Anda di halaman 1dari 19

METODE ELT

"Pendekatan Komunikatif"

OLEH:
KELOMPOK 4

HERRY M NUGIE R : 2130104029


MUHAMMAD ABDUL LATIF: 2130104041
MUHAMMAD ALIF AKBAR: 2130104042
MUHAMMAD REZA PAHLEVI: 2130104043
RAHMAD: 2130104051
RAHUL RAMADHAN: 2130104053
RAKA AL-KAUTSAR: 2130104054

DOSEN:
ZULHERMINDRA, M.Pd.

JURUSAN PENGAJARAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN PENGAJARAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR
2023
HADIAH

Segala puji bagi Allah Azzawajal, yang telah melimpahkan rahmat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan tulisan ini, doa dan
salam yang kami kirimkan kepada Nabi kami Muhammad 'Alaihi Shalatu Wasalam.
Pada tulisan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen dalam
pembuatan makalah ini, juga kepada teman-teman, sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk, serta isi tulisan ini. Kami berharap makalah ini dapat
membantu meningkatkan pengetahuan dan pengalaman kami.
Kami akui masih banyak kekurangan dalam tulisan ini, oleh karena itu kami
berharap teman-teman memberikan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan tulisan ini.

Batusangkar, 25 Oktober 2023

Pengarang

2
INDEKS

HADIAH........................................................................................................................ 2

BAB............................................................................................................................ I 4

PENDAHULUAN............................................................................................................4

A. Latar Belakang Penelitian.....................................................................................4

B. Pertanyaan Masalah.............................................................................................5

C. Tujuan.................................................................................................................. 5

BAB............................................................................................................................II 6

PEMBAHASAN..............................................................................................................6

A. Sejarah Pendekatan Komunikatif.........................................................................6

B. Pendekatan.......................................................................................................... 6

C. Karakteristik Pendekatan Komunikatif.................................................................9

D. Teknik Pendekatan Komunikatif........................................................................10

E.Bahan Ajar...............................................................................................................
11........................................................................................................................

F.Peran Guru..............................................................................................................
13........................................................................................................................

F.Mahasiswa peran....................................................................................................
14........................................................................................................................

3
BAB.........................................................................................................................III 16

KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................................16

A.Kesimpulan.............................................................................................................
16........................................................................................................................

B. Saran......................................................................................................................
16........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 16

BAB I

PERKENALAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendekatan Komunikatif adalah metode pengajaran populer yang


menekankan pentingnya komunikasi dalam pembelajaran bahasa. Hal ini
didasarkan pada keyakinan bahwa pembelajaran bahasa harus bermakna dan
interaktif, dan bahwa peserta didik harus didorong untuk menggunakan bahasa
dalam situasi kehidupan nyata.
Pendekatan Komunikatif muncul sebagai respons terhadap keterbatasan
metode pengajaran bahasa tradisional, seperti Metode Tata Bahasa-Terjemahan,
yang berfokus pada pengajaran aturan tata bahasa dan menerjemahkan kalimat
antara bahasa target dan bahasa asli. Pendekatan Komunikatif dipengaruhi oleh
teori pemerolehan bahasa dan keyakinan bahwa pembelajaran bahasa harus
komunikatif dan interaktif.
Pendekatan Komunikatif menempatkan penekanan kuat pada komunikasi
otentik, di mana peserta didik didorong untuk menggunakan bahasa dalam situasi

4
kehidupan nyata. Ini mempromosikan penggunaan kegiatan seperti permainan
peran, diskusi, dan tugas pemecahan masalah untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi secara efektif.
Perkembangan Pengajaran Bahasa Komunikatif (CLT) sebagai kerangka
pedagogis juga berkontribusi pada popularitas Pendekatan Komunikatif. CLT
menyediakan seperangkat prinsip dan teknik untuk menerapkan Pendekatan
Komunikatif di kelas.
Penelitian tentang Pendekatan Komunikatif telah menunjukkan
efektivitasnya dalam meningkatkan kompetensi dan motivasi komunikatif peserta
didik. Ini juga telah ditemukan untuk mempromosikan otonomi pelajar dan
keterampilan berpikir kritis.
Secara keseluruhan, latar belakang studi tentang Pendekatan Komunikatif
menyoroti pergeseran ke arah pendekatan yang lebih berpusat pada pelajar dan
komunikatif untuk pengajaran bahasa, yang memiliki dampak signifikan pada
pendidikan bahasa di seluruh dunia.

B. Pertanyaan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Pendekatan Komunikatif?

2. Apa Pendekatannya?

3. Apa Karakteristik Pendekatan Komunikatif?

4. Apa itu Teknik Pendekatan Komunikatif?

5. Apa itu Bahan Ajar?

6. Apa itu Peran Guru?

7. Apa itu Peran Siswa?

5
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui what adalah Sejarah Pendekatan Komunikatif

2. Untuk mengetahui apa itu Pendekatan \

3. Untuk mengetahui apa itu Karakteristik Pendekatan Komunikatif Apa itu

4. Untuk mengetahui Teknik Pendekatan Komunikatif?

5. Untuk mengetahui Apa itu Bahan Ajar?

6. Untuk mengetahui Apa itu Peran Guru?

7. Untuk mengetahui Apa itu Peran Siswa?

BAB II

DISKUSI

A. Sejarah Pendekatan Komunikatif

CLT adalah pendekatan untuk mengajar bahasa asing atau bahasa kedua
yang menekankan pada kompetensi komunikatif. Ini juga menekankan pada
interaksi sebagai sarana untuk mengajar bahasa. Telah diperhatikan bahwa
tujuan dari sebagian besar metode adalah untuk membuat siswa dapat
berkomunikasi dalam bahasa target. Tetapi pada 1970-an, para pendidik
mencoba mencari tahu apakah mereka akan memenuhi tujuan siswa dengan
cara yang benar atau tidak. Telah diamati bahwa siswa mampu menulis dan
membaca kalimat dalam bahasa target dengan benar. Pengajaran Bahasa
Komunikatif menggantikan Pengajaran Bahasa Situasi yang telah digunakan
untuk mengajar bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau asing. Itu telah

6
dianggap sebagai pendekatan utama Inggris. Fokus pendekatan SLT adalah
mengajarkan struktur dasar bahasa. Tetapi pada 1960-an, para pendidik
menyadari bahwa bahasa yang diajarkan berdasarkan pembelajaran situasional
tidak akan ada gunanya.

Karena untuk mengajarkan makna, dilakukan dari ucapan-ucapan itu


lebih diperlukan karena mengungkapkan maksud pembicara atau penulis. Pada
pertengahan 1970-an, ruang lingkup Pengajaran Bahasa Komunikatif telah
diperluas. Baik pendukung Amerika dan Inggris sekarang melihatnya sebagai
pendekatan yang bertujuan untuk membuat kompetensi komunikatif tujuan
pengajaran bahasa dan mengembangkan prosedur untuk pengajaran empat
keterampilan bahasa yang mengakui saling ketergantungan bahasa dan
komunikasi (Richards &; Rodgers 1986: 66). Pada tingkat teori bahasa,
Pengajaran Bahasa Komunikatif memiliki basis teoritis yang kaya, jika agak
eklektik, (Richards & Rodgers 1986: 71).

B. Pendekatan

1. Teori Bahasa

Pendekatan Komunikatif dalam pengajaran bahasa dimulai dari teori fungsional


bahasa - yang berfokus pada bahasa sebagai alat komunikasi. Tujuan pengajaran
bahasa adalah untuk mengembangkan apa yang Hymes (1972) sebut sebagai
"kompetensi komunikatif." Hymes menciptakan istilah ini untuk membedakan
pandangan komunikatif bahasa dan teori kompetensi Chomsky. Chomsky (1965: 3)
berpendapat bahwa: "Teori linguistik terutama berkaitan dengan pembicara-
pendengar yang ideal dalam komunitas tutur yang benar-benar homogen, yang tahu
bahasanya dengan sempurna dan tidak terpengaruh oleh kondisi tata bahasa yang
tidak relevan seperti keterbatasan memori, gangguan, pergeseran perhatian dan

7
minat, dan kesalahan (acak atau karakteristik) dalam menerapkan pengetahuannya
tentang bahasa dalam kinerja aktual ".

Pada tingkat teori bahasa, CLT memiliki basis teoritis yang kaya, jika agak eklektik.
Beberapa karakteristik pandangan komunikatif bahasa ini mengikuti:

a. Bahasa adalah sistem untuk ekspresi makna.

b. Fungsi utama bahasa adalah untuk memungkinkan interaksi dan


komunikasi.

c. Struktur bahasa mencerminkan penggunaan fungsional dan


komunikatifnya.

d. Unit utama bahasa bukan hanya fitur gramatikal dan strukturalnya,


tetapi kategori makna fungsional dan komunikatif seperti yang
dicontohkan dalam wacana.

e. Kompetensi komunikatif memerlukan mengetahui bagaimana


menggunakan bahasa untuk berbagai tujuan dan fungsi yang berbeda
serta dimensi pengetahuan bahasa berikut:

1) Mengetahui bagaimana memvariasikan penggunaan bahasa


sesuai dengan pengaturan dan peserta (misalnya, mengetahui
kapan harus menggunakan pidato formal dan informal atau
kapan harus menggunakan bahasa yang tepat untuk menulis
sebagai lawan dari komunikasi lisan)

2) Mengetahui cara memproduksi dan memahami berbagai jenis


teks (misalnya, narasi, laporan, wawancara, percakapan)

3) Mengetahui cara menjaga komunikasi meskipun memiliki


keterbatasan dalam pengetahuan bahasa seseorang

8
(misalnya, melalui penggunaan berbagai jenis strategi
komunikasi).

2. Teori Belajar

Namun, unsur-unsur teori belajar yang mendasari dapat dilihat dalam


beberapa praktik CLT. Salah satu elemen tersebut dapat digambarkan
sebagai prinsip komunikasi: kegiatan yang melibatkan komunikasi nyata
mempromosikan pembelajaran. Elemen kedua adalah prinsip tugas: kegiatan
di mana bahasa digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas yang bermakna
mempromosikan pembelajaran (Johnson 1982). Elemen ketiga adalah prinsip
kebermaknaan: bahasa yang bermakna bagi pelajar mendukung proses
pembelajaran.

Dari perspektif ini pembelajaran bahasa dilihat sebagai hasil dari


proses semacam berikut:

a. Interaksi antara pelajar dan pengguna bahasa

b. Penciptaan makna secara kolaboratif

c. Menciptakan interaksi yang bermakna dan terarah melalui bahasa

d. Negosiasi makna sebagai pelajar dan lawan bicaranya sampai pada


pemahaman

e. Belajar dengan memperhatikan umpan balik yang didapat peserta


didik ketika mereka menggunakan bahasa tersebut

f. Memperhatikan bahasa yang didengar (input) dan mencoba


memasukkan bentuk-bentuk baru ke dalam kompetensi komunikatif
seseorang yang sedang berkembang

9
g. Mencoba dan bereksperimen dengan berbagai cara mengatakan
sesuatu

h. Belajar difasilitasi melalui perancah oleh seorang ahli atau sesama


pelajar (Vygotsky 1978)

C. Karakteristik Pendekatan Komunikatif

1. Bila memungkinkan, bahasa otentik seperti yang digunakan dalam konteks


nyata harus diperkenalkan.

2. Bahasa target adalah wahana komunikasi kelas, bukan hanya objek


penelitian

3. Satu fungsi dapat memiliki banyak bentuk linguistik yang berbeda. Karena
fokus kursus adalah pada penggunaan bahasa nyata, berbagai bentuk
linguistik disajikan bersama. Penekanannya adalah pada proses komunikasi
bukan hanya penguasaan bentuk bahasa.

4. Siswa harus bekerja dengan bahasa di tingkat wacana atau suprasentential


(di atas kalimat). Mereka harus belajar tentang kohesi dan koherensi, sifat-
sifat bahasa yang mengikat kalimat bersama-sama.

5. Siswa harus diberi kesempatan untuk mengekspresikan ide dan pendapat


mereka

6. Kesalahan ditoleransi dan dilihat sebagai hasil alami dari pengembangan


keterampilan komunikasi. Karena kegiatan ini bekerja pada kelancaran, guru
tidak mengoreksi siswa, tetapi hanya mencatat kesalahan, yang akan ia
kembalikan di lain waktu.

7. Interaksi komunikatif mendorong hubungan kerja sama di antara siswa. Ini


memberi siswa kesempatan untuk bekerja menegosiasikan makna.

10
8. Belajar menggunakan bentuk bahasa dengan tepat adalah bagian penting
dari kompetensi komunikatif.

9. Guru bertindak sebagai fasilitator dalam menyiapkan kegiatan


komunikatif dan sebagai penasihat selama kegiatan.

10. Tata bahasa dan kosakata yang dipelajari siswa mengikuti dari fungsi,
konteks situasional, dan peran lawan bicara.

D. Teknik Pendekatan Komunikatif

1. Bahan Otentik

Untuk mengatasi masalah khas bahwa siswa tidak dapat mentransfer


apa yang mereka pelajari di kelas ke dunia luar, dan untuk mengekspos siswa
ke bahasa alami dalam berbagai situasi, penganut CLT menganjurkan
penggunaan bahan bahasa otentik. Dalam pelajaran ini kita melihat bahwa
guru menggunakan artikel surat kabar, Bahan otentik yang lebih sederhana
(misalnya, penggunaan ramalan cuaca saat mengerjakan prediksi), atau
setidaknya yang realistis, paling diinginkan. Hal ini tidak begitu penting
bahwa bahan yang asli karena mereka digunakan secara otentik, dengan
maksud komunikatif.

2. Kalimat acak

Para siswa diberi bagian (teks) di mana kalimat-kalimatnya dalam


urutan acak. Ini mungkin bagian yang telah mereka kerjakan atau yang belum
pernah mereka lihat sebelumnya. Mereka disuruh menguraikan kalimat
sehingga kalimat dikembalikan ke urutan semula. Mereka belajar bagaimana
kalimat terikat bersama pada tingkat suprasentential melalui perangkat

11
linguistik formal seperti kata ganti, yang membuat teks kohesif, dan proposisi
semantik, yang menyatukan teks dan membuatnya koheren.

3. Bermain peran

Bermain peran sangat penting dalam CLT karena mereka memberi


siswa kesempatan untuk berlatih berkomunikasi dalam konteks sosial yang
berbeda dan dalam peran sosial yang berbeda. Permainan peran dapat
diatur sedemikian rupa sehingga sangat terstruktur (misalnya, guru memberi
tahu siswa siapa mereka dan apa yang harus mereka katakan) atau dengan
cara yang kurang terstruktur (misalnya, guru memberi tahu siswa siapa
mereka, apa situasinya, dan apa yang mereka bicarakan, tetapi siswa
menentukan apa yang akan mereka katakan).

E. Bahan Ajar

Berbagai macam bahan telah digunakan untuk mendukung


pendekatan komunikatif untuk pengajaran bahasa. Praktisi CLT melihat
materi sebagai cara untuk mempengaruhi kualitas interaksi kelas dan
penggunaan bahasa. Materialsthus memiliki peran utama mempromosikan
penggunaan bahasa komunikatif. Kami akan mempertimbangkan empat jenis
bahan yang saat ini digunakan dalam CLT dan memberi label berbasis teks,
berbasis tugas, berbasis realia, dan didukung teknologi ini

1. Materi Berbasis Teks

Ada banyak buku teks yang dirancang untuk mengarahkan dan


mendukung CLT. Daftar isi mereka kadang-kadang menyarankan
semacam penilaian dan urutan praktik bahasa tidak berbeda dengan
yang ditemukan dalam teks-teks yang terorganisir secara struktural.
Beberapa di antaranya sebenarnya ditulis di sekitar silabus yang sebagian

12
besar struktural, dengan sedikit pemformatan ulang untuk membenarkan
klaim mereka didasarkan pada pendekatan komunikatif. Namun, yang
lain terlihat sangat berbeda dari teks pengajaran bahasa sebelumnya.
Morrow and Johnson's Communicate (1979), misalnya, tidak memiliki
dialog, latihan, atau pola kalimat yang biasa dan menggunakan isyarat
visual, isyarat yang direkam, gambar, dan fragmen kalimat untuk
memulai percakapan.

2. Materi Berbasis Tugas

Berbagai permainan, permainan peran, simulasi, dan kegiatan


komunikasi berbasis tugas telah disiapkan untuk mendukung kelas CLT.
Ini biasanya dalam bentuk item satu-of-a-kind: buku pegangan latihan,
kartu isyarat, kartu aktivitas, materi latihan komunikasi berpasangan, dan
buku latihan interaksi siswa. Dalam materi komunikasi berpasangan,
biasanya ada dua set materi untuk sepasang siswa, masing-masing set
berisi berbagai jenis informasi.

3. Material Berbasis Realia

Banyak pendukung CLT telah menganjurkan penggunaan materi


"asli," "dari kehidupan" di kelas. Ini mungkin termasuk realia berbasis
bahasa, seperti tanda, majalah, iklan, dan surat kabar, atau sumber grafis
dan visual di mana kegiatan komunikatif dapat dibangun, seperti peta,
gambar, simbol, grafik, dan bagan.

4. Bahan Berbasis Tecnology

CLT menekankan perlunya pengajaran untuk diatur di sekitar


penggunaan bahasa yang otentik dan bermakna yang terkait dengan
kebutuhan komunikatif pelajar. Tujuannya adalah untuk

13
mengembangkan penggunaan bahasa yang lancar, akurat, dan tepat
melalui penggunaan kurikulum komunikatif yang dibangun di sekitar
penggunaan bahasa fungsional dan interaksional. Penelitian tentang
komunikasi yang dimediasi komputer menunjukkan bahwa ia memiliki
sejumlah karakteristik yang mencerminkan asumsi CLT (Erben, Ban, and
Casteneda 2009: 84-5). Ini termasuk:

a. peningkatan partisipasi dari pihak siswa

b. Peningkatan peluang untuk negosiasi makna

c. penciptaan lingkungan belajar sosial yang mempromosikan


pembelajaran bahasa

F. Peran Guru

Breen dan Candlin (1980: 99) menggambarkan peran guru dalam istilah
berikut: Guru memiliki dua peran utama: peran pertama adalah memfasilitasi
proses komunikasi antara semua peserta di kelas, dan antara peserta ini dengan
berbagai kegiatan dan teks. Peran kedua adalah bertindak sebagai peserta
independen dalam kelompok belajar-mengajar. Peran terakhir terkait erat
dengan tujuan peran pertama dan muncul darinya. Peran ini menyiratkan
seperangkat peran sekunder untuk guru; Pertama, sebagai penyelenggara
sumber daya dan sebagai sumber daya sendiri, kedua sebagai panduan dalam
prosedur dan kegiatan kelas. Peran ketiga bagi guru adalah peneliti dan
pembelajar, dengan banyak kontribusi dalam hal pengetahuan dan kemampuan
yang sesuai, pengalaman aktual dan diamati dari sifat pembelajaran dan
kapasitas organisasi.

Peran lain yang diasumsikan untuk guru adalah analis kebutuhan,


konselor, dan manajer proses kelompok. Para pengamat telah menunjukkan

14
bahwa peran-peran ini mungkin tidak kompatibel dengan peran tradisional yang
diharapkan dimainkan guru dalam beberapa budaya:

1. Perlu analis

Guru CLT memikul tanggung jawab untuk menentukan dan


menanggapi kebutuhan bahasa pelajar. Ini mungkin dilakukan secara
informal dan pribadi melalui sesi satu-ke-satu dengan siswa, di mana guru
berbicara melalui isu-isu seperti persepsi siswa tentang gaya belajarnya, aset
belajar, dan tujuan pembelajaran.

2. Penasihat

Peran lain yang diasumsikan oleh beberapa pendekatan CLT adalah


konselor, mirip dengan cara peran ini didefinisikan dalam Pembelajaran
Bahasa Komunitas (Bab 17). Dalam peran ini, konselor guru diharapkan untuk
mencontohkan komunikator yang efektif yang berusaha memaksimalkan
penyambungan niat pembicara dan interpretasi pendengar, melalui
penggunaan parafrase, konfirmasi, dan umpan balik.

3. Manajer proses grup

Prosedur CLT sering mengharuskan guru untuk memperoleh


keterampilan manajemen kelas yang kurang berpusat pada guru. Adalah
tanggung jawab guru untuk mengatur kelas sebagai tempat untuk
komunikasi dan kegiatan komunikatif. Pedoman untuk praktik kelas
(misalnya, Littlewood 1981; Finocchiaro dan Brumfit 1983) menyarankan
bahwa selama kegiatan guru memantau, mendorong, dan menekan
kecenderungan untuk memasok kesenjangan dalam leksis, tata bahasa, dan
strategi tetapi mencatat kesenjangan tersebut untuk komentar kemudian
dan praktik komunikatif.

15
F. Peran siswa

Ruang kelas bahasa. Breen dan Candlin (1980: tidak) menggambarkan


peran pelajar dalam CLT dalam istilah berikut: Peran peserta didik sebagai
negosiator - antara diri, proses belajar, dan objek belajar - muncul dari dan
berinteraksi dengan peran negosiator bersama dalam kelompok dan dalam
prosedur kelas dan kegiatan yang dilakukan kelompok. Peserta didik sekarang
harus berpartisipasi dalam kegiatan kelas yang didasarkan pada pendekatan
pembelajaran yang kooperatif daripada individualistis. Siswa harus merasa
nyaman dengan mendengarkan rekan-rekan mereka dalam kerja kelompok atau
tugas kerja pasangan, daripada mengandalkan guru untuk model. Mereka
diharapkan untuk mengambil tingkat tanggung jawab yang lebih besar untuk
pembelajaran mereka sendiri.

Dalam bentuk murni CLT, seringkali tidak ada teks, aturan tata bahasa tidak
disajikan, pengaturan kelas tidak standar, siswa diharapkan untuk berinteraksi
terutama satu sama lain daripada dengan guru, dan koreksi kesalahan mungkin tidak
ada atau jarang. Oleh karena itu, ahli metodologi CLT merekomendasikan agar
peserta didik belajar untuk melihat bahwa komunikasi yang gagal adalah tanggung
jawab bersama dan bukan kesalahan pembicara atau pendengar. Demikian pula,
komunikasi yang sukses adalah pencapaian yang dicapai dan diakui bersama.

16
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

CLT adalah pendekatan untuk mengajar bahasa asing atau bahasa kedua
yang menekankan pada kompetensi komunikatif. Ini juga menekankan pada
interaksi sebagai sarana untuk mengajar bahasa. Telah diperhatikan bahwa
tujuan dari sebagian besar metode adalah untuk membuat siswa dapat
berkomunikasi dalam bahasa target

B. Saran

17
Dalam penulisan tulisan ini, masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami menyarankan pembaca untuk mencari referensi dan
sumber lain untuk memperdalam pemahaman pembaca dalam materiaL ini

BIBLIOGRAFI

A., P. (2006). Mengajar pelajar bahasa muda. Cina: Oxford University Press.

Coklat. (2000). Mengajar pelajar bahasa muda. New York: Longman.

Coklat. (2001). Mengajar dengan prinsip: Pendekatan Interaktif Pedagogi Bahasa


(2nded). San Fransisco: Manusia panjang.

Dahlberg, CH (2001). Bahasa dan anak-anak: Membuat kecocokan, bahasa baru


untuk pelajar muda. Massachusetts: MA: Allyn & Bacon.

G., S. (2009). Respons fisik total (TPR). Jurnal NELTA.

18
Gantika. (2013). Penerapan metode total physical response storytelling (TPRS) dalam
pengajaran kosakata kepada peserta didik muda. Universitas Pendidikan
Indonesia.

Kimfarisah. (2001). Modul 3 Strategi belajar dan mengajar bahasa Inggris.

Larsen, D. &. (2000). Teknik dan Prinsip dalam Pengajaran Bahasa. Oxford: Oxford
University Press.

Larsen, D. (2004). Akuisisi bahasa kedua. Jurnal Bahasa Modern.

R., F. (2007). Pengenalan respons fisik total (TPR).

Richard, JC (2001). Pendekatan dan metode dalam pengajaran bahasa (2nded).


Cambridge: Cambridge University Press.

19

Anda mungkin juga menyukai