Anda di halaman 1dari 15

MATERI KULIAH

PSIKOLOGI KLINIS

DISUSUN OLEH
Hj. Annawati Dewi Purba, S. Psi, M.Si

UNTUK KALANGAN SENDIRI


BAB I
SEJARAH KELAIDRAN DAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGI KLINIS

Pada awal Abad ke-19 di Eropa, penyakit jiwa dipandang sebagai keadaan kemasukan roh
jahat (pandangan supranatural). Karena itu penyembuhannya pun dilakukan dengan upacara-
upacara ritual untuk mengusir roh jahat itu. Salah satu yang dilakukan bangsa Inca di masa lalu
adalah trephinasi, yaitu membuat lubang di kepala untuk memberi kesempatan roh jahat untuk
keluar dari diri orang yang terkena. Di Indonesia, praktikpraktik supranatural yang .dilakukan di
daerah-daerah terpencil untuk mengobati orang kemasukan roh atau kesurupan masih banyak
dilakukan sebagai suatu cara alternatif untuk mengobati penderita gangguan jiwa. Misalnya bila
ada seseorang yang (menurut istilah medis) mengalami gangguan jiwa, hal itu kadang-kadang
dikaitkan dengan suatu kegiatan yang tedadi sebelumnya atau berdekatan waktunya. Misalnya
sebuah pohon tua telah ditebang di dekat rumahnya.
Ada kepercayaan bahwa pohon tersebut dihuni oleh roh, dan karena roh itu marah, maka
ia masuk ke dalam diri seseorang yang kemudian menjadi sakit jiwa atau gila. Maka untuk
penyembuhannya, dilakukan upacara di dekat ·· pohon yang·ditebang itu agar roh jahat keluar dari
tubuh penderita Pandangan l in tentang penyebab gangguan jiwa di masa lalu ialah bahwa
seseorang terserang gangguan jiwa karena kehendak yang lemah pada dirinya. Menurut pandangan
ini, tingkah lake abnormal disebabkan oleh ketidakmampuan seseorang untuk mengendalikan
impuls-impuls hewani yang ada pada dirinya. Penyemhuhan pun dilakukan melalui cara-cara
keagamaan. Seyogianya berbicara tentang sejarah Psikologi Klinis,kita tidak melupakan jasa para
filosof di zaman Yunani Kuno, yang dapat kita anggap sebagai Bapak dari Psikologi Klinis dan
psikologi pada umumnya. Mereka adalah Thales, Hippocrates, atau Aristoteles, sebelum kelahiran
Nabi Isa as. yang membuat berbagai dugaan mendalam mengenai pernikiran , sensasi dan patologi
( Shaffer & Lazarus, 1952).
Pada akhir abad pertengahan kita perlu pula untuk menyebut nama Philipp Melachton
seorang guru besar di Jerman yang memberikan kuliah tentang perilaku manusia; Yang waktu itu
terkenal adalah bahwa penentu perilaku itu adalah Tuhan, malaikat, iblis, clan tentu saja faal tubuh.
Tapi ia merasalkan bahwa keterangan itu masih belum memadai sehingga akhirnya ia ingat pada
Aristoteles yang mengemukakan tentang istilah psikologi dalam pengertian yang luas dan umum.
Dengan demikian penentu tingkah laku manusia itu sekarang ditambah Melachton menjadi lima,
yang terakhir adalah psikologi yang membicarakan tentang peranan jiwa terhadap perilaku
manusia. Beberapa tahun menjelang 1890, adalah tahun-tahun penting yang menampilkan
psikologi 1 klinis secara terpisah dari psikologi abnormal atau psikopatologi yang telah dikenal
sebelumnya. Untuk Psikologi klinis ini mulai dikenal nama "medical psychology"

Pada abad ke 19 mulai dikenal Psikologi K.linis modem,yang antara lain mencatat nama
Philippe Pinel,seorang Dokter, di mana ia terkejut dengan kejadian yang baginya tidak seyogianya
terjadi menimpa penderita gangguan jiwa. Kejadian-kejadian tersebut membuatnya bergabung
dengan Asilum Bicetre dan kemudian Solpetriere. Kurang lebih pada tahun yang bersamaan, di
Inggris juga terdapat seorang Dokter yang membangun rumah sakit untuk menangani penderita
gangguan kejiwaan dengan mengenalkan apa yang disebut sebagai liui-nonoett-ecitment.
Namanya adalah WilliamTuke. Di Amerika Serikat, Eli Todd merupakan orang yang berhasil
menangani penderita gangguan kejiwaan dengan mengemukakan pemeliharaan, penghargaan,dan
moralitas sivilisasi.Nama lain yang kemudian menjadi sangat penting di Amerika Serikat,adalah
Dorothy Dix. la selama 40 tahun berkeliling dari negara bagian yang satu ke yang lainnya untuk
mengkampanyekan penanganan humane bagi peclerita gangguan jiwa dan anak anak ywi(i
mengalami keterbelakangan mental.
Trull, 2005, membagi sejarah perkembangan Psikologi K.linis berdasarkan jenis
kegiatannya dalam empat bagian, ialah Permulaan (1850-1899), Awal Era Modem (1900 -1919),
masa di antara dua perang dunia kedua ( 1920-1939) dan setelah Perang Dunia Kedua (1940-... )
Adapun kegiatan yang dimaksudkan sebagai bagian utama Psikologi Klinis adalah
diagnosis dan asesmen, intervensi, riset, dan profesi.

1. Penyaringan dan Diagnosis


Fungsi penyaringan dalam asesmen meliputi kegiatan memilih dan engelompokan
orang,menggunakan kemampuan klinikus untuk mengembangkan nmetode
(asesmen),mengumpulkan data dan membuat keputusan yang canggih. Misalnya,untuk
memudahkan seleseksi dalam menentukan kecocokan orang bagi program intervensi spesifik.
Maka ,asesmen dapat digunakan untuk memilih klien mana yang paling sesuai untuk mengikuti
program penyembuhan baru yang telah dibangun di suatu rumah sakit. Asesmen klinis juga
merupakan hal penting dalam menentukan jenis dan taraf gangguan jiwa secara hukum.
Dalam hal ini diagnosis adalah ditentukan atau ditemukannya proases te:rjadinya gangguan ,dan
termasuk kelompok atau jenih apakah penyakitnya itu.Dengan diagnosis itu,pengadilan dapat
menentukan hukuman apa yang dapat dan efektif diberikan kepada seorang terdakwa.

2. Evaluasi Atas Intervensi Klinis


Tanpa asesmen ,klinikus pada umum nya tidak dapat mengevaluasi efek intervensi klinis.data
dapat dihinpun melalui asesmen untuk menentukan kekuatan,kelemahan dan keparahan
permasalahan psikologis klien,pada sebelum,saat,dan setelah intervensi
diselenggarakan.Misalnya,klien yang mengalami defresi karena perceraian dapat diakses
mengenai berapa besar tingkat keparahan defresi atau kecemasan nya itu. Tetapi,setelah kepadanya
diberikan penanggulangan (treatment),dapat dilakukan asesmen ulang untuk melihat adakah
peringanan gangguan sebagai akibat diberikannya penanggulangan yang telah dilakukan dan
apakah saat ini ia boleh melakukat rawat jalan

3. Riset
Hal yang sangat esensial bagi semua kegiatan riset adalah asesmen atas pengubah (variabel)
yang digunakan dalam investigasi.dalam riset,asesmen dimaksudkan untuk menguji
hipotesis yang spesifik dalam menangani baik perilaku normal maupun abnormal atau
mengalami disfungsi psikologi dan dirancang untuk mendapatkan informasi barn yang
dapat meningkatkan pemahaman kita mengenai pemfungsian manusia. Misalnya,efek
pomografi terhadap kejadian perkosaan atau moralitas komunitas,tidak dapat ditentukan kalau kita
tidak mengakses semua pengubah yang terlibat. Riset juga digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan dan kelemahan instrumen asesmen yang ada,dan mengekbangkan metode
asesmen baru yang dapat digunakan dikemudian hari

5 contoh dari tes objektif beserta penjelasan & instruksinya


a. Tes Benar – Salah (true – false)
Tes ini berupa pernyataan-pernyataan (statemen) yang mengandung jawaban benar atau salah.
Contoh: B – S Mencuri adalah perbuatan tercela.
Bentuk benar-salah ada dua macam (dilihat dari segi mengerjakannya), yaitu (1) dengan
pembetulan (with correction), yaitu teste diminta membetulkan bila testee memilih jawaban yang
salah, dan (2) tanpa pembetulan (without correction) yaitu teste hanya diminta menjawab B atau
S tanpa membetulkan jawabannya.
1) Kebaikan tes Benar – Salah
- Banyak mencakup bahan yang luas dan tidak banyak memakan tempat.
- Mudah menyusunnya.
- Dapat digunakan berulang-ulang.
- Petunjuk mengerjakan mudah dimengerti.
- Koreksi dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.
2) Kelemahan tes Benar – Salah
- Sering membingungkan
- Mudah ditebak
- Hanya memuat dua kemungkinan pernyataan
- Hanya mengungkap daya ingatan dan pengenalan kembali.
3) Petunjuk penyusunan
- Huruf B – S sebaiknya diletakkan pada permulaan item, sehingga memudahkan pengisian
dan skoringnya.
- Jumlah jawaban B dan jawaban S harus seimbang.
- Hindari item yang masih diperdebatkan.
Misal: B – S kekayaan lebih penting daripada kepandaian.
- Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis sama dengan buku.
- Hindarilah kata-kata yang menjukkan kecenderungan memberi saran seperti yang
dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu, tidak pernah,
dan sebagainya.
4) Cara mengolah skor: (1) dengan denda dan (2) tanpa denda
- Dengan denda, dengan rumus: S = R – W S = skor
R = right (jawaban yang benar) W =
wrong (jawaban yang salah)
- Tanpa denda, rumusnya S = R. Dihitung jawaban yang betul saja.
b. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Berdasar pendapat Suhasimi Arikunto (1987: 160), multiple choice test terdiri dari bagian
keterangan (item) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Alternatif jawab
terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).

1) Penggunaan tes pilihan ganda

Tes bentuk pilihan ganda ini paling sering digunakan dalam UAS, EBTANAS atau
SIPENMARU karena banyak sekali materi yang dapat dicakup. Tes bentuk pilihan ganda atau
multiple choice tdapat digunakan secara bervariasi.
(a) Pilihan ganda biasa.
(b) Hibungan antar hal (pernyataan- SEBAB – pernyataan).
(c) Kasus (dalam muncul dalam berbagai bentuk).
(d) Diagram, gambar, tabel.
(e) Asosiasi (contoh petunjuk piliha soal asosiasi)
(A) Jika (1), (2), dan (3) betul.
(B) Jika (1) dan (3) betul.
(C) Jika (2) dan (4) betul.
(D) Jika (4) saja yang betul.
(E) Jika semua jawaban betul.
2) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tes pilihan ganda
Apabila seseorang (guru) akan menyusun tes bentuk pilihan ganda atau multiple choice, maka perlu
diperhatikan hal-hal berikut ini.
(a) Instruksi pengerjaannya harus jelas, jika perlu diberi contoh, menggunakan bahasa yang
mudah dipahami.
(b) Hanya memuat satu jawaban yang benar.
(c) Kalimat pada setiap butir soal hendaknya dibuat singkat dan mengandung satu ide.
(d) Hindari penggunaan bentuk negatif dalam kalimat pokoknya.
(e) Urutkanlah berdasarkan urutan logis (misal: urut tahun, alfabet, dll).
(f) Alternatif yang disajikan dibuat agak sama (panjang, sifat uraiannya maupun taraf
teknisnya) dan diusahakan mendekati homogen baik isi ataupun bentuk.
(g) Hindarilah penggunaan kata atau kalimat yang sesuai dengan buku.
3) Cara mengolah skor
Cara mengolah skor dalam tes bentuk pilihan ganda dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: dengan
denda dan tanpa denda.
- Dengan denda, dirumuskan sebagai berikut:

S=R- 𝑊

𝑁−1
S = skor yang diperoleh
R = jawaban betul

W = jawaban salah
N = banyaknya option 1 =
bilangan tetap
- Tanpa denda, dirumuskan:
S=R
c. Menjodohkan (Matching Test)
Istilah matching test dapat diganti dengan kata: memperbandingkan, men- cocokkan,
memasangkan atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan sru seri
jawaban. Maing-masing pertanyaan memiliki jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas
teste adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga cocok dengan
pertanyaannya.Petunjuk yang perlu diperhatikan bagi seseorang dalam menyusun teks bentuk
matching test adalah sebagai berikuut.
1) Usahakan soal yang disusun itu tidak lebih dari sepuluh item, sehingga tidak membingungkan
teste, dan mengurangi homogenitas antara item-item itu.

2) Jumlah jawaban yang harus pilih diusahakan 11⁄2 kali jumlah pertanyaannya, sehingga

testee dihadapkan banyak pilihan, yang semuanya mempunyai


kemungkinan benarnya, sehingga teste akan berfikir.
3) Cara menskor sama dihitung dengan rumus S = R.
d. Test Isian (Completion)
Completion test dapat disebut dengan istilah tes isian, tes penyempurnaan, atau tes melengkapi.
Tes isian terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya dihilangkan, dan harus diisi oleh
teste sesuai dengan pengertian yang dikehendaki. Contoh: Suhu badan manusia yang normal
adalah ℃. Petunjuk atau saran-saran yang perlu diketahui bagi para penyusun tes bentuk isian
dan cara menskorbta adalah sebagai berikut:
1) Usahakan kalimat atau pernyatannya tidak sekedar mengutip kalimat atau pertanyaan yang
tertera dalam buku pelajaran atau catatan.
2) Penyusun teks bentuk isian tidak dapat merencanakan lebih dari satu jawaban walaupun
jawaban itu kelihatan logis.
3) Usahakan tempat kosong, biasanya berupa titik-titik ( ................. ), sama panjangnya.
4) Usahakan satu penyataan hanya terdapat satu tempat kosong.
5) Usahakan tidak menyediakan tempat kosong pada awal kalimat.
6) Cara menskor sama dengan matching test.

e. Test Jawaban Singkat (Short Answer Test)


Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata,
bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai banar atau salah. Ada dua
bentuk soal jawaban singkat yaitu bentuk pertanyaan langsung dan bentuk pertanyaan tidak
lengkap. Beberapa petunjuk khusus dalam penyusunan tes ini antara lain dijelaskan oleh Stanley,
sebagai berikut:

1) Menggunakan kalimat tanya.


2) Pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga jawaban yang muncul dapat disampaikan
sesingkat mungkin, kalau perlu hanya dijawab dengan satu kata.
3) Disediakan kolom jawaban kalau memang lembar jawaban ingin dijadikan satu dengan
lembar soal.
4) Hindarkan susunan kalimat yang sama dalam buku teks.
5) Hanya ada satu kemungkinan jawaban yang benar.
6) Cara menskor sama dengan matching test.
Projective Tests (test proyektif)
Biasanya tes proyektif mengevaluasi keinginan2, emosi, pengalaman, memori, dan imajinasi yg
tdk disadari oleh individu . Asumsi dari tes ini adalah : dgn diberikan stimulus yang ambigu/tidak
terstruktur maka ia dapat transfer/memproyeksikan konflik2 yang tidak ia sadari. sejarah dari
lahirnya tes ini adalah “Projective tests were born in the spirit of rebellion against normative data
and through attempts by personality researchers to break down the study of personality into the
study of specific traits of varying strengths”. Yang termasuk kedalam tes proyektif adalah Ro,
TAT, DAM, BAUM, HT

Rorschach Test
Diperkenalkan pertama kali oleh psychiatrist dari Swiss, Hermann Rorschach. Tes ini
terdiri dari 10 inkblots. Tes ini dikritik pada tahun 1950’ dan 1960’s karena norma dan prosedurnya
tdk terstandardisasi. Tes RO Dapat mendeteksi gangguan berpikir, seperti schizophrenia atau
manik depresi.  Namun, biasanya dicek lagi dgn tes yang lebih obyektif. Tes ini tidak dibekali
untuk deteksi kondisi2 psikiatrik. Selain itu tes ini juga tidak valid untuk mendeteksi sexual abuse
in children, violence, impulsiveness, criminal behavior

Thematic Apperception Test


Klien diminta untuk bercerita mengenai gambar2 ambigius. Sayangnya, administrasi TAT
tidak terstandardisasi dan interpretasi sangat tergantung dengan jam terbang dan intuisi psikolog.
Reliabilitas dari tes ini lemah dan validitasnya juga dipertanyakan. Tes ini tidak dapat
membedakan individu-individu yang psikotis/depresi dengan individu normal. Setiap Individu
yang mengikuti tes ini akan diminta untuk bercerita tentang gambar yang ada di kartu.
Jurnal Psikologi
Volume 44, Nomor 3, 2017: 223 – 235
DOI: 10.22146/jpsi.28243

Validitas Prediktif PAPI-Kostick dan BAUM terhadap


Pengendalian Emosi Karyawan
Alice Whita Savira1, & Rahmat Hidayat2
1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Abstract. The availability of quality human resources was important for the continuity
excellence of company and for gaining competitive advantage in company. It could be
obtained by operationalizing development or placement as part of HR management
practices based on potential review. This led to the use of psychological tests. The
accuracy of psychological tests was required in potential review in order to predict future
behavior. HR practitioners and psychologists showed appreciation and confidence in
psychological tests. However, it had not been fully supported by empirical evidence
regarding the accuracy of the tests for selecting employees. The purpose of this study was
to figure out the extent both tools in predicting emotion control. The finding from 159
subjects showed that the activity factor PAPI-Kostick and crown of tree predicted the
emotion control.
Keywords: emotion control; predictive validity

Abstrak. Untuk kesinambungan kinerja perusahaan dan capaian keuntungan kompetitif,


diperlukan manajemen SDM potential review. Potential review memerlukan peran alat tes
psikologi yang akurat untuk memprediksi perilaku. Apresiasi dan kepercayaan psikolog
pada alat tes psikologi belum didukung oleh bukti-bukti empiris (evidance based)
mengenai hal tersebut. Tujuan penelitian ini untuk melihat sejauh mana PAPI-Kostick
dan BAUM mampu memprediksi pengendalian emosi. Hasil penelitian pada 159
karyawan, menunjukkan faktor aktivitas PAPI-Kostick dan bagian mahkota pada BAUM
dapat memprediksi pengendalian emosi. Sehingga efektivitas penggunaan kedua alat tes
psikologi tersebut untuk mengases potensi pengendalian emosi karyawan.
Kata kunci: pengendalian emosi; validitas prediktif

Dewasa ini, dalam rangka pencapaian 2016). Hal ini mengarahkan pada penting-
kesinambungan kinerja perusahaan dan nya manajemen atau pengelolaan SDM
pencapaian keuntungan kompetitif, selain yang baik pula (Schermerhorn, 2010;
berfokus pada peningkatan teknologi dan Albrecht, Bakker, Gruman, Macey, & Saks,
inovasi, perusahaan juga perlu menjamin 2015). Salah satu bentuk praktik manaje-
ketersediaan Sumber Daya Manusia men SDM adalah potential review untuk
(SDM) yang baik (Schermerhorn, 2010; mengevaluasi kapasitas baik kognitif
Koopmans, Hildebrandt, Bernaards, & maupun kepribadian seorang karyawan
Schaufeli, 2011; Almatrooshi & Singh, (Dharmaraj & Sulaiman, 2015). Evaluasi
terhadap kedua hal tersebut akan dijadi-
1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat melalui: kan dasar untuk menentukan kebutuhan
alice.whita.s@mail.ugm.ac.id, pengembangan dan kecocokan dengan
2r.hidayat@ugm.ac.id

JURNAL PSIKOLOGI 223


SAVIRA & HIDAYAT

budaya perusahaan dan posisi pekerjaan- tidak menunjukkan perspektif akurasi


nya. (validitas yang jelas). Dari 49 tes
Potential review mengarahkan peran kepribadian yang direviu hanya sebanyak
asesmen psikologi (Furnham, 2008; 12.2% yang mencantumkan bukti akurasi
Furnham & Jackson, 2011; Kluemper, memprediksi perilaku masa depan
DeGroot, & Choi, 2011). Salah satu alat (validitas prediktif) (Cizek, et al., 2008).
yang digunakan dalam asesmen psikologi Bukti penelitian juga menunjukkan bahwa
adalah tes psikologi (Cohen-Swerdlik, tes kepribadian menunjukkan koefisien
2009). Beberapa penelitian menunjukkan validitas yang rendah (Schmidt & Hunter,
bukti mengenai apresiasi profesi psikolog 1998; Murphy & Davidshofer, 2005;
terhadap tes psikologi terutama tes kepri- Thomas & Scroggins, 2006; Scroggins,
badian sebagai bagian yang terintegrasi Thomas, Morris, 2008b). Terkait dua alat
praktik manajemen SDM khususnya tes kepribadian yang populer di pakai di
seleksi dan pengembangan karyawan Indonesia yaitu PAPI-Kostick dan BAUM,
(Hodgkinson, Dale, & Payne, 1995; sejauh ini belum ditemukan bukti validitas
Gatewood & Field, 1998; Johnson & prediktifnya.
Kleiner, 2000; Domino & Domino, 2006; Keterbatasan bukti ilmiah ini menjadi
Carless, 2009; Urbina, 2014). Alat tes salah satu sebab psikolog praktik tidak
kepribadian yang cukup populer diguna- mendasarkan praktiknya pada bukti
kan oleh profesi psikolog adalah PAPI- ilmiah (Terpstra & Limpaphayom, 2012).
Kostick dan BAUM (Prabowo, Nisa, & Hal ini akan mengarahkan pengambilan
Jadmiko, 2016). Hal ini didukung oleh keputusan dalam hal penggunaan alat tes
data survey awal kepada 44 orang praktisi berdasarkan pengalaman personal, opini
HR dan psikolog dari berbagai daerah di personal, tuntutan perusahaan, ataupun
Indonesia. popularitasnya bukan berdasarkan bukti
Apresiasi dan penggunaan alat tes akan kegunaannya yang efektif untuk
psikologi seharusnya didukung oleh bukti melihat potensi atau menyeleksi karyawan
ilmiah (evidence based) mengenai (Briner R. , 2007; Barends, Rousseau, &
keakurat- an alat tes psikologi tersebut Briner, 2014).
dalam memprediksi perilaku tertentu Dengan diketahuinya validitas pre-
setelah diktif alat tes psikologi, maka akan
dilakukannya pengetesan atau yang dalam memberikan keyakinan bahwa alat tes
istilah statistik disebut dengan validitas psikologi tersebut memang efektif
prediktif. Terlebih survey dan berbagai digunakan untuk memisahkan karyawan
literatur menunjukkan adanya isu alat tes yang potensial atau tidak potensial sesuai
psikologi yang dianggap tua, diimpor dari dengan kebutuhan perusahaan (Carless,
barat, digunakan tidak sesuai dengan 2009; Truxillo, Bauer, & Erdogan, 2016).
tujuan awal pembuatan tes, proses Terlebih sesuai dengan kebutuhan
pengerjaan dan interpretasi lama dan
psikolog praktik, primary validity bagi alat-
melelahkan, dan banyak publikasi. alat tes psikologi yang mereka gunakan
Realitanya Cizek, Rosenberg, & Koons adalah pada validitas prediktif (Domino &
(2008) yang mereviu berbagai tes untuk Domino, 2006).
berbagai tujuan seperti prestasi pendi- Validitas prediktif mengukur kemam-
dikan, kemampuan kepribadian, minat puan prediktor dalam memprediksi
karier, seleksi personal, dan lain-lain, kriteria tertentu di masa depan. Validitas
menemukan sebanyak 45.2% dari 283 tes

224 JURNAL PSIKOLOGI


PREDIKTIF PAPI-KOSTICK DAN BAUM, EMOSI KARYAWAN

berkaitan properti psikometri berkaitan Kostick dan BAUM pada pengendalian


dengan validitas konstruk dan reliabilitas emosi. Utamanya adalah dengan mem-
BAUM, yang belum ditemukan dalam pertimbangkan faktor jabatan, mengingat
penelitian lain dan guna mengembangkan pengendalian emosi secara teoritik lebih
penelitian awal ini. Salah satu cara yang banyak diperlukan ketika berinteraksi
dapat digunakan adalah membuat lebih dengan orang lain dan jabatan menen-
rinci formula kuantifikasi BAUM (misal: tukan intensitas ataupun pola interaksi
hal yang dimaksud tajam dan kasar). Hal seseorang.
ini dilakukan agar reliabilitas formula ini
menjadi lebih baik. Temuan dengan indi-
kasi berkebalikan dengan teori, formula
kuantifikasi grafis BAUM belum dapat
digunakan di lapangan. Selain itu, kom-
pleksitas hubungan antara kepribadian
dan pengendalian emosi, dalam asesmen
perlu mengkombinasikan penggunaan
PAPI-Kostick dan BAUM dengan alat
ukur lain. Misalnya wawancara, focus
group discussion, ataupun menggunakan
alat tes kepribadian lainnya.
Bagi peneliti selanjutnya, disarankan
untuk membuat lebih rinci dengan batasan-
batasan yang lebih jelas pada aitem-aitem
penilaian pengendalian emosi. Peneliti
selanjutnya juga perlu
memberikan pembekalan yang cukup
kepada para rater mengenai operasiona-
lisasi konstruk yang dimaksud dan
batasan yang diinginkan untuk dinilai. Hal
ini diperlukan untuk meminimalisasi bias
pada implementasi pengukuran pengen-
dalian emosi karyawan. Namun demikian,
penilaian pengendalian emosi dalam
penelitian ini yaitu dengan menggunakan
nilai total 3 rater bukan menggunakan nilai
rata-rata 3 rater sudah dapat menunjukkan
pengetahuan dari berbagai sudut pandang
mengenai perilaku karyawan yang dinilai.
Dalam rangka memperkaya temuan
dan mempertajam diskusi dalam peneli-
tian ini, kajian eksploratif juga disarankan
untuk menganalisis faktor demografis
(jenis kelamin, usia, dan jabatan) yang
belum ada dalam penelitian ini sebagai
mediator kemampuan prediksi PAPI-

JURNAL PSIKOLOGI 225


SAVIRA & HIDAYAT

a. Test HTP (House Tree Person b. Test DAP (Draw A Person)


Test) Instruksi yang biasa digunakan
Dalam test HTP, Anda akan dalam test DAP adalah sebagai
diberikan sebuah lembar kertas berikut:
kosong, kemudian diminta untuk 1) Sebelum tes dimulai, peserta
mengisi kertas kosong tersebut tes akan diberikan alat tulis
dengan gambar rumah, pohon, dan berupa kertas HVS kosong
orang. Waktu yang diberikan pada berukuran A4 atau folio dan
Anda untuk mengerjakan tes ini kadangkala pensil HB.
adalah 10-20 menit. Dalam rentang Peserta tes tidak
waktu tersebut, Anda harus diperkenankan
berkreasi membuat gambar pohon
menggunakan penghapus.
sesuai imajinasi Anda, berdasarkan
Waktu yang tersedia
instruksi yang diberikan oleh
penguji. sebaiknya digunakan dengan
Instruksi yang lazim diberikan bijak.
dalam pelaksanaan tes HTP, sebagai 2) Selanjutnya penguji akan
berikut: meminta peserta tes
• Instruksi untuk menuliskan identitas dirinya
menuliskan identitas anda di sudut kanan atas kertas
di kertas yang terdiri atas nama
Dalam pelaksanaan tes peserta, jenis kelamin,
HTP, Anda akan diminta tingkat pendidikan, dan usia.
untuk menuliskan identitas 3) Berikutnya peserta tes
Anda dibagian sisi kanan diminta untuk membalik
atas kertas atau halaman kertas dan mendengarkan
sebaliknya. Identitas diri
instruksi selanjutnya dari
yang diminta untuk
penguji.
dituliskan meliputi:
a) Nama lengkap 4) Penguji memerintahkan
b) Jenis kelamin peserta tes untuk
c) Usia, dan menggambar orang yang
d) Tingkat pendidikan. sedang beraktivitas atau
• Instruksi untuk tidak posisi pasif.
menggambar mengikuti 5) Penguji tidak boleh
keinginan anda memberikan jawaban yang
Dalam menggambar dapat memancing
rumah, pohon dan orang, ketegangan, mengarahkan,
Anda dibebaskan atau jawaban yang bersifat
menggambar sesuai normatif dan evaluatif.
imajinasi dan keinginan 6) Waktu yang diberikan
Anda, tanpa dibatasi aturan biasanya kurang lebih 20
atau apapun. menit.
Seperti tes menggambar lainnya,
7) Peserta tes dipersilahkan
kedetailan dan kelengkapan
melakukan kegiatan
gambar dalam tes HTP lebih
penting daripada keindahan menggambar semampunya,
gambar. Secara keseluruhan karena bukan baik dan jelek
gambarlah rumah, pohon dan yang dilihat dari gambar
orang dengan sedetail dan sebaik tersebut.
226 mungkin. JURNAL PSIKOLOGI
PREDIKTIF PAPI-KOSTICK DAN BAUM, EMOSI KARYAWAN
imajinasi yang ada pada saat
8) Selesai menggambar, itu, selain pohon yang tidak
peserta diminta menuliskan boleh digambar.
usia dan jenis kelamin orang 6) Setelah peserta tes, selesai
yang digambar, kegiatan menggambar pohon, peserta
yang sedang dilakukan, cita- tes dapat menuliskan nama
cita/keinginan terpendam pohon yang digambar di
orang tersebut, serta uraian bawah gambar pohon yang
kelebihan dan kelemahan dibuatnya.
pribadi orang tersebut. 7) Terkadang peserta tes
diminta untuk
mempresentasikan hasil
c. Test BAUM
menggambarnya dengan
Instruksi test BAUM adalah sebagai
berikut: waktu penyajian 5 – 15
1) Sebelum tes dimulai, peserta menit (klasikal) atau tidak
tes akan diberikan alat tulis dibatasi (individu).
berupa kertas HVS kosong
berukuran A4 atau folio dan d. Test WARTEGG
kadangkala pensil HB. Instruksi pada test melengkapi gabar
Peserta tes tidak atau test Wartegg ini adalah sebagai
diperkenankan berikut:
menggunakan penghapus. 1) Pada kertas ini Anda melihat
Waktu yang tersedia delapan buah segi empat.
sebaiknya digunakan dengan Setiap segi empat berisi
bijak. tanda kecil. Tanda-tanda
2) Selanjutnya penguji akan tersebut tidak memiliki arti
meminta peserta tes khusus, hanya sekedar
menuliskan identitas dirinya bagian dari gambar yang
di sudut kanan atas kertas harus Anda buat dalam
yang terdiri atas nama masing-masing segi empat.
peserta, jenis kelamin, 2) Anda boleh menggambar
tingkat pendidikan, dan usia. apa saja yang Anda
3) Berikutnya peserta tes inginkan, dan Anda boleh
diminta untuk membalik mulai dari mana saja yang
kertas dan mendengarkan Anda sukai. Anda tidak
instruksi selanjutnya dari perlu mengikuti urutan,
penguji. seperti susunan segi empat
4) Penguji akan memberikan tersebut. Tetapi, Anda harus
instruksi kepada peserta tes memberi nomor untuk setiap
untuk menggambar pohon gambar sesuai dengan
berkayu kepada peserta tes, urutan ketika menggambar.
kecuali pohon perdu, 3) Setelah gambar selesai
pinus/cemara, palma/kelapa/ dibuat seluruhnya, ada
bambu, beringin, randu, instruksi selanjutnya. Yaitu
pisang, atau rumput- Anda harus memberi judul
rumputan. untuk masing-masing
5) Peserta tes dapat gambar yang telah dibuat,
menggambar pohon kemudian tuliskan pada
JURNAL PSIKOLOGI bagian bawah kertas yang 227
sembarang sesuai ide dan
SAVIRA & HIDAYAT
kosong. 5) Anda akan diberi waktu
4) Setelah itu, gambar mana sekitar 40 menit untuk
yang Anda sukai? Beri mengerjakan soal-soal
tanda plus (+) di belakang tersebut.
judul. 6) Kerjakan secara teliti dan
berhati-hati/ Jangan sampai
5) Gambar mana yang tidak
ada yang terlewat, karena
Anda sukai? Beri tanda
kurang (-) di bekalang judul. kesimpulan tidak dapat
6) Gambar mana yang menurut diambil apabila ada item
Anda paling mudah? Beri yang kosong atau terlewati.
tanda huruf ‘M’ di belakang
judul.
7) Gambar mana yang menurut
Anda paling sulit? Beri tanda
huruf ‘S’ di belakang judul.

e. Test EPPS (Edward Personal


Preference Schedule)
Instruksi test EPPS adalah sebagai
berikut:
1) Dihadapan Anda, terdapat
225 pasangan pernyataan, A
dan B. Tugas Anda adalah
memilih salah satu
pernyataan, yang paling
menggambarkan diri Anda.
2) Tidak ada jawaban benar
maupun jawaban salah dari
jawab-jawaban tersebut.
Jawaban yang kami
inginkan adalah jawaban
yang sesuai dengan diri
Anda.
3) Cara terbaik untuk
menjawab pernyataan ini
adalah dengan membacanya
sekilas, kemudian
menentukan jawaban.
Terlalu lama bertahan pada
satu soal, biasanya membuat
Anda semakin bingung
dalam menentukan pilihan.
4) Pada lembar jawaban,
silakan lingkari pernyataan
A atau B, sesuai dengan
jawaban yang Anda anggap
paling sesuai dengan diri
Anda.
228 JURNAL PSIKOLOGI

Anda mungkin juga menyukai