Anda di halaman 1dari 20

TUGAS AKHIR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Disusun oleh:

Nama : Moh. Mustas Rifal Mustofa

Kelas : IX.A

Tahun Pelajaran : 2022/2023

SMP BANI SALEH 1

JL. RA. Kartini NO.7, Kel. Margahayu,

Kec Bekasi Timur-Bekasi 17113 Telp (021)-88343363


LEMBAR PENGESAHAN

Tugas akhir PAI ini telah di koreksi dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Bulan :

Tahun :

Sebagai syarat kelulusan siswa SMP BANI SALEH 1.

Wali kelas Guru pembimbing

Mardhatullah S. Kom Aisah, S. Pd.I., Gr.

Mengetahui,

Kepala SMP Bani Saleh 1

Hj. Ichda Rahmawati, SS. M.Pd

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya tentunya saya
tidak akan sanggup menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga
tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita darir
zaman jahiliah ke zaman Islamiyah.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatnya baik
itu berguna sehat fisik maupun akal pikiran sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
penulisan tugas akhir Pendidikan Agama Islam sebagai tugas akhir ini dari mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Sekolah SMP BANI SALEH
1 Ibu Hj. Ichda Rahmawati, SS. M.Pd, kepada guru Pendidikan Agama Islam yaitu ibu
Aisyah yang telah membimbing kami dalam menulis tugas akhir ini. Juga kepada ayah bunda
saya yang telah mengasuh,mendidik dan membimbing kami hingga saya dapat seperti
sekarang ini.

Penulis tentu menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalam nya .untuk itu,penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk tugas akhir ini,supaya tugas akhir ini
nantinya dapat menjadi tugas akhir yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada tugas akhir ini penulis mohon maaf yang sebesar-besar nya

Demikian, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat. terima kasih

Bekasi,… Februari 2023

Penyusun

Moh. Mustas Rifal M

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................................2

BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Haji.......................................................................................................3-4

2.2 Makna dan Hukum Haji.......................................................................................4-5

2.3 Dalil Naqli Haji..........................................................................................................5

2.4 Syarat Wajib Haji......................................................................................................6

2.5 Rukun Haji...........................................................................................................6-10

2.6 Wajib Haji...........................................................................................................10-13

2.7 Sunah – Sunah Haji.................................................................................................13

BAB III...............................................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................14

3.2 Penutup.......................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................15

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Haji adalah rukun Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat dan puasa.
Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslimin
sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan
beberapa kegiatan dibeberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai
musim haji pada bulan Dzulhijjah. Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang bisa
dilaksanakan sewaktu-waktu. Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah
ketika umat Islam bermalam di Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9
Dzulhijjah dan berakhir setelah melempar jumrah pada tanggal 10 Dzulhijjah.

Secara lughawi haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. Menurut
etimologi bahasa Amb, kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan
menyengaja, Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu
untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu.

Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap mental dan akhlak
yang mulia. Ibadah haji adalah merupakan pernyataan umat islam seluruh dunia menjadi
umat yang satu karena memiliki persamaan atau satu akidah. Memperkuat fisik dan mental,
kerena ibadah haji maupun umrah merupakan ibadah yang berat memerlukan persiapan fisik
yang kuat, biaya besar dan memerlukan kesabaran serta ketabahan dalam menghadapi segala
godaan dan rintangan. Ibadah haji Menumbuhkan semangat berkorban, baik harta, benda,
jiwa besar dan pemurah, tenaga serta waktu untuk melakukannya.

Dengan melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk membangun persatuan dan
kesatuan umat Islam sedunia. Ibadah haji merupakan muktamar akbar umat islam sedunia,
yang peserta-pesertanya berdatangan dari seluruh penjuru dunia dan Ka'bahlah yang menjadi
simbol kesatuan dan persatuan.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Haji?


2. Bagaimana Makna dan Hukum Haji?
3. Bagaimana Dalil Naqli Haji?
4. Bagaimana Syarat Wajib Haji?
5. Bagaimana Rukun Haji?
6. Bagaimana Wajib Haji?
7. Bagaimana Sunah – Sunah Haji?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian Haji


2. Untuk mengetahui Makna dan Hukum Haji
3. Untuk mengetahui Dalil Naqli Haji
4. Untuk mengetahui Syarat Wajib Haji
5. Untuk mengetahui Rukun Haji
6. Untuk mengetahui Wajib Haji
7. Untuk mengetahui Sunah – Sunah Haji

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Haji

Pengertian haji secara etimologis berasal dari qashdu (maksud, niat, menyengaja),
sedangkan kata umrah berarti ziarah. Secara terminologis, haji adalah ialah bermaksud
(menyengaja) menuju Baitullah dengan cara dan waktu yang telah ditentukan. Dari
pengertian tersebut dapat dipahami bahwa haji dan umrah adalah untuk melakukan kewajiban
ziarah ke Baitullah karena Allah (QS. Al-Baqarah [2]:196).

‫ى َواَل َت ۡحلِقُ ۡوا ُرء ُۡو َس ُكمۡ َح ٰ ّتى‬ ۡ ‫َواَ ِتمُّوا ۡال َح َّج َو ۡالع ُۡم َر َة هّٰلِل ِؕ َفا ِۡن ا ُ ۡحصِ ۡر ُتمۡ َف َما‬
‌ِۚ ‫اس َت ۡي َس َر م َِن ۡال َه ۡد‬
َ ‫َي ۡبلُ َغ ۡال َه ۡدىُ َم ِحلَّ ٗه ؕ َف َم ۡن َك‬
َ ‫ان م ِۡن ُكمۡ م َِّر ۡيضًا اَ ۡو ِب ۤ ٖه اَ ًذى م ِّۡن رَّ ۡاسِ هٖ َفف ِۡد َي ٌة م ِّۡن صِ َي ٍام اَ ۡو‬
‫ص َد َق ٍة اَ ۡو‬
‌ِۚ ‫اس َت ۡي َس َر م َِن ۡال َه ۡد‬
‫ى َف َم ۡن لَّمۡ َي ِج ۡد َفصِ َيا ُم َث ٰل َث ِة‬ ۡ ‫ُك َف ِا َذٓا اَم ِۡن ُتمۡ َف َم ۡن َت َم َّت َع ِب ۡالع ُۡم َر ِة ِا َلى ۡال َح ِّج َف َما‬
ٍ ۚ ‫ُنس‬
‫ك َع َش َرةٌ َكا ِم َل ٌة ؕ ٰذ ل َِك لِ َم ۡن لَّمۡ َي ُك ۡن اَ ۡهلُ ٗه َحاضِ ِر ۡى ۡال َم ۡس ِج ِد‬ َ ‫َّام فِى ۡال َح ِّج َو َس ۡب َع ٍة ا َِذا َر َج ۡع ُتمۡؕ ت ِۡل‬ ٍ ‫اَي‬
ِ ‫اع َلم ۡ ُٓوا اَنَّ هّٰللا َ َشد ِۡي ُد ۡال ِع َقا‬
‫ب‬ ۡ ‫ام َوا َّتقُوا هّٰللا َ َو‬ ‌ِؕ ‫ـر‬َ ‫ۡال َح‬
Artinya: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah…”

Dari ayat di atas, manusia diperintahkan untuk menunaikan ibadah haji dan umrah
hanya untuk taat kepada Allah. Bukan untuk kepentingan bisnis, untuk memperoleh
popularitas dan lain-lain. Demikian pula ibadah haji ini juga diwajibkan bagi yang mampu
(QS. Ali Imran [3]: 97).
‫هّٰلِل‬
َ ‫اس َت َط‬
‫اع‬ ۡ ‫ت َم ِن‬ ِ ‫اس ِح ُّج ۡال َب ۡي‬ِ ‫ان ٰا ِم ًنا ‌ؕ َو ِ َع َلى ال َّن‬ َ ‫ و َم ۡن دَ َخ َل ٗه َك‬ ٌ ‫ت ۢ َبي ِّٰن‬
َ ‫ت َّم َقا ُم ا ِۡب ٰره ِۡي ۚ َم‬ ٌ ‫ف ِۡي ِه ٰا ٰي‬
‫ِا َل ۡي ِه َس ِب ۡياًل ‌ؕ َو َم ۡن َك َف َر َفاِنَّ هّٰللا َ َغنِىٌّ َع ِن ۡال ٰع َلم ِۡي َن‬
Artinya: “Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan haji
ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barang
siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.”

Dari ayat al-Qur’an di atas dapat memperkuat pentingnya niat haji sematamata karena
Allah Swt. Kata lillah dalam ayat tersebut adalah lam al-ijab wa alilzam (yang berfaidah

3
mewajibkan dan meniscayakan) ibadah haji hanya untukNya. Demikian pula berdasarkan
hadis Nabi yang diriwatkan oleh Imam Bukhari:

Artinya: Dari Abi Hurairah radhiyaallahu’anhu, beliau berkata: “Ditanyakan kepada


Rasulullah Saw, amaliah apakah lebih utama (afdhal)?” Rasulullah Saw menjawab: “Iman
kepada Allah”, kemudian ditanyakan lagi: “lantas apalagi ya Rasulullah?”, Rasulullah Saw
menjawab: “Jihad fi sabilillah”, kemudian ditanyakan lagi: “Lantas apalagi?”, Rasulullah
Saw menjawab: “Haji mabrur.”(HR. alBukhari). Maktabah Syamela.

Ibadah haji di samping napak tilas Nabi Ibrahim as. sekaligus sebagai tamu Allah akan
terikat dengan protokoler . Tamu-tamu yang hadir diminta untuk memakai pakaian ihram,
thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, menyembelih kurban, melempar jumrah dan lain-lain. (Ghafur,
2005. hal. 249).

Tamu yang hadir ada jutaaan manusia dari seluruh penjuru dunia. Dan setiap yang hadir
mestinya mampu merespon permasalahan-permasalahan yang ada dengan baik. Misalnya,
ketika ada orang yang kehausan, kelaparan, sakit, kesasar dan orang yang kehilangan
sangunya, mereka bersedia membantu menolongnya. Bila mereka sanggup merespon
masalah-masalah yang ada di sekitarnya dengan baik, niscaya Tuhan pun akan tersenyum.

2.2 Makna dan Hukum Haji

Kata al-Hajj menurut bahasa berarti menyengaja. Karena itu menurut istilah syari’at


Islam, ia berarti menyengaja mengunjungi Ka’bah di Mekah untuk melakukan beberapa
rangkaian amal ibadah menurut rukun dan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syara’.
Haji merupakan rukun Islam yang kelima dan pokok ibadah yang keempat, yang
diperintahkan setelah disyari’atkan ketiga pokok ibadah sebelumnya, yakni: ibadah salat,
ibadah puasa Ramadhan, dan ibadah zakat.

Hukum melaksanakan haji adalah wajib bagi setiap muslim yang mampu, sesuai
dengan firman Allah dalam Surah Ali Imran Ayat 97. Ibadah haji, fardhu adalah sesuatu yang
apabila tidak dikerjakan sesuai ketentuannya, maka ibadah haji tidak sah; seperti tidak
melakukan wukuf di ‘Arafah. Wajib dalam ibadah haji atau umrah adalah sesuatu yang jika
diabaikan secara keseluruhan, atau tidak memenuhi sya-ratnya maka haji atau umrah tetap
sah, tetapi orang yang bersangkutan harus melaksanakan sanksi yang telah ditetapkan.
Misalnya, kewa-jiban melempar jumroh, bila ia diabaikan, maka ia harus diganti dengan
membayar dam (denda). Sesuatu yang sunnah bila dilakukan, atau sesuatu yang makruh, jika
4
ditinggalkan dapat mendukung kesempurnaan ibadah haji dan umrah. Sedang sesuatu yang
mubah, tidak berdampak apa pun terhadap ibadah. Sedangkan umrah hukumnya mutahabah
artinya baik untuk dilakukan dan tidak diwajibkan atau disebut tatawwu, yang artinya ialah
tidak diwajibkan, tetapi baik dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan
melakukannya lebih utama dari pada meninggalkannya karena tatawwu mempunyai ganjaran
pahala (Mizan, 2000:157-158).

2.3 Dalil Naqli Haji

٩٦ۚ‫اس َلـلَّذ ِۡى ِب َب َّك َة م ُٰب َر ًكا وَّ ُه ًدى لِّ ۡل ٰع َلم ِۡي َن‬
ِ ‫ت وُّ ضِ َع لِل َّن‬
ٍ ‫اِنَّ اَوَّ َل َب ۡي‬
‫هّٰلِل‬ ٌ ۢ ‫فِ ْي ِه ٰا ٰي‬
ٌ ‫ت َبي ِّٰن‬
َ ‫ت َم ِن اسْ َت َط‬
‫اع‬ ِ ‫ان ٰا ِم ًنا ۗ َو ِ َع َلى ال َّن‬
ِ ‫اس ِح ُّج ْال َب ْي‬ َ ‫ت َّم َقا ُم ِاب ْٰر ِه ْي َم ەۚ َو َمنْ دَ َخ َل ٗه َك‬
٩٧‫ِا َل ْي ِه َس ِب ْياًل ۗ َو َمنْ َك َف َر َفاِنَّ هّٰللا َ َغنِيٌّ َع ِن ْال ٰع َل ِمي َْن‬
Artinya: "Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah
(Baitullah) yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam.
Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa
memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah
adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu
mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah
bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam." (Q.S. Ali
Imran/3:96-97).

Berikut beberapa penjelasan ayat di atas:

1. Tempat ibadah yang pertama kali dibangun manusia di dunia adalah Kabbah.
2. Orang yang sudah mampu dari segi materi dan fisik berkewajiban untuk melaksanakan
ibadah haji dan umrah.
3. Allah Mahakarya (al-Ghaniyyu), yang memberi rezeki kepada makhluk-makhluk-Nya.
Allah Swt. Sama sekali tidak membutuhkan apapun dari mahluknya.

5
2.4 Syarat Wajib Haji

1. Balig.

Anak kecil tidak diwajibkan berhaji, baik yang sudah mumayyiz atau belum. Para
ulama mazhab sependapat bahwa haji yang dilakukan oleh mumayyiz merupakan
sunnah dan tidak menggugurkan kewajibannya. Setelah ia balig wajib melaksanakan
haji lagi.

2. Berakal.

Ulama mazhab sepakat bahwa orang gila tidak wajib untuk melaksanakan haji. Jika
dia melaksanakan haji dan dapat melaksanakan kewajiban yang dilakukan oleh orang
yang berakal, maka hajinya itu tidak diberi pahala dari kewajiban haji, sekalipun pada
waktu itu akal sehat sedang datang kepadanya.

3. Bisa atau mampu.

Ulama sepakat jika bisa atau mampu itu sebagai syarat wajib haji namun ada
perbedaan pendapat mengenai bisa atau mampu itu sendiri. Sebagian besar ulama
berpendapat bahwa mampu itu meliputi mampu dari segi fisik dan finansial baik untuk
dirinya ataupun keluarga yang ditinggalkan, tidak memiliki hutang dan aman dalam
perjalanan. Sedangkan Imam Malik memberikan batasan bisa atau mampu itu ialah
orang yang bisa atau mampu berjalan.

4. Bagi wanita.

Para ulama mazhab sepakat bahwa wanita yang melaksanakan ibadah haji
disyaratkan untuk mendapatkan izin suaminya, dan suaminya tidak boleh melarangnya.
Namun Maliki dan Syafiʻi berpendapat bahwa seorang muhrim dan suami bukanlah
syarat wajib haji, baik perempuan itu masih muda atau sudah tua, bersuami maupun
tidak, karena muhrim atau suami itu hanya merupakan sarana agar dapat menjaga
keamanannya, bukan tujuan.9 Kewajiban melakukan haji itu adalah keamanan bagi
dirinya dalam perjalanan. Kalau tidak aman, berarti dia tidak mampu, sekalipun
bersama muhrim.

6
2.5 Rukun Haji

Yang dimaksud rukun haji adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah haji
yang jika tidak dikerjakan hajinya tidak sah. Adapun rukun haji adalah sebagai berikut:

1. Ihram

Ihram yaitu mengenakan pakaian ihram dengan niat untuk haji atau umrah di Miqat
Makani. Amalan haji dan umrah yang pertama adalah ihram. ihram adalah niat
memasuki manasik haji dan umrah atau mengerjakan keduanya dengan menggunakan
pakaian ihram, serta meninggalkan beberapa larangan yang biasanya dihalalkan. Bagi
lakilaki pakaian ihram terdiri atas 2 (dua) lembar kain yang tidak dijahit, yang satu
lembar disarungkan untuk menutupi aurat antara pusat hingga lutut, yang satu lembar
lagi diselendangkan untuk menutupi tubuh bagian atas. Kedua lembar kain disunatkan
berwarna putih, dan tidak boleh berwarna merah atau kuning. Dan bagi wanita
Mengenakan pakaian yang biasa, yakni pakaian yang menutupi aurat. Orang yang akan
melakukan ihram, disunnahkan untuk:

a. Membersihkan badan, memotong kuku, menggunting kumis


b. Mandi, meskipun bagi wanita yang dalam keadaan haid atau nifas, karena mandi
disini hanya untuk membersihkan badan.
c. Memanjangkan rambut (tidak memotong rambut) dari awal bulan Ẓulqaʻdah bila
melakukan haji tamattu’.
d. Memotong rambut badan, seperti di ketiak.
e. Melakukan ihram setelah Ẓuhur.
f. Melakukan ṣalat sunat ihram.

7
2. Wukuf.

Wukuf di Arafah, yaitu berdiam diri, zikir dan berdoʻa di Arafah pada tanggal 9
Ẓulhijah. Setelah ṣalat subuh tanggal 9 Ẓulhijah, jemaah haji berangkat dari Mina ke
Arafah sambil menyerukan Talbiyah, dan singgah dahulu di Namirah. Para jemaah
sampai di Padang Arafah tepat pada waktu Zuhur dan aṣar dengan jamaʻ taqʻdim dan
qasar dengan satu kali azan dan dua iqamah. Selesai ṣalat, imam kemudian
menyampaikan khutbah dari atas mimbar. Selama wukuf di Arafah, para jemaah haji
menghabiskan/mengisi waktunya untuk memahasucikan Allah dengan meneriakan
talbiyah, berzikir dan berdoʻa.

3. Ṭawaf

Ṭawaf, Yaitu mengelilingi Kaʻbah sebanyak 7 kali, yang dimulai dari Hajarul
Aswad, dengan Kaʻbah berada di sebelah kiri dan dilakukan dengan berjalan kaki bagi
yang mampu.

Ada tiga macam ṭawaf, yaitu:

8
a. Ṭawaf qudum. Yaitu ṭawaf yang dilakukan ketika memasuki Mekah. Ṭawaf ini
hanya dilakukan oleh orang-orang jauh yang berasal dari luar Makah.
b. Ṭawaf ifadhah. Yaitu ṭawaf yang dilakukan oleh orang yang melaksanakan ibadah
haji, bukan orang yang umrah, setelah melaksanakan ibadah di Mina, termasuk
melempar Jumrah ‘Aqabah. Ṭawaf ini juga dinamakan ṭawaf ziarah, karena
meninggalkan Mina dan menziarahi Baitullah. Juga dinamakan ṭawaf haji, karena
ia merupakan salah satu rukun haji.
c. Ṭawaf wada’. Ṭawaf ini merupakan perbuatan yang terakhir yang dilakukan oleh
orang yang melaksanakan ibadah haji ketika hendak melakukan perjalanan
meninggalkan Mekah.

4. Saʻi.

Saʻi, yaitu berjalan atau berlari-lari kecil antara Ṣafa dan Marwah sebanyak 7 Kali,
dilakukan sesudah ṭawaf ifadah. Adapun praktik pelaksanaan ibadah saʻi adalah sebagai
berikut:

a. Dilakukan sesudah ṭawaf;


b. Berlari-lari kecil atau berjalan cepat dari bukit Ṣafa menuju bukit Marwah; dan
c. Dikerjakan sebanyak tujuh kali putaran

9
5. Tahallul.

Tahallul, yaitu bercukur atau menggunting rambut sesudah selesai melaksanakan


Saʻi. Setelah melontar Jumrah ‘Aqabah, jamaah kemudian bertahallul (keluar dari
keadaan Ihram), yakni dengan cara mencukur atau memotong rambut kepala paling
sedikit tiga helai rambut. Laki-laki disunnahkan mencukur habis rambutnya, wanita
mencukur ujung rambut sepanjang jari, dan untuk orang-orang yang berkepala botak
dapat bertahallul secara simbolis saja. Setelah melaksanakan tahallul, perkara yang
sebelumnya dilarang sekarang dihalalkan kembali, kecuali menggauli istri sebelum
melakukan ṭawaf ifadah.

6. Tertib.

Tertib, yaitu mengerjakannya sesuai dengan urutannya serta tidak ada yang tertinggal.

2.6 Wajib Haji

Amalan dalam ibadah Haji yang wajib dikerjakan disebut wajib Haji. Wajib Haji tidak
menentukan sahnya ibadah haji. Jika tidak dikerjakan Haji tetap sah, namun dikenakan dam
(denda).
Berikut adalah beberapa wajib haji, yaitu:
1. Ihram dari Miqat
Miqat adalah tempat dan waktu yang disediakan untuk melaksanakan ibadah Haji.
Ihram dari Miqat bermaksud niat Haji ataupun niat Umrah dari miqat, baik miqat

10
zamani maupun miqat makani. Miqat makani adalah tempat awal melaksanakan ihram
bagi yang akan Haji dan Umrah.

2. Bermalam di Muzdalifah

Dilakukan sesudah wukuf di Arafah (sesudah terbenamnya matahari) pada tanggal


9 dzulhijjah. Di Muzdalifah melaksanakan sholat Maghrib dan Isya’ melakukan jamak
dan qasar karena suatu perjalanan jauh. Di Muzdalifah inilah kita dapat mengambil
kerikil-kerikil untuk melaksanakan Wajib Haji selanjutnya (melempar Jumrah) kita bisa
mengambil sebanyak 49 atau 70 butir kerikil.
3. Melempar Jumrah ‘aqabah

Pada tanggal 10 Dzulhijjah di Mina dilaksanakannya melempar jumrah sebanyak


tujuh butir kerikil sebanyak tujuh kali lemparan. Waktu paling utama untuk melempar
jumrah ini yaitu waktu Dhuha, setelah melakukan ini kemudian melaksanakan tahalul
pertama (mencukur atau memotong rambut).
Proses pelaksanaan melontar jumrah sebagai berikut.
a. Pada tanggal 10 Zulhijah, jumrah yang dilontar hanya aqabah saja. Dilempar tujuh
kerikil dengan tujuh kali lemparan.
b. Pada tanggal 11 Zulhijah, jumrah yang dilontar adalah ketiga jumrah yaitu jumrah
aqabah, ula dan wusta. Masing-masing jumrah dilontar tujuh kerikil dengan tujuh
kali lemparan.

11
c. Pada tanggal 12 Zulhijah, jumrah yang dilontar adalah ketiganya sama dengan
tanggal 11 Zulhijah.
d. Bagi jemaah nafar tsani (yang tiga malam bermalam di Mina), maka pada tanggal
13 Zulhijah melontar ketiganya dan masing- masing jumrah dilontar tujuh kerikil
dengan tujuh kali lemparan.
4. Melempar Jumrah ula, wustha, dan ‘aqabah
Melempar ketiga jumrah ini dilaksanakan pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah,
diuatamakan sesudah tergelincirnya matahari. Dalam hal ini ada yang melaksanakan
hanya pada tanggal 11 dan 12 saja kemudian ia kembali ke Mekkah, inilah yang disebut
dengan nafar awal. Selain nafar awal ada juga yang dissebut nafar sani, yaitu orang
yang baru datang pada tangal 13 Dzulhijjah nya, orang-orang ini diharuskan melempar
jumrah tiga sekaligus, yang masing-masing tujuh kali lemparan.
5. Bermalam di Mina

Pada tanggal 11-1 Dzulhijjah ini lah yang diwajibkan bermalam di Mina. bagi yang
nafar awal diperbolehkan hanya bermalam pada tanggal 11-12 saja.

۞ َ ‫ت ۗ فَ َمنْ تَ َع َّج َل فِ ْي يَ ْو َم ْي ِن فَٓاَل اِ ْث َم َعلَ ْي ِه ۚ َو َمنْ تَا َ َّخ َر فَٓاَل اِ ْث َم َعلَ ْي ۙ ِه لِ َم ِن ات َّٰقىۗ َواتَّقُوا هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ٍ ‫َو ْاذ ُك ُروا َ فِ ْٓي اَيَّ ٍام َّم ْعد ُْو ٰد‬
َ ‫َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَنَّ ُك ْم اِلَ ْي ِه ت ُْح‬
َ‫ش ُر ْون‬

Artinya

"Dan berzikirlah kepada Allah pada hari yang telah ditentukan jumlahnya. Barangsiapa
mempercepat (meninggalkan Mina) setelah dua hari, maka tidak ada dosa baginya. Dan
barangsiapa mengakhirkannya tidak ada dosa (pula) baginya, (yakni) bagi orang yang
bertakwa.”

6. Thawaf wada’

Sama dengan Thawaf sebelumnya, Thawaf wada’ dilakukan disaat akan


meninggalkan Baitullah Makkah.

7. Menjauhkan diri dari hal yang di haramkan pada saat ihram.

12
Menghindari dari berbagai larangan yang sudah ditentukan karena orang-orang
yang melanggar aturan ini akan dikenakan dam atau denda (Aziz dan Hawwas,
2001:307-332).

2.7 Sunah – Sunah Haji

Sunah haji adalah amalan-amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan Ketika


melaksanakan ibadah haji. Sunah-sunah haji tersebut adalah sebagai berikut.

a. Mandi Ketika akan memakai pakaian ihram


b. Salat sunah Ketika akan memakai pakaian ihram
c. Memperbanyak membaca doa tabliyah berikut.

‫ك َو ْال َع َم ُل‬
َ ‫ك َوالرَّ ْغ َبا ُء ِإ َل ْي‬ َ ‫ك َو ْال َخ ْي ُر ِب َيدَ ْي‬
َ ‫ك َل َّب ْي‬ َ ‫ْك َل َّبي‬
َ ‫ْك َو َسعْ دَ ْي‬ َ ‫َل َّبي‬

Artinya: "Aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi panggilan-Mu, aku penuhi panggilan-
Mu dengan senang hati. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Segala harapan dan amalan
hanya untuk-Mu)." (HR. Bukhari no. 1549 dan Muslim no. 19).

d. Memperbanyak membaca salawat kepada nabi Muhammad saw.


e. Melakukan tawaf sunah Memperbanyak berzikir dan membaca Al-Qurán

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Demikian makna prosesi haji yang demikian indah. Haji merupakan kumpulan simbol-
simbol yang maknanya sangat dalam. Mestinya sebagai tamu Allah perlu menghayati makna-
makna terdalamnya. Sehingga ibadahnya tidak hanya sekedar menggugurkan kewajiban dan
bahkan dianggap sebagai ibadah paripurna. Maknamakna prosesi haji perlu dihayati dan
diamalkan secara baik dan benar. Dengan demikian akan mengantarkannya menjadi manusia
yang mampu keluar dari hegemoni kepentingan hawa nafsu yang cenderung menjauhkan diri
dari Allah. Sehingga mampu memberikan kebaikaan (birr), menaburkan kedamaian di muka
bumi.

3.2 Penutup
Demikianlah tadi yang bisa penulis tuliskan mengenai materi yg telah menjadi tema di
dalam tugas akhir ini. Penulis menyadari tentunya di dalam penulisan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan serta kelemahan. Hal ini di karenakan terbatasnya pengetahuan
dan kekurangan sumber atau referensi yg ada kaitannya dengan makalah yg di tulis. Penulis
sangat berharap kepada para pembaca yg budiman agar memberikan kritik dan saran yg
bersifat membangun.

Sangat penulis butuhkan demi sempurnanya tugas akhir ini dan juga penulisan tugas
akhir di kesempatan selanjutnya. Harapannya, semoga tugas akhir yg di tulis ini dapat
berguna bagi penulis dan khususnya bagi para pembaca pada umumnya.

Cukup sekian dari saya, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat. atas perkenannya,
saya ucapkan terima kasih.Wassalamualaikum wrwb

14
DAFTAR PUSTAKA

Noor, M. (2018). Haji dan Umrah. Jurnal Humaniora Teknologi, 4(1).

ISTIANAH, istianah. Prosesi Haji dan Maknanya. ESOTERIK, [S.l.], v. 2, n. 1, mar. 2017.
ISSN 2502-8847. Available at:
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/esoterik/article/view/1900 . Date accessed:
24 Januari. 2023.

https://uin-alauddin.ac.id/tulisan/detail/HAJI,--MAKNA-DAN-HIKMAHNYA#:~:text=Kata
%20al%2DHajj%20menurut%20bahasa,yang%20telah%20ditentukan%20oleh
%20syara'. (diakses pada tanggal 24 Januari 2023).

15

Anda mungkin juga menyukai