Juknis Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar 2023 (2-V-2023) - Versi TTD Dirjen
Juknis Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar 2023 (2-V-2023) - Versi TTD Dirjen
PETUNJUK TEKNIS
tentang Inventarisasi
Tanah Terindikasi Telantar
Nomor : 2/JUKNIS-700.HK.02.01/V/2023
Tanggal : 10 Mei 2023
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang dengan kuasa-
Nya telah memperkenankan kami untuk dapat menyelesaikan Petunjuk
Teknis tentang Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar. Dengan
diterbitkannya Petunjuk Teknis ini, diharapkan pelaksanaan inventarisasi
tanah terindikasi telantar dapat berjalan dengan efektif dan optimal.
Petunjuk Teknis ini menjelaskan mengenai tata cara pelaksanaan
inventarisasi tanah terindikasi telantar, antara lain: pelaksana
inventarisasi tanah terindikasi telantar, tahapan kegiatan, supervisi
inventarisasi tanah terindikasi telantar, pelaporan, pembiayaan, dan
tindak lanjut hasil inventarisasi tanah terindikasi telantar.
Demikian Petunjuk Teknis ini disusun untuk menjadi acuan atau
pedoman bagi Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan
inventarisasi tanah terindikasi telantar.
Dwi Hariyawan S.
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara memberikan Hak Atas Tanah kepada Pemegang Hak untuk
diusahakan, dipergunakan, dan dimanfaatkan serta dipelihara dengan
baik. Hal ini selain bertujuan untuk kesejahteraan bagi Pemegang Hak-
nya juga ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat, bangsa, dan
negara. Pada saat negara memberikan hak kepada seseorang atau
badan hukum, selalu diiringi kewajiban-kewajiban yang ditetapkan
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (UUPA) dan surat keputusan pemberian haknya.
Dengan demikian, Pemegang Hak dilarang menelantarkan tanahnya.
Dalam hal Pemegang Hak menelantarkan tanahnya, UUPA telah
mengatur akibat hukumnya, yaitu hapusnya Hak Atas Tanah yang
bersangkutan dan pemutusan hubungan hukum serta ditegaskan
sebagai tanah yang dikuasai langsung oleh negara.
Pada prinsipnya, penelantaran tanah harus dicegah dan
ditertibkan untuk mengurangi atau menghapus dampak negatifnya.
Dengan demikian, pencegahan dan penertiban tanah telantar
merupakan langkah dan prasyarat penting untuk menjalankan
program-program pembangunan nasional, terutama di bidang agraria
yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, UUPA, serta Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional.
Dalam rangka untuk menertibkan tanah telantar, telah ditetapkan
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban
Kawasan dan Tanah Telantar (PP No. 20/2021) dan Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 20
Tahun 2021 tentang Tata Cara Penertiban dan Pendayagunaan
Kawasan dan Tanah Telantar (Permen ATR No. 20/2021). Berdasarkan
PP No. 20/2021 dan Permen ATR No. 20/2021, proses penertiban tanah
telantar diawali dengan proses inventarisasi tanah terindikasi telantar.
Inventarisasi tanah terindikasi telantar dilaksanakan paling cepat 2
1
(dua) tahun sejak diterbitkannya Hak Atas Tanah, Hak pengelolaan,
atau Dasar Penguasaan Atas Tanah.
Untuk memberikan panduan atau pedoman yang lebih rinci terkait
pelaksanaan inventarisasi tanah terindikasi telantar dan untuk
mewujudkan basis data (database) tanah terindikasi telantar yang valid
dan akuntabel, dipandang perlu untuk menyusun Petunjuk Teknis
tentang Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2043);
2. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2022 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 238, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6841);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
59);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak
Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun, dan
Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6630);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban
Kawasan dan Tanah Telantar (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2021 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6632);
6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020 tentang Kementerian
Agraria dan Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 83);
2
7. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan
Pertanahan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 84);
8. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2020 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2020 Nomor 985);
9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan
Kantor Pertanahan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 986); dan
10. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 20 Tahun 2021 tentang Tata Cara
Penertiban dan Pendayagunaan Kawasan dan Tanah Telantar
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 813).
3
D. Objek Kegiatan
Objek kegiatan inventarisasi tanah terindikasi telantar meliputi
tanah Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai (badan
hukum, perorangan), dan Hak Pengelolaan, yang sengaja tidak
diusahakan, tidak dipergunakan, tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak
dipelihara yang belum dilakukan penertiban tanah telantar.
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi:
1. pelaksana inventarisasi tanah terindikasi telantar;
2. dasar pelaksanaan inventarisasi tanah terindikasi telantar;
3. tahapan kegiatan inventarisasi tanah terindikasi telantar;
4. supervisi inventarisasi tanah terindikasi telantar;
5. pelaporan hasil inventarisasi tanah terindikasi telantar;
6. pembiayaan inventarisasi tanah terindikasi telantar; dan
7. tindak lanjut hasil inventarisasi tanah terindikasi telantar.
F. Waktu Kegiatan
Tahapan kegiatan inventarisasi tanah terindikasi telantar
dilaksanakan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun dengan rincian
sebagai berikut:
3. Pengumpulan Data
Penetapan Objek
4. Inventarisasi Tanah
Terindikasi Telantar
4
Pemantauan Lapang
7. Inventarisasi Tanah
Terindikasi Telantar
8. Pengolahan Data
5
BAB II
6
a. Kepala Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa pada
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota;
b. Koordinator subtansi pengendalian pertanahan pada Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota; dan
c. Petugas pelaksana dari seksi lain pada Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota.
3. Pembentukan Tim Inventarisasi ditetapkan melalui Keputusan
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.
B. Dasar Pelaksanaan Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar
Inventarisasi tanah terindikasi telantar dilaksanakan
berdasarkan laporan atau informasi yang bersumber dari:
1. Pemegang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai
(badan hukum atau perorangan), atau Hak Pengelolaan;
2. kementerian/lembaga;
3. pemerintah daerah; dan/atau
4. masyarakat.
Laporan atau informasi tersebut disampaikan melalui:
1. Kotak Pos:
a. Kementerian ATR/BPN di Kotak Pos 1403;
b. Kantor Wilayah di Kotak Pos sesuai provinsi setempat;
c. Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota di Kotak Pos sesuai
provinsi setempat;
2. Situs web Kementerian ATR/BPN di alamat
https://www.atrbpn.go.id;
3. Surat elektronik Kementerian ATR/BPN di alamat email:
a. surat@atrbpn.go.id; dan/atau
b. tanahtelantar@atrbpn.go.id;
4. Media sosial Kementerian ATR/BPN:
a. https://facebook.com/KementerianATRBPN;
b. https://twitter.com/atr_bpn;
c. https://instagram.com/kementerian.atrbpn; dan/atau
d. https://www.youtube.com/channel/UC29czQyZyoMFNDgX
YYWjmkw;
7
5. Surat tertulis; dan/atau
6. Sarana penyampaian laporan atau informasi lainnya yang
dikelola oleh Kementerian ATR/BPN.
Laporan atau informasi yang bersumber dari Pemegang Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai (badan hukum atau
perorangan), atau Hak Pengelolaan, pemerintah daerah, dan
masyarakat disyaratkan paling sedikit memuat data dan informasi
mengenai:
1. identitas pelapor/pemberi informasi (NIK, nama, dan alamat);
2. penguasaan atau pemilikan atas tanah;
3. lokasi tanah; dan
4. kondisi penggunaan tanah dan/atau pemanfaatan tanah secara
umum.
Terhadap laporan atau informasi yang tidak memenuhi 1 (satu)
atau 2 (dua) syarat sebagaimana dimaksud di atas, perlu
ditindaklanjuti dengan pemberitahuan kepada pelapor untuk
melengkapi data-data sesuai yang telah disyaratkan.
Laporan atau informasi yang bersumber dari internal
Kementerian ATR/BPN dapat disampaikan oleh Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota dengan cara:
1. membuat daftar rekapitulasi terhadap Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan, Hak Pakai (badan hukum atau perorangan),
atau Hak Pengelolaan yang telah diterbitkan paling cepat 2 (dua)
tahun dan terhadap Hak Atas Tanah atau Hak Pengelolaan yang
telah dikeluarkan dari basis data (database) tanah terindikasi
telantar yang diberikan kesempatan dalam jangka waktu tertentu
untuk menguasai, mengusahakan, mempergunakan,
memanfaatkan, dan sekaligus memelihara bidang tanah yang
dimiliki/dikuasainya;
2. rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan
dengan query data Hak Atas Tanah dan Hak Pengelolaan yang
berasal dari Aplikasi Komputerisasi Kegiatan Pertanahan (KKP)
dan daftar hak yang ada pada Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota;
8
3. menyeleksi hasil query sebagaimana dimaksud pada angka 2 jika
terdapat objek yang berasal dari hasil kegiatan pemantauan dan
evaluasi Hak Atas Tanah/Dasar Penguasaan Atas Tanah tahun
anggaran sebelumnya maupun tahun berjalan agar tidak
dijadikan objek inventarisasi kembali;
4. inventarisasi tanah terindikasi telantar diprioritaskan bagi objek
baru yang belum pernah dilakukan kegiatan sebagaimana
dimaksud pada angka 3;
5. mengamati objek hasil query secara spasial dengan
menggunakan citra google untuk menilai kesesuaian penggunaan
dan pemanfaatan tanah aktual dengan ketentuan peruntukan
yang tercantum dalam keputusan pemberian hak (apabila tidak
sesuai, maka dapat dijadikan sebagai objek inventarisasi tanah
terindikasi telantar).
9
Verifikasi alamat Pemegang Hak Atas Tanah atau
Pemegang Hak Pengelolaan sebagaimana dimaksud
pada huruf a) dapat dilakukan berdasarkan:
a) Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah atau Hak
Pengelolaan (warkah);
b) Pemegang Hak Atas Tanah atau Hak Pengelolaan
ketika survei lapang;
c) Laporan Berkala Pemegang Hak Atas Tanah atau
Hak Pengelolaan yang diperoleh dari Direktorat
Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah;
atau
d) Desa/Kelurahan atau Kota/Kabupaten.
2) Verifikasi data spasial, dilakukan dengan memeriksa
kelengkapan data yang disampaikan oleh
pelapor/pemberi informasi untuk dicocokan dengan
data spasial yang ada di Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota; dan
3) Permasalahan atau penyebab penelantaran tanah.
b. Pengumpulan Data
Terhadap data laporan atau informasi tanah terindikasi
telantar yang telah diverifikasi oleh Tim Inventarisasi,
dilakukan pemilihan dan pengumpulan data tekstual dan
data spasial mengenai tanah terindikasi telantar, antara
lain:
1) pemilihan objek inventarisasi tanah terindikasi telantar
yang telah diverifikasi;
2) pengumpulan data pendukung (bila sudah tersedia),
antara lain: Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah atau
Hak Pengelolaan, Buku Tanah, Surat Ukur/Gambar
Situasi, Peta Bidang Tanah, dan Peta Citra Satelit; dan
3) penyiapan Peta Tematik Penguasaan, Pemilikan dan
Penggunaan Tanah sebagai bahan pembuatan Peta
Kerja.
10
c. Kriteria Objek Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar
1) Kriteria objek inventarisasi tanah terindikasi telantar
meliputi:
a) Tanah Hak Guna Usaha yang dengan sengaja tidak
diusahakan, tidak dipergunakan, dan/atau tidak
dimanfaatkan terhitung mulai 2 (dua) tahun sejak
diterbitkannya hak tersebut;
b) Tanah Hak Guna Bangunan, Hak Pakai (badan
hukum atau perorangan), dan Hak Pengelolaan
yang dengan sengaja tidak diusahakan, tidak
dipergunakan, tidak dimanfaatkan, dan/atau
tidak dipelihara terhitung mulai 2 (dua) tahun
sejak diterbitkannya hak tersebut;
c) Tanah Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,
Hak Pakai (badan hukum atau perorangan), dan
Hak Pengelolaan yang telah dikeluarkan dari basis
data (database) tanah terindikasi telantar yang
diberikan kesempatan dalam jangka waktu
tertentu untuk menguasai, mengusahakan,
mempergunakan, memanfaatkan, dan sekaligus
memelihara bidang tanah yang
dimiliki/dikuasainya; dan
d) Tanah Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,
Hak Pakai (badan hukum atau perorangan) dan
Hak Pengelolaan yang berasal dari hasil kegiatan
pemantauan dan evaluasi Hak Atas Tanah yang
dilakukan oleh Kantor Pertanahan, Kantor
Wilayah, dan Kementerian tahun 2018 sampai
dengan tahun 2020.
Objek inventarisasi tanah terindikasi telantar
sebagaimana dimaksud pada huruf a), huruf b), huruf
c), dan huruf d) di atas, tidak dibatasi luasannya.
2) Kriteria objek inventarisasi tanah terindikasi telantar
yang dikecualikan, meliputi:
11
a) Tanah Hak Milik;
b) Tanah yang diperoleh berdasarkan DPAT;
c) Tanah Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,
Hak Pakai (badan hukum atau perorangan) yang
telah berakhir jangka waktu haknya;
d) Tanah menjadi objek TORA;
e) Tanah menjadi objek perkara di pengadilan;
f) Tanah tidak dapat diusahakan, dipergunakan,
dimanfaatkan, dan/atau dipelihara karena adanya
perubahan Rencana Tata Ruang (RTR), dalam hal
ini Pemegang Hak Atas Tanah atau Pemegang Hak
Pengelolaan wajib menyesuaikan jenis hak
dan/atau penggunaan tanah sesuai dengan
perubahan RTR dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) tahun sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
g) Tanah dinyatakan sebagai tanah yang
diperuntukkan untuk konservasi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
h) Tanah tidak dapat diusahakan, dipergunakan,
dimanfaatkan, dan/atau dipelihara karena adanya
keadaan kahar (force majuere) berupa peperangan,
kerusuhan, bencana alam, dan bencana lainnya,
yang harus dinyatakan oleh pejabat/instansi yang
berwenang;
i) Tanah telah diusahakan, dipergunakan,
dimanfaatkan, dan/atau dipelihara sesuai dengan
rencana pengusahaan, penggunaan, dan/atau
pemanfaatan tanah;
j) Tanah Hak Pengelolaan masyarakat hukum adat;
dan/atau
k) Tanah Hak Pengelolaan yang menjadi aset Bank
Tanah.
12
d. Penetapan Objek Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar
Penetapan objek inventarisasi tanah terindikasi
telantar dituangkan dalam Keputusan Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 2.
Keputusan penetapan menunjuk pada objek tanah
terindikasi telantar yang akan dilakukan kegiatan
pemantauan lapangan.
e. Penyusunan Rencana Jadwal
Penyusunan rencana jadwal pelaksanaan kegiatan
inventarisasi tanah terindikasi telantar dilakukan sebagai
salah satu alat kendali bagi pelaksana kegiatan agar
realisasi pelaksanaan kegiatan dalam 1 (satu) tahun
anggaran dapat tercapai sesuai dengan target yang telah
ditetapkan.
Perubahan jadwal dapat dilakukan saat berjalannya
pelaksanaan kegiatan yang disesuaikan dengan kondisi dan
pertimbangan lainnya, misalnya: ketersediaan Sumber Daya
Manusia (SDM), mobilisasi tim, atau kapasitas kerja.
f. Penyiapan Administrasi dan Sarana Penunjang
Penyiapan administrasi dan sarana penunjang,
meliputi:
1) Penunjukan petugas pelaksana inventarisasi tanah
terindikasi telantar yang dituangkan dalam Surat
Tugas. Penunjukan petugas dilakukan oleh Kepala
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota terhadap pegawai
dari unit kerja yang membidangi Pengendalian dan
Penanganan Sengketa dan dapat ditambahkan pegawai
dari unit kerja lain jika diperlukan sepanjang anggaran
memungkinkan.
2) Pemberitahuan kepada Pemegang Hak Atas Tanah atau
Pemegang Hak Pengelolaan tentang pelaksanaan
inventarisasi tanah terindikasi telantar yang
disampaikan secara tertulis. Pemberitahuan secara
13
tertulis dituangkan dalam surat pemberitahuan dengan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 3.
Apabila alamat Pemegang Hak Atas Tanah atau
Pemegang Hak Pengelolaan tidak diketahui, maka
kegiatan inventarisasi tanah terindikasi telantar tetap
dapat dilaksanakan dengan menyampaikan
pemberitahuan kepada Kepala Desa/Lurah setempat.
3) Penyediaan Alat Tulis Kantor (ATK) dan bahan
penunjang komputer.
4) Penyiapan administrasi dan keuangan.
5) Penyiapan peralatan pendukung, antara lain:
smartphone yang telah terinstal aplikasi Avenza
Maps/kompas/GPS Handheld/kamera.
6) Pembuatan peta kerja lapang yang berisi informasi
spasial bidang tanah terindikasi telantar, yaitu
delineasi penggunaan tanah hasil interpretasi citra
satelit dan desain titik/lokasi sampel cek lapang.
Format Peta Kerja tercantum dalam Lampiran 4.
7) Koordinasi dan kerjasama dengan unit kerja lain dalam
rangka penyiapan bahan dan data.
2. Pemantauan Lapang Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar
Pemantauan lapang dalam rangka inventarisasi tanah
terindikasi telantar dilakukan dengan melakukan survei
lapangan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamati
penguasaan, penggunaan, pemanfaatan, dan/atau pemeliharaan
tanah di lokasi objek pemantauan.
Keakuratan data dan informasi yang dihasilkan dari
pelaksanaan kegiatan menjadi sangat penting sebagai dasar
dikeluarkannya suatu kebijakan/rekomendasi. Oleh karena itu,
saat pemantauan lapang, petugas harus mampu memperoleh
data dan informasi yang akurat. Adapun aktivitas yang dilakukan
oleh petugas di lapangan adalah sebagai berikut:
14
a. menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan pemantauan
lapang kepada Pemegang Hak Atas Tanah atau Pemegang
Hak Pengelolaan atau yang mewakilinya atau aparat
desa/kelurahan;
b. mengamati objek pemantauan, mengambil data lapangan,
dan mengumpulkan data pendukung serta
mendokumentasikan data hasil lapangan;
c. melakukan delineasi pada data spasial peta tematik
pemilikan berdasarkan pemantauan lapang; dan
d. melakukan pengisian Daftar Isian Inventarisasi Tanah
Terindikasi Telantar dengan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran 5.
Hal-hal yang diamati dalam pelaksanaan pemantauan
lapang, antara lain:
a. Penguasaan Tanah
1) Data yang diambil saat pemantauan lapang terkait
penguasaan tanah adalah untuk mengetahui
penguasaan atas bidang tanah sesuai Hak Atas Tanah
atau Hak Pengelolaannya: seluruhnya, sebagian, atau
tidak sama sekali.
2) Jika penguasaan atas bidang tanah sebagian atau tidak
sama sekali, maka perlu diketahui alasan dan luasan
yang dikuasainya, serta penguasaan tanah di luar Hak
Atas Tanah atau Hak Pengelolaannya: ada atau
tidaknya, luas, dan status perizinannya.
3) Batas penguasaan tanah oleh Pemegang Hak Atas
Tanah atau Pemegang Hak Pengelolaan, penguasaan
pihak lain, dan penguasaan di luar batas Hak Atas
Tanah atau Hak Pengelolaannya dipetakan dengan
melakukan:
a) tracking dengan menggunakan GPS Handheld; dan
b) delineasi penguasaan tanah pada peta kerja saat
pemantauan sepanjang dapat terevaluasi pada
citra yang ada.
15
4) Hasil pengamatan dari kegiatan ini dapat berupa:
a) data tekstual dan spasial penguasaan tanah; dan
b) dokumentasi (foto lapang).
b. Tanda Batas dan Pengamanan Tanah
1) Data yang diambil dari kegiatan ini adalah tanda batas
berupa jenis, jumlah, telah dipasang/tidak,
dipelihara/tidak, dan alasan tidak/belum dipasang
atau tidak dipelihara.
2) Bentuk pengamanan tanah perlu dipantau terkait
pembangunan parit keliling untuk Hak Guna Usaha,
pemagaran keliling, atau gambaran batas alamiah.
3) Sampel tanda batas yang dipantau paling sedikit 3 (tiga)
buah dan dokumentasi kondisi tanda batas yang
terpasang.
c. Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
Data yang diambil dari kegiatan ini adalah:
1) data penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah
beserta alasannya;
2) data rencana pengusahaan, penggunaan, atau
pemanfaatan tanah;
3) komoditas tanaman;
4) kemajuan/perkembangan pemanfaatan tanahnya;
5) pemeliharaan atas tanaman/bangunan beserta
alasannya; dan
6) data lainnya yang menurut petugas pemantauan perlu
dicatat dan didokumentasikan.
Selanjutnya petugas pemantauan lapang melaporkan hasil
pemantauan lapang kepada atasan langsung dan menyampaikan
berkas pertanggungjawaban pelaksanaan perjalanan dinas
dengan melampirkan:
a. Surat Tugas pelaksanaan perjalanan dinas dan Surat
Perintah Perjalanan Dinas (SPPD); dan
b. Laporan Perjalanan Dinas.
16
3. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan pengolahan data hasil pemantauan
lapang yang terdiri atas:
a. Pengolahan Data Tekstual
Pengolahan data tekstual dilakukan dengan menyusun hasil
pengamatan, keterangan Pemegang Hak Atas
Tanah/Pemegang Hak Pengelolaan/masyarakat/
pemerintah setempat, dan data pendukung lain yang
diperoleh saat pemantauan lapang meliputi:
1) memeriksa kembali kelengkapan Daftar Isian
Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran 5; dan
2) mengisi tabulasi data objek inventarisasi tanah
terindikasi telantar menurut wilayah kabupaten/kota
dan jenis Hak Atas Tanah/Hak Pengelolaan dengan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran 6.
b. Pengolahan Data Spasial
Pengolahan data spasial dilakukan dengan membuat peta
dari hasil pemantauan lapang meliputi:
1) Overlay data spasial dari Peta Pendaftaran/Surat
Ukur/Peta Bidang Tanah objek pemantauan dengan
data spasial penguasaan tanah hasil pemantauan
lapang. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui
letak dan batas penguasaan tanah oleh Pemegang Hak
Atas Tanah/Pemegang Hak Pengelolaan dan/atau
pihak lain, sengketa/permasalahan. Hasil kegiatan ini
berupa Peta Penguasaan Tanah Hasil Inventarisasi
Tanah Terindikasi Telantar. Format Peta Penguasaan
Tanah Hasil Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar
tercantum dalam Lampiran 7.
2) Overlay data spasial dari Peta Pendaftaran/Surat
Ukur/Peta Bidang Tanah objek pemantauan dengan
data spasial peruntukan tanah hasil pemantauan
lapang. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui
17
3) letak dan batas peruntukan tanah yang dilaksanakan
oleh Pemegang Hak Atas Tanah/Pemegang Hak
Pengelolaan dan/atau pihak lain. Hasil kegiatan ini
berupa Peta Kesesuaian Peruntukan Tanah Hasil
Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar. Format Peta
Kesesuaian Peruntukan Tanah Hasil Inventarisasi
Tanah Terindikasi Telantar tercantum dalam Lampiran
8.
4) Overlay data spasial Peta Kesesuaian Pemanfaatan
Tanah hasil pemantauan dengan Peta Rencana Tata
Ruang. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui
kesesuaian pemanfaatan objek pemantauan dengan
Rencana Tata Ruang. Hasil Kegiatan ini berupa Peta
Kesesuaian Pemanfaatan Tanah dengan Rencana Tata
Ruang. Format Peta Kesesuaian Pemanfaatan Tanah
dengan Rencana Tata Ruang tercantum dalam Lampiran
9.
18
E. Pelaporan Hasil Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar
Pelaporan hasil inventarisasi tanah terindikasi telantar mengacu
pada ketentuan Pasal 19 Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 20 Tahun 2021
tentang Tata Cara Penertiban dan Pendayagunaan Kawasan dan
Tanah Telantar, yaitu Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
menyampaikan laporan hasil inventarisasi tanah terindikasi telantar
kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional.
Sistematika laporan hasil inventarisasi tanah terindikasi telantar
tercantum dalam Lampiran 10.
19
Gambar 1.
Diagram Alir Proses Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar
20
BAB III
PENUTUP
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal Mei 2023
Direktur Jenderal
Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang,
Dwi Hariyawan S.
21
LAMPIRAN
22
Lampiran 1.
Format Keputusan Pembentukan Tim Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar
KEPALA …… (5)
23
MEMUTUSKAN:
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
……………….
…………..…., (16)
……………………
NIP. …………………. (17)
24
Ditetapkan di …………..(24)
Pada tanggal ……………
……………….(25)
..………………………(26)
NIP. ………………….(27)
25
Lampiran 2.
Format Keputusan Penetapan Objek Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar
KEPALA …… (5)
26
MEMUTUSKAN:
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
……………….
…………..…., (16)
……………………
NIP. …………………. (17)
1.
2.
3.
4.
Ditetapkan di …………..(24)
Pada tanggal ……………
……………….(25)
..………………………(26)
NIP. ………………….(27)
27
Petunjuk Pengisian Keputusan Penetapan Objek Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar:
28
Lampiran 3.
Format Surat Pemberitahuan Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar
KOP SURAT
........................,.....................................20... (1)
Nomor : (2)
Lampiran : (3)
Perihal : Surat Pemberitahuan
Inventarisasi
Kepada Yth.
(4)
(5)
Demikian untuk diketahui, atas perhatian dan kerjasama saudara kami ucapkan terima
kasih
Direktur/Kepala ......(14)
Nama……………..(15)
NIP. (16)
29
Lampiran 4. Format Peta Kerja Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar
30
Petunjuk Penggambaran Layout Peta Kerja Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar:
A. Ukuran Peta
Peta Kerja Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar dibuat dalam format kertas A3 dengan
ukuran sebagai berikut:
1. Bidang gambar 30 cm x 42 cm;
2. Jarak bidang gambar ke garis tepi peta adalah 1 cm;
3. Jarak bidang gambar dengan kolom keterangan adalah 1 cm;
4. Lebar kolom keterangan adalah 8 cm;
5. Jarak kolom keterangan ke garis tepi peta adalah 1 cm.
31
6. Instansi Pembuat Peta
Kolom Instansi Pembuat Peta diisi dengan menuliskan instansi pembuat dengan huruf kapital
semua yaitu, “KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN
NASIONAL”, kemudian di bawahnya diisikan nama unit kerja (12) dan alamat unit kerja (13),
dengan menyertakan logo instansi (BPN RI) di sebelah kiri tulisan.
7. Nama Kegiatan (14)
Kolom nama kegitan diisi dengan nama kegiatan yang akan dilampiri dengan Peta tersebut,
dalam hal ini adalah Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar.
8. Tanda Tangan Petugas dan Pejabat yang Berwenang
a. Petugas Pembuat Peta
Kolom petugas pembuat peta diisi dengan tanggal pembuatan peta (15), tanda tangan,
nama lengkap (16), dan NIP pembuat peta (17).
b. Pejabat Pemeriksa Peta
Kolom pejabat pemeriksa peta diisi dengan tanggal pemeriksaan peta (18), tanda tangan,
nama lengkap (19), dan NIP pejabat pemeriksa peta (20).
c. Pejabat yang Berwenang Mengesahkan Peta
Kolom pejabat yang berwenang mengesahkan peta diisi dengan tanggal pengesahan peta
(21), Direktur/Kepala unit kerja (22), tanda tangan, nama lengkap pejabat (23) dan NIP
yang mengesahkan peta (24).
32
Lampiran 5. Format Daftar Isian Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar
DAFTAR ISIAN
INVENTARISASI TANAH TERINDIKASI TELANTAR
HAK ATAS TANAH (HAT)
33
5. Jenis dan luas penggunaan dan pemanfaatan tanah
a. Luas penggunaan tanah hak: ……………………..Ha, terdiri atas :
1) Jenis penggunaan tanah ……………………..luas …………… Ha
2) Jenis penggunaan tanah ……………………..luas ……..……. Ha
3) Jenis penggunaan tanah ……………………..luas ……..……. Ha
4) Jenis penggunaan tanah ……………………..luas ……..……. Ha
5) Jenis penggunaan tanah ……………………..luas ……..……. Ha
b. Luas penggunaan tanah yang :
1) sesuai dengan SK hak : ………………Ha.
2) tidak sesuai dengan SK hak : ………………Ha.
c. Luas tanah yang tidak/ belum diusahakan,
digunakan, dan dimanfaatkan : ………………Ha.
d. Luas tanah yang ditelantarkan (b.2+c) : ………………Ha.
e. Sebutkan alasan pemegang hak menelantarkan tanah (huruf d) :
1) Permasalahan penyebab terjadinya tanah telantar : ……………………..
2) Upaya penyelesaian yang telah dilakukan : ……………………..
6. Jenis dan luas Penguasaan Tanah (saat dilakukan identifikasi dan penelitian)
a. Luas tanah dikuasai pemegang hak : ………………Ha.
b. Luas tanah dikuasai pihak lain : ………………Ha.
c. Luas tanah dikuasai masyarakat : ………………Ha.
7. Apabila pemegang hak tidak memberikan data dan informasi atau tidak ditempat atau
tidak dapat dihubungi, maka identifikasi dan penelitian tetap dilaksanakan, didampingi
unsur yang mewakili pemegang hak :
a. Sebutkan alasan pemegang hak tidak memberi data dan informasi,
Pemegang Hak (.............) tidak dapat dihubungi (Pemegang hak tidak ada dilokasi)
dan kantor pemegang hak tidak diketahui lagi keberadaannya
b. Pemegang hak tidak ditempat sejak tanggal ………., bulan ………., tahun ……….
Tim Inventarisasi
Pemegang HAT/Kuasanya/
yang Mewakili*)
1. ………………………………
NIP.
2. ……………………………...
(………………………………) NIP.
3. ….…………………………..
NIP.
*) Coret yang tidak perlu
34
Lampiran 6. Format Tabulasi Data Objek Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar
(3)
SK Hak/Dasar Sertipikat Letak Tanah Luas Tanah Peruntukan Penguasaan Penggunaan Pemanfaatan Luas Tanah
Nama dan Alamat Penguasaan*) a. Nomor (SU/GS) Hak/Dasar Tanah SK Tanah Tanah Tanah Terindikasi Ket
No. a. Nomor b. Tanggal a. Kec. Penguasaan*) Telantar
Pemegang Hak Hak/Dasar
b. Tanggal c. Tanggal b. Desa/ (Ha) Penguasaan*) (Ha)
c. Jenis Hak/ Berakhi Kelurahan
Dasar r Hak
Penguasaan*
)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1
2
3
4
5
dst
..……………………… (6)
NIP. ………………….
35
Petunjuk Pengisian Tabulasi Data Objek Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar:
36
Lampiran 7. Format Peta Penguasaan Tanah Hasil Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar
37
Petunjuk Penggambaran Layout Peta Penguasaan Tanah Hasil Inventarisasi Tanah Terindikasi
Telantar:
A. Ukuran Peta
Peta Penguasaan Tanah Hasil Pemutakhiran Data Tanah Terindikasi Telantar dibuat dalam
format kertas A3 dengan ukuran sebagai berikut:
1. Bidang gambar 30 cm x 42 cm;
2. Jarak bidang gambar ke garis tepi peta adalah 1 cm;
3. Jarak bidang gambar dengan kolom keterangan adalah 1 cm;
4. Lebar kolom keterangan adalah 8 cm;
5. Jarak kolom keterangan ke garis tepi peta adalah 1 cm.
38
d. Tanah dikuasai pihak lain (badan hukum)
e. Tanah dikuasai pihak lain (perorangan)
Keterangan yang dimuat disesuaikan dengan kondisi tanah saat dilakukan pemantauan dan
evaluasi. Pewarnaan/pengarsiran yang ditampilkan pada masing-masing peta perlu
dibedakan menurut keterangannya.
6. Instansi Pembuat Peta
Kolom Instansi Pembuat Peta diisi dengan menuliskan instansi pembuat dengan huruf
kapital semua yaitu, “KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN
NASIONAL”, kemudian di bawahnya diisikan nama unit kerja (11) dan alamat unit kerja
(12), dengan menyertakan logo instansi (BPN RI) di sebelah kiri tulisan.
7. Nama Kegiatan (13)
Kolom nama kegitan diisi dengan nama kegiatan yang akan dilampiri dengan Peta tersebut,
dalam hal ini adalah Pemantauan Perubahan Peruntukan, Penguasaan dan Pemanfaatan
Tanah Terindikasi Telantar.
8. Tanda Tangan Petugas dan Pejabat yang Berwenang
a. Petugas Pembuat Peta
Kolom petugas pembuat peta diisi dengan tanggal pembuatan peta (14), tanda tangan,
nama lengkap (15), dan NIP pembuat peta (16).
b. Pejabat Pemeriksa Peta
Kolom pejabat pemeriksa peta diisi dengan tanggal pemeriksaan peta (17), tanda tangan,
nama lengkap (18), dan NIP pejabat pemeriksa peta (19).
c. Pejabat yang Berwenang Mengesahkan Peta
Kolom pejabat yang berwenang mengesahkan peta diisi dengan tanggal pengesahan peta
(20), Direktur/Kepala unit kerja (21), tanda tangan, nama lengkap pejabat (22) dan NIP
yang mengesahkan peta (23).
39
Lampiran 8. Format Peta Kesesuaian Peruntukan Tanah Hasil Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar
40
Petunjuk Penggambaran Layout Peta Kesesuaian Peruntukan Tanah Hasil Inventarisasi Tanah
Terindikasi Telantar:
A. Ukuran Peta
Peta Kesesuaian Peruntukan Tanah Hasil Pemutakhiran Data Tanah Terindikasi Telantar
dibuat dalam format kertas A3 dengan ukuran sebagai berikut:
1. Bidang gambar 30 cm x 42 cm;
2. Jarak bidang gambar ke garis tepi peta adalah 1cm;
3. Jarak bidang gambar dengan kolom keterangan adalah 1cm;
4. Lebar kolom keterangan adalah 8 cm;
5. Jarak kolom keterangan ke garis tepi peta adalah 1 cm.
41
Pemanfaatan tanah yang sesuai peruntukkan termasuk kegiatan penggunaan tanah yang
mendukung kegiatan inti sebagaimana yang dimaksud dalam SK pemberian Hak Atas Tanah.
Keterangan yang dimuat disesuaikan dengan kondisi tanah saat dilakukan pemantauan dan
evaluasi. Pewarnaan/pengarsiran yang ditampilkan pada masing-masing peta perlu
dibedakan menurut keterangannya.
6. Instansi Pembuat Peta
Kolom Instansi Pembuat Peta diisi dengan menuliskan instansi pembuat dengan huruf
kapital semua yaitu, “KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN
NASIONAL”, kemudian di bawahnya diisikan nama unit kerja (11) dan alamat unit kerja (12),
dengan menyertakan logo instansi (BPN RI) di sebelah kiri tulisan.
7. Nama Kegiatan (13)
Kolom nama kegitan diisi dengan nama kegiatan yang akan dilampiri dengan Peta tersebut,
dalam hal ini adalah Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah.
8. Tanda Tangan Petugas dan Pejabat yang Berwenang
a. Petugas Pembuat Peta
Kolom petugas pembuat peta diisi dengan tanggal pembuatan peta (14), tanda tangan,
nama lengkap (15), dan NIP pembuat peta (16).
b. Pejabat Pemeriksa Peta
Kolom pejabat pemeriksa peta diisi dengan tanggal pemeriksaan peta (17), tanda tangan,
nama lengkap (18), dan NIP pejabat pemeriksa peta (19).
c. Pejabat yang Berwenang Mengesahkan Peta
Kolom pejabat yang berwenang mengesahkan peta diisi dengan tanggal pengesahan peta
(20), Direktur/Kepala unit kerja (21), tanda tangan, nama lengkap pejabat (22) dan NIP
yang mengesahkan peta (23).
42
Lampiran 9. Format Peta Kesesuaian Pemanfaatan Tanah dengan Rencana Tata Ruang
43
Petunjuk Penggambaran Layout Peta Kesesuaian Pemanfaatan Tanah dengan Rencana Tata
Ruang:
A. Ukuran Peta
Peta Kesesuaian Pemanfaatan Tanah dengan Rencana Tata Ruang dibuat dalam format kertas
A3 dengan ukuran sebagai berikut:
1. Bidang gambar 30 cm x 42 cm;
2. Jarak bidang gambar ke garis tepi peta adalah 1 cm;
3. Jarak bidang gambar dengan kolom keterangan adalah 1 cm;
4. Lebar kolom keterangan adalah 8 cm;
5. Jarak kolom keterangan ke garis tepi peta adalah 1 cm.
B. Petunjuk Pengisian Kolom Keterangan Peta
1. Judul Peta
a. Penulisan Judul Peta
Judul Peta ditulis dengan huruf kapital dan diisi sesuai dengan tema peta yang dibuat.
b. Jenis dan Nomor Hak Atas Tanah (1)
Jenis dan Nomor Hak Atas Tanah diisi dengan jenis dan nomor Hak Atas Tanah sesuai
dengan lokasi tanah yang dilakukan monitoring.
Misalnya: Tanah yang berasal dari HGB Nomor 1, maka pada angka (1) ditulis “Hak
Guna Bangunan Nomor 1”.
c. Pemegang Hak Atas Tanah (2)
Diisi sesuai dengan nama lengkap pemegang hak atas tanah yang tercantum dalam
Sertipikat/SK Pemberian Hak Atas Tanah atau Buku Tanah, baik perseorangan ataupun
badan hukum.
2. Skala Peta
a. Skala Angka (3)
Skala angka diisi dengan angka penyebut skala peta yang digunakan untuk memetakan
bidang tanah yang sesuai atau tidak sesuai peruntukan dengan menyesuaikan bidang
peta ukuran 30 cm x 42 cm pada kertas A3.
Misalnya skala peta yang digunakan adalah 1:10.000, 1:25.000, 1:50.000, dan seterusnya.
b. Skala Grafis (4)
Setiap ruas skala grafis di peta memiliki panjang tertentu dimana panjang ruas dari
angka 0 ke kiri adalah 1 cm, dan panjang ruas dari angka 0 ke kanan adalah 2 cm. Pada
setiap ruas skala grafis, bagian atasnya diisi dengan angka bulat yang menunjukkan
ukuran bidang tanah yang sebenarnya di lapangan yang mewakili ruas garis 1 cm, 2 cm
dan kelipatannya sesuai dengan skala angka sebagaimana yang tertulis pada huruf a,
serta di ujung kanan dituliskan satuan ukurannya.
3. Letak Tanah
a. Provinsi (5)
Provinsi diisi sesuai dengan nama provinsi letak tanah yang dilakukan monitoring.
b. Kabupaten/Kota (6)
Kabupaten/Kota diisi dengan menuliskan salah satu saja yaitu “Kabupaten” atau “Kota”
dan di belakangnya dituliskan nama Kabupaten/Kota letak objek tanahnya.
c. Kecamatan (7)
Kecamatan diisi sesuai dengan nama kecamatan letak objek tanahnya.
d. Desa/Kelurahan (8)
Desa/Kelurahan diisi dengan menuliskan salah satu saja yaitu “Desa” atau “Kelurahan”
dan di belakangnya dituliskan nama Desa/ Kelurahan letak tanah yang dilakukan
monitoring.
4. Petunjuk Lembar Peta
Pada petunjuk lembar Kabupaten/Kota sebagaimana angka (9) pada peta diisikan dengan
nama Kabupaten/Kota letak tanah yang dilakukan monitoring dengan menuliskan salah
satu saja yaitu “Kabupaten” atau “Kota” kemudian diikuti nama Kabupaten/Kota letak tanah
tersebut, dengan menyertakan gambaran secara grafis posisi relatif tanah tersebut pada peta
kabupaten.
Pada Indeks Peta digambarkan lembar peta yang menunjukkan letak tanah pada lembar peta
dengan memberikan garis tebal pada lembar yang memuat bidang tanah tersebut.
5. Legenda (10)
Legenda berisi informasi mengenai keterangan pewaranaan/pengarsiran pada peta. Pada
Peta Kesesuaian Pemanfaatan Tanah dengan Rencana Tata Ruang keterangan yang perlu
dimuat adalah:
a. Pemanfaatan tanah sesuai rencana tata ruang
b. Pemanfaatan tanah tidak sesuai rencana tata ruang
Keterangan yang dimuat disesuaikan dengan kondisi tanah saat dilakukan Pemantauan
Perubahan Peruntukan, Penguasaan dan Pemanfaatan Tanah Terindikasi Telantar.
Pewarnaan/pengarsiran yang ditampilkan pada masing-masing peta perlu dibedakan
menurut keterangannya.
44
6. Instansi Pembuat Peta
Kolom Instansi Pembuat Peta diisi dengan menuliskan instansi pembuat dengan huruf
kapital semua yaitu, “KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN
NASIONAL”, kemudian di bawahnya diisikan nama unit kerja (11) dan alamat unit kerja (12),
dengan menyertakan logo instansi (BPN RI) di sebelah kiri tulisan.
7. Nama Kegiatan (14)
Kolom nama kegiatan diisi dengan nama kegiatan yang akan dilampiri dengan Peta tersebut,
dalam hal ini adalah Pemantauan Perubahan Peruntukan, Penguasaan dan Pemanfaatan
Tanah Terindikasi Telantar.
8. Tanda Tangan Petugas dan Pejabat yang Berwenang
a. Petugas Pembuat Peta
Kolom petugas pembuat peta diisi dengan tanggal pembuatan peta (14), tanda tangan,
nama lengkap (15), dan NIP pembuat peta (16).
b. Pejabat Pemeriksa Peta
Kolom pejabat pemeriksa peta diisi dengan tanggal pemeriksaan peta (17), tanda tangan,
nama lengkap (18), dan NIP pejabat pemeriksa peta (19).
c. Pejabat yang Berwenang Mengesahkan Peta
Kolom pejabat yang berwenang mengesahkan peta diisi dengan tanggal pengesahan peta
(20), Direktur/Kepala unit kerja (21), tanda tangan, nama lengkap pejabat (22) dan NIP
yang mengesahkan peta (23).
45
Lampiran 10. Sistematika Laporan Hasil Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar
COVER
LAPORAN
INVENTARISASI TANAH TERINDIKASI TELANTAR
KANTOR PERTANAHAN
KABUPATEN/KOTA ……………
TAHUN .............
DAFTAR ISI
Daftar Isi..................................................................................................... …
46
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Tugas No. …. Tanggal ….
2. Fotocopy SK Hak Atas Tanah….. tanggal …..
3. Fotocopy Buku Tanah ….
4. Fotocopy Surat Ukur …
5. Gambar yang diambil di lokasi
6. Tabulasi Data Objek Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar
7. Peta Inventarisasi Tanah Terindikasi Telantar
KATA PENGANTAR
Pengendalian Pertanahan merupakan salah satu tugas dan fungsi dari Bidang
Pengendalian dan Penanganan Sengketa pada Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota. Pengelolaan pertanahan selama ini belum mendapatkan penanganan
secara proporsional, mengingat pengelolaan pertanahan pada masa yang lalu lebih berorientasi pada
pelayanannya dalam rangka mendukung investasi dan perekonomian di Indonesia. Untuk
mengemban tugas dan fungsi pengendalian pertanahan tersebut dalam pengelolaan pertanahan
bertujuan mengendalikan penguasaan, penggunaan, pemilikan, serta pemanfaatan tanah.
Dalam rangka melaksanakan Program Pemerintah yaitu Penertiban Tanah Telantar
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan dan Tanah
Telantar jo. Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penertiban dan Pendayagunaan
Kawasan dan Tanah Telantar, dan DIPA Kantor Pertaahan Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten/Kota……. Tahun …. telah dilaksanakan kegiatan Inventarisasi/Pemantauan terhadap
Hak …. Nomor …./ …., Kecamatan …., Kabupaten …., Provinsi ….terdaftar atas nama ….
Kepala Kantor Pertanahan menugaskan sesuai dengan Surat Tugas Nomor: …. tanggal ….
untuk melaksanakan Inventarisasi tanah di areal Hak …. Nomor …. / …., Kecamatan …., Kabupaten
…., Provinsi …. seluas …. Ha yang terindikasi telantar, terletak di Desa …. Kecamatan …. Kabupaten
…. selama …. (….) hari terhitung mulai tanggal …. s/d …. yang mana kegiatan meliputi Pemantauan
Areal Hak …., menghimpun data tekstual dan spasial serta hasil Inventarisasi berupa laporan yang
berisi fakta/data mengenai penggunaan tanah dan penguasaan tanah beserta penjelasannya.
Adapun Pegawai yang ditugaskan dalam Surat Tugas tersebut yaitu:
1. ………………………. NIP. ……………………….
2. ………………………. NIP. ……………………….
3. ……………………….. NIP. ……………………….
4. ………………………. NIP. ……………………….
5. dst.
Demikian hasil laporan Kegiatan Inventarisasi/Pemantauan terhadap Hak …. Nomor ….
/Desa …., Kecamatan …., Kabupaten …., Provinsi …. terdaftar atas nama …. Terindikasi Telantar
dibuat dengan data dan fakta di lapangan.
…….….,…….….
KEPALA KANTOR PERTANAHAN
KABUPATEN/KOTA ….
……………………….
NIP. ……………….
47
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kebijakan umum pengelolaan pertanahan mengacu pada Undang-Undang Dasar 1945
(Pasal 33 ayat 3) yang menyatakan “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besanya kemakmuran rakyat”. Pengertian
hak menguasai dari negara diatur dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Pengaturan Dasar Pokok-Pokok Agraria bahwa negara berwenang:
1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan
bumi, air dan ruang angkasa.
2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan
bumi, air dan ruang angkasa.
3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang orang dan
perbuatan perbutan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020 Kementerian Agraria dan Tata
Ruang dan Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020 Tentang Badan Pertanahan Nasional
adalah instansi pemerintah yang yang bertugas untuk menyelenggarakan urusan pemerintah
dibidang Agraria/Pertanahan dan Tata Ruang untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan Negara secara Nasional, Regional, dan Sektoral. Struktur
organisasi mulai dari Tingkat Pusat, Provinsi sampai tingkat Kabupaten/Kota sesuai dengan
kewenangan masing – masing sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Menteri Agraria dan
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan.
Hak ………adalah salah satu hak atas tanah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Pada Pasal 28 dan 29
Undang-Undang Pokok Agraria (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960) telah didefenisikan
bahwa Hak ………adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara
dalam jangka waktu paling lama 35 Tahun yang dapat dipunyai oleh Perorangan ataupun
Badan Hukum. Hak ………terjadi karena penetapan pemerintah, demikian diatur dalam Pasal
31 Undang-Undang Pokok Agraria, Pemberian Hak ………atas tanah harus dilakukan dengan
Surat Keputusan dari pejabat yang berwenang.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, dan Hak Pakai jo. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pengaturan dan Tata Cara Penetapan Hak
……… Atas Tanah sebagai peraturan pelaksana dari Undang-Undang Pokok Agraria telah diatur
prosedur dan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pemegang HAK .............. Dalam Surat
Keputusan Pemberian Hak ………terdapat kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh
pemegang Hak Guna Usaha, dimana tugas pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban-
kewajiban pemegang hak merupakan tugas dari Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Provinsi. Pengendalian pertanahan terhadap tanah negara yang sudah diberikan hak perlu
dilakukan sebagai dasar untuk rencana pemanfaatan tanah secara optimal.
Sejalan dengan kewenangan tersebut di dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)
ditetapkan norma-norma yang harus dipedomani dalam pengelolaan pertanahan oleh
pemerintah, masyarakat dan dunia usaha (swasta) dalam rangka mewujudkan “tanah untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Norma-norma tersebut terkandung dalam pasal-pasal
UUPA yang berkaitan dengan aspek pengelolaan pertanahan, meliputi; penguasaan, pemilikan,
pemanfaatan dan penggunaan tanah serta kepastian dan perlindungan hukum termasuk
administrasi pertanahan.
Undang-undang Pokok Agraria mewajibkan tanah:
a. Dimanfaatkan secara optimal
b. Bermanfaat bagi masyarakat dan negara;
c. Tidak menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan negara
d. Digunakan sesuai dengan keadaan atau sifat dan tujuan pemberian hak/dasar
penguasaannya;
e. Dicegah kerusakannya;
f. Tidak boleh ditelantarkan
Berpedoman pada norma-norma tersebut di atas ternyata masih banyak terjadi
penyimpangan terhadap norma-norma yang telah digariskan dalam UUPA, sehingga
mengakibatkan adanya distorsi terhadap perwujudan tanah untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Indikasi yang menunjukkan adanya penyimpangan terhadap norma-
norma tersebut antara lain:
a. Adanya ketimpangan struktur penguasaan dan kepemilikan tanah.
b. Adanya kecenderungan pemegang hak atas tanah atau pihak yang memperoleh produk
pengelolaan pertanahan dalam pemanfaatannya belum sepenuhnya memenuhi hak dan
kewajibannya.
48
c. Kurangnya pemahaman dan kesadaran hukum masyarakat terhadap peraturan
perundang-undangan dalam penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan
tanah.
d. Adanya indikasi akumulasi pemilikan dan atau penguasaan tanah oleh pihak-pihak
tertentu mengarah pada spekulasi tanah, sehingga menghambat pemanfaatan tanah oleh
pihak lain.
e. Terjadinya tanah-tanah telantar dan adanya indikasi tanah-tanah yang ditelantarkan oleh
pemegang hak.
f. Belum seluruh bidang tanah yang ada didaftarkan.
Menyikapi norma-norma yang digariskan dalam UUPA dan dalam rangka melaksanakan
Program Pemerintah yaitu Penertiban Tanah Telantar berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan dan Tanah Telantar jo. Keputusan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2021 tentang Tata Cara Penertiban dan Pendayagunaan Kawasan dan Tanah Telantar,
dipandang perlu melaksanakan Inventarisasi/Pemantauan Hak ……… Nomor ………/Desa ….,
Kecamatan ………, Kabupaten ………, Provinsi ……… terdaftar atas nama ………seluas ………
Ha. Kegiatannya meliputi Pemantauan Areal Hak ………dan menghimpun data tekstual dan
spatial untuk memperoleh data penggunaan tanah, penguasaan tanah dan laporan hasil
berupa Buku Laporan dan Peta serta data pendukung lainnya.
49
j. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 20
Tahun 2021 tentang Tata Cara Penertiban dan Pendayagunaan Kawasan dan Tanah
Telantar (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 813).
4. DASAR PELAKSANAAN
Dasar Pelaksanaan dalam pelaksanaan kegiatan Inventarisasi Tanah Terindikasi
Telantar………adalah:
- Surat Tugas Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota………Nomor………Tanggal ……….
- ……….
-
BAB II
INVENTARISASI DAN PENELITIAN
1. Aspek Administratif
Secara administratif kebun ………Hak ………terletak di …., Kecamatan …., Kabupaten
………, Provinsi ……….
2. Penelitian Lapangan
Letak lokasi/areal ………dapat ditentukan baik secara Administratif maupun secara
Geografis:
a. Letak Administratif
Desa/Kelurahan : ………
Kecamatan : ………
Kabupaten/Kota : ………
Provinsi : ………
Luas : ……… Ha
b. Letak Geografis
Secara Geografis areal … terletak diantara .....BT dan .....LU, yang berbatasan langsung
dengan:
Sebelah Utara : Lahan Masyarakat/Areal lain
Sebelah Timur : Lahan Masyarakat/Areal lain
Sebelah Selatan : Kawasan Hutan Produksi
Sebelah Barat : Kawasan Suaka Alam
BAB III
PENGOLAHAN DATA HASIL INVENTARISASI/PEMANTAUAN
1. Data Tekstual
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2021 tentang Penertiban Kawasan
dan Tanah Telantar jo. Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penertiban dan
Pendayagunaan Tanah Telantar, telah dilakukan Inventarisasi/Pemantauan terhadap data
Tekstual ………yaitu:
a. Nama Pemegang Hak : .............
b. Alamat Pemegang Hak : Jakarta
c. Tanah Hak : Hak ………
d. Nomor/Tanggal SK : .............
e. Nomor/Tanggal Sertipikat : ............./….,
f. Tanggal berakhir Sertipikat : ………
g. Letak Tanah
- Kelurahan/Desa : ………
- Kecamatan : ………
- Kabupaten : ………
- Provinsi : ………
h. Luas Hak : ……… Ha
i. SK Peruntukan Hak : ..........
2. Data Spasial
Untuk data spasial ……… yaitu: total luas areal yang disertipikat HAK ............. Nomor
............./Desa …. adalah ……… Ha. Peninjauan dilapangan bahwa areal Hak ………tersebut
tidak dimanfaatkan atau diusahakan sesuai dengan SK pemberian Hak nya secara keseluruhan
berupa semak belukar/hutan.
50
BAB IV
ANALISA DATA
BAB V
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari Hasil Inventarisasi lokasi Hak ............. ………dengan Nomor Surat
Keputusan Pemberian Hak ………............ dengan Sertipikat Hak ………Nomor ............./ ….,
masing-masing tanggal .............di Desa …., Kecamatan …., Kabupaten ….adalah Tanah
tersebut tidak diusahakan dan dimanfaatkan sesuai dengan SK Hak/dasar penguasaannya
untuk perkebunan ..............
Inventarisasi yang dilaksanakan dari tanggal ……… menyimpulkan perlu diberikan
peringatan kepada pemegang hak untuk mengoptimalkan kembali penggunaan tanah sesuai
dengan peruntukan yang dimohonkan untuk usaha perkebunan ..............
2. Saran
Setelah dilaksanakan Inventarisasi/Pemantauan terhadap bidang hak.............,
pemegang hak tidak mengusahakan atau memanfaatkan tanahnya sesuai dengan sifat dan
peruntukannya maka akan diproses ke tahapan penertiban lebih lanjut sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan berlaku.
51
Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
71