Final Modul 1-KB3 - Sosiologi (Yosafat Hermawan Trinugraha)
Final Modul 1-KB3 - Sosiologi (Yosafat Hermawan Trinugraha)
KB: 3
GEJALA SOSIAL
41
CPMK: Mampu menganalisis kurikulum, memahami, mengkritisi konsep, materi
esensi dari gejala sosial, pengertian, jenis dan bentuk dari tindakan sosial serta
perilaku kolektif
Pokok Materi: Mampu memahami tindakan sosial dan perilaku kolektif, bentuk
perilaku kolektif, faktor pendorong dan teori-teorinya
Materi: Tindakan Sosial dan Perilaku Kolektif
Peta Konsep:
42
PENDAHULUAN
Pada sesi kali ini kita akan membahas konsep gejala sosial, berikut tindakan sosial
dan perilaku kolektif sebagai bentuk kajiannya. Dengan mempelajari gejala sosial
tersebut, kita akan dapat memahami tentang tindakan sosial dan perilaku kolektif.
Baik tindakan sosial maupun perilaku kolektif sangat dipengaruhi oleh aktivitas
43
dalam sebuah masyarakat. Dengan mempelajari gejala sosial, kita akan lebih
memahami dan tahu tentang apa itu tindakan sosial, berikut jenisnya serta paham atau
mengerti tentang perilaku kolektif baik pengertian, bentuk atau jenisnya, serta sebab
musababnya berikut teori-teori yang membahas perilaku kolektif tersebut. Ayo kita
mulai dari pengertian tentang gejala sosial.
Jika Anda memikirkan semua pengetahuan dan pengalaman yang kita peroleh selama
hidup kita, jumlah yang membantu membentuk pandangan dunia kita mungkin terlalu
banyak untuk dihitung. Misalnya, ketika kita masih muda, perspektif orang tua kita
secara langsung menginformasikan pendapat kita sendiri tentang hal-hal seperti
politik atau agama. Sementara pengalaman kemudian, seperti hubungan romantis,
membentuk persepsi kita tentang cinta dan tingkat risiko emosional yang kita anggap
dapat diterima.
Dalam sosiologi, pengetahuan dan pengalaman seperti itu disebut sebagai fenomena
sosial, yang merupakan konstruksi sosial individu, eksternal, yang memengaruhi
kehidupan dan perkembangan kita, dan terus berkembang seiring bertambahnya usia.
Jika definisi ini terdengar kabur atau membingungkan, itu mungkin karena kategori
fenomena sosial sangat luas dan rumit, tetapi prinsip dasar dari fenomena sosial
adalah bahwa ia diciptakan oleh masyarakat, sebagai lawan dari sesuatu yang terjadi
secara alami di dunia, seperti gempa bumi, virus, atau tindakan cuaca.
Untuk memperkuat apa yang kita diskusikan di atas, seorang ahli metodologi
penelitian bernama Gulo mendefinisikan gejala sosial adalah peristiwa-peristiwa
yang terjadi di antara dan oleh manusia, baik secara individu maupun secara
kelompok (Maryati, 2016: 29). Oleh sebab itu, adanya saling keterkaitan antara
perilaku individu satu dengan individu lain itu juga disebut sebagai gejala sosial.
Salah satu hal yang perlu Anda ketahui adalah bahwa prinsip dasar dari fenomena
sosial adalah bahwa ia diciptakan oleh masyarakat. Sehingga jika hal tersebut kita
44
hubungkan dengan apa yang dikemukakan Emile Durkheim terkait dengan Fakta
Sosial, maka konsep tentang gejala sosial itu adalah sebuah fakta di luar individu
(manusia), dimana fakta tersebut mempengaruhi kehidupan individu (manusia). Oleh
karena adanya aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalam masyarakat itulah yang
disebut gejala sosial. Oleh sebab itu, dari kondisi itulah maka gejala sosial muncul.
Kembali kepada topik kita tentang gejala sosial, maka dengan adanya kegiatan
masyarakat, hal tersebut punya pengaruh kuat pada individu. Masyarakat dengan
berbagai kegiatan-kegiatannya lebih lanjut berpengaruh pada keyakinan, keinginan
dan motif perilaku dari para anggota masyarakat tersebut. Selanjutnya perilaku
individu itu disebut sebagai tindakan sosial. Jika dalam masyarakat kita dapati, di
mana tindakan-tindakan individu tersebut menyatu, maka hal itu bisa disebut sebagai
perilaku kolektif.
Dari apa yang telah kita pelajari bersama tersebut, maka kita dapat simpulkan bahwa
tindakan sosial dan perilaku kolektif itulah yang merupakan kajian dari fenomena
sosial atau gejala sosial. Apa alasannya? Karena salah satu aspek penting dari gejala
sosial adalah bahwa ia melibatkan perilaku seseorang yang dapat diamati dan yang
mempengaruhi orang lain. Sebagai misal jika kita lihat tentang perkawinan, hal
tersebut adalah merupakan fenomena sosial, karena pernikahan merupakan tindakan
yang dapat diamati di berbagai tempat yang ada di masyarakat.
Anda harus selalu ingat, bahwa salah satu aspek terpenting dari fenomena sosial
adalah bahwa ia melibatkan perilaku seseorang yang dapat diamati dan yang juga
mempengaruhi orang lain. Hal tersebut dapat kita ambil contoh seperti halnya
rasisme. Masalah rasisme adalah fenomena sosial karena itu adalah ideologi yang
dibangun orang yang secara langsung mempengaruhi kelompok lain, memaksa
mereka untuk mengubah perilaku mereka. Saya kira dengan penjelasan dan diskusi
yang telah kita lakukan cukup menjadi bekal, agar kita bisa melangkah lebih jauh
untuk memahami gejala sosial yang ada dalam masyarakat. Lebih lanjut kita akan
45
bahas terlebih dahulu tentang apa saja karakteristik atau ciri yang melekat dalam
gejala sosial tersebut, agar kita bisa lebih runut dan punya dasar pijakan yang kuat.
Setelah di atas tadi kita bahas tentang pengertian dari gejala sosial, maka biar runtut
dan logis kita akan diskusikan karakteristik dari gejala sosial. Apakah Anda
mengetahui tentang karakteristik gejala sosial ? Jika ada yang tahu silakan memberi
jawaban. Jika tidak, kita mulai bahasan di bawah ini. Ciri-ciri apa saja yang melekat
dalam gejala sosial ? Kun Maryati (2016: 30-31) mengemukakan tentang beberapa
karakteristik dari gejala sosial, yang disebut di antaranya adalah :
Untuk memperjelas tentang bagaimana gejala sosial itu sangat kompleks, salah satu
contoh adalah pasar: di mana dalam pasar tersebut terdapat tindakan ekonomi,
tindakan norma, tindakan pertukaran sosial, ada hubungan atau interaksi antarstrata
dalam masyarakat.
C. TINDAKAN SOSIAL
Apakah Anda paham apa yang dimaksud tindakan sosial? Apa orang bernyanyi di
kamar mandi hanya untuk memuaskan hatinya disebut tindakan sosial? Bagaimana
dengan orang yang melempar batu, dekat dengan orang yang memancing, lalu
46
membuat orang yang memancing tersebut marah dan terganggu karena ikannya akan
menjauhi pemancing. Untuk memperjelas kedua tindakan tersebut, yang pertama
(orang menyanyi) tindak bisa disebut sebagai tindakan sosial karena untuk kepuasan
diri sendiri. Sedang tindakan kedua dapat dikatakan sebagai tindakan sosial, karena
tindakan tesebut (melempar batu) mempengaruhi pemancing tersebut. Itulah contoh
dari tindakan sosial.
Jika kita lihat kembali tokoh sosiologi yang bicara tindakan sosial adalah Max
Weber. Ia adalah orang yang melihat bahwa inti dari kehidupan sosial adalah terletak
pada perikelakuan orang. Lebih lanjut menurutnya, tidak setiap tindakan harus dilihat
atau disebut sebagai interaksi. Selain contoh di atas, contoh lainnya misal, ada
tabrakan beruntun di jalan tol, yang diakibatkan adanya asap tebal, itu bukan disebut
interaksi. Hal itu akan lain, jika memang ada seseorang yang sengaja menabrak atau
sesudah bertabrakan pengemudi-pengemudinya mulai saling berkelahi, saling
menuduh atau saling tolong menolong, tindakan mereka itu selanjutnya menjadi
sebuah interaksi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hakikat dari interaksi itu
terletak dalam mengarahkan kelakuan kepada orang lain. Kelakuan tersebut harus ada
orientasi timbal balik antara pihak-pihak yang bersangkutan, entah bagaimanapun
juga isi perbuatannya itu, baik: cinta atau benci, atau sebuah pengkhiatan atau
kesetiaan, tindakan menolong atau menghantam misalnya.
D. PERILAKU KOLEKTIF
Kita juga akan pelajari dan bahas lebih mendalam tentang perilaku kolektif. Sebelum
kita masuk pada materi tentang perilaku kolektif, apa ada yang pernah melihat
perilaku kolektif di sekitar Anda? Atau bahkan mungkin pernah menjadi bagian dari
perilaku kolektif tersebut.
Mungkin Anda pernah menjadi bagian dari salah satu perilaku tersebut. Coba kita
simak contoh ini. Saat anda mengendarai kendaraan (mobil), tiba-tiba Anda terkena
47
macet dan harus antri di jalan. Anda mungkin lalu penasaran dan ingin tahu. Setelah
anda tahu, ternyata kemacetan tersebut akibat ada kecelakaan atau tabrakan, di mana
bukti kendaraan masih ada di tempat kejadian, saat anda melewatinya, anda biasanya
akan memperlambat kendaraan anda sekaligus ingin tahu ada apa dengan kecelakaan
tersebut. Orang pada antri pelan-pelan. Kerumunan seperti itu disebut sebagai
kerumunan sambil lalu. Nah di bawah ini akan dibahas beberapa jenis dan bentuk
perilaku kolektif yang sering kita temui, atau kadang kita juga menjadi bagian dari
perilaku kolektif tersebut.
Sebelum kita melangkah lebih jauh, kita mesti pahami dulu apa yang dimaksud atau
pengertian dari perilaku kolektif tersebut. Ada baiknya kita lihat paparan dari
Macionis (2012: 540), perilaku kolektif adalah suatu aktivitas yang melibatkan
sejumlah besar orang yang tidak direncanakan, dan sering kali bersifat kontroversial
dan juga tidak jarang membahayakan.
Sebagai bahan perbandingan, kita juga akan mencoba melihat pandangan Gustave Le
Bon seorang ahli psikologi sosial Perancis, yang mendefinisikan perilaku kolektif
adalah aksi atau perilaku orang-orang dalam kelompok dan keramaian sebagai akibat
adari kedekatan fisik dan cenderung ada aksi atau perilaku penularan kelompok.
Suatu tindakan individu yang tidak biasa serta cenderung menyimpang dari standar
rutin perilaku sosial, eksplosif dan tidak dapat diprediksi (Jary and Jary, 1991: 91).
Menurut Milgram dan Toch (Horton dan Hunt, 1984: 167) perilaku atau tindakan
kolektif adalah sebagai perilaku kolektif yang lahir secara spontan, relatif tidak
terorganisasi, dan hampir tidak bisa diduga sebelumnya, proses kelanjutannya tidak
terencana, dan hanya tergantung pada stimulus timbal balik yang muncul di kalangan
para pelakunya. Jika kita simpulkan, maka perilaku kolektif tersebut adalah: bersifat
spontan, tidak terencana, melibatkan sejumlah orang, perilakunya beda dengan
perilaku pada umumnya masyarakat dan bersifat menular perilakunya.
48
E. TIGA PENDEKATAN
Seperti yang lazim terjadi pada pemikiran-pemikiran yang ada dan berkembang,
dalam melihat perilaku kolektif pun juga seperti, oleh sebab itu kita melihat lihat
dengan kritis, mana yang lebih pas dan cocok untuk melihat feomena perilaku
kolektif tersebut. Hal tersebut misalnya bisa kita lihat apa yang dikemukakan Turner
dan Killian, bahwa meski terdapat beberapa formulasi tentang perilaku kolektif, akan
tetapi tidak ada satupun di antaranya yang sempurna.
Turner dan Killian (Horton dan Hunt, 1984: 167) mengemukakan bahwa setidaknya
terdapat tiga pendekatan untuk memahami perilaku kolektif tersebut. Tiga pendekatan
tersebut adalah sebagai berikut:
Itulah beberapa pendekatan dalam melihat tentang perilaku kolektif. Sehingga dari
hal tersebut kita nanti akan lebih jernih dalam melihat sebuah gejala sosial yang
wujudnya dalam bentuk perilaku kolektif.
49
F. FAKTOR PENYEBAB
Setelah kita bahas dan diskusikan tentang pengertian dan pendekatan dalam melihat
perilaku kolektif, maka kita coba untuk melihat sebab-sebab munculnya sebuah
perilaku kolektif. Ayo kita coba bersama-sama melihat apa yang dikemukakan
Smelser di bawah ini (Horton dan Hunt, 1984: 167-168). Faktor-faktor tersebut di
antaranya adalah sebagai berikut, yaitu adanya situasi :
50
seseorang yang berlari dan berteriak-teriak memancing dan memprovokasi
masssa, bias menimbulkan adanya kerusuhan.
e. Mobilisasi Tindakan. Maksudnya, yaitu para pemimpin perilaku kolektif
yang memulai, menyarankan dan mengarahkan adanya suatu kegiatan.
Pemimpin yang mencoba merumuskan dan juga mengarahkan.
f. Pelaksanaan kontrol sosial, akibat dari semua hal yang disebut di atas
dapat dipengaruhi oleh para pemimpin, kekuatan propaganda, kekuatan
aparat yang represif, adanya perubahan kebijakan pemerintah dan
Lembaga legislatif serta adanya bentuk kontrol lainnya.
Hal di atas adalah beberapa poin yang perlu kita perhatikan, jika kita sebagai seorang
ahli sosiologi mengamati, menganalisis dan membaca munculnya perilaku-perilaku
kolektif yang ada di dalam masyarakat. Untuk mempermudah lagi untuk memahami
perilaku kolektif ini, kita juga sebaiknya melihat apa saja kata kunci agar lebih focus
dan terarah. Kita akan lihat dan bahas di bawah ini beberapa kata kunci.
Anda sering melihat bagaimana sebuah kelompok atau mungkin pernah mengalami
sendiri bagaimana anda berada dalam sebuah kelompok besar dan sudah mengarah
pada bentuk perilaku yang bersifat kolektif. Biasanya para anggotanya tidak saling
berinteraksi, norma sifatnya lebih spesifik (tidak bersifat umum dan biasanya juga
tidak ada batas-batas dalam kelompok tersebut.
Hal tersebut di atas, seperti apa yang dikatakan contohnya oleh Macionis (2012: 541)
mengemukakan bahwa terdapat tiga kata kunci untuk membedakan pengertian
tindakan kolektif dan kelompok sosial (termasuk di dalamnya grup dan organisasi).
Tiga kata kunci yang dimaksud Macionis tersebut adalah sebagai berikut:
51
b. Biasanya juga tidak ada batas sosial yang jelas dalam sebuah tindakan
kolektif
c. Norma yang terbangun, ada di luar norma pada umumnya
1. Perilaku Kerumunan
Anda mungkin pernah melihat orang menjual jamu atau justru malah ikutan melihat
orang menjual jamu tersebut. Itulah salah satu bentuk dari perilaku kerumunan. Agar
lebih bisa melihat lebih jauh tentang perilaku kermunan, maka kita akan bahas
pengertian dari kerumunan. Kerumunan adalah kerumunan orang yang bersifat
sementara dan yang memberikan reaksi secara bersama terhadap adanya suatu
rangsangan atau stimuli. Kita akan lihat ciri-ciri yang ada, terkait dengan perilaku
kerumunan. Seperti yang dikemukan oleh Perry dan Pugh (Horton dan Hunt, 1984:
168), ada beberapa ciri dari perilaku kerumunan, di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Bersifat sementara
b. Para anggotanya pada umumnya tidak saling mengenal
c. Pada umumnya tidak memiliki struktur, aturan, tradisi, pengendalian
formal, pemimpin yang ditunjuk, dan pola yang mapan, yang dapat
dijadikan pedoman oleh para anggotanya.
d. Perilaku kerumunan kadang kala bisa menjadi liar
e. Kerumunan sering kali terjadi sebagai bentuk reaksi adanya tindakan yang
sewenang-wenang dari aparat
Lebih lanjut kita akan melihat sebab-sebab munculnya kerumunan. Ada beberapa
faktor munculnya kerumunan. Seorang ahli psikologi sosial bernama Le Bon
(Sunarto, 2004: 191-192) mengemukakan beberapa faktor penyebab munculnya
perilaku kerumunan. Faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
52
memperoleh perasaan kekuatan luar biasa yang mendorong untuk tunduk
pada dorongan naluri. Orang selanjutnya akan terlebur dalam kerumunan,
sehingga orang tersebut menjadi anonim (tidak dikenal), maka rasa
tanggung jawab yang semula mengendalikan individu pun akhirnya
lenyap
b. Faktor kedua adalah karena penularan dan dianggap sebagai suatu gejala
yang menghipnotis. Artinya dalam suatu kerumunan tiap perasaan dan
tindakan bersifat menular.Individu yang telah tertular oleh perasaan dan
tindakan orang lain itu, selanjutnya akan akan mampu mengorbankan
kepentingan pribadinya demi kepentingan bersama.
c. Faktor ketiga adalah adanya suggestibility. Faktor ini dianggap merupakan
faktor yang terpenting karena dalam kerumunan orang atau individu
mudah dipengaruhi, percaya dan taat. Individu seolah-olah lalu terhpnotis.
Tindakannya lalu jadi menyerupai robot, karena seseorang telah
kehilangan kesadaran pribadinya dan bertindak bertentangan dengan
kehendaknya tanpa disadari. Dalam kerumunan seorang yang kikir bisa
menjadi pribadi yang jujur, atau seorang yang alim bisa menjadi pribadi
yang jahat.
Teori Penyebaran
Kita juga akan melihat dari aspek lain tentang munculnya perilaku kolektif.
Penyebaran sosial yang dimaksud Blummer adalah adanya penyebaran suasana hati,
perasaan atau yang tidak rasional, tanpa disadari dan secara relatif berlangsung
singkat (1975: 27). Teori Blummer ini lebih menekankan pada aspek non rasional
dari perilaku kolektif.
53
Lebih jauh ada beberapa faktor yang menunjang penyebaran tersebut, antara lain :
adanya anonimitas, impersonalitas, mudahnya dipengaruhi, tekanan jiwa (stress) dan
amplifikasi interaksional. Semakin tinggi kadar anonimitas suatu kerumunan,
semakin besar pula kemungkinannya orang yang berkumpul tersebut, untuk
menimbulkan tindakan ekstrim. Anonimitas kerumunan tersebut akan mengikis rasa
individualitas para anggota kelompok tersebut.
Sedang perilaku kelompok berciri impersonal, itu berarti bahwa jika suatu kelompok
berinteraksi dengan kelompok lain, interaksi yang terjadi tidak banyak
memperhitungkan perasaan atau hubungan pribadi. Mudah dipengaruhi itu
maksudnya, karena situasi kerumunan itu biasanya tidak berstruktur, maka tidak
dikenal adanya pemimpin yang mapan atau pola perilaku yang dapat dipanuti oleh
para anggota kerumuna tersebut. Tanggung jawab pribadi, telah beralih menjadi
tanggung jawab kelompok. Orang lalu biasanya tidak kritis dan menerima saran
begitu saja, terutama jika disampaikan dengan cara meyakinkan dan bersifat
otoritatif. Dapat dikatakan bahwa kerumunan itu sifatnya mudah dipengaruhi. Sedang
amplikasi interaksional adalah suatu proses di mana para anggota saling memberi
rangsangan satu dengan yang lain, sehingga intensitas emosi dan ketanggapan
mereka meningkat.
Teori Konvergensi
Selanjutnya kita akan lihat dan pelajari bagaimana teori konvergensi. Menurut teori
konvergensi ini, perilaku kerumunan berawal dari berkumpulnya sejumlah orang
yang memiliki kebutuhan, impuls (dorongan hati), dan adanya perasaan tidak senang
dan tujuan yang sama.
Selanjutnya kita akan lihat dan pelajari Teori Kemunculan Norma. Ralph Turner dan
Lewis Killian (1987) mengemukakan bahwa perilaku sosial tidak pernah sepenuhnya
dapat diprediksi, tetapi jika ada minat yang sama, hal itu akan menarik orang ke
54
kerumunan, pola perilaku yang berbeda dapat muncul. Menurut Turner dan Killian
(Macionis, 2012: 543), keramaian dimulai sebagai kolektivitas yang berisi orang-
orang dengan beragam minat dan motif. Khususnya dalam hal kerumunan yang
ekspresif, bertindak, dan protes, norma mungkin tidak jelas dan berubah. Pada menit
dan jam setelah gempa bumi dan tsunami menghancurkan Jepang, misalnya, banyak
orang lari ketakutan. Tetapi, dengan cepat, orang-orang mulai saling membantu, dan
Jepang memutuskan untuk melakukan upaya kolektif untuk membangun kembali cara
hidup mereka. Singkatnya, perilaku orang-orang dalam kerumunan dapat berubah
dari waktu ke waktu ketika orang menggunakan tradisi mereka atau membuat aturan
baru saat mereka berjalan.
Untuk mendalami perilaku kerumunan, kita akan bahas dan pelajari lebih jauh
tentang teori Pembatas Perilaku Kerumunan. Menurut teori ini, betapa pun irasional
dan bebasnya perilaku kerumunan, namun kerumunan tersebut masih dibatasi oleh
sekurang-kurangnya empat faktor:
Kerumunan (Crowd)
Agar kita lebih paham lagi tentang kerumunan, maka akan kita pelajari bersama
tentang bentuk-bentuk kerumunan yang ada. Sosiolog yang membahas bentuk
kerumunan tersebut adalah Horton dan Hunt (1984, 178-184). Menurutnya terdapat
beberapa bentuk perilaku kerumunan yang ada umum didapati, di antaranya adalah
sebagai berikut :
a. Audience (Hadirin)
55
Audience adalah suatu kerumunan yang perhatiannya terpusat pada
rangsangan yang berasal dari luar. Rangsangan tersebut menurutnya
terutama berwujud satu arah. Contoh dari audience itu adalah: penonton
bioskop, pendengar radio dan pemirsa televisi sepenuhnya berwujud satu
arah
b. Riot (Kerusuhan)
Kerusuhan merupakan tindakan (aksi) agresif yang dilakukan secara keras
oleh kerumunan destruktif. Kerusuhan bisa menyangkut agama, suku,
protes (protes riot). Contoh yang nyata misalnya demo yang merusak
fasilitas umum seperti beberapa saat yang lalu.
c. Orgi (pesta pora)
Kerumunan yang kesukaannya melewati batas adat kebiasaan disebut
dengan Orgi. Ciri dari Orgi ini adalah kerumunan yang lupa daratan
karena adanya kegembiraan yang berlebihan. Kesukariaan yang dinikmati
bersama. Orgi merupakan perilaku bebas yang masih memiliki batas-batas
tertentu. Pada beberapa masyarakat, Orgi merupakan cara yang
melembaga bagi para anggotanya untuk meredakan ketegangan. Seorang
sosiolog bernama Listiak menyatakan bahwa Orgi sebagai “penyimpangan
yang sah” karena banyak masyarakat primitif yang menyelenggarakan
pesta berkala atau liburan yang tujuannya untuk mengurangi ketegangan.
Minum minuman beralkohol bersama misalnya.
d. Kepanikan (Panic)
Kepanikan sering didefinisikan sebagai suatu kondisi emosi yang diwarnai
oleh keputusasaan dan ketakutan yang tidak terkendali. Oleh Smelser hal
tersebut sering disebut kepanikan sebagai “penyelamatan diri kolektif”
yang didasari oleh anggapan histeris. Kepanikan cenderung terjadi pada
kelompok yang mengalami keletihan karena adanya tekanan jiwa (stres)
yang berkepanjangan. Di samping itu kepanikan menurutnya juga mudah
terjadi ketika orang-orang merasa berada dalam keadaan yang sangat
56
berbahaya dan hanya memiliki kemungkinan membebaskan diri yang
terbatas. Contoh yang nyata adalah terjadi kebakaran di satu Gedung yang
ada di lantai, atau ada kebakaran, di mana orang terkurung di dalam
Gedung, sulit untuk menyelamatkan diri.
2. Perilaku Massa
Setelah kita bersama bahas dan pelajari kerumunan, maka lebih lanjut
kita akan pelajari juga tentang desas-desus, gaya, perilaku keranjingan dan
histeria massa. Kita mungkin pernah menjadi korban desas-desus karena
adanya pemberitaan yang tidak berdasarkan pada fakta atau kebenaran. Jika
dulu desas-desus segera dibantah, oleh pihak-pihak yang melakukan
kesalahan, namun saat ini, justru desas-desus diproduksi lebih masif dan
didukung media sosial. Jika saat ini disebut sebagai hoaxs.
Di bawah ini adalah beberapa bentuk perilaku massa:
a. Desas-desus
Desas-desus adalah berita yang menyebar secara cepat dan tidak
berlandaskan pada fakta (kenyataan)
b. Gaya dan Mode biasanya dikaitkan dengan trend, misalnya grup motor.
c. Perilaku Keranjingan adalah lebih mengarah pada upaya pengejaran
kepuasan tertentu.Perilaku keranjingan dapat bersifat tidak serius,
contohnya seperti: fans club, permainan (games), permainan terhadap
harga, ekspresi tari-tarian
d. Histeria Massa adalah anggapan atau perilaku irasional dan tidak wajar
yang menyebar di kalangan masyarakat. Histeria massa seringkali
berwujud penyakit fisik dan epidemi
Histeria masaa adalah anggapan atau perilaku irrasional dan tidak wajar
yang menyebar di kalangan masyarakat. Wujud dari hysteria massa adalah
berupa suatu malapetaka singkat yang menimpa banyak orang. Berikut
adalah contoh histeria massa
57
3. Publik dan Pendapat Publik
Kita lanjutkan lagi proses belajar kita. Kali ini kita akan membahas
dan belajar tentang publik. Mungkin kita sering mendengar istilah publik
artinya adalah khalayak. Atau tanpa kita justru menjadi bagian dari publik
tersebut, karena kita berlangganan majalah hobby yang kita sukai. Misal
otomotif atau majalah wanita Femina. Mari kita coba lihat pengertian publik
dari kajian sosiologis.
Adalah Horton dan Hunt mencoba menguraikan tentang pengertian
publik tersebut. Menurutnya istilah publik secara sosiologis memiliki dua
pengertian, sebagai berikut (1984 : 191)
Para anggota publik biasanya tidak berkumpul bersama seperti halnya para anggota
kerumuman. Setiap anggota suatu publik hanya berkomunikasi secara langsung
dengan beberapa anggota lainnya. Kontak antarpara anggota publik terutama
dilakukan melalui media massa. Oleh sebab itu biasanya banyak nama majalah yang
melambangkan ciri publik yang menjadi sasaran publikasi majalah tersebut, misalnya
majalah Otomotif, majalah Geografi, atau majalah Femina (Majalah Wanita).
58
dibiarkan tetap sebagaimana kondisi alamiahnya; sedang kelompok yang lainnya
menginginkan agar wilayah semacam itu dikembangkan menjadi pusat rekreasi yang
dilengkapi dengan tempat peristirahatan, landasan terbang, sementara kelompok
yang lain menghendaki agar wilayah itu dijadikan untuk bendungan air guna mengairi
area persawahan di sekitar wilayah tersebut.
H. Gerakan Sosial
Pada sesi ini kita akan membahas tentang gerakan sosial yang menjadi bagian dari
perilaku kolektif. Kita kadang melihat bagaimana sebuah gerakan itu muncul.
Misalnya bagaimana, pada tahun 1998 jika kita amati, bahwa Gerakan tersebut
muncul tidak dalam waktu sebulan atau dua bulan. Akan tetapi, gerakan tersebut
munculnya bertahun-tahun sebelum tahun 1998. Kondisi krisis ekonomi tahun 1998
dan kondisi sosial politik pada tahun tersebut telah menjadi pemicu munculnya
gerakan sosial. Apa itu gerakan sosial? Coba kita lihat di bawah ini. Gerakan sosial
adalah salah satu bentuk dari perilaku kolektif.
Pengertian Gerakan sosial adalah sebagai suatu kolektivitas yang melakukan kegiatan
dengan kadar kesinambungan tertentu untuk menentang atau menolak perubahan
59
yang terjadi dalam masyarakat atau kelompok yang mencakup kolektivitas itu sendiri
(Turner dan Killian, 1972:246). Sementara itu Jary dan Jary (1991: 588)
mendefinisikan bahwa gerakan sosial adalah suatu aliansi sejumlah besar orang yang
berserikat untuk mendorong ataupun menghambat suatu segi perubahan sosial dalam
suatu masyarakat.
Jika kita amati sebenarnya ada hal yang membedakan antara perilaku
kolektif dan Gerakan sosial. Seperti dikemukakan Giddens (1989) bahwa
Gerakan sosial itu ditandai dengan adanya tujuan dan kepentingan
bersama. Gerakan sosial itu biasanya juga mempunyai tujuan jangka
panjang, di mana tujuannya untuk mengubah atau mempertahankan
masyarakat atau institusi yang ada di dalamnya. Contoh Gerakan sosial
adalah Gerakan mahasiswa di beberapa kota di Indonesia pada tahun
1965, juga Gerakan Green Peace yang melakukan berbagai usaha untuk
melawan praktek yang menurut mereka akan memberi ancaman terhadap
pelestarian lingkungan hidup. Gerakan sosial menurut Giddens dan Light,
Keller dan Calhoun (Sunarto, 2004) juga mempunyai ciri lain yaitu,
penggunaan cara-cara yang berada di luar konstitusi yang ada.
Untuk memperdalam tentang gerakan sosial, ada baiknya kita lihat apa
yang dikemukan David Aberle (Sunarto, 2004: 196) di mana ia
membedakan Gerakan sosial sebagai terlihat di bawah ini :
60
b. Redemptive Movement, yang akan dirubah dalam gerakan ini adalah
adanya perubahan menyeluruh pada perilaku perseorangan. Gerakan
ini kebanyakan terdapat dalam bidang keagamaan. Misalnya
perseorang diharapkan untuk bertobat dan mengubah cara hidupnya
sesuai dengan ajaran agama.
c. Reformative Movement, adalah gerakan yang ingin mengubah dari
segi-segi tertentu dalam masyarakat. Misal gerakan perempuan untuk
memperjuangkan hak-hak kaum perempuan.
d. Transformative Movement, adalah merupakan gerakan yang ingin
mengubah masyarakat secara menyeluruh. Contohnya adalah Gerakan
Khmer Merah di Kamboja yang ingin menciptakan masyarakat
komunis. Suatu proses dimana penduduk kota dipindahkan ke desa
dan lebih dari satu juta orang Kamboja kehilangan nyawa karena
dibunuh rezim Khmer Merah. Menderita atau sakit merupakan contoh
ekstrim dari gerakan sosial seperti itu.
Untuk membahas lebih jauh tentang gerakan sosial, kita bisa pelajari tentang
beberapa teori gerakan sosial yang bisa dilihat dibawah ini:
Teori Ketidakpuasan
Pada dasarnya, teori ini melihat bahwa akar dari gerakan sosial adalah terletak pada
perasaan ketidakpuasan. Orang yang hidupnya nyaman dan puas, kurang menaruh
perhatian pada gerakan sosial. Pada masyarakat modern, selalu saja terdapat kadar
ketidakpusan yang cukup mendorong terciptanya banyak gerakan sosial (Turner dan
Killian, 1972:271).
61
Beda dengan teori ketidakpuasan, maka teori ini melihat bahwa gerakan sosial adalah
sebagai tempat penyaluran kegagalan pribadi. Para ahli berpendapat bahwa banyak
gerakan mendapat dukungan dari kalangan orang yang kecewa dan tidak bahagia,
yang kehidupannya kurang berarti dan kurang berhasil.
Teori ini melihat, bahwa gerakan sosial muncul karena seseorang yang merasa
kecewa disebabkan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Seseorang
yang menginginkan sedikit, lalu ternyata hanya mampu memperoleh lebih sedikit
akan merasakan kadar kekecewaan yang lebih rendah daripada orang yang telah
memperoleh banyak, tetapi masih menginginkan lebih dari itu (Horton dan Hunt,
1984: 196).
Teori ini melihat tentang pentingnya pendayagunaan sumber daya secara efektif
dalam menunjang gerakan sosial, karena gerakan sosial yang berhasil memerlukan
organisasi dan taktik yang efektif. Oleh sebab itu adanya kepemimpinan, organisasi
dan taktik sebagai faktor utama yang menentukan sukses atau tidaknya suatu gerakan
sosial. Para penganut teori ini juga mempercayai bahwa tanpa adanya keluhan dan
ketidakpuasan, maka akan sulit terjadi gerakan.
Setelah kita pelajari tentang teori-teori gerakan, alangkah baiknya jika kita bersama-
sama pelajari juga tentang bentuk-bentuk gerakan sosial. Horton dan Hunt (1984:
198-199) seoarng ahli yang mengklasifikasi bentuk gerakan sosial menjadi empat (4)
yaitu:
62
gerakan ini adalah migrasi orang-orang Irlandia ke Amerika Serikat
setelah terjadi kegagalan panen kentang. Pelarian pengungsi-
pengungsi Kuba ke Amerika.
63
f. Gerakan Perlawanan, adalah gerakan yang melakukan perlawanan
akibat kekecewaan terhadap arah perkembangan suatu bangsa. Di
Amerika gerakan ini muncul akibat kekecewaan terhadap adanya
kebebasan seksual atau gerakan yang kecewa terhadap maraknya
pornografi.
Setelah kita belajar tentang bentuk-bentuk gerakan sosial yang ada, kita akan lihat
lebih jauh tentang tahap-tahap munculnya gerakan sosial. Adalah Blumer (Horton dan
Hunt, 1984: 201) yang mengemukakan tentang tahap-tahap munculnya gerakan sosial
tersebut. Tahap itu menurutnya adalah sebagai berikut:
64
I. RANGKUMAN:
Gejala sosial pada dasarnya adalah sebagai peristiwa-peristiwa yang
terjadi di antara dan oleh manusia, baik secara individu maupun secara
kelompok. Adanya saling keterkaitan antara perilaku individu satu dengan
individu lain itu juga disebut sebagai gejala sosial. Gejala sosial tersebut
tidak lepas dari adanya aktivitas yang ada dalam masyarakat, dan aktivitas
tersebut berpengaruh terhadap individu. Gejala sosial tersebut ada di luar
individu yang berpengaruh pada keyakinan, keinginan motif berperilaku
dari anggota masyarakat. Perilaku individu tersebut selanjutnya disebut
dengan tindakan sosial dan perilaku kolektif sebagai kajian dari gejala
sosial.
Terdapat tiga pendekatan untuk melihat perilaku kolektif, yaitu: Teori
Penyebaran, Teori Konvergensi dan Teori Kemunculan Norma. Terdapat
bentuk-bentuk perilaku kerumunan seperti: Audience, Riot, Orgi, dan
Panic. Sedang perilaku massa terdiri dari bentuk: Desas-desus, Gaya dan
Mode , Perilaku Keranjingan dan Histeria Massa. Gerakan dikategorikan
menjadi empat tipe, yaitu: Alternative Movement, Redemptive Movement,
Reformative Movement dan Transformative Movement. Bentuk dari
gerakan sosial bisa: Gerakan Perpindahan, Gerakan Utopia, Gerakan
Reformasi, Gerakan Ekspresif, Gerakan Revolusioner dan Gerakan
Perlawanan.
J. FORUM DISKUSI:
65
pagi itu sangat menyayat hati. Belasan tubuh-tubuh gosong diketemukan diantara
reruntuhan bangunan. Jerit tangis dan pilu dari kerabat, sanak saudara para korban
memecah syahdunya hari Jumat itu. Bau anyir dan gosong dari tubuh manusia yang
terbakar hidup-hidup menusuk hidung dan menyayat hati yang melihat dan mencium
aromanya. Manusia terbakar hidup-hidup. Yogyakarta kehilangan mahasiswa-
mahasiwanya malam itu lebih menyakitkan daripada kehilangan bioskopnya.
Sumber:
https://www.kompasiana.com/i.addi_wisudawan/5a414bd3dd0fa85289765022/1999-
jerit-pilu-di-jantung-yogyakarta?page=all#section1
Dari petikan berita di atas, diskusikan dan beri argumentasi Anda, termasuk dalam
bentuk perilaku kerumunan apakah, saat para penonton menyelamatkan diri? Berikan
argumennya.
K. TES FORMATIF
Pilihlah satu jawaban yang benar atau tepat di bawah ini
1. Di bawah ini yang termasuk dalam kategori Perilaku Massa adalah :
a. Desas-desus
b. Penonton pertunjukan wayang
66
c. Audience Jazz
d. Penikmat Film
e. Penonton Dangdut
67
6. Bentuk gerakan yang ingin menciptakan suatu masyarakat sejahtera
dalam skala kecil, disebut sebagai:
a. Gerakan Revolusioner
b. Gerakan Perlawanan
c. Gerakan Reformasi
d. Gerakan Utopia
68
a. Mobilisasi
b. Publik
c. Panic
d. Orgy
e. Misteri
DAFTAR PUSTAKA
69
Weber, Max. Sosiologi. 2009. Sosiologi (terjemahan: Noorkholis). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Veeger, Karel J. 1993. Pengantar Sosiologi. Buku Panduan Untuk Mahasiswa.
Jakarta: Gramedia dan APTIK.
70