Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

PADA KASUS ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUKAEMIA


Disusun untuk memenuhi penugasan mata kuliah Keperawatan Anak
Pembimbing Akademik : Dr. Meira Erawati S.Kep., M.Si.Med.
Pembimbing Klinik : Ns. Shilky Khanifaa, S. Kep

Disusun oleh :
Fahrun Ningsih
22020121210076
Kelompok 6

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN 38


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITASDIPONEGORO
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Leukemia merupakan kanker pada jaringan pembulu darah yang sering
ditemui pada anak- anak disebabkan karena penyakit ganas dari sumsum tulang
dan sistem limfatik (Wong et al., 2009). Leukemia adalah penyakit ganas
progresif pada jaringan pembentuk darah. Leukemia terjadi karena adanya
kerusakan pada pabrik pembuatan sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini
sering terjadi pada anak yang berusia diatas 1 tahun, dan puncaknya antara usia β
sampai 6 tahun. (Apriani, 2013).
(Wolley et al., 2019), menyatakan bahwa di Indonesia insiden leukemia
2,5- 4,0 per 100.000 anak dengan 2000-3200 kasus LLA tiap tahunnya. Di RSUP
Prof. Dr. R.D. Kandou Manado sepanjang tahun 2008-2012 jumlah anak yang
menderita LLA sekitar 60 anak yang rawat inap. Di RSK Dharmais tahun 2004-
2008 kasus LLA sebanyak 34 kasus dan LMA 10 kasus. Pada tahun 2007-2009
di Departemen Kesehatan Anak FKUI/RSCM telah dirawat pasien baru LLA
sebanyak 198 kasus (Sulastriana, Sori Muda, 2012).
Anak yang menderita leukemia akan menunjukkan gejala demam,
terdapat petekie atau memar tanpa sebab. Leukemia dapat menyebabkan
perdarahan, infeksi sekunder maupun gagal organ. Gagal organ dapat terjadi
karena sel – sel leukemia dapat menginvasi testis, ginjal, prostat, ovarium,
saluran gastro intestinal, dan paru – paru. Lokasi invasi yang paling berbahaya
adalah Sistem Saraf Pusat (SSP) karena mengakibatkan tekanan intrakranial
sehingga dapat menyebabkan kematian (Wong et al., 2009). Perlu dilakukan
asuhan keperawatan secara tepat dan benar sehingga tidak terjadi infeksi dan
perdarahan pada anak.
B. TUJUAN
1. Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan anak dengan diagnosis
Acute Limphoblastic Leukaemia.
2. Khusus
1) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian terhadap anak dengan
diagnosis Acute Limphoblastic Leukaemia.
2) Mahasiswa mampu melakukan perumusan diagnosis keperawatan
berdasarkan data fokus yang terkumpul pada anak dengan diagnosis
Acute Limphoblastic Leukaemia.
3) Mahasiswa mampu menentukan tujuan dan merencanakan tindakan
keperawatan pada anak dengan diagnosis Acute Limphoblastic
Leukaemia.
4) Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada
anak dengan diagnosis Acute Limphoblastic Leukaemia.
5) Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosis
Acute Limphoblastic Leukaemia.
BAB II
TINJAUAN TEORI

MINDMAPS
DEFINISI PEMERIKSAAN PENUNJANG
Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang ditandai 1. Hitung darah lengkap (Hb, Trombosit, eritrosit)
dengan sel darah putih abnormal dalam sumsum tulang (Wolley 2. Pemeriksaan sel darah tepi
et al., 2019). Leukemia Limfoblastik Akut adalah penyakit 3. Asam urat serum/urin : mungkin meningkat
keganasan yang berciri khas infiltrasi progresif dari sel limfoid 4. Biopsi sumsum tulang
imatur dari sumsum tulang dan organ limfatik yang dikenal 5. Biopsi nodus limfa
sebagai limfoblas (Nuraini & Mariyam, 2020).

NYERI KRONIK DEFISIT PENGETAHUAN


b.d Agen Injury Biologi. b.d Kurang informasi.
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga.
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
presipitasi. berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara

ACUTE LEUKEMIA
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan. yang yepat.
3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada

LYMPHOBLASTIC
dukungan. penyakit, dengan cara yang tepat.
4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan. 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat.
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri. 6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara
6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi. yang tepat.
7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, 7. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien
relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin. dengan cara yang tepat.
8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: 8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
9. Tingkatkan istirahat. 9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
10. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan.
berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi 10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan
ketidaknyamanan dari prosedur. cara yang tepat.
11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali.

RISIKO INFEKSI
b.d Pertahanan sekunder inadekuat (penurunan Hb)
1. Pertahankan teknik aseptif.
2. Batasi pengunjung bila perlu.
POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
b.d Kurangnya Suplai O2 Ke Jaringan Otak. keperawatan.
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi. 4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung.
2. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan. 5. Ganti letak IV perifer dan diressing sesuai dengan petunjuk
3. Monitor respirasi dan status O2. umum.
4. Pertahankan jalan nafas yang paten. 6. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
5. Atur peralatan oksigenasi. kandung kencing.
6. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi. 7. Tingkatkan intake nutrisi.
7. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR sesudah dan sebelum, 8. Berikan terapi antibiotik.
selama, dan setelah aktivitas. 9. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
8. Monitor pola pernapasan abnormal. 10. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
9. Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit. panas, drainase.
10. Monitor sianosis perifer 11. Monitor adanya luka.
12. Dorong masukan cairan.
13. Dorong istirahat.
14. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi.
15. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam.

DEFISIT PERAWATAN DIRI


b.d Kelemahan.
1. Monitor kebutuhan Klien untuk alat-alat bantu untuk
kebersihan diri, berpakaian, berhias, yoileting, dan makan.
2. Sediakan bantuan sampai Klien mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.
3. Ajarkan Klien/ Keluarga untuk mendorong kemandirian, GANGGUAN CITRA TUBUH
untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu b.d Alopecia.
untuk melakukannya. 6. Hitung darah lengkap (Hb, Trombosit, eritrosit)
4. Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan. 7. Pemeriksaan sel darah tepi
5. Dorong Klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang 8. Asam urat serum/urin : mungkin meningkat
normal sesuai kemampuan yang dimiliki. 9. Biopsi sumsum tulang
6. Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan 10. Biopsi nodus limfa
aktivitas sehari-hari.

RISIKO KETIDAKSEIMBANGAN
INTOLERANSI AKTIVITAS CAIRAN
b.d Kelemahan. b.d Kehilangan berlebihan, penurunan pemasukan
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
aktivitas.
2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan.
2. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, DEFISIT NUTRISI
tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan. b.d Anoreksia.
3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat. 3. Monitor vital sign.
4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi 1. Kaji Intake dan Output Klien.
4. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian.
secara berlebihan. 2. Tingkatkan intake makan melalui :
5. Kolaborasikan pemberian cairan IV. a) Kurangi gangguan dari luar.
5. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (tacikardi, 6. Monitor status nutrisi.
disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan b) Sajikan makanan dalam kondisi hangat.
7. Berikan cairan IV pada suhu ruangan.
hemodinamik). c) Selingi makan dengan minum.
8. Dorong masukan oral. d) Jaga kebersihan mulut Klien.
6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien. 9. Berikan penggantian nesogatrik sesuai output.
7. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu e) Berikan makan sedikit tapi sering.
10. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
dilakukan 3. Kolaborasi dengan ahli gizi diet dan makanan yang disukai
11. Tawarkan snack (jus buah, buah segar). bila ada.
8. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang.
12. Kolaborasi dengan dokter.
9. Bantu pasien/ keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan 4. Kaji adanya alergi Klien terhadap makanan.
13. Atur kemungkinan tranfusi.
dalam beraktivitas. 5. Memberikan makan sedikit tapi sering kepada Klien
14. Persiapan untuk tranfusi.
10. Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan spiritual.
BAB III
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
A. Data Demografi
1. Klien/Pasien
a. Tanggal pengkajian : 21 Februari 2022
b. Tanggal masuk : 18 Februari 2022
c. Ruangan : Anak Lantai 1 Kamar 4.2
d. Identitas
1) Nama : An. A
2) Tanggal lahir/ umur : 8 Oktober 2019/ 2 tahun 4 bulan
3) Jenis kelamin : Laki-laki
4) Agama : Islam
5) Suku : Dayak
6) Diagnosa medis : Acute Limphoblastic Leukaemia
7) Penanggung Jawab : Ibu
2. Orang Tua/PenanggungJawab
a. Nama : Ny. D
b. Hubungan dengan klien : Ibu kandung
c. Suku : Dayak
d. Agama : Islam
e. Alamat (inisial kota) : Kalimantasn Tengah
f. No. telepon : 0822******84
B. Riwayat Klien
1. Riwayat penyakit sekarang
An. A saat ini didiagnosa Acute Limphoblastic Leukaemia dan sudah
melakukan kemoterapi yang ke 10 kali. An. A dibawa ke RSUP Dr.
Kariadi Semarang pada tanggal 18 Februari 2022 karena mengalami
demam. Ibu dari An. A mengatakan bahwa selain demam, An. A dibawa ke
RS karena sudah waktunya jadwal kemoterapi yang ke 10 akan tetapi telat
3 minggu. An. A sebelumnya sudah melakukan pemeriksaan sumsum
tulang di rumah sakit sebelumnya yaitu di Rumah Sakit Banjarmasin guna
mendiagnosis penyakitnya. Setelah dirawat selama kurang lebih 15 hari di
rumah sakit tersebut karena tidak ada perubahan kondisi, pihak keluarga
akhirnya membawa An. A untuk berobat ke RSUP Dr. Kariadi Semarang.
An. A telah menjalani kemoterapi yang ke 10 pada hari Minggu, 20
Februari 2022.
2. Riwayat penyakit klien sebelumnya
An. A mengalami penyakit leukemia sejak bulan Januari 2021.
3. Riwayat kehamilan
Ny. D mengalami hipertensi sewaktu hamil An. A. Ny. D meeriksakan
kehamilannya secara rutin di rumah sakit.
4. Riwayat persalinan
Ny. D melakukan persalinan secara normal di rumah sakit meskipun
dirinya mengalami hipertensi ketika hamil. Ny. D melahirkan An. A di usia
kehamilan minggu-minggu awal bulan k- 9.
5. Riwayat imunisasi
 Hepatitis B I  BCG
 Hepatitis B II  Hepatitis B III
 Polio I  Polio II
 Polio III  Polio IV
 DPT I  DPT II
 DPT III  Campak
6. Riwayat alergi
An. Atidak memiliki alergi obat maupun makanan.
7. Riwayat pemakaian obat-obatan
Ny. D mengatakan bahwa An. A hanya mengonsumsi obat yang diberikan
oleh rumah sakit.
8. Riwayat tumbuh kembang
a. Motorik halus
Tidak ada masalah pada kemampuan motorik halus anak, anak tumbuh
dan berkembang sesuai dengan usianya.
b. Motorik kasar
Tidak ada masalah pada kemampuan kasar halus anak, anak tumbuh
dan berkembang sesuai dengan usianya.
c. Bahasa
Tidak ada masalah pada kemampuan bahasa anak. Anak belum bisa
berbicara secara jelas. Anak baru bisa menyebut nama ibu, ayah, dan
kakak.
d. Personal sosial
Tidak ada masalah pada personal sosial anak. Ny. D mengatakan
bahwa biasanya anak sangat aktif ketika dia tidak sakit, namun karena
sakit, anak terkadang suka minta digendong dan rewel.
C. Riwayat kesehatan keluarga
1. Riwayat penyakit dalam keluarga
Anggota keluarga An. A tidak ada yang memiliki penyakit seperti DM,
hipertensi, jantung, ginjal dan lain-lain
2. Genogram
Keterangan :

: Perempuan : Laki-laki

: Garis keturunan
: Meninggal
: Tinggal
: Menikah serumah

Klien

D. Riwayat penyakit sekarang


1. Penampilan umum
a. Keadaan umum
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital
1) Pernapasan : 26 x/menit
2) Suhu : 38 0C
3) Nadi : 112 x/menit
4) Saturasi oksigen : 99%
c. Penggunaan alat bantu napas
2. Nutrisi dan cairan
a. Lingkar lengan atas : 15 cm
b. Panjang badan : 93 cm
c. Berat badan : 13 kg
d. Lingkar kepala : 47 cm
e. Lingkar dada : 57 cm
f. Lingkar perut : 59 cm
g. Status nutrisi (Z-Score): Baik (berada dalamzona hijau)
h. Kebutuhan kalori dan perhitungannya
Kebutuhan Kalori : BEE x PA
BEE
=66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x Usia)
=66 + (13,7 x 13) + (5 x 93) – (6,8 x 2)
=66 + (178,1) + (465) – (13,6)
= 695,5
Kebutuhan kalori = 695,5 x 1,13 = 785,915 kkal

PA (Aktivitas Fisik) :
1.00 = Bed rest
1.13 = Aktivitas Rendah
1.26 = Aktif
1.42 = Sangat Aktif

i. Jenis makanan/diet saat ini di RS :


susu, tinggi serat dan protein
Makanan yang disukai sebelum sakit dan saat ini :
sebelum sakit An. A menyukai makanan yang manis seperti kue, coklat
dan permen. Saat sakit An. A masih menyukai makanan manis.
Alergi makanan :
An. A tidak memiliki alergi makanan.
j. Kesulitan saat makan
Ibu pasien mengatakan bahwa An. A tidak mau makan, hanya mau 5
sendok. An. A hanya mau minum susu.
k. Kebiasaan khusus saat makan : tidak ada
l. Keluhan (mual, muntah, kembung, anoreksia, dsb...) : Tidak ada
m. Kebutuhan cairan 24 jam dan perhitungannya
BB = 13 kg
Kebutuhan cairan / 24jam = 1000 ml + ((50 ml) x (BB – 10 kg)) / 24
jam
= 1000 + ((50 ml) x (13 – 10 kg)) / 24 jam
= 1000 ml + ((50 ml) x (3 kg)) / 24 jam
= 1000 ml + 150 / 24 jam
= 1150 ml/24 jam

n. Balance cairan (per 7 jam)

Input Output

 Infus : 500 cc  BAK : 600 cc


 Susu : 800 cc  Urine : 200 cc
 Makan : 50 cc  IWL : 336 cc
Jumlah : 1350 cc Jumlah : 1136 cc

Balance cairan = intake – output = 1350 cc – 1136 cc = 214 cc


(kelebihan)

o. Diuresis : tidak ada


p. Rute cairan masuk : oral dan parenteral
q. Jenis cairan yang dikonsumsi anak : Infus D5+1/2 NS, air putih, dan
susu
r. Keluhan terkait cairan : tidak ada
3. Istirahat tidur
a. Lama tidur :
Ibu pasien mengatakan bahwa An. A tidur mulai jam 21.00 WIB.
Terkadang jam 01.00 terbangun dan minta minum susu, lalu tidur lagi
dan bangun sekitar jam 07.00 WIB. An. A tidur siang mulai jam 11.00
sampai 13.00 WIB. Lama tidur An. A adalah 11 jam.
b. Kualitas tidur : baik
c. Tidur siang : ya () tidak ( )
d. Kebiasaan sebelum tidur : BAK ke kamar mandi, minum susu.
4. Pengkajian nyeri
Ibu pasien mengatakan bahwa An. A hanya menangis ketika dilakukan
tindakan oleh dokter atau perawat. Selebihnya An. A jarang menangis
karena sakit.
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan rambut
Terhidrasi. Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe dan tidak ada lesi.
Penyebaran rambut merata berwarna hitam, dan tidak ada kelainan.
b. Mata
Mata lengkap, simetris kanandan kiri., kornea mata jernih kanan dan
kiri. Konjuntiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik Kelopak
mata/palepebra tidak ada pembengkakan. Adanya reflek cahaya pada
pupil dan bentuk isokor kanan dan kiri, iriskanan kiri berwarna hitam,
tidak ada kelainan
c. Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung, posisi septum nasal ditengah,
lubang hidung bersih, tidak ada secret, tulang hidung dan septum nasi
tidak ada pembengkakan dan tidak ada polip
d. Mulut dan lidah
Keadaan mukosa bibir lembab dan merah. Tonsil ukuran normal uvula
simetris ditengah
e. Telinga
Bentuk telinga sedang, simetris kanan dan kiri. Lubang telinga bersih,
tidak mengeluarkan serumen berlebih, pendengaran berfungsi dengan
baik
f. Leher
Kelenjar getah bening teraba, tiroid teraba,posisi trakea letak ditengah
tidak ada kelainan
g. Pemeriksaan thorak sistem pernafasan
Tidak ada sesak nafas, batuk dan secret. Bentuk dada simetris, irama
nafas teratur, pola nafas normal, tidak ada pernafasan cuping hidung,
otot bantu pernafasan, vocal permitus dan ekspansi paru anterior dan
posterior dada normal, perkusi sonor, auskultasi suara nafas vesikuler
h. Pemeriksaan jantung
Pada pemeriksaan inspeksi CRT < 2 detik, tidak ada sianosis. Pada
pemeriksaan palpasi iktus kordis teraba dingin .
Perkusi batas jantung : Basic jantung berada di ICS IIdari lateral ke
media linea , para sterna sinistra, tidak melebar, Pinggang jantung
berada di ICS III dari linea para sterna kiri, tidak melebar, Apeks
jantung berada di ICS V dari linea midclavikula sinistra, tidak melebar.
Pemeriksaan auskultasi : bunyi jantung I saat auskultasi terdengar
bunyi jantung normal dan regular, bunyi jantung II : saat auskultasi
terdengar bunyi jantung normal dan regular, bunyi jantung tambahan :
tidak ada bunyi jantung tambahan, dan tidak ada kelainan.
i. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen bulat dan datar, benjolan/masa tidak ada
pada perut, tidak tampak bayangan pembuluh darah pada abdomen,
tidak ada luka operasi. Auskultasi : peristaltic 20x/menit Palpasi :
Tegang Tidak ada nyeri tekan, mass, Hepar Lien tidak ada kelainan
Ginjal tidak ada nyeri tekan, tidak ada asietas
j. Pemeriksaan sistem gentalia
Kebersihan genitalia bersih, kemampuan berkemih spontan, tidak ada
kelaianan pada ginetalia dan anus.
k. Pemeriksaan ekstremitas dan integument
Kebersihan genitalia bersih, kemampuan berkemih spontan, tidak ada
kelaianan pada ginetalia dan anus. Kekuatan otot 5-5-5-5
6. Psikososial anak dan keluarga
a. Respon hospitalisasi
An. Terlihat biasa saja, tidak rewel karena sudah sering bolak balik
rumah sakit untuk kemoterapi.
b. Kecemasan
Ibu pasien mengatakan dirinya sudah tidak cemas lagi setelah tahu
kondisi anaknya.
c. Koping klien/keluarga dalam menghadapi masalah
Ibu An. A mengatakan jika merasa ada masalah akan akan berdoa
kepada Allah SWT untuk ketenangan hati
d. Pengetahuan orang tua tentang penyakit anak
Ny. D atau orang tua klien mengatakan sudah tahu mengenai penyakit
yang diderita anaknya yaitu kanker darah/leukimia. Ny. D juga
mengetahui program kemoterapi yang dilakukan kepada anaknya
e. Keterlibatan orang tua dalam perawatan anak
Ny. D selalu mendampingi An. A di rumah sakit baik ketika berada di
ruangan / kamar maupun ketika program kemoterapi di instalasi lain.
Ny. D klien selalu duduk dan tidur disamping klien.
f. Spiritual
Keluarga berkeyakinan bahwa penyakit yang diderita oleh anaknya
merupakan suatu cobaan dari Tuhan YME.
g. Adakah terapi lain selain medis yang dilakukan : tidak ada
h. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium Hematologi

Hb 12.2 g/dL

Hematokrit 36.9 %

Eritrosit 4.93 103/uL

Trombosit 23 103/uL

Leukosit 11.4 103/uL

i. Terapi medikamentosa
- Deksametason tab 0,5 mg – Qty 1 (10 mililiter tiap 1 jam)
- Ampisilin 1.000 mg + sulbaktam 500 mg serb inj 1500 mg – Qty 1
(500 mililiter tiap 1 jam)
- Paracetamol inf 10 mg /mL- Qty 4 (150 miligram tiap 4 jam jika
suhu diatas 38 oC
- Setirizin sir 5 mg/5 mL – Qty 1 (5 mililiter tiap 24 jam)
- Nistatin susp 100.000 IU/mL – Qty 1 (1 mililiter tiap 6 jam)
- Sulfamektazol 200 mg + trietroprim susp 240 mg/ 5 ml
II. ANALISA DATA
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
1. DS: Intoleransi aktivitas kelemahan
- Ny. D mengatakan An. A cenderung lebih
pasif saat sakit. An. A hanya baringan di
tempat tidur dan terkadang minta digendong.
- Ny. D mengatakan anaknya terlihat kecapean
setelah minta bermain keluar
DO:
- An. A terlihat lemas
- Hb : 12,2
- Eritrosit : 4,93
- Leukosit : 11.400
- Trombosit : 23.000 mcL
- Saturasi oksigen : 99%
- RR : 26 x/menit
2. DS: Risiko infeksi Ketidakadekuatan
- Ny. D mengatakan dari masuk sampai pertahanan sekunder
sekarang An. A masih demam.
DO:
- Pro kemoterapi yang ke-10
- S : 38 0C
- RR : 26 x/menit
- Nadi : 112 x/menit
- Saturasi oksigen : 99%
- Hb : 12,2
- Eritrosit : 4,93
- Leukosit : 11.400
- Trombosit : 23.000 mcL
- Parasit (-)

III. PROBLEM LIST


TGL TGL
NO DX KEP TTD TTD
DITEMUKAN TERATASI
1. 21 Februari 2022, Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
pukul 08.00 WIB

2. 21 Februari 2022, Risiko infeksi b.d Ketidakadekuatan pertahanan sekunder


pukul 08.00 WIB
IV. RENCANA KEPERAWATAN
TGL INTERVENSI
NO DX KEP TTD
DITEMUKAN TUJUAN TINDAKAN
1. 21 Februari Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi (I.05178):
2022, pukul kelemahan keperawatan 3 x 24 jam
08.00 WIB diharapkan masalah intoleransi Observasi :
aktivitas pada anak dapat 1) Monitor kelelahan fisik
teratasi dengan kriteria hasil : 2) Monitor pola dan jam tidur

Toleransi aktivitas Terapeutik:


(L.05047): 1) Sediakan lingkungan yang
1) Saturasi oksigen tetap nyaman dan rendah
terkontrol normal (99%- stimulus (cahaya, suara,
100%). kunjungan)
2) An. A tidak digendong lagi 2) Berikan aktivitas distraksi
oleh orang tuanya ketika yang menenangkan
bermain
3) RR tetap dalam rentang Edukasi:
normal (24-40 x/menit). 1) Anjurkan tirah baring
2) Anjurkan melakukan
aktivitas secara bartahap
3) Ajarkan starategi koping
untuk mengurangi lelah:
mengajak ngobrol anak di
tempat tidur.
Kolaborasi:
1) Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makan.
2. 21 Februari Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi (I.14539)
2022, pukul Ketidakadekuatan keperawatan 1 x 24 jam Observasi:
08.00 WIB pertahanan sekunder diharapkan tingkat infeksi 1) Monitor tanda dan gejala
dapat menurun dengan kriteria infeksi likal dan sistemik
hasil : Edukasi:
1) Batasi jumlah pengunjung
Kontrol Risiko (L.14128) 2) Cuci tangan sebelum dan
1) Kemampuan sesudah kontak dengan
mengidentifikasi faktor pasien dan lingkungan
risiko pasien
2) Kemampuan melakukan Edukasi:
stategi kontrol resiko 1) Jelaskan tanda dan gejala
3) Kemampuan menghindari infeksi
faktor risiko 2) Ajarkan cara mencuci
4) Demam menurun tangan dengan benar
5) Leukosit membaik 3) Ajarkan kompres hangat
6) Nafsu makan membaik (tepid sponge) (Wardiyah et
al., 2016).
4) Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
5) Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian
paracetamol melalui iv
V. IMPLEMENTASI

NO DX KEP TGL/JAM IMPLEMENTASI RESPON TTD

1. Intoleransi aktivitas 21 Februari 2022, Manajemen energi S :


b.d kelemahan (I.05178): - Ny. D mengatakan
pukul 10.00 WIB
anak masih suka
1) Memonitor kelelahan minta digendong
fisik
2) Memonitor pola dan jam O :
tidur - Anak masih terlihat
3) Menyediakan lingkungan lemah
yang nyaman dan rendah - RR : 26 x/menit
- Nadi : 112 x/menit
stimulus (cahaya, suara,
- Saturasi oksigen :
kunjungan)
99%
4) Memberikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
5) Menganjurkan tirah
baring
6) Menganjurkan
melakukan aktivitas
secara bartahap
7) Mengajarkan starategi
koping untuk
mengurangi lelah:
mengajak ngobrol anak
di tempat tidur.
8) Berkolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makan.
2. Risiko infeksi b.d 21 Februari 2022, Pencegahan Infeksi S :
Ketidakadekuatan (I.14539) - Ny. D mengatakan
pukul 10.30 WIB
pertahanan sekunder 1) Memonitor tanda dan suhu tubuh anaknya
gejala infeksi likal dan sudah mulai turun.
sistemik - Ny. D mengatakan
2) Membatasi jumlah anak mau makan
pengunjung meskipun sedikit.
3) Mencuci tangan sebelum
dan sesudah kontak O:
dengan pasien dan - S : 36,7 0C
lingkungan pasien - RR : 26 x/menit
4) Menjelaskan tanda dan - Nadi : 110 x/menit
gejala infeksi - Saturasi oksigen :
5) Mengajarkan cara 99%
mencuci tangan dengan - Hb : 12,2
benar - Eritrosit : 4,93
6) Mengajarkan kompres - Leukosit : 11.400
hangat (tepid sponge) - Trombosit : 23.000
(Wardiyah et al., 2016). mcL
7) Menganjurkan - Parasit (-)
peningkatan asupan
nutrisi
8) menganjurkan
peningkatan asupan
cairan
9) melakukan kolaborasi
pemberian paracetamol
melalui iv
VI. EVALUASI
NO TGL DX KEP EVALUASI TTD

1. 22 Februari Intoleransi aktivitas b.d S :


kelemahan - An. A tidak digendong lagi oleh orang tuanya
2022, pukul
ketika bermain
09.00 WIB
O:
- Anak masih terlihat lemah akan tetapi mampu
berdiri dan berjalan sendiri.
- RR : 26 x/menit
- Nadi : 112 x/menit
- Saturasi oksigen : 99%

A : masalah teratasi sebagian karena pasien masih


terlihat lemah dan suka minta digendong
P : intervensi dihentikan. Pasien rencana pulang
2. 22 Februari Risiko infeksi b.d S :
Ketidakadekuatan pertahanan - Ny. D mengatakan demam menurun
2022, pukul
sekunder - Ny. D mengatakan nafsu makan anak membaik
09.00 WIB
O:
- S : 36,7 0C
- RR : 26 x/menit
- Nadi : 110 x/menit
- Saturasi oksigen : 99%
- Hb : 12,2
- Eritrosit : 4,93
- Leukosit : 11.400
- Trombosit : 23.000 mcL
- Parasit (-)

A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan. Pasien rencana pulang
BAB IV
PEMBAHASAN

Hasil pengkajian tanggal 21 Februari 2022 pada An. A didapatkan


beberapa diagnosis keperawatan antara lain intoleransi aktivitas behubungan
dengan kelemahan dan risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder. Diagnosa intoleransi aktivitas ditegakkan berdasarkan
data subjektif yaitu Ny. D mengatakan An. A cenderung lebih pasif saat sakit. An.
A hanya baringan di tempat tidur dan terkadang minta digendong, Ny. D
mengatakan anaknya terlihat kecapean setelah minta bermain keluar. Sedangkan
data objektif yaitu An. A terlihat lemas, Hb : 12,2, Eritrosit : 4,93,Leukosit :
11.400, Trombosit : 23.000 mcL, Saturasi oksigen : 99%, RR : 26 x/menit.
Salah satu tindakan keperawatan yang dilakukan adalah pemberian
kompres hangat (tepid sponge) pada An. K. Pemberian kompres hangat
merupakah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu pada anak yang
mengalami demam. Pemberian kompres hangat pada pembuluh darah dapat
memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan
suhu tubuh (Sorena et al., 2019). Pemberian kompres hangat dengan teknik
tepid sponge tidak hanya berada di satu tempat melainkan langsung di
beberapa tempat yang memiliki pembuluh darah besar seperti leher, ketiak,
dan lipatan paha. Selain itu, terdapat tindakan tambahan dengan
memberikan seka ke seluruh bagian tubuh sehingga perlakuan yang
diterapkan semakin kompleks dan memfasilitasi dengan cepat penyampaian
sinyal ke hipotalamus serta mempercepat perpindahan panas di tubuh ke
lingkungan sekitar sehingga mempercepat penurunan suhu (Reiga, 2010
dan Supiyanto, 2016 dalam Hijriani, 2019). Penurunan suhu dari hasil rata-
rata sebesar 1,4 0C dengan waktu pemberian kompres hangat (tepid sponge)
selama 30 menit (Hijriani, 2019). Apabila demam tidak diatasi maka dapat
menimbulkan dampak seperti kekurangan cairan dan bisa terjadi kejang
sehingga perawat memiliki peran untuk mengatasi masalah tersebut dengan
tindakan mandiri maupun kolaboratif (Sudirman & Modjo, 2021).
Penelitian dari Hartini & Pertiwi (2016) menemukan bahwa kompres
air hangat dapat efektif menurunkan demam pada anak dengan jumlah
responden 36 anak dengan rerata suhu sebelum diberikan tindakan kompres
hangat adalah 38,65 0C dan setelah dilakukan tindakan kompres hangat
rerata suhu tubuh anak menjadi 37,27 0C. Penelitian lain dari Ratnasari et
al., (2021) juga menemukan hal yang serupa bahwa terdapat pengaruh
terapi kompres hangat terhadap penurunan demam pada anak di RSI
Banjarnegara.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masalah keperawatan yang didapatkan pada An. K antara lain intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan risiko infeksi berhubungan
dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder. Salah satu tindakan
keperawatan yang dilakukan dalam menangani masalah pada An. K adalah
pemberian kompres hangat (tepid sponge) pada anak. Pemberian kompres
hangat dapat memberikan pengaruh pada penurunan suhu anak. Selain terapi
non farmakologis, An. K juga mendapatkan terapi farmakologis berupa
paracetamol untuk menurunkan demam.

B. SARAN
Pengkajian yang dilakukan pada anak dapat dilakukan secara komprehensif
sehingga dapat merumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan
masalah yang dialami anak. Selain itu, tindakan keperawatan yang dilakukan
dapat mengacu pada evidance based practice (EBP). Serta diharapkan pula
bagi orangtua anak dapat selalu mendampingi dan memberikan dukungan
dalam setiap tindakan yang diberikan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Apriani, D. (2013). Hubungan Antara Hospitalisasi Anak dengan Tingkat


Kecemasan Orang Tua. http://jks.unsoed.ac.id/
Hartini, S., & Pertiwi, P. P. (2016). Efektivitas Kompres Air Hangat
Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam Usia 1-3 Tahun di
SMC RS Telogorejo Semarang. Karya Ilmiah, 1–5.
https://doi.org/10.1117/12.966079
Hijriani, H. (2019). Pengaruh Pemberian Tepid Sponge Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh pada Anak Demam Usia Toddler (1-3 tahun).
Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan, 5(10), 1–8.
https://ejournal.akperypib.ac.id/wp-
content/uploads/2019/07/MEDISINA-Jurnal-Keperawatan-dan-
Kesehatan-AKPER-YPIB-MajalengkaVolume-V-Nomor-10-Juli-2019-
4.pdf
Ratnasari, S. J., Cahyaningrum, E. D., & Susanto, A. (2021). Efektivitas
Kompres Hangat terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Demam di
Rumah Sakit Islam Banjarnegara. 565–570.
Sorena, E., Slamet, S., & Sihombing, B. (2019). Efektifitas Pemberian
Kompres Hangat Terhadap Suhu Tubuh Pada Anak Dengan
Peningkatan Suhu Tubuh Di Ruang Edelweis Rsud Dr. M. Yunus
Bengkulu. Jurnal Vokasi Keperawatan (JVK), 2(1), 17–24.
https://doi.org/10.33369/jvk.v2i1.10469
Sudirman, A. A., & Modjo, D. (2021). Pemberian Tepid Sponge Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak di Ruangan SP2KP Anak RSUD
Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Zaitun (Jurnal Ilmu
Kesehatan), 5(2), 1–8.
Sulastriana, Sori Muda, J. (2012). Karakteristik anak yang menderita
leukemiaakut rawat inap di Rsup H. Adam Malik Medan tahun 2011-
2012. Universitas Sumatera Utara, 1–10.
Wardiyah, A., Setiawati, & Romayati, U. (2016). Perbandingan Efektifitas
Pemberian Kompres Hangat dan Tepid Sponge terhadap Penurunan
Suhu Tubuh Anak yang Mengalami Demam di Ruang Alamanda
RSUD dr . H . Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015. Jurnal
Kesehatan Holistik, 10(1), 36–44. https://www.e-
journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/105
Wolley, N. G. A., Gunawan, S., & Warouw, S. M. (2019). Perubahan Status
Gizi pada Anak dengan Leukemia Limfoblastik Akut Selama
Pengobatan. E-CliniC, 8(1). https://doi.org/10.35790/ecl.v8i1.28290
Wong, D. L., Ealon, M. H., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P.
(2009). Buku ajar keperawatan pediatrik. EGC.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Artikel EBN

Anda mungkin juga menyukai