja dan kursi
menggunakan
upaya hidup
sehat
2 Penyuluhan Seluruh 80% 1x penyuluhan Penyuluhan Balai desa Dokter, November Laptop
tentang warga sasaran yang dihadiri tentang mahasiswa
PHBS sekitar hadir dalam juga oleh kepala pentingnya /I Minggu ke II Proyektor
penyuluhan desa hidup sehat, kedoktera Mic
23
upaya yang n dan Alat tulis
dapat di beberapa
lakukan warga Konsumsi
dalam yang turut Meja dan kursi
menujang membantu
PHBS,
dampak dari
kurangnya
kesadaran
warga
terhadap
kesehatan,
dan
pentingnya
disiplin
dalam
upaya
kesehatan
bersama
3 Monitoring Seluruh 90% Setiap pagi pada Sebelum Area Desa Team Setiap hari dimulai Alat tulis
rutin warga sasaran saat warga mulai melakukan Rejoso monitorin dari November
terutama patuh beraktivitas aktivitas g minggu ke II
yang melaksanak warga di Mahasisw
memiliki an upaya lakuan a/I
resiko PHBS yang pamantauan kedoktera
tinggi sudah di atau n
terinfeksi jelaskan wawancara
cacing dalam singkat
24
tambang sosialisasi mengenai
kegiatan
dalam
keseharian
yang
menunjang
PHBS
4 General Seluruh 100% 6 bulan sekali General Faskes Dokter Dimulai dari Peralatan
check up warga warga pada warga yang check up terdekat dari faskes November minggu medis
terutama sekitar tidak pada terdekat ke III
yang tidak terkonfirmasi seluruh Pemeriksaan
terinfeksi terinfeksi cacing warga penunjang
cacing tambang setiap 6 sesuai dengan
tambang bulan anjuran dokter
Khusus anak sekali.
anak dan pekerja Khusus
yang berisiko Khusus
tinggi terinfeksi anak anak
cacing tambang dan pekerja
malakukan yang
general check up berisiko
setiap 3 bulan tinggi
sekali selama terinfeksi
beberapa cacing
pertemuan tambang
untuk
general
check up
25
dilakukan
setiap 3
bulan sekali
selama
beberapa
pertemuan
5 Evaluasi Seluruh 85% warga 1 tahun setelah Dilakukan Balai desa Dokter November 2023 Data jumlah
akhir warga disiplin kegiatan evaluasi dan warga
PHBS pertama akhir mahasiswa
dilaksanakan dengan /I Kuisioner data
mengevalus kedoktera kejadian
i angka n infeksi cacing
kejadian tambang
infeksi, selama tahun
kepatuhan 2022-2023
warga,
pengetahua
n
pentingnya
PHBS dan
dampak
setelah
melakukan
PHBS
bersama
26
BAB V
V.1. KESIMPULAN
V.1.1. Faktor resiko penyebab tingginya angka kesakitan pada desa Rejoso
b. Lingkungan tempat tinggal yang berada di tanah kering memicu kebiasaan main
c. Kurangnya penggunaan alas kaki sebagai pemicu port de entry dari masuknya
V.1.2. Upaya meningkatkan angka kesehatan di desa Rejoso ialah dengan pemberian
V.1.3. Rencana program untuk mengurangi angka kesakitan di desa Rejoso adalah dengan
menerapkan perilaku hidup berih dan sehat di lingkungan rumah tangga lalu
V.2. SARAN
Pelaksanaan sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat yang dilaksanakan di desa
Rejoso sangat berjalan lancar dan dirasakan dampaknya oleh seluruh aspek masyarakat
27
yang terlibat baik kepada masyarakat desa Rejoso, tenaga kesehatan yang bertugas di dekat
desa Rejoso. Masyarakat desa Rejoso sebagai sasaran utama mendapatkan banyak sekali
manfaat terkait ilmu pengetahuan dan sangat mudah diterapkan oleh seluruh masyarakat
desa Rejoso. Tenaga masyarakat yang terlibat di dalam proses ini pun juga dapat secara
langsung mendapatkan manfaat salah satunya yaitu melalui sosialisasi PHBS ini angka
diadakan kembali maka harus dipersiapkan dengan sangat matang dan diharapkan dapat
28
DAFTAR PUSTAKA
Abe, N. et al. (2015) ‘Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Kecacingan pada Murid
SD Negeri Abe Pantai Jayapura Relation Between Personal Hygiene and Worm Infection
Among Students in SD’, Plasma, 1(2), pp. 87–96.
Ali, R.U., Zulkarnaini, Z. and Affandi, D., 2016. Hubungan personal hygiene dan sanitasi
lingkungan dengan angka kejadian kecacingan (soil transmitted helminth) pada petani
sayur di kelurahan maharatu kecamatan marpoyan damai kota pekanbaru. Dinamika
Lingkungan Indonesia, 3(1), pp.24-32.
Alim, N., Simarmata, M. M., Gunawan, B., Purba, T., Juita, N., Herawati, J., ... & Inayah, A. N.
(2022). Pengelolaan Lahan Kering. Yayasan Kita Menulis.
Halleyantoro, R., Riansari, A. and Dewi, D. P. (2019) ‘INSIDENSI DAN ANALISIS FAKTOR
RISIKO INFEKSI CACING TAMBANG PADA Abstrak’, Jurnal Kedokteran Raflesia,
5(1), pp. 2622–8344.
Noviastuti, A. R. (2015) ‘Infeksi Soil Transmitted Helminths’, Majority, 4(8), pp. 107–116.
Wijaya, N.H., Anies, A., Suhartono, S., Hadisaputro, S. and Setyawan, H., 2016. Faktor risiko
kejadian infeksi cacing tambang pada petani pembibitan albasia di Kecamatan Kemiri
Kabupaten Purworejo. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas, 1(1), pp.15-24.
29