Anda di halaman 1dari 6

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (POP)

IMTERVENSI BALITA DENGAN MAfAE QIZT KUNG

NOMOR DOKUMEN
No. REVISI HALAMAN
002/SOP-TPPS/402.118/202 3
00 6

Tanggal Terbit DITETAPKAN


TIM UPATI MADIUN
PERCEPATAN KU
PENURUNAN AP .SANA TPPS
STUNTING
(TPPS)
KABUPATEN
MADIUN RI W TO, SH, M.Ak
.Og... Februari 2023 kondi kurangan dan/atau
1. Pengertian 1. Masalah gizi kurang adalah
ketidakseimbangan asupan energi dan zat gil
2. Kekurangan gizi, meliputi berat badan kurang/underweight (berat badan
rendah menurut usia dan jenis kelamin), gizi kurang (berat badan rendah
menurut panjang/tinggi badan), gizi buruk (berat badan sangat rendah
menurut panjang/tinggi badan), stunting (tinggi/panjang badan rendah
menurut usia dan jenis kelamin).
3. Gagal Tumbuh atau weight faltering adalah suatu keadaan terjadinya
keterlambatan pertumbuhan fisik pada bayi dan anak usia bawah dua
tahun yang ditandai dengan kenaikan berat badan di bawah standar
kenaikan berat badan minimal (KBM), tetap atau turun pada grafik Kartu
Menuju Sehat (KMS) jika dibandingkan dengan penimbangan satu bulan
sebelumnya. Weight faltering merupakan tanda awal kekurangan gizi,
harus dicari penyebabnya dan ditatalaksana segera.
4. Berat badan kurang (underweight) adalah kekurangan gizi pada balita
yang ditandai grafik berat badan menurut umur (BB/U) dibawah garis
merah (- 3 SD sd <- 2 SO).
Berat badan sangat kurang (severely underweight) adalah kekurangan
gizi pada balita yang ditandai grafik berat badan menurut umur (BB/U)
dibawah garis hitam (<-3 SO).
6. Gizi Kurang (Wasted) adalah kekurangan gizi pada balita yang ditandai
dengan kondisi kurus, pada grafik berat badan menurut panjang badan
atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB) dibawah garis merah (- 3 SO sd
2 SD).
7. Gizi Buruk (Severely Wasted) adalah kekurangan gizi balita yang ditandai
dengan kondisi sangat kurus, pada grafik berat badan menurut panjang
badan atau berat badan dibanding tinggi badan (BB/PB atau BB/TB)
dibawah garis hitam (<-3 SD).
8. Anak Pendek (Stunted) adalah kekurangan gizi balita akibat perlambatan
pertumbuhan panjang atau tinggi badan bita dibandingkan dengan
umurnya, ditandai grafik Panjang Badan atau Tinggi Badan menurut
UmUr (PB/U atau TB/U) dibawah garis merah (- 3 SD sd «- 2 SO).
9. Anak Sangat Pendek (Severely Stunted) adalah kekurangan gizi balita
akibat perlambatan pertumbuhan panjang atau tinggi badan yang berat
bita dibandingkan dengan umurnya, ditandai grafik Panjang Badan atau
Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U) dibawah garis hitam («- 3
SD).
10. Penyebab Potensial perlambatan pertumbuhan (Red Flags) adalah
faktor-faktor potensial sebagai penyebab terjadinya perlambatan
pertumbuhan yaitu
a. adanya asupan kalori yang tidak adekuat
-
Gastroesofageal refluks
-
Pasokan ASI tidak adekuat atau perlekatan tidak efektif
-
Penyiapan susu formula yang salah
-
Gangguan mekanik dalam menyusu (misal celah bibir/ langit-
langit)
-
Penelantaran atau kekerasan anak
-
Kebiasaan makan yang buruk
-
Gangguan koordinasi neuromotor oral
-
Gangguan gastrointestinal yang diinduksi toksin (misal
peningkatan kadar timbal menyebabkan anoreksia, konstipasi,
atau nyeri perut)
b. gangguan absorpsi
-
Anemia, defisiensi besi
-
Atresia bilier
-
Penyakit celiac
Gangguan gastrointestinal kronis (misal irritable bowel syndrome),
infeksi
- Fibrosis kistik
Kelainan metabolisme bawaan
- Alergi susu sapi
- Kolestasis, penyakit hati
c. meningkatnya metabolisme tubuh akibat penyakit tertentu
- lnfeksi kronik (HIV-AIDS, tuberkulosis)
Kelainan jantung bawaan
- Penyakit paru kronik (pada bayi dengan riwayat prematur)
- Keganasan
- Gagal ginjal
Hipertiroid
- Kondisi infalamasi (misal asma, inflammatory bowel disease)

2. Tujuan 1. Meningkatkan kualitas intervensi spesifik masalah gizi kurang pada balita
2. Menyusun langkah-langkah intervensi spesifik masalah gizi kurang pada
balita

3. Kebijakan 1. Keputusan Bupati Madiun Nomor : 188.45 / 263 /Kpts/402.013/ 2022


tentang Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Madiun,

4. Referensi 2. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan


Penurunan Stunting.
3. Peraturan Menteri Kesehatan No 29 Tahun 2019 tentang
Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak Akibat Penyakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan No 2 Tahun 2020 tentang Standar
Antropometri Anak.
5. Peraturan Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional
Nomor 12 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Percepatan
Penurunan Angka Stunting Indonesia Tahun 2021-2024.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No HK.01.07/Menkes/1928 Tahun 2022
tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana
Stunting.
5. Prosedur LANGKAH INTERVENSI KASUS GAGAL TUMBUH / WEIGHT
FALTERING PADA BAYI 0 - 6 BULAN
1. Kader/Tenaga kesehatan pada langkah ke 3 Posyandu merujuk bayi
kepada Tim KesehataniPuskesmas pada langkah ke 5 Posyandu.
2. Tim Kesehatan/Puskesmas mengidentifikasi apakah ada tanda “Red Flag
I Penyebab Potensial"
a. Bila ada maka Tim Kesehatan/Puskesmas merujuk bayi ke Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) CarubanlDolopo.
b. Bila tidak ada red flag dan tersedia konselor menyusui di Puskesmas
maka ibu diberikan konseling menyusui untuk memperbaiki kualitas
ASI. Ibu diminta kunjungan ulang bersama bayi setelah 14 hari.
1) Apabila kondisi anak membaik (BB naik), maka Tenaga
Kesehatan Puskesmas memberikan pujian pada ibu dan
memotivasi ibu untuk melanjutkan pemberian ASI.
2) Apabila kondisi anak tidak membaik (BB tetap), maka Tenaga
Kesehatan Puskesmas merujuk bayi dan ibu ke RSUD Caruban /
Dolopo.
3. Apabila kondisi balita membaik maka RSUD melakukan rujuk balik ke
Puskesmas
4. Perangkat desa mengupayakan kesertaan JKN bagi bayi yang belum
mempunyai kartu JKN.
7. Tim Pendamping Keluarga memonitor kondisi ibu dan bayi dan
melaporkan kepada TPPS Desa dan Puskesmas
LANGKAH INTERVENSI KASUS GAGAL TUMBUH / WEIGHT
FALTERING, BB KURANG (UNDERWEIGHT), GIZI KURANG PADA
BADUTA 6 - 23 BULAN
1. Kader/Tenaga kesehatan pada langkah ke 3 Posyandu merujuk bayi
kepada Tim Kesehatan/Puskesmas pada langkah ke 5 Posyandu.
2. Tim Kesehatan/Puskesmas mengidentifikasi apakah ada tanda “Red
Flag / Penyebab Potensial"
a. Bila ada maka Tim Kesehatan/Puskesmas merujuk bayi ke Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Caruban/Dolopo.
b. Bila tidak ada red flag maka tenaga Kesehatan (ahli gizi) memberikan
konseling
1) Menyusui : Ibu dimotivasi melanjutkan pemberian ASI.
2) Variasi menu lengkap Makanan Pendamping ASI (Tinggi
karbohidrat, tinggi protein utamanya hewani selama 14 hari bagi
sasaran weight faltering dan under weight, selama 90 hari bagi
Sasaran gizi kurang, tinggi lemak/TKTPTL) beserta contoh
ukurannya
3. Tim Kesehatan/Puskesmas memberikan rekomendasi pada Kepala Desa
melalui Ketua TP PKK Desa untuk menyediakan MP ASI TKTPTL
selama 14 hari bagi sasaran weight faltering dan under weight, selama
90 hari bagi Sasaran gizi kurang dari keluarga tidak mampu.
4. Tim Kesehatan/Puskesmas meminta ibu untuk kunjungan ulang bersama
bayi setelah 14 hari.
a. Apabila kondisi anak membaik (BB naik) dan tidak BB Kurang atau
Gizi Kurang, maka Tenaga Kesehatan Puskesmas memberikan
pujian pada ibu dan memotivasi ibu untuk melanjutkan pemberian ASI
dan MP ASI menu lengkap .
b. Apabila kondisi anak membaik (BB naik) tetapi BB masih kurang atau
Gizi Kurano maka pemberian ASI dan MP ASI TKTPTL dilanjutkan
sampai dengan 90 hari, dengan evaluasi dilakukan setiap bulan.
c. Apabila kondisi anak tidak membaik (BB tetap), maka Tenaga
Kesehatan Puskesmas merujuk bayi dan ibu ke RSUD Caruban /
Dolopo.
5. Apabila kondisi balita membaik maka RSUD melakukan rujuk balik ke
Puskesmas
6. Tim Pendamping Keluarga memonitor kondisi ibu dan bayi/baduta dan
melaporkan kepada TPPS Desa dan Puskesmas.
7. Kepala Desa mengupayakan kesertaan JKN bagi bayi/baduta yang
belum mempunyai kartu JKN.
8. Kepala Desa mengusulkan kepada Dinas Sosial agar bayi/baduta
mendapatkan bantuan sosial.

LANGKAH INTERVENSI KASUS GIZI BURUK DAN PENDEK / SANGAT


PENDEK
1. Kader/Tenaga kesehatan pada langkah ke 3 Posyandu merujuk bayi
kepada Tim Kesehatan/Puskesmas pada langkah ke 5 Posyandu.
2. Tim Kesehatan/Puskesmas memberikan informed consent rujukan.
3. Tim Kesehatan/Puskesmas merujuk bayi/anak baduta ke Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Caruban/Dolopo pada baduta gizi buruk dan
baduta pendek / sangat pendek yang terkonfirmasi probably stunting.
4. Tim Kesehatan/Puskesmas merujuk bayi/anak baduta ke Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Caruban/Dolopo pada baduta gizi buruk dan
baduta pendek / sangat pendek yang terkonfirmasi probably stunting.
5. Apabila kondisi balita membaik maka RSUD melakukan rujuk balik ke
Puskesmas
6. Tim Pendamping Keluarga memonitor kondisi ibu dan bayi/baduta dan
melaporkan kepada TPPS Desa dan Puskesmas.
7. Kepala Desa mengupayakan kesertaan JKN bagi bayi/baduta yang
belum mempunyai kartu JKN.
8. Kepala Desa mengusulkan kepada Dinas Sosial agar bayilbaduta
mendapatkan bantuan sosial
6. Diagram
Alir Posyandu Tlmbang
dan Ukur

BB dan PB balk, B8 st gat kurang, Glzl BBLR,


elght Falterlng (+), B
Weight Faltering (-) Kurang, Glzi Kurang BUFUk, Pendek, Sangat Prematur
Pendek
Ru)uk RSUD
< 6 bulan >6 bulan Rujuk RSUD
Caruban
Rujuk Puskesmas
1. Pujl Ibu 1¥ PUjI Ibu (Evaluasi Red Flag) Red Flag (+)
Red Flag (-)
2.
2. Lanjutkan ASI Lanjutkan ASI 1. EValuasl Stuntlng /
3. Rujuk Bailk ke
PMT/MP ASI Non Stunting
1.Konseling Rujuk RSUD membaik
menu lengkap Caruban 2. Evaluasl Red FIag
menyusui,
2. MP ASI TKTPTL 3. Pemberian PKIVIK

1. Evaluasi Red Flag


2. Terapi PenYebab Rujuk Balfh ke
Puske5mas bila
Timbang Ulang 3. PDX memba
setelah 14 harl

gg Ru uk 8aIIk ke
BB Tetap Puskesmas blla
Menlngkat memba

Rujuk Rsuo
B8 KURANG, GIN
KURANG
/Dolopo

2- Lanjvxksn ASt dan 1.Evaluasl Red


MP A& nwnu & ya
Flag
2. Terapl Penyebab
3. PDK

Rujuk 3allk ka Puskcsmas


bla membaik
7. Hal yang 1. Bayi, Baduta, Balita yang dirujuk dıpastıKan kepemilikan kartu JKN
perlu 2. Dipastikan sasaran yang dirujuk mendapatkan edukasi dan
diperhatikan pendampingan rujukan dari desa

8. Keterkaitan 1. SOP Persiapan, pelaksanaan posyandu balita dan tindak lanjutnya


SOP

Anda mungkin juga menyukai