Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh:
HAIKAL
NIM: 1111051000079
ii
iii
ABSTRAK
Nama: Haikal
NIM: 1111051000079
Komunikasi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan pada setiap aspek-aspek
kehidupan. Salah satunya dunia pendidikan. Komunikasi menjadi hal yang penting dalam
proses transfer ilmu karena apabila ada error pada komunikator, maka bisa berdampak juga
pada komunikator.Komunikasi Interpersonal sangat penting dalam proses pembelajaran
Bahasa Inggris. Untuk membuat peserta didik paham terhadap apa yang disampaikan,
sangatlah membutuhkan komunikasi interpersonal yang baik.
Perumusan masalah penelitian yaitu: Bagaimana bentuk komunikasi interpersonal
guru Bahasa Inggris kepada murid-muridnya dalam meningkatkan kemampuan berbicara
Bahasa Inggris? Bagaimana upaya guru Bahasa Inggris dalam meningkatkan kemampuan
berbicara Bahasa Inggris murid-muridnya? Apa saja faktor penghambat dan pendukung
selama proses belajar mengajar Bahasa Inggris di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah?
Teori yang digunakan adalah Teori Hubungan Interpersonal Model Interaksional yang
menggambarkan bahwa proses komunikasi adalah proses berinteraksi satu sama lain. Sesuai
dengan nama model komunikasi ini yaitu interaksional, maka tidak salah jika dinyatakan
bahwa komunikasi ini berlansgung sesuai dengan adanya interaksi yang dilakukan seseorang
terhadap orang lain dimulai dari orang-orang terdekatnya. Model interkasional merupakan
model komunikasi yang lebih fokus kepada komunikasi dua arah, bukan linier. Model
interkasional terjadi di dalam suatu sistem di mana sistem-sistem ini saling terkait dan
berhubungan antara satu dengan yang lain.
Penelitian ini menggunakan jenis pendeketan penelitian kualitatif. Penelitian ini
membutuhkan observasi secara langsung ke lapangan, dan wawancara kepada para
narasumber yang berkaitan dengan penelitian ini seperti guru Bahasa Inggris, dan beberapa
murid yang ada di kelas terkait. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan yang dapat diterima dengan baik, luas,
dan lengkap mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, organisasi,
program, atau situasi sosial.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini bahwasanya guru yang mengajar
Bahasa Inggris di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah memiliki pendekatan komunikasi
interpersonal yang baik di setiap pengajarannya dengan melakukan pendekatan komunikasi
interpersonal yang berbeda-beda kepada setiap murid. Salah satunya diterapkan dalam
penggunaan media berita online dan metode mengajarnya, yaitu Audio Lingual Method.
Metode ini mengedepankan proses Komunikasi Interpersonal dengan para muridnya dengan
menggunakan Bahasa Inggris secara 2 x 35 menit mata pelajaran dengan tujuan agar para
murid terbiasa dengan kalimat-kalimat Bahasa Inggris dan mudah mengingat vocabulary.
Keyword: Komunikasi Interpersonal, Bahasa Inggris, Al-Hamidiyah
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat, taufiq, kemudahan,
dan kelancaran dalam proses pengerjaan karya sederhana ini hingga selesai.
Shalawat serta salam tak lupa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Saw.
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga karya ini menjadi salah satu bentuk
pembelajaran.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah
memberi dukungan, baik moril maupun materil. Untuk itu, penulis mengucapkan
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Dr. H. Arief Subhan,
M.A.
Penyiaran Islam.
Islam.
v
4. Ade Rina Farida, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah sabar
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Zarkasy dan guru Bahasa Inggris, Bapak Suparno, serta para murid XI IPA
tempat tersebut.
E, dan Mamah yang selalu sabar merawat penulis sejak kecil hingga
sekarang, bahkan sampai masa yang akan datang, Hj. Ani Tauhid.
10. Teman-teman jurusan KPI 2011, khususnya kelas C, dan KKN Cemara
Khusus kepada Diza Liane yang telah memberikan dorongan tiada henti
lakukan.
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK.............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan Penelitian.......................................................................6
D. Manfaat Penelitian.....................................................................6
E. Tinjauan Pustaka........................................................................6
F. Metodologi Penelitian................................................................7
G. Sistematika Penulisan...............................................................11
Komunikasi Interpersonal........................................................20
vii
BAB III GAMBARAN UMUM PESANTREN AL-HAMIDIYAH
C. Fasilitas....................................................................................42
A. Kesimpulan..............................................................................64
B. Saran-saran...............................................................................66
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................67
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................70
viii
BAB I
PENDAHULUAN
kerap kali digunakan pada setiap pertemuan antara negara.1 Selain paling banyak
digunakan, juga mudah untuk dipelajari mengingat zaman yang semakin maju dan
teknologi yang semakin modern. Tapi pada praktiknya masih banyak orang-orang
yang masih menganggap bahwa pelajaran Bahasa Inggris itu sangat sulit
dimengerti sehingga menjadi momok yang menakutkan. Hal ini terjadi bukan
semata-mata kesalahan internal murid itu sendiri, melainkan ada peran eksternal
bahasa asingnya cukup ketat. Selain kurikulum wajib yang diterapkan, terdapat
juga program informal berupa English Day dan Arabic Day di setiap minggunya
yang otomatis membutuhkan komunikasi yang baik di antara pengajar dan murid-
Depok khusus pondok pesantren. Pengajar Bahasa Inggris di pesantren ini juga
memiliki pola yang unik pada setiap sesi pengajarannya. Pesantren ini pun kerap
1
Richards and Rodgers, Approaches and Methods in Language Teaching, (Jakarta:
Cambridge University Press, 1986), hlm. 1
1
2
berbicara, harus dibiasakan sejak dini karena hampir semua sumber informasi
global berasal dari Bahasa Inggris2. Sesuai porsinya masing-masing tentunya. Jika
Beranjak ke bangku sekolah, Bahasa Inggris mulai dianggap penting. Pelajaran ini
adalah salah satu pelajaran yang menjadi standar kelulusan siswa baik di Sekolah
Menengah Pertama atau sederajat, dan juga Sekolah Menengah Atas atau
ini ketika murid akan melakukan speaking di dalam kelas, murid terlebih dahulu
menulis narasinya. Namun pada penelitian ini, penulis fokus kepada speaking.
dan di kelas. Beberapa faktor yang membuat pengajar bisa menjadi faktor
kurangnya kreasi dalam mengajar. Bahasa Inggris bukanlah Bahasa Ibu. Akan
lebih sulit dipahami apabila guru tidak mengajar dengan kreasi yang bisa
menjadikan suasana lebih have fun. Berikutnya adalah pengajar yang cenderung
monoton. Beberapa guru selalu ingin membuat muridnya mengerti, dengan cara
2
Durand, Intisari Psikologi Abnormal, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 7
3
yang tidak dipahami oleh muridnya sehingga membuat murid itu tertekan dan
cenderung enggan mengikuti kelas Bahasa Inggris. Penyebab yang terakhir adalah
pengajar yang acuh. Pada faktor ini, pengajar hanya ingin menjalankan
kewajibannya sebagai pengajar saja. Sehingga dia bahkan tidak mengetahui sudah
Method. Selain itu, guru di sana juga dinilai ramah dan friendly dalam mengajar
Komunikasi menjadi hal yang penting dalam proses transfer ilmu. Apabila
ada error pada komunikator, maka bisa berdampak juga pada komunikator. Ini
menjadi hal yang patut untuk diperhatikan. Bagaimana proses pesan disampaikan,
komunikan.
Inggris. Untuk membuat peserta didik paham terhadap apa yang disampaikan,
sini adalah bahasa asing yang cenderung membuat pendengar berpikir setelah
mendengarnya.
yang dilakukan oleh dua orang atau lebih mengenai suatu pesan tertentu secara
4
kebanyakan adalah masih ada pelajar yang kikuk bahkan takut saat jam pelajaran
Bahasa Inggris berlangsung. Sebagian ada yang memang pada dasarnya tidak
suka pada pelajarannya, sebagian ada yang tidak suka dengan pengajarnya. Kasus
yang kedua inilah yang menjadi fokus penulis untuk dibahas. Pada masa remaja,
pelajar yang masih terbilang di usia labil cenderung melakukan apa yang mereka
sukai. Mereka membenci hal-hal yang merepotkan untuk dipahami dan dilakukan.
Pada kasus ini; menerima pelajaran Bahasa Inggris dari pengajar yang kurang
disenangi.
Hal-hal di atas tentu mencegah minat dan bakat serta perkembangan murid
dalam berbahasa Inggris. Implikasinya fatal bagi murid, khususnya kelas XI, yang
pada tahun berikutnya akan menghadapi UN. Apabila dilanjutkan dalam keadaan
seperti ini, maka akan riskan terhadap ketidaklulusan. Dampak lebih lanjutnya
adalah di dunia perkuliahan dan dunia kerja. Mereka tidak akan pernah suka untuk
berbicara, bahkan untuk sekedar memahami Bahasa Inggris, jika sejak dini
3
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2003), hlm. 73
5
Berdasarkan paparan di atas, sehingga judul ini pantas diteliti dan penulis
keterampilan berbicara Bahasa Inggris. Dalam kasus ini; yang menjadi objek studi
yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA pada
bidang mata pelajaran Bahasa Inggris beserta guru yang terkait. Lebih lanjut,
penelitian ini tidak berfokus kepada skill-skill lain dalam Bahasa Inggris seperti
Reading, Writing, dan Listening. Akan tetapi penulis hanya fokus kepada
Speaking atau berbicara Bahasa Inggris. Agar lebih jelas, masalah dapat
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitan
bahwa komunikasi interpersonal yang baik yang tercipta antara guru Bahasa
E. Tinjauan Pustaka
F. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara
yaitu paradigma yang menganggap bahwa kenyataan itu hanya bisa dipahami
dalam bentuk jamak, berupa kostruksi mental yang dapat diraba, berbasis sosial,
2. Pendekatan Penelitian
4
Eko Wahyudi, Komunikasi Interpersonal Antara Guru dan Anak Tunarungu dalam
Meningkatkan Kualitas Ibadah Shalat di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Lebak Bulus Jakarta
Selatan, (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
5
Alamsyah Nugraha, Komunikasi Antarpribadi Guru Bimbingan Penyuluhan dengan
Siswa dalam Mengurangi Kenakalan Remaja di SMK Bunda Kandung Jakarta, (UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta)
6
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007), hlm. 40
8
dalamnya. Jika data yang dibutuhkan sudah terkumpul, mendalam, dan bisa
menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya.
Penelitian ini fokus kepada kualitas data. Peneliti juga turut aktif dalam
langsung ke lapangan.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Studi kasus adalah uraian
dan penjelasan yang dapat diterima dengan baik, luas, dan lengkap mengenai
situasi sosial.7
Subjek peneliti adalah orang yang dapat memberikan informasi, yaitu Pak
Suparno. Adapun yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah beberapa
orang yang berkaitan dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris di Pesantren
Al-Hamidiyah, Depok seperti Pak Zarkasy selaku Kepala Sekolah, Pak Suparno
selaku pengajar Bahasa Inggris, dan siswa-siswa kelas XI IPA. Adapun yang
5. Lokasi Penelitian
7
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008), hlm. 201
9
6. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2015 hingga bulan Mei 2015, di
mana penulis melakukannya setiap hari Senin dan Jumat di setiap pekannya.
7. Tahapan Penelitian
a. Mengumpulkan data
b. Mengolah data
c. Menganalisa data
a. Observasi
ini. Teknik observasi yang peneliti gunakan adalah observasi yang bersifat
b. Wawancara Mendalam
kegiatan belajar mengajar Bahasa Inggris di dalam dan di luar kelas seperti guru
dan siswa-siswa yang kompeten di bidang ini, dengan tujuan untuk mendapatkan
keterangan secara jelas berupa pola komunikasi yang terjadi dalam proses
kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan penelitian ini. Tanya jawab
ini tidak hanya melibatkan guru saja, tetapi kepada siswa guna melakukan cross
dalam menjawab pertanyaan yang diberikan namun tetap terarah pada masalah
yang diangkat.
c. Dokumentasi
penelitian ini.
8
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2008), hlm. 201
11
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini, peneliti
diperoleh dari hasil wawancara, catatan dari lapangan, dan buku-buku dengan cara
peneliti yang berwujud kata-kata. Setelah itu peneliti berusaha untuk menganalisis
G. Sistematika Penulisan
akan dibagi ke dalam sub bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
terdiri atas: Latar belakang masalah, Batasan dan rumusan masalah, Tujuan
Sistematika penulisan.
9
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), Cet. Ke-18, hal. 6
12
misi, dan tujuan, fasilitas, dan gambaran tenaga pengajar di Madrasah Aliyah Al-
Hamidiyah, Depok.
BAB V PENUTUP
KERANGKA TEORI
timbulnya sebuah feedback. Status sah atau tidaknya sesuatu dikatakan sebagai
Supratiknya diartikan sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau
Lassswell, Model Shannon dan Weaver, Model Middleton, dan Model DeFleur.
yang lebih kita kenal sebagai Who Says What In Which Channel To Whom With
yang diawali dengan proses penciptaan dan pengiriman pesan dari komunikator
1
Phil Astrid Susanto, Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung: Bina Cipta, 1980), hlm.
29
2
A. Supratiknya, Tinjauan Psikologis: Komunikasi Antarpribadi, (Yogyakarta: Kanisius,
1995), hlm. 30
13
14
bersifat timbal balik, berawal dari seorang sumber informasi (komunikator) yang
hidupnya dan ketika seseorang berkomunikasi maka ada satu hal yang selalu
terjadi, yaitu ia akan melihat orang lain atau situasi yang tengah dihadapinya
bicaranya.4
Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, dan tulisan.
Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang dapat dipahami oleh pihak
lain, dengan catatan pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dimengerti
oleh komunikan.
segala sesuatu yang ada di benak pelaku komunikasi seperti ide, gagasan, dan
3
Suranto AW, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 8-10
4
Morissan, Teori Komunikasi Tentang Komunikator, Pesan, Percakapan dan Hubungan
(Interpersonal), (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), cet-1, hlm. 48
15
individu, tetapi juga dapat diartikan sebagai satu kelompok, bahkan organisasi.
Komponen lainnya adalah message atau pesan. Pesan yang dimaksudkan dalam
proses komunikasi adalah sebuah paket informasi yang akan dikirim komunikator
kepada komunikan.5
berikutnya adalah feedback yang menurut John Fiske adalah respon komunikan
kepada komunikator. Secara singkat, feedback atau umpan balik adalah reaksi
balik dari penerima terhadap pesan yang dikirim oleh komunikator.7 Komponen
yang terakhir adalah effect yang menurut Roudhonah adalah perbuatan yang
Effect bisa berarti pengetahuan, afektif yang meliputi perasaan emosi atau juga
5
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 12
6
Y. S. Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: Gramedia, 1980), hlm. 7
7
John Fiske, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2012),
hlm. 35
8
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2007), hlm. 46-47
9
Richard West dan Lynn H. Turner, Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi,
penerjemah Maria Natalia Damayanti Maer, (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), hlm. 5
16
penulis sedikit bahas sebelumnya, berikut ini adalah bahasan lebih mendalam
tersebut adalah:
a. Komunikator
adalah tempat di mana semua ide, gagasan, dan pemikiran berasal. Komunikator
sebagai suatu kelompok, bahkan suatu organisasi seperti surat kabar, radio, film,
suatu bentuk simbolik untuk mentransfer suatu pesan. Tujuan komunikator adalah
untuk mengirim pesan dalam bentuk yang signifikan sehingga terjamin bahwa
yang kemudian memiliki andil yang besar terhadap pengaruh kerangka berpikir
apakah suatu komunikasi dikatakan efektif atau tidak. Karena kerangka berpikir di
c. Media
d. Pesan (message)
11
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Grasindo, 2004), cet-1, hlm. 37
18
bisa berbentuk nonverbal yang biasa disebut bahasa isyarat atau gabungan antara
keduanya.12
e. Komunikan
f. Feedback
ditinjau dari segi waktu ada yang disebut Immediate Feedback yang biasanya
terjadi pada komunikasi langsung, dan Delayed Feedback yang terjadi pada
12
Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 7
13
H. A. W. Widjaja, Komunikasi & Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), hlm. 24
14
Dasrun Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012), hlm. 38
19
kadang-kadang memiliki dua arti yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-
perbedaan nilai-nilai, agama, dan etnis serta harapan yang berbeda antara
yang terstruktur, analisis perbedaan, ujian prosedur, dan, psikologi tingkah laku.15
terfokus pada kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog, dan teks bacaan.
Adapun dalam praktiknya siswa diajak belajar (dalam hal ini bahasa Inggris
secara langsung) tanpa harus mendatangkan native language. Dasar dan prosedur
pengajaran dalam metode ini juga banyak diambil dari metode yang telah ada
Audiolingual pun juga tidak berbeda dengan Direct Method yaitu untuk
dan bahasa ibu sangatlah berbeda. Oleh karenanya, dalam pembelajaran bahasa
asing (dalam hal ini bahasa Inggris) para siswa diharuskan mengucapkan dan atau
membaca berulang-ulang kata demi kata yang diberikan oleh guru agar sebisa
Interpersonal
Anwar Arifin membagi komunikasi dari segi jumlah menjadi tiga bentuk,
pesan, maka komunikasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu komunikasi
berlangsung dalam situasi face to face yang biasa terjadi antara dua orang atau
pesan antara orang-orang yang saling berkomunikasi yang terjadi secara tatap
16
Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008), hlm. 31
17
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Grasindo, 2004), cet. 1, hlm. 32
18
Nasrullah Rulli, Komunikasi Antar Budaya di Era Budaya Siber, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012), hlm. 10
21
orang lain atau sekelompok kecil orang dengan efek dan menimbulkan immediate
Agus M. Harjana juga dapat diartikan sebagai interaksi face to face antar dua atau
beberapa orang, yang pada akhirnya akan juga akan menimbulkan imediate effect,
komunikan atau lebih yang dilakukan dengan saling bertatap muka dan
seseorang ke orang lain, yang menimbulkan interaksi dua arah baik verbal
mudah dipahami.
19
Riyono Pratikto, Berbagai Aspek Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1987),
hlm. 42
20
Agus M. Harjana, Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal, (Yogyakarta: Kanisius,
2003), hlm. 85
22
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal
arah baik secara verbal maupun nonverbal dalam berbagi informasi dan
antara dua orang. Bisa saja dalam kelompok kecil, yang memungkinkan semua
anggota kelompok kecil itu ikut andil dan bisa saling bertatap muka. Hal demikian
atau pesan saja, tetapi merupakan kegiatan individu dan kelompok mengenai
tukar-menukar data, fakta, pemikiran, gagasan, dan ide-ide agar komunikasi dapat
dapat diterima dengan baik pula oleh komunikan. Pada hakikatnya fungsi
salah satu syarat sah terjadinya komunikasi interpersonal adalah komunikasi harus
21
Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), cet-1, hlm. 4
22
Yosal Iriantara dan Usep Syaripudin, Komunikasi Pendidikan, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2013), cet-1, hlm. 20
23
Alo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1990), hlm. 12
23
sistematis antara satu dengan yang lainnya dalam kurun waktu tertentu. Proses
komunikasi melibatkan banyak faktor atau unsur. Faktor atau unsur yang
dimaksud antara lain dapat mencakup satu peserta, pesan (meliputi bentuk, isi,
dan cara penyajiannya), saluran atau alat yang dipergunakan untuk menyampaikan
interpersonal juga menuntut adanya tindakan yang saling memberi dan menerima
(take and give) antar pelaku yang terlibat dalam komunikasi. Dengan kata lain,
para pelaku yang ada dalam proses komunikasi interpersonal secara mutlak akan
paling mampu dalam upaya mengubah pendapat, sikap, dan perilaku seseorang
lain secara tatap muka mengenai satu masalah tertentu, dengan harapan adanya
24
Marhaeni Fajari, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Jogjakarta: Graha Ilmu, 2009),
cet.1, hlm. 33
25
S. Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka,
2005), hlm. 117
26
A. Supratiknya, Tinjauan Psikologis: Komunikasi Antarpribadi, (Yogyakarta: Kanisius,
1995) hlm. 34
24
a. Komunikasi Verbal
yang menggunakan satu kata atau lebih yang mana bahasa merupakan bagian dari
melalui lisan dapat dilakukan secara langsung atau face to face antara
b. Komunikasi Non-verbal
wajah (facial expressions), pakaian yang bersifat simbolik, isyarat, dan gejala lain
yang sama dengan syarat tidak mengandung unsur lisan dan tulisan Komunikasi
nonverbal adalah komunikasi yang disiratkan melalui tingkah laku, isyarat, dan
27
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hlm. 340
28
Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, (Yogyakarta:
Kanisius, 2003), hlm. 22
25
secara verbal dengan komunikan. Komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu
verbal dapat dimengerti atau bahkan tidak dapat dipahami. Komunikasi verbal
pesan dan penerima dalam posisi yang sejajar, yang menimbulkan arus
29
Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, (Bandung: Alumni, 1981),
hlm. 28
30
Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 14-15
26
peserta komunikasi berada dalam jarak dekat, baik jarak dalam arti
disampaikan.
berbincang-bincang mengenai diri kita sendiri. Melalui hal tersebut, kita dapat
lebih jauh mengenal sikap dan perilaku kita. Perspektif baru akan didapatkan saat
kita berbicara mengenai diri kita kepada orang lain. Karena pada kenyataannya,
31
Riswandi, Ilmu Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 87-88
27
sebagian besar persepsi kita tentang diri kita sendiri merupakan hasil dari apa
dengan baik seperti obyek dan peristiwa-peristiwa yang ada di dunia luar. Karena
pada kenyataannya, banyak informasi yang kita miliki merupakan hasil dari
Secara sadar atau tidak, kita sering berusaha mengubah sikap dan perilaku
f. Membantu
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan
32
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),
hlm. 80
29
dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang
untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus saling bekerja
Numbered Head Together (NHT) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Teknik ini
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga
dipelajari. Model ini menurut Slavin sangat efisien dalam meningkatkan daya
ingat siswa karena dengan diutarakan, sebuah kalimat akan secara otomatis lebih
mudah diingat.34
3. Metode Audiolingual
terfokus pada kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog, dan teks bacaan.
33
Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: Grasindo, 2010), hlm. 59
34
Slavin, Educational Psychology Theory Into Practies, (Boston: Ally and Bachon
Publishers, 1994), hlm. 175
35
Richards and Rodgers, Approaches and Methods in Language Teaching, (Jakarta:
Cambridge University Press, 2001), hlm. 54
30
Adapun dalam praktiknya siswa diajak belajar (dalam hal ini bahasa Inggris
secara langsung) tanpa harus mendatangkan native language. Dasar dan prosedur
pengajaran dalam metode ini juga banyak diambil dari metode yang telah ada
Audiolingual pun juga tidak berbeda dengan Direct Method yaitu untuk
dan bahasa ibu sangatlah berbeda. Oleh karenanya, dalam pembelajaran bahasa
asing (dalam hal ini bahasa Inggris) para siswa diharuskan mengucapkan dan atau
membaca berulang-ulang kata demi kata yang diberikan oleh guru agar sebisa
pesan kita dengan benar, dan memberikan respon sesuai dengan yang anda
inginkan. Keefektifan yang timbul ini akan menentukan dampak apa yang akan
mencapai satu tujuan tertentu. Seorang guru yang ingin mentransfer pengetahuan
dan membimbing sikap peserta didik, tidak sekedar ditentukan oleh ilmu yang dia
muridnya ke arah yang lebih baik atau buruk, semua bergantung pada komunikasi
topik dalam ilmu komunikasi yang paling banyak menarik perhatian karena
hubungan terjalin dengan sangat mudah dan menyenangkan, namun tidak jarang
orang memiliki hubungan yang sulit sehingga hubungan itu tampak aneh dan
tidak menarik. Hubungan merupakan topik yang menarik karena hubungan selalu
dukungan, dan berbagai bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra diri orang
membangun sebuah relasi dengan yang lain, sehingga akan terjalin sebuah ikatan
perasaan yang bersifat timbal balik dalam suatu pola hubungan yang dinamakan
yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dalam segala situasi dan dalam
36
Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 79
37
Morissan, Teori Komunikasi Tentang Komunikator, Pesan, Percakapan, dan
Hubungan Interpersonal, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), hlm. 178
38
M. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 262
32
pada kedua belah pihak. Sedangkan hubungan interpersonal dalam arti sempit
adalah interaksi yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dalam situasi
kerja (work situation) dan dalam situasi kekaryaan (work organization) dengan
Teori sistem dan komunikasi dalam hubungan. Salah satu bagian dalam
dipengaruhi oleh sistem. Inti dari kerja ini adalah asumsi bahwa fungsi
interpersonal. Poin ini berdasar pada gagasan bahwa komunikasi sebagai interaksi
Bila kita berinteraksi dengan orang lain, biasanya kita ingin menciptakan
orang lain tersebut. Terkadang kita berhasil mencapai semua itu, namun ada
kalanya kita gagal. Artinya, terkadang orang memberikan reaksi terhadap tingkah
laku dengan cara yang sangat berbeda dari yang kita harapkan. 41 Pemahaman
39
Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm. 27-28
40
Dasrun Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012), hlm. 75
41
A. Supratiknya, Tinjauan Psikologis Komunikasi Antarpribadi, (Yogyakarta: Kanisius,
1995), hlm. 24
33
malah merugi.
melakukan perhitungan tentang hasil atau laba dari hubungan itu. Teori
b. Model peranan
42
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996),
hlm. 120-124
34
c. Model permainan
Menurut teori ini, klasifikasi manusia itu hanya terbagi tiga, yaitu:
anak-anak, orang dewasa, dan orang tua. Anak-anak itu manja, tidak
kemauannya.
sadar akibat dan sadar resiko. Kalau orang dewasa berbuat, harus
berani bertanggungjawab.
menyayangi mereka. Oleh karena itu orang tua lebih sabar dan
bijaksana.
d. Model interaksional
benci, perasaan tertekan atau bebas, dan sebagainya yang semuanya itu
dijelaskan di atas, maka penulis dapat sedikit menyimpulkan bahwa dalam kasus
memandang sebuah komunikasi sebagai interaksi adalah yang paling cocok untuk
digunakan.
dari media cetak hingga media online. Berikut beberapa contoh penggunaan
1. Film
mengetahui cara mengucapkan suatu kalimat Bahasa Inggris dan dapat secara
langsung menyontohnya.
2. Koran
dengan cara menarasikan berita terebut ke dalam sebuah cerita dan diceritakan
di depan kelas.
3. Majalah
Sama halnya dengan koran, majalah juga dapat dijadikan sarana penunjang
dengan majalah.
4. Kaset
sempat terjun ke dunia politik dalam kurun waktu 30 tahun yaitu sekitar tahun
1950-1980 yang mana karir politiknya cukup mengesankan dan mampu mencapai
karir yang terhormat yaitu dengan menjadi ketua DPR-GR (Dewan Perwakilan
Rakyat Gotong Royong) yang sekarang bernama DPR-RI. Beliau juga aktif di
Selasa Wage, 29 Juni 1921. Beliau putra bungsu dari dua bersaudara putra
pasangan H. Abdul Chamid dan Ny. Hj. Fatimah. Pada usia 2 tahun Sjaichu
Sjaichu bersama kakaknya , Achmad Rifa’i, diasuh oleh ibunya dengan tekun dan
guru mengaji bagi anak-anak di sekitar Masjid Ampel. Pada usia 7 tahun Sjaichu
37
38
Rakyat Mardi Oetomo, sebuah sekolah yang dikelola Muhammadiyah. Tak lama
belajar di sekolah ini, oleh H. Abdul Manan, ayah tirinya, Sjaichu dipindah ke
Madrasah Taswirul Afkar. Lembaga pendidikan ini didirikan oleh KH. Abdul
Wahab Chasbullah, KH. Mas Mansur dan KH. Dachlan Achyat. Madrasah ini
(almarhumah) Ny. Hj. Solchah. Rupanya, keinginan yang serupa juga ada pada
istrinya. Sebelum wafat pada tanggal 24 Maret 1986, Hj. Solchah terus
rupanya yang lebih mendorong KH. Achmad Sjaichu untuk mendirikan pesantren.
(almarhumah) Ny. Hj. Solchah. Rupanya, keinginan yang serupa juga ada pada
istrinya. Sebelum wafat pada tanggal 24 Maret 1986, Hj. Solchah terus
rupanya yang lebih mendorong KH. Achmad Sjaichu untuk mendirikan pesantren.
pembangunan pesantren itu tertunda. Baru pada tahun 1987, dengan disaksikan
39
para ulama dan tokoh masyarakat, Menteri Agama RI saat itu H. Munawir
ditangani langsung oleh para putera dan menantunya (Dr. Fahmi). Bangunan fisik
pesantren dirancang sendiri oleh Ir. H. Moch. Sutjahyo, Putera ketiga KH.
Achmad Sjaichu. Selang delapan bulan, tepatnya tanggal 17 Juli 1988, pesantren
mulai dibuka dan menerima santri. Di luar dugaan, ternyata banyak remaja di
sekitar Depok dan Jakarta yang datang mendaftar sebagai santri. Pada tahun
kedua, sudah mulai ada santri yang datang dari daerah lain di luar Depok dan
Jakarta.1
1
Administrator Al-Hamidiyah, Kembali Ke Pesantren, Artikel diakses tanggal 08 April
2015 dari website http://al-hamidiyah.sch.id/?unit=Pendiri
40
Visi:
terhadap masyarakat.”
Misi:
agama Islam dan ilmu pengetahuan umum yang luas dan mendalam
Tujuan:
1. Mendidik santri yang memiliki iman yang kuat dan kepercayaan yang
masyarakat.
ilmu dakwahnya.
2
20 Tahun Pesantren Al-Hamidiyah, (Jakarta: Yayasan Islam Al-Hamidiyah, 2008), hlm.
13-14
42
C. Fasilitas
Perlengkapan sarana dan fasilitas yang dimiliki oleh pondok pesantren Al-
dalamnya meliputi:3
4. Lab. Komputer
5. Lab. Bahasa
6. Masjid
7. Musholla
8. Perpustakaan
9. Lapangan Olahraga
10. Poliklinik
11. Wartel
3
Administrator Al-Hamidiyah, Sekilas Berdirinya Pesantren Al-Hamidiyah, Artikel diakses pada
08 April 2015 dari website http://al-hamidiyah.sch.id/?unit=MA
43
memiliki 17 tenaga pengajar yang mencakup tenaga pengajar ilmu umum dan
ilmu agama.
Hamidiyah adalah minimal telah mecapai Strata Satu dalam dunia pendidikan.
Satu Pendidikan Bahasa Inggris kemudian Strata Dua Pendidikan Bahasa Inggris
di UNINDRA.5
4
Ahmad Zarkasyi, Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Al-Hamidiah, Wawancara Pribadi,
Depok, 10 April 2015
5
Suparno, Pengajar Bahasa Inggris Madrasah Aliyah Al-Hamidiyah, Wawancara Pribadi,
Depok, 10 April 2015
44
2 Jasmine Hanifa P
3 Muhammad Ghassan L
4 Ahmad Sufyan L
5 Muhammad Fachri L
6 Iqbal Zauqul L
7 Muhammad Ilyas L
8 Ahmad Rivai L
9 Hamid L
10 Syifa Amalia P
11 Kamelia Latifa P
12 Khansa Permata P
13 Yudita Yuara P
14 Devi Anggraeni P
15 Ken Triastuti P
16 Thifal Indri P
17 Siti Halimatussyarah P
18 Nida Amalia P
19 M. Andika L
20 Ilham Ramdani L
BAB IV
Komunikasi Interpersonal
2x35 menit
secara lisan
mengucapkan Bahasa
Inggris
ada di buku
gambar 1.3
45
46
berdiskusi di dalam
kelompok tersebut
2x35 menit
dibahas di kelas
untuk membuat para murid terbiasa dengan kalimat Bahasa Inggris dan kemudian
Pada minggu kedua penulis meneliti, Suparno mengajar melalui text book
tersedia. Selai soal-soal, ada juga beberapa dialog di text book tersebut yang
47
kemudian akan diperankan oleh para murid dengan maju satu persatu ke depan
terdiri dari murid yang menguasai sampai yang tidak. Hal itu bertujuan agar yang
berita online dengan cara membacakannya di depan kelas dan didengerkan oleh
para murid. Setelah itu, murid-murid akan ditunjuk untuk maju satu persatu untuk
Proses komunikasi dilakukan melalui dua bentuk, yaitu bentuk verbal dan
bentuk nonverbal. Pada hakikatnya, kedua bentuk tersebut harus saling mengisi
agar sebuah proses komunikasi dapat dikatakan efektif. Komunikasi yang efektif
pun memberikan jalan yang baik untuk pelaku komunikasi untuk saling berbicara
secara dua arah, tanpa ada pihak yang lebih menguasai topik pembicaraan.
1. Bentuk Verbal
1
Hasil Observasi Peneliti 20 April – 18 Mei di Kelas XI IPA, Pondok Pesanren Al-
Hamidiyah
48
kepada komunikan yang diwakili oleh simbol berupa kata-kata, baik lisan maupun
tulisan.
Komunikasi verbal pun dapat dikatakan efektif apabila tidak terdapat noise
atau hambatan yang berarti. Hambatan yang biasa terjadi adalah hambatan
murid-muridnya.
49
Gambar 4.1. Pak Suparno memberi arahan dan motivasi kepada murid-
Bentuk pesan verbal yang dikomunikasikan oleh Pak Suparno selaku guru
di kelas dengan menggunakan Bahasa Inggris, pada saat diskusi, dan sesi tanya
dengan cara mempersilahkan murid-muridnya untuk bertanya jika ada hal yang
tidak dimengerti seperi vovabulary atau jika cara berbicara Pak Suparno kurang
2
Utari Larasati, siswi kelas XI IPA, Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Wawancara
Pribadi, Depok, 27 April 2015
50
komunikasi verbal. Hal ini juga dilakukan Pak Suparno ketika para muridnya
2. Bentuk Nonverbal
menggunakan gerakan, ekspresi wajah, isyarat, dan kode lainnya selama hal
tersebut bukan pesan lisan dan tulisan. Singkatnya, pesan nonverbal adalah
penguat pesan verbal di mana fungsinya adalah menegaskan pesan verbal yang
I want you to please stand up one by Pak Suparno menyampaikan pesan ini
one here in front of the class to speak seraya mengisyaratkan para murid
tangannya.
Now please take your friends and make Pak Suparno menyampaikan pesan ini
a group to discuss about this topic dengan menunjuk satu orang lalu secara
3
Hasil pengamatan peneliti yang dilakukan selama bulan April – Mei 2015 di kelas XI
IPA, Pondok Pesantren Al-Hamidiyah
51
baik
Now look at the whiteboard and see the Pak Suparno ketika melakukan
difference with what you guys were pengoreksian di penghujung jam mata
dalam proses belajar mengajar, untuk menguatkan pesan verbal yang disampaikan
tentunya. Hal ini diaplikasikan Pak Suparno ketika mengajar Bahasa Inggris di
lewat gerakan tubuh yang santai ketika mengajar. Hal ini menumbuhkan rasa
rileks bagi para murid yang mengikuti pelajaran Bahasa Inggris di kelasnya.
Adapun model drill dalam Speaking Skill yang diterapkan Pak Suparno
4
Sarah, siswi kelas XI IPA, Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Wawancara Pribadi,
Depok, 15 Mei 2015
52
adalah, selama mengajar, Pak Suparno secara full-time, yaitu 2 x 35 menit, selalu
menggunakan Bahasa Inggris. Hal ini bermaksud memberikan good example atau
secara tidak sadar akan terbiasa dengan kalimat-kalimat Bahasa Inggris dan bisa
“With great power comes great responsibility”, yang artinya, “Bersamaan dengan
kekuatan yang besar, diiringi pula dengan tanggungjawab yang besar”. Seorang
guru, dengan segala ilmu yang dimilikinya, memiliki tanggungjawab dan andil
yang besar dalam mengarahkan anak-anak didiknya apakah ke arah yang benar
Seorang guru dituntut untuk terampil dalam arti, memiliki banyak cara
mengajar di dalam kelas. Variasi dalam mengajar sangat penting dan dibutuhkan
dalam situasi di mana murid-murid sudah tidak bisa menerima cara mengajar guru
5
Suparno, Pengajar Bahasa Inggris Madrasah Aliyah Al-Hamidiyah, Wawancara Pribadi,
Depok, 10 April 2015
53
yang sebelumnya. Pada momen ini, keterampilan guru berperan penting dalam
menguasai bahasa asing seperti Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Bahasa Inggris,
selain karena termasuk mata pelajaran yang diuji pada tahap Ujian Nasional, juga
karena Pondok Pesantren ini rutin mengirim beberapa santrinya untuk mengikuti
program Bahasa Inggris di Pare agar para santri di Pondok Pesantren Al-
berikut:
1. Lab Bahasa
2. Media online
6
Ahmad Zarkasyi, Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Al-Hamidiah, Wawancara Pribadi,
Depok, 10 April 2015
54
Mungkin ini hal yang remeh, namun efeknya akan sangat signifikan
mengamati celah ini tidak dibiarkan oleh Pak Suparno sehingga beliau
Efek dari hal ini tentunya para murid selain bisa dengan benar
Inggris adalah kita minimal harus paham kata-kata yang kita temukan di
Vocabulary Terjemahan
Dismissed Bubar
Robbery Perampokan
Disguise Penyamaran
55
Onfire Kebakaran
kalangan para murid. Mereka jadi mengerti apa yang cocok diucapkan dan
membuat kelompok
Menurut Pak Suparno, grup diskusi pun tidak asal dibentuk saja, tetapi
Ahmad Rivai, dan Devi Anggraeni yang lebih menyukai pelajaran eksak.
Hal demikian dilakukan Pak Suparno dengan niatan agar para murid yang
7
Suparno, Pengajar Bahasa Inggris Madrasah Aliyah Al-Hamidiyah, Wawancara Pribadi,
Depok, 10 April 2015
56
memberanikan diri untuk tampil berbicara di depan kelas. Hal ini tentunya
Bahasa Inggris seperi Bahasa Inggris bukanlah Bahasa Ibu, takut salah
Suparno dengan segala cara mampu meyakinkan para murid untuk maju
ke depan kelas.
Inggris (role play), dan ada pula yang bercerita sendiri seolah dia sedang
tentunya.
57
7. Correction
1.1. Perlu diingat bahwa ini dilakukan Pak Suparno ketika pelajaran
berbicara Bahasa Inggris di depan kelas. Walaupun ada kesalahan, hal itu
murid-muridnya selesai.8
terkait isu-isu yang ada di Indonesia. Perlu diingat bahwa di lingkungan Pondok
8
Suparno, pengajar Bahasa Inggris XI IPA, Pondok Pesantren Al-Hamidiyah,
Wawancara Pribadi, Depok, 15 Mei 2015
59
Pada waktu itu, 18 Mei 2015 Pak Suparno melempar isu yang sedang
hangat yaitu tentang tim transisi PSSI. Setelah berita tersebut dibahas bersama-
sama, Pak Suparno meminta salah satu muridnya untuk menarasikan berita
Pesantren Al-Hamidiyah
kesulitan, dan kadang kemudahan. Tidak terkecuali seorang guru. Ada kalanya
seorang guru dapat membuat murid-muridnya mengerti dengan mudah, dan ada
60
juga momen di mana seorang guru sudah susah payah mengajarkan muridnya, tapi
mengalami manis dan pahit dalam dunia belajar mengajar. Ada dukungan, dan
juga ada hambatan. Adapun faktor penghambat yang dialami Pak Suparno dalam
Murid yang tidak berminat kepada apa yang diajarkan oleh gurunya
cenderung akan tidak suka dengan pelajaran tersebut. Hal ini bisa menjadikan
murid tersebut menganggap mata pelajaran yang dia tidak sukai sebagai
banyak tentu buktinya yang mana hal itu akan berkelanjutan tidak hanya
sampai si murid lulus sekolah, tetapi akan berdampak seumur hidup dia akan
2. Lingkungan
Situasi kelas yang berisik dan tidak sejalan dengan niat seorang
9
Utari Larasati, siswi kelas XI IPA, Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Wawancara
Pribadi, Depok, 27 April 2015
61
Gambar 4.5. Suasana kelas yang kurang efektif di saat seharusnya saling
Inggris. Bila di tempat kursus, semua murid datang dengan niat yang sama
yaitu belajar Bahasa Inggris. Berbeda dengan di kelas. Tidak semua murid
memiliki niat yang sama karena di antara mereka pasti ada yang senang
dengan pelajaran Bahasa Inggris seperti Fisikia, Kimia, Biologi, Bahasa Arab,
dan lainnya. Suasana kelas yang heterogen ini yang masih dirasa Pak Suparno
XI IPA.10
KAP
dijadikan contoh
diskusi
Selain faktor penghambat, ada pula faktor pendukung dalam proses belajar
1. Motivasi Guru
mengajar. Hal ini dilakukan Pak Suparno ketika ada murid yang kurang
10
Suparno, Pengajar Bahasa Inggris Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Wawancara
Pribadi, Depok, 15 Mei 2015
63
tidak semangat, tetapi agar semangat murid tersebut terpacu untuk mengikuti
Variasi sangat penting dalam proses belajar mengajar. Hal ini dibutuhkan
yang mana sistem yang ada di sana akan membuat murid-murid jenuh dari
dengan obrolan-obrolan santai seputar sepakbola, hot issues, role play, dan
11
Hasil pengamatan peneliti yang dilakukan selama bulan April – Mei di Pondok
Pesantren Al-Hamidiyah
BAB V
A. Kesimpulan
yang terdiri dari murid yang sangat terampil hingga tidak terampil
dengan tujuan agar yang tidak terampil dapat belajar dengan yang
terampil.
c. Cooperative Script
64
65
secara verbal.
depan satu-persatu.
pelajaran.
66
B. Saran-saran
Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2008.
Fajari, Marhaeni. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009.
Fiske, John. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2012.
Liliweri, Alo. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1980.
67
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2003.
Rulli, Nasrullah. Komunikasi Antar Budaya di Era Media Siber. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012.
Slavin. Educational Psychology Theory Into Practies. Boston: Bachon and Ally
Publishers, 1975.
Susanto, Phil Astrid. Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung: Bina Cipta, 1980.
West, Richard dan Turner, Lynn H. Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi.
Penerjemah Maria Natalia Damayanti Maer. Jakarta: Salemba Humanika,
2008.
68
Wiryanto. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo, 2004.
http://al-hamidiyah.sch.id/?unit=Pendiri
http://al-hamidiyah.sch.id/?unit=MA
69
Hasil Wawancara dengan Bapak A. Zarkasy Selaku Kepala Sekolah Madrasah Aliyah
Pondok Pesantren Al-Hamidiyah
Z: Saya sekolah dari mulai MI, MTs, MA lalu lanjut kuliah dan menjadi lulusan Fakultas
Tarbiyah di UMJ.
P: Bagaimana gambaran umum tenaga pengajar di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al-
Hamidiyah?
Z: Gambaran secara umum untuk guru-guru di Madrasah Aliyah itu minimal adalah lulusan
S1 hingga S2. Itu semua sesuai dengan tuntutan yang ada sekarang bahwa semua guru harus
minimal S1, sedangkan yang akan datang akan diwacanakan bahwa seorang guru minimal
harus S2.
Z: Untuk yang S2, ada 5 tenaga pengajar, sedangkan untuk S1 ada 12 tenaga pengajar.
Z: Bahasa asing itu sangat penting di Madrasah Aliyah karena bahasa asing merupakan salah
satu alat komunikasi secara internasional dan digunakan untuk memahami teks-teks bahasa
asing. Jika bahasa asingnya lancar, maka seorang siswa cenderung lebih mudah untuk
melangkah ke jenjang S2 nanti. Maka dari itu, kita sudah membentuk program-program
khusus untuk bahasa asing. Untuk Bahasa Inggris, kita sudah mengirim beberapa siswa untuk
belajar Bahasa Inggris di Pare yang nantinya akan dijadikan semacam pemandu saat ada
tamu-tamu dari negara asing yang berkunjung ke Al-Hamidiyah.
Peneliti Narasumber
Hakal A. Zarkasy
Hasil Wawancara dengan Pak Suparno selaku pengajar Bahasa Inggris Madrasah
Aliyah Pondok Pesantren Al-Hamidiyah
S: Selama mengajar, saya tidak membeda-bedakan pola komunikasi saya kepada mereka
yang menguasai, dan mereka yang tidak. Akan tetapi, bagi yang kurang menguasai, saya
biasa mengelompokkan mereka dengan murid-murid yang lebih menguasai. Agar mereka
dapat belajar dari teman-teman mereka.
P: Selama mengajar Bahasa Inggris di Madrasah Aliyah Al-Hamidiyah, metode apa yang
biasa Bapak gunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Inggris para siswa?
S: Metode yang sering saya gunakan adalah Audio Lingual Method. Metode ini digunakan
agar siswa dapat terbiasa dengan percakapan Bahasa Inggris dan dapat mengingat vocabulary
dengan mudah.
S: Biasanya saya mengaplikasikannya dengan pair work, group work, dan role play. Hal-hal
tersebut mau tidak mau akan memacu murid-murid untuk berbicara Bahasa Inggris.
P: Sejauh ini bagaimana respon para murid menyangkut pola pengajaran Pak Suparno?
S: Murid-murid termotivasi untuk berbicara Bahasa Inggris dan jika ada yang salahpun, saya
tidak melakukan correction on the spot. Jadi, kesalahan itu didiamkan saja hingga jam
pelajaran hampir berakhir, lalu dibahas satu persatu. Hal ini saya lakukan agar para murid
tidak takut salah ketika berbicara di depan.
P: Secara objektif, apa metode Pak Suparno ini sudah sepenuhnya berhasil?
S: Tentu saja belum. Karena lembaga sekolah sangat berbeda dengan lembaga kursus.
Sekolah merupakan lembaga yang heterogen, tidak semuanya menyukai Bahasa Inggris.
Berbeda dengan tempat kursus.
Peneliti Narasumber
Haikal Suparno
Hasil Wawancara dengan Utari Larasati, Siswi Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Pondok
Pesantren Al-Hamidiyah
U: Kendala seperti kita yang kurang percaya diri, kurang memahami grammar, dan kurang
mengetahui banyak vocabulary.
P: Apa ada lomba-lomba atau festival yang diikuti murid-murid Pondok Pesantren Al-
Hamidiyah terkait speaking Bahasa Inggris?
U: Ada. Contohnya tahun kemarin kita mengikuti Debate Competition di Depok dan berhasil
mengalahkan pesantren-pesantren lainnya lalu lulus tingkat wilayah.
Peneliti Narasumber