Anda di halaman 1dari 31

TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI PADANG Laporan Praktek Kerja

BAB IV
METODA PELAKSANAAN PROYEK

Metode Pelaksanaan adalah suatu rangkaian kegiatan pelaksanaan konstruksi yang


mengikuti prosedur serta telah dirancang sesuai dengan pengetahuan atau standar yang telah
diuji cobakan. Untuk dapat melaksanakan pekerjaan sebuah bangunan dengan baik,
diperlukan adanya pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman dalam melaksanakan
pembangunan tersebut sehingga apabila ada permasalahan yang timbul di lapangan akan
cepat dapat diatasi.
Pada Proyek Gedung Indonesia 1 ini pekerjaan yang penulis amati selama melakukan
Kerja Praktek Lapangan adalah sebagai berikut:

a. Pekerjaan Kolom dari L29 – L31


b. Pekerjaan Core Wall ( NT) dari L48 – L58 ( typical )
c. Pekerjaan Balokd dan Plat Lantai Komposit dari L23 – L27

3.1 Pekerjaan Kolom

Gambar SDA

Gambar Site

RONALD L PIGOME / 1701021068 I-1


D3 TEKNIK SIPIL
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG Laporan Praktek Kerja

Gambar 3.2 Contoh Detail Tulangan Kolom


Sumber : Data Proyek Gedung Indonesia 1

Gambar 3.2 Contoh Column Schedule (NT)


Sumber : Data Proyek Gedung Indonesia 1

Kolom merupakan struktur utama dari konstruksi Portal (Portal adalah suatu sistem
yang terdiri dari bagian-bagian struktur yang saling berhubungan yang berfungsi menahan
beban sebagai suatu kesatuan lengkap yang berdiri sendiri dengan atau tanpa dibantu oleh
diafragma-diafragma horisontal atau sistem-sistem lantai. ).
Fungsinya untuk menyangga gaya normal yang berasal dari beban-beban diatasnya.
Pelimpahan gaya berasal dari balok induk atau balok anak serta berat sendiri kolom.
Disamping itu kolom juga menyangga gaya horizontal yang berasal dari muatan angin dan
muatan gempa. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan

RONALD L PIGOME / 1701021068 I-2


D3 TEKNIK SIPIL
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG Laporan Praktek Kerja

penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis
yang dapat menyebabkan runtuhnya lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur.
Kolom terbagi atas 3 Jenis , yaitu :
1. Kolom Beton Bertulang ( RC Column )
Kolom ini merupakan kolom yang strukturnya menggunakan tulangan besi dan di
selimuti dengan beton.

2. Kolom Baja ( Steel Column )


Kolom yang komponen strukturnya menggunakan material baja.

3. Kolom Komposit ( Composite Column )


Adalah komponen struktur tekan yang biasanya di perkuat pada arah memanjang
dengan menggunakan baja profil.
Kolom yang dipakai pada Proyek Gedung Indonesia 1 adalah Kolom Komposit, ada
beberapa alasan yang mendasari Proyek Gedung Indonesia 1 mengggunakan Kolom
Komposit yaitu ;

1. Supaya Beam Menyambung secara kuat di kolom.


2. Mengurangi dimensi kolom, dll
Kolom komposit juga memiliki beberapa kelebihan yaitu ;
a. Menguragi jumlah tulangan yang digunakan, Jika tidak menggunakan kolom
komposit maka tulangan akan menjadi sangat rapat sehingga agregat beton akan sulit
masuk.
b. Meningkatkan kekakuan plat lantai
c. Dapat menambah panjang bentang layan dari suatu struktur
Kekurangannya adalah sulit untuk monolit sehingga memerlukan shear studs.
Adapun ketentuan-ketentuan umum untuk struktur kolom komposit pada Proyek Gedung
Indonesia 1 :

RONALD L PIGOME / 1701021068 I-3


D3 TEKNIK SIPIL
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG Laporan Praktek Kerja

- Menggunakan mutu beton fc 55 Mpa


- Tebal selimut betonnya adalah 4 cm
- Tulangan utama menggunakan baja ulir
- Tulangan Crostiest ( Besi CT )
- Penggunaan kopler ada pada lantai 23 ke 31

Gambar 3.1 Alur Dokumen Proyek


Sumber : Proyek Gedung Indonesia 1

Pekerjaan Kolom Komposit terbagi atas 4 item, yaitu :

1. Erection Baja
a. Persiapkan material H-beam yang akan di install di lapangan

Gambar 3.1 Dokumentasi material di site


Sumber : Proyek Gedung Indonesia 1

b. Install shear stud pada H-Beam.

RONALD L PIGOME / 1701021068 I-4


D3 TEKNIK SIPIL
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG Laporan Praktek Kerja

c. H-beam di erection oleh Tower Crene (TC) untuk segera diinstal di lapangan.

Gambar 3.1 Dokumentasi proses erection


Sumber : Proyek Gedung Indonesia 1

d. H-Beam yang telah berada di lapagan di hubungkan dengan cara di las oleh
seorang welder (ahli pengelasan).

Gambar 3.1 Dokumentasi proses erection


Sumber : Proyek Gedung Indonesia 1

e. Setelah H-Beam telah di install, langkah selanjutnya ialah metode penulangan.


2. Penulangan
a. Penulangan kolom di mulai dari menyiapkan material baja rebar D13, D16, D25,
D32.

RONALD L PIGOME / 1701021068 I-5


D3 TEKNIK SIPIL
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG Laporan Praktek Kerja

Gambar 3.1 Dokumentasi proses bar bending & cutting bar


Sumber : Proyek Gedung Indonesia 1

b. Lalu langkah selanjutnya memfabrikasi besi tulangan dengan panjang 4-6


meter( didapat dari SDA yang telah di setujui).

Gambar 3.1 Dokumentasi proses bar bending & cutting bar


Sumber : Proyek Gedung Indonesia 1

c. Besi tulangan di press kemudian di threading dengan mesin kopler.

Gambar 3.1 Dokumentasi proses saat di press


Sumber : Proyek Gedung Indonesia 1

d. Hasil threading dicek menggunakan alat bantu go gouge dan window gouge, jika
sesuai akan Diproteksi lalu di lifting sebelum di install.

RONALD L PIGOME / 1701021068 I-6


D3 TEKNIK SIPIL
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG Laporan Praktek Kerja

Gambar 3.1 Dokumentasi proses pengecekan go gouge & window gouge


Sumber : Proyek Gedung Indonesia 1

e. Material yang telah di siapkan diangkut menggunakan Tower Crene untuk di


pasang ( Instal ).

f. Penginstalan diawali dengan mengencangkan coupler menggunakan kunci pipa


sehingga sambungan benar-benar rapat tidak ada rongga.

Gambar 3.1 Metode Pemasangan Coupler pada kolom


Sumber : Proyek Gedung Indonesia 1

g. Selanjuntnya pemasangan crostiest dan stirrups dengan cara dimasukkan dari


atas, jarak disesuaikan dengan shop drawing.
h. Ikat menggunakan kawat pengikat ke tulangan utama.

RONALD L PIGOME / 1701021068 I-7


D3 TEKNIK SIPIL
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG Laporan Praktek Kerja

i. Lalu pasang beton deking pada tulangan kolom sebagai selimut beton dengan
ketebalan 4 cm.
j. Setelah pemasangan tulangan selesai lakukan pemeriksaan dengan menyesuaikan
dengan shop drawing.
k. Selanjutnya dilakukan pembersihan di area kolom (cleaning).Dan lanjut ke tahap
berikutnya pemasangan bekisting.
l. Selanjutnya penginstalan tulangan sesuai dengan SDA di lokasi.

Gambar 3.1 Tampak tulangan dari samping


Sumber : Proyek Gedung Indonesia 1

T
1. Pemasangan Bekisting Kolom.

RONALD L PIGOME / 1701021068 I-8


D3 TEKNIK SIPIL
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG Laporan Praktek Kerja

Gambar 3.1 Material Formwork


Sumber : Proyek Gedung Indonesia 1.

Gambar 3.1 Main Parts Formwork


Sumber : Proyek Gedung Indonesia 1.

RONALD L PIGOME / 1701021068 I-9


D3 TEKNIK SIPIL
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG Laporan Praktek Kerja

Gambar 3.1 Technical Data


Sumber : Proyek Gedung Indonesia 1.

a. Sebelum pemasangan bekisting, lakukan pengecekan tulangan, masuk apa tidaknya


didalam garis markingan. Jika tulangan kolomnya keluar dari garis markingan (selimut
beton tidak memenuhi) maka tulangan harus di knick.

Gambar 3.1 Tampak pengecekan Tulangan


Sumber : Proyek Gedung Indonesia 1.

RONALD L PIGOME / 1701021068 I-10


D3 TEKNIK SIPIL
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG Laporan Praktek Kerja

b. Pasang sepatu kolom dengan cara dibor digaris markingannya sedalam ±10 cm lalu
tancapkan besi D13 yang telah diberi lem. Sepatu kolom berfungsi menjaga agar posisi
tetap siku.

Gambar 3.1 Sepatu Kolom Yang Telah Terpasang


Sumber : Proyek Gedung Indonesia 1.

c. Install pada fabrikasi bekisting kolom satu sisi yang telah diberi plywood .
- Meletakkan steel waller sesuai dengan rencana.
- Memasang girder pada steel waller dengan jarak 25-30 cm dan dikunci dengan hook
strap HB.
- Memasang plywood diatas girder.
- Lakukan hal yang sama untuk sisi yang lain.
d. Setelah di fabrikasi angkat bekisting menggunakan tower crane ketempat pemasangan
bekisting ke kolom.
e. Pasanglah base plate di tulangan stek yang telah disediakan.

RONALD L PIGOME / 1701021068 I-11


D3 TEKNIK SIPIL
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG Laporan Praktek Kerja

Gambar 3.1 Sepatu Kolom Yang Telah Terpasang


Sumber : Proyek Gedung Indonesia 1.

f. Selanjutnya pasang tie-rod sebagai perkuatan antar bekisting. Tie-rod menggunakan


baja ulir dan tie-rod tersebut dilindungi oleh pipa PVC. Lalu beri perkuatan pada
bekisting dengan cara tie-rod dikencangkan dengan memutar wing nut.

Gambar3.8Tampak tie road


Sumber : PT. InnotechProyek Gedung Indonesia 1

g. Pasangkan Kicker Brace yang di pasang pada kolom waller dengan menggunakan
Wedge Head Piece pada base plate.

RONALD L PIGOME / 1701021068 I-12


D3 TEKNIK SIPIL
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG Laporan Praktek Kerja

h. Kemudian pasang walkaway untuk pijakan saat pengerjaan kolom


i. Pasanglah unting – unting dari atas bekisting kolom.

j. Lakukan verticality dengan menggunakaan unting – unting tersebut yaitu lebar diatas
harus sama dengan dibawah.

k. Jika belum vertikal maka lakukan penyetelan di Push Pull Prop atau Kicker Brace,
sampai kondisi bekisting kolom vertikal.

Gambar 3.10Bekisting Kolom


Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1

2. Pengecoran Kolom

RONALD L PIGOME / 1701021068 I-13


D3 TEKNIK SIPIL
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG Laporan Praktek Kerja

a. Siapkan alat pengetesan silinder benda uji dan test slump. Untuk mengetahui
kadar kelecekan beton yang berhubungan dengan mutu beton.

Gambar 3.11Pengujian Slam sebelum pengecoran


Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1.

b. Beton ready mix didatangkan dengan mutu yang telah diisyaratkan.


c. Beton dituangkan kedalam gerobak, kemudian dilakukan pengujian slump dan
suhunya. Nilai slump yang dipakai adalah 16 +3/-1 (fc’ : 55 Mpa )

Gambar 3.11Pengujian Slam sebelum pengecoran


Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1

d. Lalu ambil beberapa sampel beton sebagai benda uji untuk kuat tekan beton yang
akan di uji.

RONALD L PIGOME / 1701021068 I-14


D3 TEKNIK SIPIL
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG Laporan Praktek Kerja

e. Setelah nilai slump memenuhi syarat, maka beton ready mix dari concrete truck
mixer dituangkan kedalam concrete bucket, volume bucket 1,2 m³ yang telah
dipasang pipa tremii

Gambar 3.11 Concrete Backet


Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1

f. Pemasangan pump pipe, dilanjutkan dengan pembersihan pump pipe.


g. Kemudian concrete tersebut dipompa dengan menggunakan concrete pump menuju
lokasi pengecoran.

RONALD L PIGOME / 1701021068 I-15


D3 TEKNIK SIPIL
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG Laporan Praktek Kerja

Gambar 3.11 concrete pump site


Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1

h. Penuangan beton, maksimal dijatuhkan tidak boleh lebih dari ketinggian 150 cm.
Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya segregasi pada agregat.

Gambar 3.12 pengecoran


Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1

i. Gunakan vibrator agar beton merata dan hasilnya tidak keropos dan bagus.
j. Begitu seterusnya sampai pengecoran selesai.
k. Rapikan dan bersihkan beton sisa serta alat bekas pengecoran.
l. Diamkan sampai selisih suhu antara beton dengan udara kurang dari 20℃, kemudian
lakukan perawatan pada beton (curring).

RONALD L PIGOME / 1701021068 I-16


D3 TEKNIK SIPIL
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG Laporan Praktek Kerja

3.2 Pekerjaan Core Wall.

Gambar 3.12 Core Wall Detail 49th Floor


Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1

Pembesian corewall dilakukan dengan metode yang sedikit berbeda. Komponen corewall
baru bisa dicor apabila telah mencapai ketinggian minimum 3 lantai. Jadi pembesian tidak
dilakukan secara langsung di area kerja. Namun dirakit di tempat pabrikasi terlebih dahulu.

Apalagi area corewall adalah area yang cukup berbahaya karena pekerja harus bekerja di atas
ketinggian. Perbedaan pembesian corewall terletak pada penggunaan besi double pada
sengkang. Besi yang digunakan untuk. Area corewall ini pun cederung berukuran kecil
yaitu besi diameter 13 mm dan 16 mm.

Core wall adalah dinding geser yang terletak di dalam wilayah inti pusat dalam gedung, yang
biasanya diisi tangga atau poros lift. Dinding yang terletak di kawasan inti pusat memiliki
fungsi ganda dan dianggap menjadi pilihan ekonomis.
Pekerjaan Corewall terbagi atas 3 item, yaitu :
1. Pekerjaan Penulangan
2. Pekerjaan Bekisting
3. Pekerjaan Pengecoran
Adapun ketentuan-ketentuan umum untuk struktur kolom pada proyek Gedung Indonesia 1:
- Menggunakan mutu beton fc 70 - 40 Mpa.
- Mutu Baja ASTM A-615M grade 520.
- Tebal selimut betonnya adalah 4 cm

RONALD L PIGOME / 1701021068 I-17


D3 TEKNIK SIPIL
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG Laporan Praktek Kerja

- Tulangan Pokok D16


- Tulangan sengkang D13

1. Pekerjaan Penulangan CoreWall

a. Terlebih dahulu mempersiapkan material yaitu besi ulir untuk tulangan utama, ties
dan stirrups serta kawat bendrat sebagai pengikat
b. Lalu bawalah tulangan ke lokasi fabrikasi. Potong tulangan sesuai gambar detail atau
gambar BBS (Bar Bender Schedule).
c. Kemudian rakit tulangan core wall langsung di area fabrikasi

d. Pastikan jarak tulangan sesuai dengan shop drawing.


e. Sebelum dimulai pemasangan tulangan, maka tulangan yang telah di rangkai di area
fabrikasi di angkat menggunakan tower crane.
f. Lalulakukan chipping(pengasaran) pada permukaan beton lama yang bertujuan agar
beton lama dengan beton baru saling mengikat.

g. Kemudian mulailah pemasangan tulangan dengan tulangan sebelumnya. Tulangan


dimasukkan dari atas dan disambung.
h. Kemudian pasang stek untuk tulangan slab dan kopler untuk sambungan Balok.

RONALD L PIGOME / 1701021068 I-18


D3 TEKNIK SIPIL
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG Laporan Praktek Kerja

i. Lalu pasang beton deking pada tulangan corewall sebagai selimut beton dengan
ketebalan 4 cm.

Gambar3.15Beton deking, tulangan stek


Sumber : Proyek Gedung Indonesia 1

j. Setelah semua selesai terpasang, maka lakukan pemeriksaan. Telah sesuai shop
drawing atau belum,jika belum sesuai maka lakukan perbaikan pada kesalahan Core
Wall.
k. Selanjutnya dilakukan pembersihan area kerja (cleaning). Dan lanjut ke tahap
berikutnya pemasangan bekisting.

RONALD L PIGOME / 1701021068 I-19


D3 TEKNIK SIPIL
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL )

2. Bekisting Corewall Menggunakan HCS ( Hydraulic Climbing System)

RONALD L PIGOME III-20


1701021068
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL )

3. Install HCS ( Hydraulic Climbing System).


a. Bekisting ditarik.
b. Lepaskan lengan rel.
c. Rel naik dengan mekanisme langkah demi langkahiy.
d. Lepaskan sepatu panjat untuk digunakan kembali.
e. Pasang jangkar pendakian. (anchor).
f. Terkunci di sepatu mendaki.
g. Perbaiki lengan rel dan lepaskan lengan dinding.
h. Lepaskan pin saring sebelum naik.
i. Lepaskan peniti bantalasan ketika mendaki.
j. Bekisting menaiki pagar dengan mekanisme pendakian.
k. Perbaiki pin bantalan yang mengunci formwork.
l. Masukan peniti (pin).
m. Posisi formwork.
n. Merakit bolt jangkar.
o. Mulai tuangkan berikutnya.
p. Lepaskan baut perakitan dan ulangi proses mendaki

Penjelasan di sambung di MP4

RONALD L PIGOME III-21


1701021068
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL )

2. Pengecoran Corewall (NT)

1. Lakukan pembersihan area pengecoran WT (Wall Tower) dengan


menggunakan compressor.
2. Siapkan alat pengetesan silinder benda uji dan test slump.
3. Beton ready mix didatangkan dengan mutu yang telah diisyaratkan.
4. Beton dituangkan kedalam gerobak, kemudian dilakukan pengujian
slump. Nilai slump yang dipakai adalah (fc 70 - 40 Mpa).
5. Lalu ambil beberapa sampel beton sebagai benda uji untuk kuat tekan
beton yang akan di uji.

Gambar 3.19Pengujian slump sebelum pengecoran CoreWall


Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1

6. Setelah nilai slump memenuhi persyaratan, maka beton ready mix dari
truck mixer dituangkan kedalam bak penampung yang berada dibagian
belakang concrete pump.

Gambar 3.20Proses pengisian concrete ke mesin Pump


Sumber: Proyek Gedung Indonesia1

RONALD L PIGOME III-22


1701021068
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL )

7. Beton akan ditembakkan dari concrete pump, dan pekerja mengarahkan


pipa pada concrete pump ke area yang akan dicor.

Gambar 3.21Proses pengecoran dengan concrate pump


Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1

8. Tinggi jatuh penuangan beton yang diisyaratkan sesuai dengan yang telah
ditentukan yaitu 1 – 1,5 m. Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya segregasi pada agregat.
9. Gunakan vibrator agar beton merata sehingga hasilnya tidak keropos dan
bagus.
10. Begitu seterusnya sampai pengecoran selesai.
11. Rapikan dan bersihkan beton sisa serta alat bekas pengecoran.
12. Diamkan sampai selisih suhu antara beton dengan udara kurang dari
20℃. Maka bekisting dapat dibuka dan kemudian lakukan perawatan
pada beton (curring).

RONALD L PIGOME III-23


1701021068
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL )

3.3 Pekerjaan Balok dan Plat Lantai Composit.

Gambar 3.21 Alur Dokumen Proyek


Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1

Balok merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai


dan pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat
horizontal bangunan akan beban-beban.

Plat Komposit, merupakan sebuah elemen struktur horizontal yang


berfungsi menyalurkan beban mati maupun beban hidup menuju rangka
pendukung vertical dari suatu sistem struktur yang terdiri dari dua atau lebih
material atau lebih (baja, metal deck, rebar, wiremesh, dan concrete) dengan
sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga
menghasilkan sifat gabungan yang lebih baik.

 Fungsi Plat/Slab ;
1.    Penyalur beban beban mati maupun beban hidup menuju rangka
pendukung vertical
2.    Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas
3.    Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah
4.    Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah

RONALD L PIGOME III-24


1701021068
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL )

5.    Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal.

Gambar 3.21Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Slab Composite


Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1

Gambar 3.21Tahap Pekerjaan


Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1

 Urutan pekerjaan balok dan slab diantaranya :


1. Pekerjaan Bekisting.
2. Pekerjaan tulangan.

RONALD L PIGOME III-25


1701021068
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL )

3. Pekerjaan Pengecoran.
1. Bekisting Balok dan Slab
1. Pemasangan Pelat Embedded pada saat penulangan corewall dengan
benar, ( Plat embedded adalah salah satu item penghubung antara
komponen baja dan beton ). Plate Embedded diberi perkuatan dengan
menggunakan Harpin (Pengikat Embedded Plate).

Gambar 3.21Penempatan Embedded Plate Pada Struktur Tulangan


Coulumn dan CoreWall.
Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1

2. Langkah selanjutnya Pengelasan komponen Shear Tab pada plate.

RONALD L PIGOME III-26


1701021068
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL )

Gambar 3.21Komponen Penghubung Baja


Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1
3. setelah dilakukan pengelasan sheaer tab maka selanjutnya dilakukan
pengelasan profil baja H-Beam.

Gambar 3.21H-Beam
Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1

4. Setelah profil H-beam terpasangan dengan baik, maka langkah


selanjutnya pemasangan Metal deck (plat baja ringan), yang berfungsi
sebagai penahan geser dan penambah daya kapasitas dari profil
tersebut.

Gambar 3.21 Proses Pemasangan Komponen Metal Deck / Floor Deck /


Bondek
Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1

RONALD L PIGOME III-27


1701021068
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL )

5. Setelah itu dilanjutkan dengan Penginstalan Shear Stud pada Metal


Deck yang telah dibentangkan di atas H-Beam sebelumnya.

Gambar 3.21 Proses Pemasangan Komponen Shear Stud


Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1

6. Langkah berikutnya ialah pengintalan Dowel pada keliling corewall


sebai penguat metal deck dalam menahan beban. Dowel ialah besi D16
yang di. Kedalaman Dowel yang direncanakan adalah 15db.
1
. π . d . ( f y ) . 0,9 rumus mencari kedalam dowel.
2 '
4

Gambar 3.21 Letak Dowel Pada CoreWall


Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1

7. Selanjutnya lakukan pembesian pada metal deck. Agar penambah


perkuatan karena salah satu kelemahan utama metaldeck ialah lemah
terhadap defleksi atau lendutan akan lebih tinggi bila dibandingkan
dengan pelat konvensional biasa.

RONALD L PIGOME III-28


1701021068
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL )

Dalam pembesian dibagi menjadi 2 Komponen, yaitu ;


1. Pembesian Wiremesh.( Mengurangi difleksi pada slab)

Gambar 3.21 Dimensi Wiremesh yang digunakan.


Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1

2. Pembesian Diafragma dan Extra.


 Tulangan Diafragma & Extra
• Bentang antar sisi (parimeter) : D25
• Bentang corewall ke kolom : D16
• Bentang kolom ke kolom : D16

Gambar 3.21 Letak Pembesian Rebar Diafragma dan Extra


Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1

RONALD L PIGOME III-29


1701021068
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL )

8. Maka Pelat Komposit siap untuk di cor ( Casting )


.
2. Pengecoran Pelat Lantai Komposit
1. Pemasangan pump pipe
2. Beton cair di salurkan menggunakan concrete pump. Pada proyek
Gedung Indonesia 1 ada 3 macam jenis concrete pump yang digunakan,
yang pertama, Mobile Concrete Pump (Digunakan untuk pengecoran
basement 7 – lantai 2).Yang kedua, Conventioal Static Pump (Digunakan
untuk pengecoran lantai 2 - 27). Dan yang ketiga ialah, High Pressure
Static Pump (Digunakan untuk pengecoran lantai 27 - Atap).

Mobile Concrete Pump Conventioal Static Pump

High Pressure Static Pump

3. Penuangan beton, maksimal dijatuhkan tidak boleh lebih dari ketinggian


150 cm.
4. Perataan lantai beton dengan mengunakan allat bantu vibrator dan kayu
profil T.

RONALD L PIGOME III-30


1701021068
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI PADANG
PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL )

Gambar 3.21 Letak Pembesian Rebar Diafragma dan Extra


Sumber: Proyek Gedung Indonesia 1

RONALD L PIGOME III-31


1701021068

Anda mungkin juga menyukai