Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar

TUNAS
JURNAL PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
http://journal.umpalangkaraya.ac.id/index.php/tunas
UMP
Volume 5 Nomor 1, Desember 2019 (36-43)

INTERNALISASI FALSAFAH RUMAH BETANG UNTUK MEMBENTUK SIKAP


TOLERANSI
Internalization Of Falsafah Betang Houses To Form A Tolerance Attitude
1
Roso Sugiyanto, 2Abdul Rahman Azahari, 3Wawan Kartiwa dan 4Sapriline
1Universitas Palangka Raya, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia
2 Universitas Palangka Raya, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia
3 Universitas Palangka Raya, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia
4 Universitas Palangka Raya, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia

ARTIKEL INFO ABSTRAK


Diterima Rumah betang atau huma betang adalah rumah adat suku Dayak khas Kalimantan Tengah yang terdapat di
November 2019 berbagai daerah Kalimantan Tengah. Rumah Betang di bangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga
sampai lima meter dari tanah dengan panjang bangunan mencapai 150meter dan lebar hingga 30 meter.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Huma Betang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat dan menjadi
pedoman dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Kalimantan Tengah. Selain berfungsi sebagai rumah
adat, Huma Betang memiliki filosofi kehidupan yang sangat dalam dan mendasar bagi masyarakat seperti nilai
gotong royong, kebersamaan, toleransi, rukun, dan hidup berdampingan. Gotong royong dan kerukunan
sebagai nilai yang mapan dan terpelihara hingga saat ini. Manfaat dari eksistensi dan implementasi falsafah
Dipublikasi Huma Betang terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, beberapa diantaranya adalah
Desember 2019 Huma Betang sebagai refleksi kehidupan masyarakat yang toleran (togetherness in diversity). Rekontruksi nilai-
nilai huma betang dalam kehidupaan saat ini sangat diperlukan khususnya dalam rangka menyambut wacana
pemindahan ibu kota negara Indonesia. Revitalisasi budaya dapat dimulai dari pengangkatan nilai-nilai kearifan
lokal, salah satunya dari filosofi rumah adat Huma Betang. Revitalisasi dan implementasi falsafah huma betang
dapat dilakukan dengan secara formal dilakukan melalui pembelajaran berbasis etnopedagogik pada mata
pelajaran muatan lokal, secara informal dilakukan melalui pola perilaku keteladanan guru. Untuk membentuk
karakter siswa yang berasazkan falsafah rumah betang yang baik harus terdapat tiga komponen yaitu moral
knowing, (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral) dan moral action (perbuatan
moral).

Kata kunci: Falsafah Rumah Betang, Sikap Toleransi.

ABSTRACT

Betang house or Huma Betang is a traditional house of Dayak tribe typical of Central Kalimantan, which is found in
various regions of Central Kalimantan. Betang house was built in the form of a stage with a height of three to five
meters from the ground with a building length of 150 meters and a width of up to 30 meters. The values contained
in Huma Betang are highly valued by the community and serve as guidelines in daily life by the people of Central
Kalimantan. Aside from functioning as a traditional house, Huma Betang has a very deep and fundamental
philosophy of life for the community such as mutual cooperation, togetherness, tolerance, harmony, and coexistence.
Mutual cooperation and harmony as an established value and maintained until now. The benefits of the existence
*e-mail : and implementation of Huma Betang's philosophy on social, national and state life, some of which are Huma Betang
rososugiyanto@gm as a reflection of community life that is tolerant (togetherness in diversity). Reconstruction of the value of Betang
ail.com Huma in life today is very necessary, especially in order to welcome the discourse of moving the Indonesian capital.
Cultural revitalization can begin with the promotion of local wisdom values, one of which is the philosophy of the
Huma Betang traditional house. Revitalization and implementation of Huma Betang philosophy can be done formally
through ethnopedagogic-based learning on local content subjects, informally carried out through teacher exemplary
behavior patterns. To form the character of students who express the philosophy of a good betang house, there
must be three components, namely moral knowing, (moral knowledge), moral feeling (moral feeling) and moral
action (moral action).

Keywords: Betang House Philosophy, Tolerance..


© Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

36
1Roso Sugiyanto, 2Abdul Rahman Azahari, 3Wawan Kartiwa dan 4Sapriline
P-ISSN 2477-6076
E-ISSN 2685-8169
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar
PENDAHULUAN Dayak. Internalisasi karakter yang berasal dari
falsafah huma betang tersebut diharapkan mampu
Pengaruh globalisasi sangat besar terhadap
menjadi solusi jika anak-anak dihadapkan dengan
eksistensi budaya pada kehidupan sekarang ini.
persoalan-persoalan yang muncul atau
Salah satunya budaya huma betang, saat ini sudah
mengemuka dengan adanya penduduk yang
mulai ditinggalkan hanya beberapa keluarga saja
heterogen karena perpindahan ibukota
yang masih bermukim di sana. Apalagi dikota-kota
pemerintahan Republik Indonesia.
Kalimantan Tengah banyak rumah-rumah
Guru menjadi bagian dari sistem pendidikan
masyarakat yang dibangun dengan model modern
yang akan berperan penting dalam
dan minimalis yang berbanding terbalik dengan
menginternalisasikan nilai-nilai falsafah rumah
bangunan huma betang. Rumah Betang atau huma
betang pada anak-anak disekolah. Sistem
betang adalah rumah adat Suku Dayak khas
pendidikan yang mampu mengembangkan pribadi
Kalimantan Tengah yang terdapat di berbagai
yang memiliki karakter baik, yang secara personal
daerah Kalimantan Tengah, terutama di daerah
dan sosial siap menjalani dunianya seharusnya
hulu sungai yang biasanya menjadi pusat
menjadi tujuan utama setiap institusi pendidikan.
pemukiman suku Dayak. Rumah Betang di bangun
Sistem pendidikan yang sesuai untuk
dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga
menghasilkan kualitas yang cerdas dan berakhlak
sampai lima meter dari tanah dengan panjang
mulia adalah yang bersifat humanis dan
bangunan mencapai 150 meter dan lebar hingga
memposisikan peserta didik sebagai pribadi dan
30 meter. Secercah harapan dan kebanggan,
sekaligus sebagai anggota masyarakat yang perlu
ternyata masih ada tradisi dan budaya yang
dibantu dan didorong agar memiliki kebiasaan
diabstraksikan seperti abstraksi dari interaksi
efektif, perpaduan antara keinginan, pengetahuan,
dalam rumah betang yang masih dipertahankan
dan ketrampilan (Darmiyati Zuchdi, 2009: 6).
dalam alam pemikiran masyarakat Dayak.
Perpaduan tersebut secara harmonis
Pertanyaan penting yang patut diajukan adalah
menyebabkan seseorang atau suatu kelompok
apakah falsafah huma betang itu mampu menjawab
meninggalkan ketergantungan menuju
tantangan terhadap pemindahan ibu kota
kemandirian dan saling ketergantungan.
pemerintahan Republik Indonesia? Ataukah
Salingketergantungan sangat diperlukan dalam
memang falsafah huma betang ini sengaja dibuat
kehidupan yang semakin kompleks dan hanya
resisten dengan mengatasnamakan integrasi?
dapat diatasi secara kolaboratif sehingga
Beberapa pertanyaan tadi penting menjadi
diperlukan keterampilan membangun hubungan
tujuan dari telaah ini, yaitu mengkaji falsafah huma
yang serasi.
betang dan peran guru dalam menanamkan
Keseluruhan uraian di atas memberikan
falsafah huma betang pada anak-anak untuk
penegasan bahwa anak-anak akan tumbuh menjadi
menjawab tantangan perpindahan ibukota negara.
pribadi yang berkarakter baik apabila tumbuh
Upaya tersebut tentunya dengan mencari dan
dalam lingkungan sosial yang berkarakter juga, dan
mendalami berbagai pandangan mengenai budaya
memerlukan kesadaran dari seluruh pihak yang
huma betang yang dikonstruksikan oleh
mempengaruhi kehidupan anak yaitu keluarga,
masyarakat Dayak sendiri, dikenal sebagai
sekolah, dan masyarakat. Sehubungan dengan hal
pandangan tahan lama, tidak bisa diruntuhkan,
tersebut, diharapkan sekolah-sekolah di
mengakar. Falsafah yang ada pada huma betang
Kalimantan Tengah sebagai salah satu pihak yang
tersebut akan diinternaslisasikan ke anak-anak
bertanggung jawab atas pembentukan kepribadian
agar menyatu menjadi karakter anak masyarakat
37
1Roso Sugiyanto, 2Abdul Rahman Azahari, 3Wawan Kartiwa dan 4Sapriline
P-ISSN 2477-6076
E-ISSN 2685-8169
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar
anak seharusnya segera mengambil langkah untuk METODOLOGI PENELITIAN
menerapkan atau menanamkan/
menginternalisasikan falsafah rumah betang Artikel ini termasuk jenis artikel ilmiah non
sebagai kepribadian/ karakter anak-anak di penelitian, karena itu teknik penulisan yang
Kalimantan Tengah. Sehubungan adanya digunakan adalah teknik studi pustaka, yaitu
komitmen melaksanakan internalisasi karakter, mengkaji bahan-bahan pustaka yang berhubungan
hal ini sama artinya dengan mendukung dengan pendidikan dalam hubungannya dengan
pencapaian Pendidikan nasional itu sendiri. budaya. Pernyataan tersebut sesuai dengan
Menurut pasal 3 Undang-Undang No. 20 tahun pendapat Roth (Mestika, 2008) yang menyebutkan
2003 bahwa tujuan pendidikan nasional adalah “untuk melakukan studi kepustakaan,
untuk mengembangkan kemampuan dan perpustakaan merupakan suatu tempat yang tepat
membentuk watak serta peradaban bangsa yang guna memperoleh bahan-bahan dan informasi
bermartabat dalam rangka mencerdaskan yang relevan untuk dikumpulkan, dibaca dan dikaji,
kehidupan bangsa, bertujuan untuk dicatat dan dimanfaatkan”. Dengan demikian
berkembangnya potensi peserta didik agar pustaka yang dikaji untuk menyusun tulisan ini
menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada adalah sumber-sumber pustaka yang berhubungan
Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, dengan “Peran Pendidik, rumah betang dan
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi karakter”. Menurut Hasan (2002) pelaksanaan
warga negara yang demokratis serta bertanggung studi kepustakaan dilakukan melalui 3 (tiga) tahap,
jawab (Depdiknas, 2003:52) yaitu: 1. Mengetahui jenis pustaka, yang
Sekolah selain mengajarkan pengetahuan dibutuhkan, 2. Mengkaji dan mengumpulkan bahan
juga harus mengajarkan kebaikan untuk pustaka, dan 3. Menyajikan studi kepustakaan.
membentuk peserta didik yang berkarakter/ Pada tahap pertama penulis menetukan sumber
berkepribadian. Pendidikan karakter mempunyai pustaka baik sumber tertulis dan sumber tidak
tiga bagian yang saling berhubungan yaitu moral tertulis. Selanjutnya pada tahap kedua adalah
knowing, moral feeling, dan moral behavior (Lickona, melakukan kajian dan pengumpulan bahan pustaka
1991: 51). Kesuksesan pendidikan karakter sangat yang biasa disebut bibliografi atau kartu kutipan.
bergantung pada ada tidaknya knowing the good, Kemudian tahap yang terakhir adalah
loving/ desiring the good, dan doing/acting. memaparkan atau menyajikan hasil kajian pustaka
Pendidikan karakter bergerak dari knowing, itu sendiri baik dalam bentuk kutipan langsung
menuju doing sampai acting. maupun dalam bentuk kutipan tidak langsung.
Rumah betang memiliki nilai-nilai positif
yang perlu dilestarikan dan dikembangkan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
menjaga keharmonisan hidup baik dalam keluarga, A. Falsafah Rumah Betang
sekolah, masyarakat, berbangsa dan bernegara. Filosofi merupakan suatu kebenaran yang
Berdasarkan pemaparan di atas Tujuan dari telaah dianggap benar. Untuk diketahui bahwa filosofi
ini, yaitu mengkaji falsafah budaya rumah betang Huma Betang (Rumah Betang) di Kalimantan
dan bagaimana cara menginternalisasikannya pada Tengah sangat menjunjung tinggi perdamaian dan
anak-anak untuk menjawab tantangan anti-kekerasan serta hidup toleransi yang tinggi
perpindahan ibu kota pemerintahan Republik antar-umat beragama, Farada (Ibnu Elmi, 2018).
Indonesia. Falsafah huma betang merupakan salah satu
budaya yang tumbuh dan berkembang pada
masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah. Rumah
38
1Roso Sugiyanto, 2Abdul Rahman Azahari, 3Wawan Kartiwa dan 4Sapriline
P-ISSN 2477-6076
E-ISSN 2685-8169
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar
betang/ huma betang tidak hanya menjadi mereka dalam keadaan keterbatasan. Perlakuan
bangunan fisik tempat tinggal masyarakat Suku terhadap orang lain di luar komunitas betang
Dayak saja akan tetapi menjadi bangunan jantung memang mendapat tanggapan yang positif dari
dari struktur sosial kehidupan. Struktur sosial warga masyarakat lainnya yang bukan Dayak.
utama adalah adanya nilai yaitu kebersamaan di Mereka ikut merasakan bagaimana perlakuan
dalam perbedaan (together in diversity), artinya ada komunitas betang yang pada prinsipnya
semangat kesatuan dan persatuan, etos kerja dan menganggap bahwa orang lain adalah pahari.
toleransi yang tinggi untuk mengelola secara 2. Handep
bersama-sama segala perbedaan yang ada dan Kearifan betang yang tidak pernah sirna
mampu berkompetisi secara jujur sehingga adalah handep yang diartikan sebagai sikap saling
perbedaan yang ada menjadi sebuah kekuatan membantu atau tolong-menolong secara
untuk bersatu bukan sebagai jurang pemisah. bergantian, pandohop (bantuan), saling mandohop
Nilai-nilai yang terkandung dalam rumah (membantu). Handep biasanya terlihat secara
betang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat dan konkret pada upacara kematian (tiwah), upacara
menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari perkawinan, membuka lahan atau ingin menanam
oleh masyarakat Kalimantan Tengah. Selain padi, serta upacara-upacara adat lainnya.
berfungsi sebagai rumah adat, rumah betang Semangat tolong-menolong yang tinggi dalam
memiliki filosofi kehidupan yang sangat dalam dan komunitas betang dinampakkan dalam handep.
mendasar bagi masyarakat seperti nilai gotong Menurut Ibnu Elmi, (2018) Perbedaan yang ada
royong, kebersamaan, toleransi, rukun, dan hidup tidak membuat penghuni Huma Betang
berdampingan. Berikut nilai-nilai yang terkandung memikirkan kelompoknya sendiri. Mereka selalu
dalam rumah betang. bahumembahu dalam melakukan sesuatu,
1. Hapahari misalnya apabila ada kerusakan di Huma Betang.
Hapahari diartikan sebagai persaudaraan Mereka bersama-sama memperbaikinya, tidak
dan kebersamaan dalam kehidupan di rumah memandang agama ataupun suku. Handep
betang. Menurut Ibnu Elmi, (2018) rumah betang dilakukan dalam segalahal segi kehidupan dimana
dihuni oleh satu keluarga besar yang terdiri dari pekerjaan tersebut tidak dapat dilakukan sendiri
berbagai agama dan kepercayaan, namun mereka tapi membutuhkan pertolongan warga betang
selalu hidup rukun dan damai. Perbedaan yang ada lainnya. Untuk melakukan handep diperlukan hati
tidak dijadikan alat pemecah diantara mereka yang bersih dan penuh kasih, jauh dari kebencian
artinya dalam hal ini falafah dalam rumah betang dan kedengkian agar pekerjaan yang berat menjadi
adalah “Hidup Rukun dan Damai Walau Terdapat ringan ketika dikerjakan bersama dengan sukacita
Banyak Perbedaan”. Secara filosofis budaya huma dan ketulusan.
betang di Kalimantan Tengah menggambarkan 3. Belom Bahadat
kebersamaan dalam keberagaman. Hidup bersama Belom bahadat artinya adalah hidup beradab
dengan berbagai keberadaan masing-masing dan memiliki etika, dipahami oleh komunitas
individu yang memiliki karakter yang berbeda- betang sebagai aturan atau tata krama yang
beda. Pada dasarnya pelaksanaan konsep hapahari mengatur kehidupan bersama, yaitu menghargai
memegang prinsip bahwa tamu adalah raja, sebagi adat yang berlaku dalam wilayah komunitas adat
contoh sederhana mereka menghargai orang luar yang bersangkutan. Dalam rumah betang ini setiap
atau tamu dengan berusaha memberikan kehidupan individu dalam rumah tangga dan
kepuasan kepada tamu tersebut, walaupun kondisi masyarakat diatur melalui kesepakatan bersama

39
1Roso Sugiyanto, 2Abdul Rahman Azahari, 3Wawan Kartiwa dan 4Sapriline
P-ISSN 2477-6076
E-ISSN 2685-8169
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar
yang dituangkan dalam hukum adat. Dengan hidup memahami dan menghayati nilai secara afektif, dan
beradab dan beretika, maka akan tercipta suatu langkah pembentukan tekad secara konatif.
system kehidupan yang rukun dan damai. Internalisasi karakter siswa seharusnya menjadi
4. Hapakat Kula bagian dari program lembaga sekolah, yang
Hapakat kula (saling bermufakat) dirancang dalam kerjasama dengan lembaga
merupakan ciri khas kehidupan para penghuni komunitas yang lain dengan tujuan untuk
rumah betang. Setiap penghuni rumah membentuk secara langsung dan sistematis
menginginkan kedamaian dan kekeluargaan, perilaku anak muda (siswa) dengan memberikan
apabila ada perselisihan akan di cari pemecahnya pengaruh secara nyata kepada mereka berupa
dengan cara damai dan kekeluargaan dengan nilai-nilai yang tidak relatif (nilai yang bersifat
mengedepankan musyawarah dan mufakat. absolut) yang diyakini memperbaiki prilaku seperti
Putusan dari musyawarah dan mufakat tersebut, falsafah rumah betang, seperti yang diungkapkan
diambil sebagai kesepakatan bersama yang harus oleh Nucci dan Narvaez, (2008: 90)
dijalankan dengan benar. “Character education can be defined as any school-
B. Internalisasi Falsafah Huma Betang instituted program, designed in cooperation with
pada Anak Sekolah other community institution, to shape directly and
systematically the behavior of young people by
Pengembangan kepribadian anak-anak
influencing explicitly the non-relativistic values
disekolah dengan menginternalisasi falsafah rumah believed directly to bring about that behavior”.
betang pada sekolah-sekolah di Kalimantan Jadi, pendidikan karakter (internalisasi
Tengah sama konsepnya dengan pelaksanaan falsafah rumah betang) merupakan program
pendidikan karakter. Pendidikan karakter sekolah namun dalam pelaksanaannya dilakukan
disekolah menganjurkan hubungan yang saling secara kerjasama dengan keluarga dan
menghoramati sehingga para siswa dan pegawai masyarakat. Ini menunjukkan bahwa kegiatan
bisa bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan internalisasi falsafah rumah betang tidak berdiri
bersama. Di sekolah seharusnya terjadi hubungan sendiri sebagai kewajiban dari sekolah saja akan
yang saling memedulikan sehingga semua anggota tetapi melibatkan unsur di luar sekolah yaitu
komunitas merasa menjadi bagian dari kelompok. keluarga dan masyarakat. Tanpa keterlibatan
Sekolah harus memberikan peluang kepada siswa orang tua dan keluarga maka sebaik apapun nilai-
untuk melakukan kerjasama yang sering dalam nilai yang diajarkan di sekolah akan menjadi sia-sia.
komunitas sekolah itu. Hal demikian ini seperti Menurut Muhaimin (1996: 153), proses
dikatakan oleh Athur (2003:119) bahwa: internalisasi dalam pembinaan peserta didik atau
“The development of character naturally takes anak asuh ada tiga tahap yang mewakili proses
place within communities, such as schools, which atau tahap terjadinya internalisasi yaitu:
encourage respectful relationships so that pupils
1. Tahap transformasi nilai, tahap ini
and staff work together to meet common purposes.
These relationships in a school should be caring merupakan suatu proses yang akan
relationships which help all to feel that they belong dilakukan oleh pendidik dalam
as full members of a community. This means schools menginformasikan nilai-nilai yang baik,
need to design opportunities for pupils to kurang baik dan nlai tercela. Pada tahap ini
collaborate on a frequent basis”. hanya terjadi komunikasi verbal anatar
Internalisasi falsafah rumah betang mestinya
pendidik dan pesert didik.
mengikuti langkah-langkah yang sistematis, dimulai
2. Tahap transaksi nilai, yaitu tahap
dari pengenalan nilai secara kognitif, langkah
Pendidikan nilai dengan jalan melakukan

40
1Roso Sugiyanto, 2Abdul Rahman Azahari, 3Wawan Kartiwa dan 4Sapriline
P-ISSN 2477-6076
E-ISSN 2685-8169
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar
komunikasi dua arah, atau interaksi antara betang. Falsafah rumah betang akan menjadi
peserta didik dengan pendidik yang bersifat karakter atau kepribadian siswa di Kalimantan
interaksi timbal-balik. Tengah tidak sebatas pengetahuan saja tetapi
3. Tahap traninternalisasi, tahap ini jauh lebih menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri.
mendalam dari tahap transaksi. Pada tahap Berdasarkan kajian ditemukan ada tiga tahapan
ini bukan hanya dilakukan dengan sekaligus komponen yang harus dilakukan dalam
komunikasi verbal akan tetapi juga siap menginternalisasikan falsafah rumah betang.
mental dan kepribadian, jadi pada tahap ini Tahapan dan komponen yang dimaksud meliputi
komunikasi kepribadian yang berperan moral knowing, (pengetahuan tentang moral),
secara aktif. moral feeling (perasaan tentang moral) dan moral
Kirchenbaum (1995: 31) menyatakan action (perbuatan moral).
bahwa pendidikan karakter (internalisasi falsafah 1. Moral knowing
rumah betang) seharusnya dilaksanakan dengan Tahapan ini merupakan langkah pertama
pendekatan secara komprehensif yang meliputi yang harus dilaksanakan dalam penyelenggaraan
inkulkasi nilai, keteladanan nilai, fasilitasi nilai, dan internalisasi falsafah rumah betang. Pada tahap ini
pengembangan ketrampilan. Keteladanan nilai siswa diharapkan mampu membedakan nilai yang
merupakan pemberian teladan oleh guru. Guru baik dan nilai-nilai yang tidak baik (tercela). Siswa
mempunyai peran yang sangat penting untuk juga diharapkan mampu memahami secara logis
memberikan model yang ideal dan memfasilitasi dan rasional tentang pentingnya karakter sebagai
anak dalam pemerolehan pendidikan karakter cerminan kepribadiaan seseorang, selain itu siswa
(memahami dan menghayati falsafah rumah diharapkan mampu menemukan sosok atau model
betang). Guru adalah contoh nyata yang bisa ditiru yang bias dijadikan panutan.
oleh murid (ing ngarso sung tuladha). Selain contoh Moral knowing sebagai aspek pertama
dalam pembelajaran yang dilakukan, guru haruslah memiliki enam unsur yaitu kesadaran moral
mempunyai cara-cara yang bagus atau metode (moral awareness), pengetahuan tentang nilai-nilai
pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar moral (knowing moral values), penentuan sudut
mengajar di sekolah, sehingga anak bisa pandang (persepective taking), logika moral (moral
mengadopsi nilai-nilai falsafah rumah betang yang reasoning), keberanian mengambil sikap (dicision
terintegrasi dalam proses pembelajaran yang making), dan pengenalan diri (self knowledge). Ke-
dengan sengaja diberikan agar siswa menjadi lebih enam unsur adalah komponen-komponen yang
baik. harus diajarkan kepada siswa untuk mengisi ranah
Menurut Licona (1991:51) Pendidikan kognitif (Licona,1991:53).
karakter bergerak dari knowing, menuju doing, 2. Moral loving atau feeling
atau acting. Penyebab ketidakmampuan seseorang Tahapan kedua ini dimaksudkan untuk
berlaku baik, meskipun telah memiliki menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap
pengetahuan tentang kebaikan itu (moral knowing) nilai-nilai falsafah rumah betang dan juga memiliki
adalah karena tidak terlatih untuk melakukan kemampuan menilai dirinya sendiri atau
kebaikan (moral doing). Berangkat dari pemikiran intropeksi diri. Pada tahap ini guru harus bisa
tersebut maka kesuksesan pendidikan karakter menjangkau dimensi emosional siswa, hati dan
sangat bergantung pada ada tidaknya knowing, jiwa siswa. Moral loving atau feeling merupakan
loving, dan doing atau acting dalam pengetahuan aspek emosi siswa-siswa di
penyelenggaraan internalisasi falsafah rumah Kalimantan Tengah untuk menjadi manusia yang

41
1Roso Sugiyanto, 2Abdul Rahman Azahari, 3Wawan Kartiwa dan 4Sapriline
P-ISSN 2477-6076
E-ISSN 2685-8169
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar
berkarakter/ berkepribadian berasazkan falsafah Kalimantan Tengah. Selain berfungsi sebagai
rumah betang. Penguatan ini berkaitan dengan rumah adat, Huma Betang memiliki filosofi
bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh kehidupan yang sangat dalam dan mendasar bagi
siswa, yaitu kesadaran akan jati diri, percaya diri masyarakat seperti Hapahari (persaudaraan dan
(self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain kebersamaan), Handep (tolong-menolong), Belom
(emphaty), cinta kebenaran (loving the good), Bahadat (hidup beradab dan memiliki etika), dan
pengendalian diri (self control), kerendahan hati/ Hapakat Kula (saling bermufakat). (2) Untuk
humanity (Licona,1991:53). membentuk karakter siswa yang berasazkan
3. Moral acting sebagai outcome falsafah rumah betang yang baik terdapat tiga
Tahap ini merupakan puncak keberhasilan tahapan sekaligus komponen yaitu moral knowing,
dalam internalisasi falsafah rumah betang pada (pengetahuan tentang moral), moral feeling
siswa, yakni ketika siswa sudah mampu (perasaan tentang moral) dan moral action
mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari (perbuatan moral).
secara sadar. Jika seseorang mempunyai kualitas
moral secara intelektual maupun secara emosi,
maka orang tersebut sepertinya akan melakukan DAFTAR PUSTAKA
apa yang diketahui dan dirasa sebagai sesuatu yang Athur, James. (2003). Education with character: The
benar. Lickona (1991:61) menyebutkan bahwa moral economy of schooling. London:
dalam mentransformasikan apa yang diketahui dan RoutledgeFalmer
dirasa harus dilakukan menjadi suatu tindakan Darmiyati Zuchdi. (2009). Humanisasi pendidikan:
nyata memerlukan waktu yang tidak sebentar. Menemukan kembali pendidikan yang
Menurut Licona ada tiga aspek karakter yang manusiawi. Jakarta: Bumi Aksara.
menjadikan seseorang melakukan tindakan moral, Departemen Pendidikan Nasional. (2003).
yaitu: kompetensi (competence), keinginan (will), Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun
dan kebiasaan (habit). Ketiga tahapan pendidikan 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
karakter di atas harus diberikan melalui cara-cara Hasan. 2002. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia
yang logis, rasional, dan demokratis. Ketiga Indonesia.
komponen karkter seperti yang dikemukakan Ibnu Elmi AS Pelua, Jefry Tarantang. 2018.
oleh Lickona diatas adalah konten dari masing- Interkoneksi Nilai-Nilai Huma Betang
masing nilai yang diajarkan dalam pendidikan Kalimantan Tengah dengan Pancasila. Jurnal
karakter. Studi Agama dan Masyarakat.
Kirchenbaum, H. (1995). 100 ways to enchance
values and morality in two schools and youth
SIMPULAN
setting. Boston: Allyn and Bacon.
Berdasarkan pembahasan dapat Lickona, Thomas. (1991). Educating for character.
disimpulkan sebagai berikut; (1) secara filosofi, How our school can teach respect and
budaya huma betang di Kalimantan Tengah responsibility. New York: Bantam Books.
menggambarkan kebersamaan dalam Mestika. 2008. Metodo penelitian kepustakaan.
keberagaman. Nilai-nilai yang terkandung dalam Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Huma Betang sangat dijunjung tinggi oleh Muhaimin. 1996. Strategi Belajar Mengajar.
masyarakat dan menjadi pedoman dalam Surabaya: Citra media.
kehidupan sehari-hari oleh masyarakat

42
1Roso Sugiyanto, 2Abdul Rahman Azahari, 3Wawan Kartiwa dan 4Sapriline
P-ISSN 2477-6076
E-ISSN 2685-8169
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Nucci, Larry P. & Narvaez, Darcia [Eds.]. (2008).
Handbook of moral and character education.
New York: Routledge.

43
1Roso Sugiyanto, 2Abdul Rahman Azahari, 3Wawan Kartiwa dan 4Sapriline
P-ISSN 2477-6076
E-ISSN 2685-8169

Anda mungkin juga menyukai