Anda di halaman 1dari 29

HOOKWORM DISEASE

(Ancylostomiasis, Uncinariasis, Necatoriasis)

Oleh:
Wieke Dwi Putri 19700001
Abednego Marvel Winata 19700012
Desak Putu Dayita Nareswari 19700017
Ravica Jeslin Tandibua 19700026
Komang Ari Sinta Dewi 19700039
Fitria Nopitasari 19700053
Anis Ambarwati 19700068
Hreeneke Emerentia Indarto Putri 19700079
Pasha Ayu Pristisa 19700090
Muhammad Yanuar Nugroho 19700105
Ni Kadek Sukma Apti Pertiwi 19700116
Vira Setya Ourvalica 19700119
I Ketut Argya Reswara 19700139

Pembimbing:
Ayu Cahyani N, dr.,M.KKK

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya

maka kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas FGD pada skenario ini yang berjudul

“Hookworm Disease”. Penulisan laporan ini merupakan salah satu tugas untuk menjabarkan

hasil diskusi yang telah dilakukan sebelumnya.

Dalam Penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan  baik pada teknis

penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan

saran dari semua phak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak

terhingga kepada pihak  –  pihak yang membantu dalam menyelesaikan  penulisan laporan ini,

khususnya kepada : Pembimbing tutor kelompok FGD dr.Ayu Cahyani N, M.KKK yang telah

membimbing selama proses diskusi berjalan, Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan

dan bantuan serta  pengertian yang besar kepada para penulis, dan rekan-rekan sekelompok kerja

kelompok, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan

bantuan dalam penulisan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini

bermanfaat untuk  pembaca dan semua semua orang yang memanfaatkannya.

Surabaya, 3 November 2022

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

DAFTAR TABEL..........................................................................................................................v

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3. Tujuan..............................................................................................................................3

BAB II.............................................................................................................................................4

ANALISIS DAN PEMBAHASAN...............................................................................................4


2.1. Skenario................................................................................................................................4
DIAGRAM FISH BONE.............................................................................................................6
2.2. ANALISIS DAN PEMBAHASAN......................................................................................7
2.2.1. INPUT............................................................................................................................7
2.2.2. PROSES.........................................................................................................................9
2.2.3. LINGKUNGAN..........................................................................................................11

BAB III.........................................................................................................................................13

PENYUSUNAN PROGRAM......................................................................................................13
3.1. Upaya / Kegiatan Pencegahan............................................................................................13
3.2. Upaya / Kegiatan Perbaikan Lingkungan...........................................................................13
3.3. Upaya / Kegiatan Perbaikan Sosio-Ekonomi.....................................................................14

BAB IV..........................................................................................................................................15

PENYUSUNAN KEGIATAN PRIORITAS..............................................................................15


IV.1. Scoring..............................................................................................................................15

iii
BAB V...........................................................................................................................................21

KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................................................21


V.1. KESIMPULAN..................................................................................................................21
V.2. SARAN..............................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................23

iv
DAFTAR TABEL

Tabel IV. 1 Tabel Scoring...........................................................................................................15

Tabel IV. 2 Tabel Skoring untuk Menentukan Urutan Prioritas Kegiatan...........................16

Tabel IV. 3 Rencana kegiatan Prioritas (plan of Activity/POA) Pencegahan Infeksi cacing

tambang di Desa Rejoso..............................................................................................................17

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit cacingan merupakan penyakit yang diakibatkan infeksi cacing atau helminth.

Penyakit ini merupakan penyakit endemik kronik dan cenderung tidak mematikan namun 

menimbulkan berbagai masalah seperti menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan

produktivitas. Penyakit kecacingan banyak menimbulkan kerugian karena menyebabkan

berkurangnya penyerapan zat gizi makronutrien seperti karbohidrat dan protein, serta 

menimbulkan berkurangnya jumlah darah dalam tubuh. Penderita penyakit cacingan

biasanya mempunyai gejala lemah, lesu, pucat, kurang bersemangat, berat badan menurun,

batuk, dan kurang konsentrasi dalam belajar. Tentunya hal ini akan menurunkan kualitas

sumber daya manusia  karena menyebabkan gangguan tumbuh kembang serta

mempengaruhi kognitif manusia. (Halleyantoro, Riansari and Dewi, 2019)

Salah satu bentuk penyakit kecacingan adalah terinfeksi oleh cacing melalui tanah atau

disebut Soil Transmitted Helminths (STH) yang kemudian berkembang di dalam usus. Jenis

cacing yang banyak menginfeksi manusia adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides),

cacing  tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan cacing cambuk

(Trichuris trichiura). (Halleyantoro, Riansari and Dewi, 2019)

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki berbagai faktor

risiko untuk dapat menyebabkan infeksi STH menjadi berkembang, yaitu seperti iklim tropis

yang lembab, kebersihan perorangan dan sanitasi yang kurang baik, tingkat pendidikan dan

vi
sosial ekonomi yang rendah, kepadatan penduduk yang tinggi serta kebiasaan hidup yang

kurang baik. (Noviastuti, 2015)

Untuk di Indonesia sendiri, insidensi infeksi STH terutama yang diakibatkan cacing

tambang cukup tinggi di daerah pedesaan, khususnya terjadi pada pekerja di daerah

perkebunan yang setiap harinya berkontak langsung dengan tanah. (Noviastuti, 2015)

Penyebaran infeksi cacing tambang tersebut berhubungan erat dengan kebiasaan

Buang Air Besar (BAB) masyarakat desa di tanah. Hal tersebut dalam memicu terbentuknya

tanah yang gembur, berpasir dan bertemperatur sekitar 23-32 °C, yang merupakan tempat

yang paling sesuai untuk pertumbuhan larva cacing tambang. (Noviastuti, 2015)

Selain itu kebiasaan mereka yang tidak menggunakan alas kaki saat bekerja dan tidak

mencuci tangan sebelum makan yang akan menyebabkan para petani terinfeksi cacing

tersebut. Selain petani, anak-anak umur sekolah dasar merupakan golongan yang paling

sering terinfeksi STH dengan cara penularan yang sama. (Noviastuti, 2015)

Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi yakni bervariasi

antara 2,5%-62%, terutama penduduk yang kurang mampu, sanitasi yang kurang baik.

Secara  global di Asia 819 juta orang terinfeksi Ascaris lumbricoides, 464,6 juta orang

terinfeksi Trichuris trichiura dan 438,9 juta orang terinfeksi hookworm, mencapai 67%

kemudian infeksi STH yang mengenai anak usia 6-12 tahun (usia anak SD) mencapai 189

juta anak. (Sanuriza et al., 2021)

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana cara menanggulangi kejadian infeksi cacing tambang di Desa Rejoso?

vii
1.3. Tujuan

1.1.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi cacing tambang

di Desa Rejoso dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut

1.1.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apakah perilaku masyarakat berhubungan dengan kejadian

infeksi cacing tambang di Desa Rejoso 

b. Untuk mengetahui apakah pendidikan berhubungan dengan kejadian infeksi

cacing tambang di Desa Rejoso

c. Untuk mengetahui apakah pengetahuan masyarakat berhubungan dengan

kejadian infeksi cacing tambang di Desa Rejoso

d. Untuk mengetahui apakah sosial ekonomi masyarakat berhubungan dengan

kejadian infeksi cacing tambang di Desa Rejoso

e. Untuk membuat program dalam mengatasi masalah penyakit akibat cacing

tambang (hookworm) 

viii
BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

2.1. Skenario

HOOKWORM DISEASE

(Ancylostomiasis, Uncinariasis, Necatoriasis).

Desa Rejoso adalah salah satu desa di Kecamatan Karang Kabupaten Damai. Di desa

tersebut terdapat Sekolah Dasar (SDN) dengan 173 siswa. Data tahun kemarin menunjukkan

bahwa kejadian infeksi cacing tambang pada siswa SDN Rejoso 20,5%. Perilaku buang air

besar di sekitar rumah 44,2% perilaku anak-anak yang biasa bermain dengan tanah sebesar

54,2%.

Kota Damai khususnya Kecamatan Karang memiliki wilayah perkebunan seluas 5.000

hektar, berupa tanah kering yang merupakan tanah yang sesuai dengan perkembangan

cacing tambang. Kepala keluarga (KK) umumnya (65%) berpendidikan sekolah menengah

pertama dan dasar, dengan pekerjaan umumnya (67%) tani atau buruh tani. Penghasilan

orang tua siswa sebagian besar (66%) masih di bawah upah minimum kota (UMK), 83%

rumah mereka memiliki lahan pekarangan atau lahan pertanian. Dalam kegiatan pekerjaan

mereka KK umumnya (76%) tidak menggunakan alas kaki.

Bagaimana cara penaggulangan penyakit yang terdapat di desa tersebut?

Tujuan Pembelajaran:

1. Mahaiswa memahami identifikasi penyakit hookworm disease.

ix
2. Mahasiswa memahami mata rantai penularan penyakit:

a. Penyebab (agent)

b. Reservoir/sumber infeksi (reservoir/source of infection);

c. Pintu keluar (place of exit);

d. Cara menular (mode of transmission);

e. Pintu masuk (port on entry);

f. Kerentanan (susceptibility).

3. Cara pengendalian:

a. Upaya preventif

b. Pengendalian pasien, kontak dan lingkungan.

c. Upaya epidemiologis.

x
xi
DIAGRAM FISH BONE

PROSES INPUT
Sosio-Ekonomi
Tidak Pendidikan rendah
BABS (Buang menggunakan alas rendah
Air Besar kaki
Sembarangan)
Tani atau buruh tani

Kurangnya
Kebiasaan bermain
ketersediaan
di tanah
jamban
Perilaku
hidup tidak
sehat
Kurangnya kebijakan
yang mendukung PHBS

Tanah kering Kurangnya peran


masyarakat

12
LINGKUNGAN
2.2. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

2.2.1. INPUT
a. Kurangnya Ketersediaan Jamban

Jamban merupakan tempat buang air buangan yang berfungsi menyimpan

atau menampung sementara. Dengan bertambahnya penduduk yang tidak

sebanding dengan area permukiman, maka masalah pembuangan kotoran manusia

meningkat dilihat dari segi kesehatan masyarakat yang menjadi masalah pokok

untuk dapat diatasi karena kotoran manusia (feaces) adalah sumber penyebaran

penyakit. Solusi yang dapat dilakukan yaitu dengan bisa diberikan bantuan

melalui pemerintah untuk dapat dibuatkan toilet atau jamban umum. Kemudian

edukasi terkait pentingnya menggunakan jamban dalam buang air besar supaya

tidak menularkan atau terjadi penyebaran penyakit.

b. Pekerjaan

Pekerjaan buruh tani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian,

utamanya dengan cara pengelolaan pada tanah dengan  tujuan untuk

menumbuhkan atau memelihara tanaman. Kebanyakan di daerah pedesaan itu

warga bekerja sebagai buruh tani karena banyak memiliki lahan. Pada pekerja

buruh tani ini karena sering sekali berada di lokasi tanah maka sangat mudah

dapat terkontaminasi atau terjadi penumbuhan penyakit ineksi cacing contohna

yang dimana akan menyebabkan untuk pekerja para buruh tani mudah terineksi

dari penyakit tersbut atau penumbuhan cacing maupun larva. Solusi yang dapat

dilakukan adalah kita mengedukasi para buruh tani warga agar menggunakan

13
APD pada saat bekerja di lokasi. terutama memakai sepatu boots pada saat bekerja

agar terhindar dari kontaminasi atau kontak secara langsung dengan tanah.

c. Pendidikan Rendah

Pendidikan yang rendah adalah pendidikan yang tidak mencapai tahap

sarjana atau SMA yang hanya samapai di tingkat SD atau SMP. Banyak

masyarakat kurang akan pendidikan karena terkait pembiayaan atau jangkauan

akses pendidikan atau pengetahuannya. Di masyarakat tingkat pendidikan yang

rendah mengakibatkan sesorang untuk kurang dalam pengetahuan dan pola

pemikirannya maupun wawasan mengenai kesehatan maupun yang lainnya.

Sehingga masyarakat tersebut kurang akan pola pikir penjagaan mengenai

kebersihan atau kesehatan. Solusinya adalah dengan cara diberikan edukasi atau

sosialisasi terhadap masyarakat tersebut. Lalu dapat membantu dengan cara

meningkatkan pendidikan melalui kejar paket dan bekerja sama dengan

pemerintah terkait pembangkitan pendidikan.

d. Sosial Ekonomi Rendah

Status sosial ekonomi yang merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Masyarakat yang tingkat sosial

ekonominya rendah akan sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena

sosial ekonomi rendah tersebut maka kemampuan masyarakat untuk menjangkau

pelayanan kesehatan itu sangat sulit. Solusinya yaitu dengan cara bekerja sama

dengan lintas sektor dalam upaya meningkatkan SDA. Solusi lainnya bisa

mengajak pemerintah untuk membuat akses jalan ang mudah untuk para warga

14
yang susah akan jangkauan dari pelayanan kesehatan maupun mencari peluang

ekonomi.

2.2.2. PROSES
a. Tidak menggunakan alas kaki

Kulit adalah tempat masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh seseorang.

Aktivitas anak-anak atau petani yang dilakukan tanpa menggunakan alas kaki

membuat kaki melakukan kontak langsung dengan tanah. Hal tersebut

menyebabkan kaki menjadi pintu utama masuknya kuman penyakit ke dalam

tubuh terutama larva cacing tambang atau Hookworm. Tingginya prevalensi

infeksi Soil Transmitted Helminth (STH) dapat terjadi akibat kebiasaan jarang

menggunakan alas kaki saat beraktivitas, baik ketika bekerja atau aktivitas lain di

luar rumah. Kebersihan dan perawatan kaki sangat penting karena dapat

mencegah dan memutus hubungan bibit penyakit ke dalam tubuh, sehingga dapat

menghindari infeksi kecacingan ataupun infeksi pada suatu luka (Abe et al., 2015;

Wijaya et al., 2016).

Solusinya adalah melakukan penyuluhan atau sosialisasi terhadap warga

desa tersebut mengenai pentingnya penerapan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat) dalam aktivitas sehari-hari, terutama mengenai resiko penyakit yang dapat

terjadi apabila tidak menggunakan alas kaki saat beraktivitas. Selain itu, juga

dapat memberikan bantuan alas kaki (sandal untuk anak-anak atau sepatu boot

untuk petani) sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya infeksi cacing.

b. Perilaku BABS (Buang Air Besar Sembarangan)

15
BABS (Buang Air Besar Sembarangan) yang sering dilakukan masyarakat

yaitu di empang atau kolam lele dan sungai (Hayana, Marlina and Kurnia, 2018).

Kebiasaan tersebut dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi cacing karena

adanya tinja sembarangan akan mengundang kedatangan lalat dan hewan-hewan

lainnya. Lalat yang hinggap di atas tinja yang mengandung kuman penyakit dapat

menularkan telur cacing dan kuman lainnya melalui makanan yang dihinggapinya

yang nantinya makanan tersebut akan dimakan oleh manusia (Ali, Zulkarnaini and

Affandi, 2016).

Solusinya adalah melakukan penyuluhan atau sosialisasi terhadap warga

desa tersebut mengenai pentingnya penerapan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat) dalam aktivitas sehari-hari, terutama mengenai akibat dari perilaku BABS

(Buang Air Besar Sembarangan) seperti penyakit infeksi yang dapat terjadi. Selain

itu juga bisa dilakukan pembangunan jamban untuk masyarakat umum sehingga

masyarakat tidak lagi BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Pembangunan

jamban bisa melakukan kerja sama dengan kepala desa setempat ataupun

mengajukan bantuan pada pemerintah.

c. Kebiasaan bermain di tanah

Tanah merupakan tempat bermain paling disukai oleh anak-anak. Namun

tanah juga menjadi tempat berkembang biaknya larva cacing terutama pada

kondisi tanah yang kering. Apabila tanah yang digunakan bermain anak-anak

mengandung larva cacing tambang atau Hookworm maka peluang anak-anak

untuk terinfeksi cacing tambang semakin besar.

16
Solusinya adalah melakukan penyuluhan atau sosialisasi terhadap warga

desa terutama orang tua dan anak-anak mengenai resiko yang dapat terjadi apabila

terlalu sering main di tanah, menjelaskan juga mengenai mekanisme infeksi

cacing yang ditularkan melalui tanah.  Mengingatkan kepada orang tua untuk

melakukan pengawasan pada anaknya agar tidak bermain lagi di tanah.

2.2.3. LINGKUNGAN
a. Kurangnya Kebijakan yang Mendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan

seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri

(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

masyarakat. Penerapan PHBS diperlukan adanya peran aktif dari tingkat terendah

hingga tertinggi (Permenkes,2011)

Solusi dalam menerapkan PHBS yaitu melakukan sosialisasi dan edukasi

melalui pendekatan pimpinan masyarakat, pembinaan suasana dan juga

pemberdayaan masyarakat yang dimulai dari tingkatan rumah tangga, sekolah,

tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat umum. contoh edukasi yang dapat

diberikan yaitu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dan menggunakan

jamban sehat.

b. Tanah Kering

Kondisi geografis mempengaruhi topografi sebuah daerah. Tanah kering

pada umumnya terletak pada dataran rendah. Tanah kering disebabkan curah

hujan yang sangat rendah, sehingga keberadaan air sangat terbatas, suhu udara

17
tinggi dan kelembabannya rendah  (Alim dkk,2022). Kurangnya pemanfaatan

lahan dari masyarakat sehingga lahan kering dijadikan tempat bermain bagi anak-

anak.

Solusinya adalah bekerjasama dengan dinas pertanian  untuk sosialisasi

pemanfaatan lahan dalam bentuk bercocok tanam dengan ditanami tanaman

hortikultura, perkebunan, dan pangan seperti jagung, ubi, dan kacang tanah.

Meminta bantuan pada dinas pekerjaan umum untuk dibuatkan irigasi.

c. Peran Masyarakat

Peran masyarakat dibutuhkan dalam suatu penyusunan dan implementasi 

program pembangunan. Karena masyarakat yang mengetahui masalah dan

kebutuhan untuk mengembangkan suatu wilayah dan masyarakat nantinya yang

akan memanfaatkan dan menilai berhasil tidaknya sebuah program.

Solusinya adalah kepala desa bekerja melakukan kerja sama lintas sektoral

misalnya dengan dinas kesehatan dalam memberikan sosialisasi PHBS.

Mengembangkan sarana dan prasarana yang menunjang terlaksananya program.

Serta melibatkan masyarakat dalam setiap kegiatan program.

18
BAB III

PENYUSUNAN PROGRAM

3.1. Upaya / Kegiatan Pencegahan

a. Sosialisasi PHBS

Sosialisasi mengenai pentingnya penggunaan alas kaki, cara mencuci tangan yang

baik dan benar, serta sosialisasi tidak boleh BAB sembarangan yang akan disampaikan

oleh Dokter / Tenaga Kesehatan atau sukarelawan atau mahasiswa. Disini akan

dijelaskan secara teoritis mengenai faktor resiko, pencegahan dan akibat yang dapat

ditimbulkan dari masing - masing materi.

b. Pembuatan Aturan

Setelah dilakukan sosialisasi maka aparat desa harus menyusun aturan untuk

meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap PHBS yang telah disampaikan agar

mengurangi dan mencegah terjadinya infeksi yang disebabkan oleh cacing tambang.

c. Penyediaan alas kaki, tempat cuci tangan, dan poster dilarang BAB sembarangan

Penyediaan alas kaki, tempat cuci tangan dan poster dilarang BAB sembarangan.

upaya tersebut dilakukan untuk mencegah masyarakat setempat terinfeksi cacing

tambang.

3.2. Upaya / Kegiatan Perbaikan Lingkungan

19
a. Pembuatan Jamban Umum

Berkoordinasi lintas sektoral untuk membangun tempat jamban umum untuk

masyarakat setempat, dimana hal ini diharapkan dapat menurunkan tingkat penularan

dan infeksius dari cacing tambang. Sehingga terjadi penurunan angka kejadian infeksi

cacing tambang di wilayah tersebut.

3.3. Upaya / Kegiatan Perbaikan Sosio-Ekonomi

a. Pemberdayaan Sumber daya Manusia (SDM)

Berkoordinasi dengan lintas sektoral sesuai dengan keadaan dan keahlian SDM

setempat, seperti melakukan Kerjasama dengan bidang pertanian untuk bercocok tanam

yang dimana hasilnya dapat dijual untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Ataupun

bekerjasama antar masyarakat untuk membuat suatu kerajinan atau olahan makanan

yang dapat dijual sebagai upaya meningkatkan ekonomi masyarakat. Sehingga hal ini

diharapkan dapat menunjang Pendidikan masyarakat, dan ketersediaan fasilitas untuk

pola hidup yang lebih sehat.

20
BAB IV

PENYUSUNAN KEGIATAN PRIORITAS

IV.1. Scoring

Tabel IV. 1 Tabel Scoring

Masalah
Parameter
A B
Prevalence 5 3
Severity 2 4
Rate % Increase 4 3
Degree of Unmeet Need 3 5
Social Benefit 5 4
Public Concern 5 3
Technical Feasibility
Study 3 5
Resource Availability 5 4
Total 32 : 8 = 4 31 : 8 = 3,9
 

Keterangan :

Masalah A       : Perilaku tidak sehat

Masalah B       : Infeksi cacing tambang

21
Tabel Skoring untuk Menentukan Urutan Prioritas Kegiatan

Untuk mempermudah penyelesaian masalah pada esehata diatas dapat menggunakan

eseha skoring. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penyelesaian masalah berdasarkan

skala prioritas dari yang tertinggi sampai yang terendah.

Tabel IV. 2 Tabel Skoring untuk Menentukan Urutan Prioritas Kegiatan

Efisiens
Efektifitas i Hasil
No Kegiatan
P=(M x I x
M I V C V)/C
 1Sosialisasi PHBS 4 4 3 2 24
 2Pembuatan Jamban Umum 4 3 2 4 6
 3Perbaikan Sosio-Ekonomi 3 4 4 3 16
 
Keterangan :

M : Magnitude,  yaitu  besarnya  masalah  yang  bisa  diatasi  apabila  solusi/

kegiatan  ini  dilaksanakan  (turunnya  prevalensi  dan besarnya masalah lain).

I :  Implementasi, yaitu sensitifnya dalam mengatasi masalah;

V :  Viability, yaitu kelanggengan selesainya masalah apabila kegiatan ini

dilaksanakan.

C :  Cost, biaya yang diperlukan untuk mengatasi masalah.

P :  Prioritas kegiatan atau pemecahan masalah dengan rumus P = (M x I x V)/C

Berdasarkan  tabel  perbaikan  prioritas  masalah  yang  dilakukan dengan  metode 

skoring,  maka  prioritas  pertama  penyelesaian  masalah yang  kami  lakukan  adalah

sosialisasi PHBS ( perilaku hidup bersih dan sehat ).

22
Tabel IV. 3 Rencana kegiatan Prioritas (plan of Activity/POA) Pencegahan Infeksi cacing tambang di Desa Rejoso

N Kegiatan Sasaran Target Volume Rincian Lokasi Tenaga Jadwal Kebutuhan


o Kegiatan Kegiatan Pelaksanaan Pelaksana Pelaksanaan

1 Menyiapkan Seluruh 100% team 1. Melakukan Rapat Desa Warga November 2022 Data jumlah
program warga desa siap penyuluhan / koordinasi Rejoso sekitar warga desa
dan team/ rejoso dari melakukan edukasi dilakukan Minggu ke 1 Rejoso
kelompok segala bagian mengenai guna
kerja kalangan tugasnya. pentingnya mempersiap Data warga
(Planning) usia (anak penggunaan kan materi, yang
anak – perilaku narasumber, terkonfirmasi
lansia) hidup sehat panitia dan sakit
2. Merumuskan setiap Laptop
aturan aturan bagian
yang dalam team Proyektor
menunjang harus
mic
perilaku melakukan
hidup sehat tugasnya Alat tulis
3. memonitoring dengan baik
kepatuhan dan benar Konsumsi
warga dalam
Meja dan kursi
menggunakan
upaya hidup
sehat

2 Penyuluhan Seluruh 80% 1x penyuluhan Penyuluhan Balai desa Dokter, November Laptop
tentang warga sasaran yang dihadiri tentang mahasiswa
PHBS sekitar hadir dalam juga oleh kepala pentingnya /I Minggu ke II Proyektor
penyuluhan desa hidup sehat, kedoktera Mic

23
upaya yang n dan Alat tulis
dapat di beberapa
lakukan warga Konsumsi
dalam yang turut Meja dan kursi
menujang membantu
PHBS,
dampak dari
kurangnya
kesadaran
warga
terhadap
kesehatan,
dan
pentingnya
disiplin
dalam
upaya
kesehatan
bersama

3 Monitoring Seluruh 90% Setiap pagi pada Sebelum Area Desa Team Setiap hari dimulai Alat tulis
rutin warga sasaran saat warga mulai melakukan Rejoso monitorin dari November
terutama patuh beraktivitas aktivitas g minggu ke II
yang melaksanak warga di Mahasisw
memiliki an upaya lakuan a/I
resiko PHBS yang pamantauan kedoktera
tinggi sudah di atau n
terinfeksi jelaskan wawancara
cacing dalam singkat

24
tambang sosialisasi mengenai
kegiatan
dalam
keseharian
yang
menunjang
PHBS

4 General Seluruh 100% 6 bulan sekali General Faskes Dokter Dimulai dari Peralatan
check up warga warga pada warga yang check up terdekat dari faskes November minggu medis
terutama sekitar tidak pada terdekat ke III
yang tidak terkonfirmasi seluruh Pemeriksaan
terinfeksi terinfeksi cacing warga penunjang
cacing tambang setiap 6 sesuai dengan
tambang bulan anjuran dokter
Khusus anak sekali.
anak dan pekerja Khusus
yang berisiko Khusus
tinggi terinfeksi anak anak
cacing tambang dan pekerja
malakukan yang
general check up berisiko
setiap 3 bulan tinggi
sekali selama terinfeksi
beberapa cacing
pertemuan tambang
untuk
general
check up

25
dilakukan
setiap 3
bulan sekali
selama
beberapa
pertemuan

5 Evaluasi Seluruh 85% warga 1 tahun setelah Dilakukan Balai desa Dokter November 2023 Data jumlah
akhir warga disiplin kegiatan evaluasi dan warga
PHBS pertama akhir mahasiswa
dilaksanakan dengan /I Kuisioner data
mengevalus kedoktera kejadian
i angka n infeksi cacing
kejadian tambang
infeksi, selama tahun
kepatuhan 2022-2023
warga,
pengetahua
n
pentingnya
PHBS dan
dampak
setelah
melakukan
PHBS
bersama

26
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. KESIMPULAN

V.1.1. Faktor resiko penyebab tingginya angka kesakitan  pada desa Rejoso

a. Kurangnya Perilaku hidup bersih

b. Lingkungan tempat tinggal yang berada di tanah kering memicu kebiasaan main

tanah oleh anak anak di desa Rejoso

c. Kurangnya penggunaan alas kaki sebagai pemicu port de entry dari masuknya

banyak mikroorganisme penyebab infeksi

d. Kurangnya keterjangkauan fasilitas kesehatan yang menyebabkan kurangnya

pemahaman masyarakat terhadap perilaku hidup bersih

e. Kurangnya fungsi jamban sebagai tempat pembuangan akhir

f. Rendahnya sosial, ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat memicu

kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya kesehatan

V.1.2. Upaya meningkatkan angka kesehatan di desa Rejoso ialah dengan pemberian

langkah awal sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat 

V.1.3. Rencana program untuk mengurangi angka kesakitan di desa Rejoso adalah dengan

menerapkan perilaku hidup berih dan sehat di lingkungan rumah tangga lalu

dilanjutkan di lingkungan masyarakat 

V.2. SARAN

Pelaksanaan sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat yang dilaksanakan di desa

Rejoso sangat berjalan lancar dan dirasakan dampaknya oleh seluruh aspek masyarakat

27
yang terlibat baik kepada masyarakat desa Rejoso, tenaga kesehatan yang bertugas di dekat

desa Rejoso. Masyarakat desa Rejoso sebagai sasaran utama mendapatkan banyak sekali

manfaat terkait ilmu pengetahuan dan sangat mudah diterapkan oleh seluruh masyarakat

desa Rejoso. Tenaga masyarakat yang terlibat di dalam proses ini pun juga dapat secara

langsung mendapatkan manfaat salah satunya yaitu melalui sosialisasi PHBS ini angka

kesakitan infeksi cacing tambang mulai menurun.

Dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasi sudah sangat baik selanjutnya apabila

diadakan kembali maka harus dipersiapkan dengan sangat matang dan diharapkan dapat

melibatkan banyak  aspek masyarakat lainnya guna meningkatkan kesejahteraan desa

Rejoso dari berbagai aspek.

28
DAFTAR PUSTAKA

Abe, N. et al. (2015) ‘Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Kecacingan pada Murid
SD Negeri Abe Pantai Jayapura Relation Between Personal Hygiene and Worm Infection
Among Students in SD’, Plasma, 1(2), pp. 87–96.

Ali, R.U., Zulkarnaini, Z. and Affandi, D., 2016. Hubungan personal hygiene dan sanitasi
lingkungan dengan angka kejadian kecacingan (soil transmitted helminth) pada petani
sayur di kelurahan maharatu kecamatan marpoyan damai kota pekanbaru. Dinamika
Lingkungan Indonesia, 3(1), pp.24-32.

Alim, N., Simarmata, M. M., Gunawan, B., Purba, T., Juita, N., Herawati, J., ... & Inayah, A. N.
(2022). Pengelolaan Lahan Kering. Yayasan Kita Menulis.

Halleyantoro, R., Riansari, A. and Dewi, D. P. (2019) ‘INSIDENSI DAN ANALISIS FAKTOR
RISIKO INFEKSI CACING TAMBANG PADA Abstrak’, Jurnal Kedokteran Raflesia,
5(1), pp. 2622–8344.

Noviastuti, A. R. (2015) ‘Infeksi Soil Transmitted Helminths’, Majority, 4(8), pp. 107–116.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011


Pedoman pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),-- Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI. 2011

Sanuriza, I. Il et al. (2021) ‘Prevalensi Infeksi Cacing Usus Golongan Soiltransmittedhelmints


( STH ) Pada Siswa Sekolah Dasar Di Kelurahan Abiantubuh Baru Mataram’, Jurnal
Evolusi, FMIPA, Universitas Nahdlatul Wathan Mataram, Mataram, 5(April), pp. 1–5.

Wijaya, N.H., Anies, A., Suhartono, S., Hadisaputro, S. and Setyawan, H., 2016. Faktor risiko
kejadian infeksi cacing tambang pada petani pembibitan albasia di Kecamatan Kemiri
Kabupaten Purworejo. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas, 1(1), pp.15-24.

29

Anda mungkin juga menyukai