Anda di halaman 1dari 9

ATURAN TEKNIS TERKAIT KRITERIA KRIS JKN (12 KRITERIA)

19 Desember 2022

Kementerian Kesehatan

1
Usulan 12 Kriteria KRIS JKN
Terhadap 12 Kriteria KRIS JKN yang ada dalam naskah akademik DJSN, akan dibuat peraturan Menteri kesehatan.
(Pada NA DJSN, Kelas standar masih dibagi berdasarkan kelas standar PBI dan non PBI)
NA DJSN USULAN PERMENKES
1. Komponen Struktur Definisi :
bangunan yang bangunan rumah 1) Komponen bangunan yang dimaksud adalah lantai, dinding, plafon, pintu dan jendela.
digunakan tidak sakit yang baik 2) Porositas dalam hal ini adalah memiliki pori-pori atau lubang-lubang yang sangat kecil dan
boleh memiliki tidak memiliki berpotensi menyimpan debu dan mikroorganisme.
tingkat porositas porositas (pori) Maksud dan Tujuan:
yang tinggi. yang tinggi. Penggunaan Komponen bangunan tidak memiliki porositas yang tinggi sehingga mudah untuk
Sehingga dibersihkan, sebagai upaya pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi.
semakin tidak Uraian
berpori atau Objek komponen-komponen bangunan yang di cek, antara lain:
padat 1)Lantai
struktur Permukaan lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, tidak licin, permukaan
bangunan rata, tidak bergelombang, dan tidak menimbulkan genangan air. Apabila lantai menggunakan
(contoh: dinding) keramik yang menimbulkan permukaan nat (sambungan antar keramik) yang besar, maka
maka prosedur pembersihannya harus terdokumentasi dengan baik sesuai standar.
jaminan mutu 2)Dinding, plafon/langit-langit, pintu, jendela
dan keselamatan Tidak terdapat lekukan-lekukan (profil) yang sulit dibersihkan dan material finishing dinding,
pasien plafon, pintu dan jendela anti bakteri.
semakin baik 3)Untuk bangunan baru (new building), poin 1 dan 2 dipenuhi sejak peraturan ini diberlakukan.
4)Untuk bangunan eksisting (existing building), apabila pada poin 1 dan 2 ada persyaratan yang
belum terpenuhi, maka rumah sakit harus melengkapi prosedur pembersihan yang
terdokumentasi dengan baik, dan pemenuhannya harus dilakukan secara bertahap dalam
waktu 2 (dua) tahun sejak peraturan ini diberlakukan.
2
Usulan 12 Kriteria KRIS JKN
Terhadap 12 Kriteria KRIS JKN yang ada dalam naskah akademik DJSN, akan dibuat peraturan Menteri kesehatan
NASKAH AKADEMIS USULAN PERMENKES

2. Ventilasi Udara • Menjamin pertukaran udara untuk • Ventilasi udara didefinisikan sebagai proses memasok udara luar (udara
mekanik minimal pertukaran 6 kali segar/fresh air) ke dalam ruangan dan atau mengeluarkan udara pengap
per dalam ruangan, baik dengan cara alami, mekanis atau gabungan (hybrid).
jam dan untuk ventilasi alami harus • Maksud dan Tujuan:
lebih dari nilai tersebut Ventilasi udara dalam ruang perawatan bertujuan untuk kepentingan dilusi
• Ventilasi udara harus memenuhi udara atau mengencerkan kontaminan/ konsentrasi mikroorganisme di dalam
standar frekuensi pertukaran udara ruangan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi.
sebagaimana ditetapkan dalam • Uraian
kriteria melalui pengukuran 1)Pertukaran udara total pada ruang perawatan biasa (non intensif) minimal
menggunakan alat 6x pergantian udara perjam, sementara ruang isolasi minimal 12x pergantian
bantuvelocitymeter/ anemometer. udara perjam.
2)Pasokan udara segar dapat diperoleh dari bukaan jendela, pintu/celah pintu,
lubang angin/kisi-kisi, atau melalui saluran/ ducting.
3)Untuk mengukur pertukaran udara mekanis dilakukan dengan
menggunakan peralatan monitoring digital, alat bantu Velocitymeter/
Anemometer/ Vaneometer atau alat pengukur ventilasi lainnya dan dilakukan
secara berkala.
4)Pengertian dan jenis ventilasi sesuai peraturan perundangan terkait
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

3
Usulan 12 Kriteria KRIS JKN
Terhadap 12 Kriteria KRIS JKN yang ada dalam naskah akademik DJSN, akan dibuat peraturan Menteri kesehatan
NASKAH AKADEMIS USULAN PERMENKES

3. Pencahayaan • Mengoptimalkan pencahayaan • Definisi :


Ruangan alami. Jika pencahayaan buatan Pencahayaan atau iluminasi adalah penggunaan cahaya yang didesain untuk
maka intensitas pencahayaannya dapat meningkatkan kinerja, keselamatan tugas atau kegiatan dan
250 lux.untuk penerangan dan 50 kenyamanan visual. Pencahayaan terdiri dari pencahayaan buatan (lampu)
lux untuk tidur dan alami bangunan.
• Pencahayaan ruangan buatan harus • Maksud dan Tujuan:
mengikuti kriteria yang ditetapkan Pencahayaan yang memadai bertujuan agar pasien dan petugas dapat
dengan standar 250 lux untuk melihat dengan jelas kegiatan yang sedang dilakukan dan menghindari
penerangan dan 50 lux untuk bahaya. Selain itu pencahayaan dilakukan untuk penyesuaian biologis tubuh
pencahayaan tidur diukur dengan dan siklus sirkadian (ritme circadian).
luxmeter pada bidang kerja (tempat • Uraian
tidur). Pencahayaan ruangan buatan harus mengikuti kriteria yang ditetapkan
dengan standar 250 lux untuk penerangan dan 50 lux untuk pencahayaan
tidur. Pencahayaan diukur dengan luxmeter pada bidang kerja (tempat tidur).

4
Usulan 12 Kriteria KRIS JKN
Terhadap 12 Kriteria KRIS JKN yang ada dalam naskah akademik DJSN, akan dibuat peraturan Menteri kesehatan
NASKAH AKADEMIS USULAN PERMENKES

4. Kelengkapan Setiap tempat tidur dilengkapi dengan: • Maksud dan Tujuan


Tempat Tidur • Minimal 2 kotak kontak dan tidak 1) Kotak kontak berfungsi sebagai daya listrik untuk menggerakkan alat
boleh percabangan/ sambungan kesehatan. Kelengkapan kotak kontak pada setiap tempat tidur pasien
langsung tanpa pengamanan aru merupakan unsur dari keselamatan pasien. Tata cara pemasangannya
• Outlet oksigen tersentral memperhatikan keselamatan pasien dan petugas.
• Nurse call yang terhubung 2) Kelengkapan bel perawat/ nurse call bertujuan agar pasien dan petugas
dengan nurse dapat berkomunikasi dengan mudah dan cepat apabila pasien
Tempat tidur dalam instalasi rawat membutuhkan bantuan tenaga medis. Ketersediaan perangkat ini juga
inap harus menjamin kelengkapan sangat membantu petugas memanfaatkan waktunya dalam memonitor
spesifikasi sebagaimana ditetapkan kondisi pasien, dengan pengurangan mobilitas yang tidak efisien. Nurse
dalam kriteria call harus mudah dijangkau oleh pasien dalam posisi tidur
• Uraian
Setiap tempat tidur di ruang rawat inap memiliki 2 kotak kontak dan tidak
boleh percabangan/sambungan langsung tanpa pengamanan arus serta bel
perawat/nurse call yang terhubung dengan pos perawat/nurse station.

5
Usulan 12 Kriteria KRIS JKN
Terhadap 12 Kriteria KRIS JKN yang ada dalam naskah akademik DJSN, akan dibuat peraturan Menteri kesehatan
NASKAH AKADEMIS USULAN PERMENKES

5. Nakas per Nakas ialah meja kecil yang harus • Maksud dan Tujuan
Tempat Tidur tersedia untuk setiap tempat tidur. Nakas merupakan lemari tempat menyimpan barang pribadi pasien. Bentuk
nakas dapat berupa lemari kecil ataupun lemari model lainnya, lemari
menempel di dinding (built-in), atau furnitur lepas (loose).
• Uraian
Setiap tempat tidur memiliki lemari tempat penyimpanan barang pasien yang
dilengkapi dengan kunci.

6. Temperatur Pengaturan suhu dalam ruangan • Maksud dan Tujuan


Ruangan rawat inap harus berada pada rentang 1)Temperatur ruangan merupakan bagian dari parameter tata udara yang
20 hingga 26 derajat Celsius. pengaturannya diperlukan dalam rangka memperoleh kenyamanan termal
dalam ruangan.
2)Pengaturan temperatur dilakukan untuk kenyamanan pasien dan petugas,
jika tidak dipenuhi maka dapat mempengaruhi metabolisme tubuh.
• Uraian
1) Pengaturan temperatur ruangan rawat inap harus berada pada rentang
20oC hingga 26oC (Suhu kamar).
2) Monitoring temperatur dan kelembaban dapat dilakukan dengan Alat
Pengukur Temperatur dan Kelembaban Udara Digital Thermometer
Hygrometer Humidity.

6
Usulan 12 Kriteria KRIS JKN
Terhadap 12 Kriteria KRIS JKN yang ada dalam naskah akademik DJSN, akan dibuat peraturan Menteri kesehatan
NASKAH AKADEMIS USULAN PERMENKES

7. Ruang rawat Ruangan terpisah berdasarkan jenis • Maksud dan Tujuan


dibagi kelamin, usia, jenis penyakit (infeksi, Pembagian ruang rawat dilakukan untuk kenyamanan dan keselamatan
berdasarkan noninfeksi, bersalin) pasien serta pencegahan dan pengendalian infeksi.
Jenis Kelamin, • Uraian
Anak-Dewasa, Pembagian ruang rawat berdasarkan Jenis Kelamin, Anak-Dewasa, Infeksi-
Penyakit Infeksi- Non Infeksi diuraikan lebih lanjut dalam kebijakan/standar prosedur
Non Infeksi. operasional rumah sakit.

8. Kepadatan • Minimal Luas m2 per tempat tidur : • Maksud dan Tujuan


Ruang Rawat 7,2 m2 (PBI) dan 10 m2 (non PBI) Pengaturan kepadatan ruang rawat bertujuan untuk mencegah transmisi,
(kamar) dan • Jarak (as) antar tempat tidur 2,4 m memudahkan pergerakan petugas dan alat kesehatan serta kebutuhan
Kualitas Tempat Jarak As (posisi tengah) antar tempat ventilasi.
Tidur (TT) tidur • Uraian
• Antar Tepi TT minimal 1,5m Kepadatan ruang rawat inap dilihat dari:
• Standar TT Sekurang-kurangnya 1) Antar tepi tempat tidur minimal 1,5 m adalah jarak antara tepi tempat tidur
P:206 L:90T:50-80 (adjustable) ke tepi tempat tidur sebelahnya.
• Standar tempat tidur yang digunakan 2) Jumlah maksimal tempat tidur per ruang rawat inap 4 tempat tidur.
3 engkol. 3) Ukuran tempat tidur minimal P:200 cm L:90 cm T:50-80 cm. Pada ruang
• Jumlah maksimal TT per rawat inap anak, ukuran tempat tidur dapat disesuaikan dengan usia.
ruangan : 6 (PBI) dan 4 (non PBI) 4) Tempat tidur dapat menggunakan 1 atau 2 crank sesuai kebutuhan
. pelayanan di rumah sakit dan memiliki pengaman pada kedua sisi tempat
tidur.
7
Usulan 12 Kriteria KRIS JKN
Terhadap 12 Kriteria KRIS JKN yang ada dalam naskah akademik DJSN, akan dibuat peraturan Menteri kesehatan
NASKAH AKADEMIS USULAN PERMENKES

9. Tirai/Partisi Antar • Rel Dibenamkan atau menempel • Maksud dan Tujuan


Tempat Tidur di Plafon dan sebaiknya bahan Tirai/partisi bertujuan untuk menjaga kenyamanan pribadi dan privasi pasien.
non porosif Apabila menggunakan pembatas tirai, maka rel dipasang menempel dengan
• Tirai atau partisi antar tempat tidur kokoh di plafon ataupun menggantung di plafon dengan jarak tirai 30 cm dari
dapat diatur dengan rel yang lantai
dibenamkan atau menempel di • Uraian
plafon dengan jaminan bahan tidak 1) Apabila menggunakan pembatas tirai, rel dibenamkan/ menempel di plafon
berpori/tidak menyerap air. atau menggantung.
2) Tirai/partisi berwarna cerah dan mudah dibersihkan untuk pencegahan dan
pengendalian infeksi. Prosedur pembersihan rutin harus terdokumentasi
dengan baik.

10. Kamar Mandi • Letak kamar mandi harus berada • Maksud dan Tujuan
Dalam Ruangan di dalam ruangan rawat inap Kamar mandi didalam ruang rawat inap bertujuan untuk memudahkan akses
Rawat Inap dengan spesifikasi sebagaiamana ke kamar mandi dan kenyamanan.
ditetapkan dalam kriteria. • Uraian
Setiap ruang rawat inap memiliki 1 kamar mandi. Arah bukaan pintu keluar
(jika pasien jatuh dapat dibuka), kunci pintu dapat dibuka dari dua sisi dan
terdapat sirkulasi udara dalam ruangan (exhaust fan / jendela boven/ lubang
udara).

8
Usulan 12 Kriteria KRIS JKN
Terhadap 12 Kriteria KRIS JKN yang ada dalam naskah akademik DJSN, akan dibuat peraturan Menteri kesehatan
NASKAH AKADEMIS USULAN PERMENKES

11. Kamar Kamar mandi dalam ruang memenuhi • Maksud dan Tujuan
Mandi standar aksesibilitas sebagai berikut: Kamar mandi di ruang rawat inap merupakan toilet/kamar mandi yang
a. Ada tulisan/symbol “disable” pada bertujuan untuk keselamatan pasien.
bagian luar • Uraian
b. Memilikiruang gerak yang cukup Kamar mandi memenuhi standar aksesibilitas sebagai berikut:
untuk pengguna kursi roda 1) Memiliki ruang gerak yang cukup untuk pengguna kursi roda.
c. Dilengkapi pegangan rambat (handrail) 2) Dilengkapi pegangan rambat (handrail).
d. Permukaan lantai tidak licin dan tidak 3) Permukaan lantai tidak licin dan tidak boleh menyebabkan genangan.
boleh menyebabkan genangan 4) Bel perawat yang terhubung pada pos perawat.
e. Dianjurkan untuk memiliki tombol 5) Dapat dilengkapi wastafel
bantuan darurat pada tempat yang 6) Penggantung infus yang dekat dengan shower dan kloset
mudah dicapai
12. Outlet • Outlet oksigen tersentral • Maksud dan Tujuan
Oksigen Tujuannya agar dapat memenuhi kebutuhan oksigen pasien setiap dibutuhkan.
• Uraian
1) Setiap tempat tidur memiliki outlet oksigen yang dilengkapi dengan
flowmeter yang berada pada panel kepala tempat tidur pasien (bedhead).
2) Dalam keadaan darurat, apabila menggunakan tabung oksigen, dipastikan
sudah sesuai standar prosedur operasional tentang penggunaan tabung
oksigen di ruangan, saat transfer maupun saat penyimpanan.
3) Untuk bangunan baru, dipenuhi sejak peraturan ini diberlakukan.
4) Untuk bangunan eksisting, apabila masih menggunakan tabung oksigen di
ruangan, maka rumah sakit harus dapat memenuhinya secara bertahap dalam 9
waktu 3 (tiga) tahun sejak peraturan ini diberlakukan.

Anda mungkin juga menyukai