Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN KESEHATAN

TENTANG PENYAKIT MENULAR DAN COVID


19

DISUSUN OLEH :
NUR AINI ALIFIAH

SMAN 1 KABILA
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatnya-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul
”KESEHATAN OLAHRAGA”. Shalawat serta salam tidak lupa kita sampaikan kepada
Rasulullah SAW. Meskipun penulis telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam menyusun
Makalah ini, namun penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari
sistematika maupun penyusunan kalimatnya. Dengan demikian, penulis mengharapkan
saran dan masukan yang membangun, demi kesempurnaan Makalah ini, semoga Makalah
ini bermanfaaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR.......................................................... i

DAFTAR ISI. .....……………………………… ii

BAB 1 PENYAKIT

MENULAR

A. Latar belakang..............4

B. Rumusan masalah ............5

C. Tujuan penelitian ........6

1.tujuan umum

2.Tujuan khusus

D. PENELITIAN .............6

BAB 2 COVID -19

A. Latar belakang.......7

B. Penyebab ................8

C. Karakteristik penyakit.........9

D. Pencegahan dan pengadilan ......10

DAFTAR PUSAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit menular menjadi salah satu penyebab utama kematian di Dunia. Penyebabnya
munculnya penyakit baru (new emerging disease) dan munculnya kembali penyakit
menular yang lama (re-emerging disease) membuat Indonesia menanggung beban
berlebih dalam penanggulangan penyakit (triple burden disease) (Kemenkes, 2013).
Kondisi ini semakin buruk dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat menyebabkan
beberapa penyakit infeksi akut yang berbahaya menyerang manusia seperti penyakit
yang bersumber pada binatang seperti leptospirosis (Widarso dan Wilfried, 2008).
Menurut Depkes RI Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
infeksi bakteri yang berbentuk spiral dari genus leptospira yang patogen, dan bergerak
aktif yang menyerang hewan dan manusia. Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang
secara alami dapat dipindahkan dari hewan verterbrata ke manusia atau sebaliknya
(Depkes RI, 2005). Angka kejadian leptospirosis di dunia sangat rendah dikarenakan
terlambatnya penanganan medis dan diagnosis oleh tenaga kesehatan (WHO, 2010).
Pelaporan penyakit leptospirosis terkendala karena sulitnya diagnosis klinis disebabkan
karena gejala awal penyakit leptospirosis karena keterbatasan pengetahuan pasien untuk
mendeteksi dini penyakit ini.

(Velineni, 2007). Leptospirosis sering disebut dengan Neglected Infectious Diseases


(NIDs) atau penyakit infeksi yang terabaikan (Rusmini, 2011). Menurut Internasional
Leptospirosis Society (ILS) Indonesia merupakan negara dengan insiden leptospirosis
berada pada peringkat 3 di bawah negara Cina dan India. Angka kematian leptopirosis
pada penderita usia 50 tahun keatas dapat mencapai 56% (CFR). Kejadian Luar Biasa
(KLB) insiden penyakit leptospirosis mencapai lebih dari 100 per 100.000 penduduk per
tahun (WHO, 2010). Angka kematian leptospirosis pada penderita usia 50 tahun keatas
dapat mencapai 56% ( WHO, 2010).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 hanya 7 provinsi yang
melaporkan kasus suspek leptospirosis yaitu provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tegah, DI Yogyakarta, Bengkulu, Kepulauan Riau dan Sulawesi Selatan. Rendahnya
angka pelaporan kasus leptospirosis dikarenakan kesulitan dalam diagnosis penyakit
leptospirosis sehingga menyebabkan sulitnya upaya dalam pemberantasan (Kementrian
Kesehatan RI, 2013). Tahun 2015 sampai dengan 2017 Kabupaten dengan jumlah kasus
kematian tertinggi akibat leptospirosis menurut data Dinas Provinsi Jawa Tengah dalam
laporan buku saku kesehatan yakni tahun 2015 tertinggi di Kota Semarang kemudian
Boyolali dan Klaten dengan 24 kasus kematian.

Pada tahun 2016 mengalami kenaikan kasus kematian sejumlah 30 kasus, tertinggi di
Semarang kemudian Klaten dan Boyolali. Pada tahun 2017 kasus leptospirosis
mengalami kenaikan yang sangat drastis hampir 2 kali lipat dari tahun sebelumnya yaitu
65 kematian dan kasus tertinggi di Kabupaten Banyumas, Semarang peringkat ke dua
kemudian Klaten berada di urutan ke 4 (Dinkes Prov. Jateng, 2017). Menurut data Dinas
Kesehatan Kabupaten Klaten, jumlah penderita leptospirosis 2014 terdapat 19 kasus
dengan kematian 7 orang, pada tahun 2015 terdapat 21 kasus dengan kematian 4 orang,
pada tahun 2016 terdapat 7 kasus kemudian peningkatan terjadi pada tahun 2017 yaitu 34
kasus dengan 9 kematian. Pada awal tahun 2018 sampai bulan April telah dilaporkan ke
Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten kasus leptospirosis sejumlah 38 kasus dengan 4
kematian (Dinkes Klaten, 2018). Berita Kejadian leptospirosis di Kabupaten Klaten
dalam berita harian Solopos, mengabarkan jumlah orang meninggal dari bulan April
sampai dengan Agustus yaitu 4 orang dengan total sepanjang tahun 2018 sampai bulan
Agustus yaitu 8 orang (Dinkes Klaten, 2018).

Jumlah kejadian leptospirosis di Kabupaten Klaten tertinggi di 3 Desa dari tahun 2014
sampai dengan 2018 yakni Wedi yaitu 25 kasus, Karangnongko terdapat 17 kasus dan
Trucuk 12 kasus dengan kasus 1 kematian di tahun 2018 (Dinkes Klaten, 2018).
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui wawancara pada bulan
April 2018 di Desa Trucuk, Wedi dan Karangnongko sebanyak masing-masing desa 10
orang dengan hasil yaitu semuanya warga Desa Trucuk tidak mengetahui penyakit
leptospirosis. Dan hal ini diperkuat dari hasil observasi peneliti terhadap rumah dan
lingkungan warga khususnya di Desa Trucuk yang masih banyak yang belum memenuhi
standar kesehatan. Hidup bersih dan sehat masih rendah, hal itu terlihat dari beberapa
rumah warga yang kondisi kebersihan masih belum terjaga dengan baik.

Kondisi tersebut sangat mendukung tikus untuk mendapatkan makanan dengan mudah
serta dapat dijadikan tempat tinggal yang nyaman untuk berkembang biak tikus, sehingga
dapat menularkan penyakit leptospirosis. Berdasarkan wawancara dengan warga bahwa
belum pernah diadakan penyuluhan kesehatan tetang penyakit leptospirosis di Desa
Trucuk. Menurut Sitepu (2008), metode ceramah sangat efektif untuk penyuluhan
kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap warga dalam pencegahan
penyakit pes. Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten terkait upaya pengendalian kasus
leptospirosis di Kabupaten Klaten yaitu dilakukan pemberian media leaflet di setiap
pelayanan kesehatan yang ada di Kabupaten Klaten baik rumah sakit maupun puskesmas
(Dinkes Kab Klaten, 2018).
Menurut hasil penelitian Yustisa (2014), promosi kesehatan menggunakan media
promosi kesehatan dari media cetak (Leaflet) dengan elektronika yang dimodifikasi
dapat meningkatkan pencapaian tujuan promosi kesehatan. Berdasarkan hal tersebut
peneliti ingin melihat pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit leptospirosis
dengan menggunakan metode ceramah kesehatan dan leaflet terhadap pengetahuan dan
sikap masyarakat di Desa Trucuk. Pendidikan kesehatan ini dilakukan guna
menumbuhkan kepedulian terhadap program pencegahan dan pengendalian penyakit 6
leptospirosis yang ditularkan oleh kencing tikus, dengan tujuan pengendalian dan
pencegahan penyakit leptospirosis dapat berjalan secara rutin dan berkesinambungan
serta dapat mengurangi risiko terjadinya kasus penyakit leptospirosis di Desa Trucuk.

B.Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit leptospirosis dengan


metode ceramah dan media leaflet terhadap tingkat pengetahuan dan sikap warga Desa
Trucuk?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit leptospirosis
terhadap tingkat pengetahuan dan sikap warga di Desa Trucuk .

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui skorttingkat pengetahuan warga Desa Trucuk tentang penyakit
leptospirosis .
b. Untuk mengetahui skor sikap warga Desa Trucuk tentang penyakit leptospirosis .
c. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit leptospirosis
terhadap tingkat pengetahuan warga Desa Trucuk.
d. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit leptospirosis
terhadap sikap warga Desa Trucuk.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan dan menanamkan sikap yang baik kepada masyarakat dalam
upaya pencegahan penyakit leptospirosis serta membantu meningkatkan kepedulian
terhadap kegiatan pengendalian tikus sebagai upaya pencegahan penyakit leptospirosis.

2. bagi tenaga kesehatan


Sebagai alternatif bahan masukan dalam membuat perencanaan kebijakan pengendalian
penyakit leptospirosis serta perencanaan program kegiatan dalam upaya peningkatan
pendidikan kesehatan.
BAB 2

A.Latar belakang

Wuhan adalah kota terbesar ketujuh di Tiongkok, dengan populasi lebih dari 11 juta orang.
Kota ini merupakan pusat transportasi utama di Tiongkok bagian tengah, yang terletak sekitar
700 mil (1100 km) di sebelah selatan Beijing,[145] 500 mil (800 km) di sebelah barat
Shanghai, dan 600 mil (970 km) di sebelah utara Hong Kong.[146] Bandar udara Wuhan
memiliki penerbangan langsung ke berbagai kota besar di Eropa: enam kali penerbangan
mingguan ke Paris, tiga kali ke London, dan lima kali ke Roma.

Pada bulan Desember 2019, terjadi sekelompok kasus "radang paru-paru (pneumonia) yang
tidak diketahui penyebabnya" yang dihubungkan dengan pasar grosir makanan laut Huanan.
Pasar ini memiliki ribuan kios yang menjual berbagai hewan, seperti ikan, ayam, burung
pegar, kelelawar, marmut, ular berbisa, rusa bintik, dan binatang liar lainnya. Setelah virus
korona diketahui sebagai penyebab penyakit ini, kecurigaan pun muncul bahwa virus korona
baru ini bersumber dari hewan. Sebagian besar virus korona bersirkulasi di antara hewan,
tetapi enam spesies di antaranya berevolusi dan mampu menginfeksi manusia, seperti yang
terlihat pada sindrom pernapasan akut berat (SARS), sindrom pernapasan Timur Tengah
(MERS), dan empat virus korona lain yang menyebabkan gejala pernapasan ringan seperti
pilek. Keenamnya dapat menular dari manusia ke manusia.

Pada tahun 2002, dengan musang sebagai sumber virus, wabah SARS dimulai di daratan
Tiongkok dan menjalar hingga ke Kanada dan Amerika Serikat dengan bantuan beberapa
penular super dan adanya penerbangan internasional. Akibatnya, lebih dari 700 orang
meninggal di seluruh dunia.] Kasus SARS terakhir dilaporkan pada tahun 2004.[150][153]
[154] Pada saat itu, pemerintah Tiongkok dikritik oleh WHO karena bersikap lamban dalam
menangani virus tersebut] Sepuluh tahun setelah SARS, penyakit virus korona terkait unta
arab, yaitu MERS, mengakibatkan lebih dari 850 orang meninggal di 27 negara.[156] Wabah
virus korona dari Wuhan dikaitkan dengan pasar yang menjual hewan untuk dikonsumsi,
sehingga penyakit tersebut diduga berasal dari hewan.[151] Hal ini menimbulkan
kekhawatiran bahwa wabah virus korona baru akan mirip dengan wabah SARS.[153][157]
Kekhawatiran tersebut diperburuk oleh adanya perkiraan bahwa sejumlah besar wisatawan
akan berlibur pada Tahun Baru Imlek, yang dimulai pada 25 Januari 2020

B.Penyebab
Filogenetik dan taksonomi Virus korona baru awalnya disimbolkan 2019-nCoV oleh WHO,
dengan huruf n yang berarti novel atau baru, dan CoV yang berarti coronavirus atau virus
korona.[62] Virus ini tergolong dalam ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae, dan genus
Betacoronavirus (Beta-CoV). Genus betacoronavirus terdiri atas empat garis keturunan
(subgenus), di mana 2019-nCoV bersama dengan SARS-CoV digolongkan dalam garis
keturunan B (subgenus Sarbecovirus).[34][63][64] Virus 2019-nCoV merupakan spesies
ketujuh dalam keluarga Coronaviridae yang mampu menginfeksi manusia, selain 229E,
NL63, OC43, HKU1, MERSCoV, dan SARS-CoV. Pada 11 Februari 2020, Komite
Internasional Taksonomi Virus (ICTV) memberi nama virus ini koronavirus sindrom
pernapasan akut berat 2 (Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2, disingkat SARS-
CoV-2) yang merupakan galur dalam spesies SARS-CoV

C. Karakteristik Penyakit

Angka reproduksi dasar untuk penularan virus dari manusia ke manusia diperkirakan antara
2 dan 4. Jumlah tersebut menggambarkan berapa banyak makhluk hidup yang baru terinfeksi
yang kemungkinan menularkan virus dalam populasi manusia. Virus korona baru telah
dilaporkan mampu mengirimkan rantai hingga empat orang sejauh ini.[69] Pada 22 Januari
2020, para ilmuwan dari Universitas Peking, Universitas Kedokteran Tradisional Tiongkok
Guangxi, Universitas Ningbo dan Sekolah Tinggi Teknik Biologi Wuhan menerbitkan sebuah
artikel setelah melihat "manusia, kelelawar, ayam, landak, trenggiling, dan dua spesies ular",
[70] yang menyimpulkan bahwa "2019-nCoV tampaknya merupakan virus rekombinan
antara koronavirus kelelawar dan koronavirus yang asalnya tidak diketahui"... dan ..."ular
adalah reservoir hewan satwa liar yang paling mungkin untuk virus 2019-nCoV" yang
kemudian menyebar ke manusia.

Beberapa ilmuwan lain berpendapat bahwa 2019-nCoV dikembangkan sebagai hasil dari
"virus gabungan antara kelelawar dan ular.[71][70][73] Artikel pracetak yang dipublikasikan
pada tanggal 23 Januari 2020 di jurnal bioRxiv yang ditulis oleh peneliti dari Institut Virologi
Wuhan, Rumah Sakit Jinyintan Wuhan, Universitas Akademi Sains Tiongkok dan Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menyatakan bahwa virus korona ini kemungkinan
berasal dari kelelawar, karena analisis mereka menunjukkan bahwa 2019-nCoV 96% identik
di tingkat genom secara keseluruhan dengan koronavirus kelelawar.[74] Hasil penelitian telah
menunjukkan bahwa virus 2019-nCoV masuk ke tubuh manusia melalui Reseptor ACE 2,
sama seperti virus SARS.
D. Pencegahan dan Pengadilan

2019-nCoV saat ini tidak memiliki pengobatan yang efektif atau vaksin, meskipun upaya
untuk mengembangkan beberapa obat sedang dilakukan.[86][87] Gejala-gejalanya antara lain
demam, kesulitan bernapas dan batuk,[88] yang digambarkan sebagai gejala "Influenza".[89]
Untuk mencegah infeksi, WHO merekomendasikan "mencuci tangan secara teratur, menutupi
mulut dan hidung ketika batuk dan bersin Meskipun tidak ada perawatan khusus untuk virus
korona manusia pada umumnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS
menyarankan bahwa warga yang terinfeksi virus ini dapat meredakan gejalanya dengan
minum obat flu biasa, minum cairan, dan istirahat.[91] Beberapa negara mengharuskan
warganya untuk melaporkan gejala mirip flu ke dokter mereka, terutama jika mereka pernah
mengunjungi daratan Tiongkok.
DAFTAR PUSTAKA
http://gilangilhamfitriyanto.blogspot.com/ https://www.romadecade.org/pengertian-
olahraga/#! https://bangbu15.blogspot.com/2016/04/makalah-kesehatan-olahraga.html 2

Anda mungkin juga menyukai