SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Skripsi
Oleh
FAHRUN NINGSIH
NIM 22020117120016
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
i
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Proposal yang berjudul:
NIM : 22020117120016
Telah disetujui sebagai usulan penelitian dan dinyatakan telah memenuhi syarat
untuk direview
Pembimbing,
NIP. 198304122014042001
Mengetahui,
i
ii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang
Penulis,
Fahrun Ningsih
iii
Proses penyusunan proposal skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, arahan,
doa, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan
3. Orang tua tercinta, Bapak Ahmad Shidiq dan Ibu Eni Sufiyati serta anggota
4. Seluruh sahabat dan teman terbaik penulis yang telah mendukung dalam
Semarang,
Fahrun Ningsih
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i
PRAKATA...............................................................................................................ii
UCAPAN TERIMA KASIH..................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................7
1.3.1 TujuanUmum.....................................................................................7
1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................8
1.4.1 Bagi Profesi........................................................................................8
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan...................................................................8
1.4.3 Bagi Masyarakat................................................................................8
1.4.4 Bagi Penulis.......................................................................................8
BAB II......................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................8
2.1 Sistem Neurologi.......................................................................................8
2.1.1 Pengertian Sistem Neurologi.............................................................8
2.1.2 Fungsi Sistem Neurologi....................................................................8
2.1.3 Anatomi dan Fisiologi Sistem Neurologi...........................................9
2.1.4 Manifestasi Klinis/Jenis Gangguan Sistem Neurologi.....................11
2.2 Kasus Kegawatdaruratan Neurologi........................................................15
2.2.1 Stroke.....................................................................................................15
2.2.2 Epilepsi................................................................................................18
2.2.3 Headache (sakit kepala)......................................................................20
v
3.7.4 Veracity............................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................37
LAMPIRAN.............................................................................................................x
Lampiran 1. Lembar Instrumen Penelitian...........................................................x
Lampiran 2. Lembar Konsultasi..........................................................................xi
Lampiran 3. Logbook Bimbingan Skripsi..........................................................xii
vii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Instrumen Penelitian
2. Lembar Konsultasi
3. Logbook Bimbingan Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
WHO telah mendata bahwa lebih dari ratusan juta orang di seluruh dunia
juta dengan 7,7 juta adalah kasus baru di setiap tahunnya. Selanjutnya kasus
stroke sebanyak enam juta menjadi penyebab kematian dan 80% diantaranya
1
2
saat ini telah berkembang pesat.11 Data kunjungan pasien IGD dengan
penurunan pada triwulan II, yaitu dengan jumlah 329 pasien dibandingkan
umum dievaluasi oleh ahli nerologi adalah stroke, epilepsi, sakit kepala, dan
triase yang cepat dan tepat.11,14 Banyak penyakit pada sistem saraf yang dapat
akibat dari keterlibatan pada pusat pernapasan bulbar, tulang belakang, saraf
dari tenaga medis maupun kesehatan karena memiliki resiko tinggi terjadinya
penurunan kondisi.17
penelitiannya bahwa diagnosis yang paling umum di antara pasien rawat inap
neurologi adalah meningitis (12%), stroke iskemik (11.0%) dan epilepsi atau
adalah diagnosis yang paling umum terjadi pada pasien neurologi di rawat
rawat inap dan rawat jalan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Suyanto
intrakranial.19
yang lebih dibandingkan dengan perawat yang bertugas di unit lain untuk
ke IGD dengan kondisi gangguan jalan napas, perawat harus secara mandiri
Herjunianto & Roosalina22 pada tahun 2015, salah satu faktor yang menjadi
manusia di IGD yang dinilai masih kurang. Perawat adalah salah satu tim
kesigapan setiap saat adalah salah satu syarat bagi perawat di IGD.23 Perawat
di IGD harus bekerja secara cepat, tepat dan mampu berkolaborasi dan
bekerja sama dengan antar profesi.24 segala bentuk keputusan dan jenis
pertukaran gas, perubahan curah jantung, dan pola napas tidak efektif
bagi pasien di IGD karena dapat menentukan jangka waktu perawatan dan
5
penting bagi luaran jangka panjang pasien.17 Diagnosis yang tidak tepat atau
yang buruk.28 Perawat sering merasa kurang siap untuk merawat pasien
neurologi karena berbagai kondisi neurologi yang dianggap tidak mudah dan
kesehatan pasien, hal ini akan membawa dampak yang merugikan bagi
neurologis ruang rawat inap adalah sebagai berikut : (1) Gangguan konsep
berhubungan dengan berpisah dari anak dan keluarga, penyakit, dan agresi
anoreksia, mual; (5) resiko trauma dan jatuh berhubungan dengan gangguan
visual dan gerakan, kelemahan, dan pusing; (6) gangguan kebiasaan buang air
perubahan pola seksual yang berhubungan dengan kelelahan dan depresi; (8)
gangguan pola tidur berhubungan dengan dorongan untuk BAK, sakit kepala,
Instalasi Gawat Darurat atau yang biasa kita sebut dengan IGD adalah
salah satu unit yang ada di rumah rumah sakit dimana setiap pasien yang
masuk ke rumah sakit dalam kondisi gawat darurat akan melalui gerbang
berlangsung cepat dan tepat. Salah satu faktor yang menjadi penyebab
IGD yang dinilai masih kurang, sehinga akibat yang ditimbulkan dari hal
bermanfaat dan dapat dijadikan sebuah referensi oleh perawat IGD dalam
1.3.1 TujuanUmum
Sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai upaya pencegahan dan pengetahuan
TINJAUAN PUSTAKA
Neurologi berasal dari kata neuro dan logos. Neuro berarti saraf dan
logos berarti ilmu. Sehingga neurologi dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang syaraf.30 Neurologi adalah salah satu cabang ilmu dalam
secara sadar atau tidak sadar. Sistem saraf merupakan salah satu bagian dari
secara cepat.
dalam tubuh. Sistem saraf pada dasarnya tersusun oleh sel khusus yang
sepanjang akson bergantung pada ukuran akson dan kapasitas dari transfer
8
9
susunan saraf pusat (Central Nervus System) dan susunan saraf perifer
kontrol untuk seluruh sistem dan pusat integrasi saraf tubuh.32 Sedangkan
susunan saraf tepi (SST) atau perifer mempunyai peran dalam membawa
pesan dari dan menuju sistem saraf pusat untuk menjalankan otot dan organ
tubuh.36 Susunan saraf tepi rentan untuk terjadi trauma. Hal ini disebabkan
karena sistem saraf tepi tidak terlindungi oleh tulang maupun jaringan tubuh
lainnya.
sumsum tulang belakang (medula spinalis). Bagian otak terbagi lagi menjadi
empat bagian, yaitu otak besar (cerebrum), otak tengah (mesensefalon), otak
yaitu mulai dari leher hingga panggul bawah.38 Medula spinalis empunyai
fungsi yang sangat penting, yaitu menerima rangsangan sensorik dari seluruh
tubuh. Selain itu, medula spinalis juga sebagai pusat integrasi tentang adanya
impuls dari dan menuju sistem saraf pusat. Bedasarkan arah impulsnya,
susunan saraf tepi terdiri dari dua, yaitu saraf aferen dan eferen. Saraf aferen
10
dari sistem pusat ke efektor. Namun berdasarkan asalnya, sistem saraf tepi
terbagi manjadi saraf kranial dan saraf spinal. Saraf kranial merupakan
aktivitas kepala dan leher serta bagian tubuh ke bawah seperti dada dan
diberi nama dan mensarafi bagian tubuh tertentu serta memiliki fungsi
percabangan dari sumsum tulang belakang dan campuran saraf sensorik dan
Sistem saraf terdiri dari sel saraf atau neuron, sel penyangga
dengan neuron. Bagian dari setiap neuron terdiri dari badan sel, dendrit, dan
rangsangan adalah badan sel. Dendrit berbentuk seperti serabut yang befungsi
sinapsis (yaitu bagian neuron yang terdapat zat kimia yang disebut dengan
(Glasgow Coma Scale), respon pupil dan kekuatan anggota tubuh, dan tanda-
meliputi tiga bidang utama, yaitu : membuka mata (1-4), respon verbal (1-5),
Ukuran pupil harus dicatat dalam milimeter dan reaksinya dicatat positif (+)
untuk respon cepat, (S) untuk rekasi lambat/Sluggish, dan negatif (-) jika
tanpa reaksi atau pupil tetap. Jika pupil tetap, melebar, dan tidak reaktif
bagian otak.44
neurologis. Tanda-tanda vital meliputi suhu, tekanan darah, dan denyut nadi.44
dan dikaitkan dengan resiko kematian yang lebih tinggi di rumah sakit.
(1) Status mental yang berubah. Pasien yang tergolong dalam kategori
ini adalah pasien yang datang dengan kondisi kebingungan, disorientasi atau
perubahan status mental yang lainnya. Pasien yang tidak termasuk dalam
serebrovaskular seperti stroke atau hipertensi maligna. (2) Tumor otak, pasien
yang tergolong dalam kategori ini adalah pasien dengan diagnosis tumor otak
14
atau tulang belakang. (3) Serebrovaskular, kategori ini memuat pasien dengan
datang dengan anomali sistem saraf seperti hidrosefalus, spina bifoma, atau
pasien yang datang dengan sakit kepala atau migrain namun tanpa disertai
hipertensi maligna adalah termasuk dalam kategori ini. (6) Meningitis atau
infeksi sistem saraf pusat, pasien yang dikonfirmasi mengalami infeksi pada
tidak dimasukkan dalam kategori ini. (7) Defisit neurologi, pasien yang
cedera traumatis pada tengkorak, tulang belakang, atau sistem saraf pusat .
lainnya pada tengkorak dan otak seperti laserasi pada kulit kepala dan tanpa
ini. (9) Penyakit bedah saraf, pasien dengan bedah saraf adalah pasien
konsultasi. (10) Gangguan sistem saraf perifer, pasien yang ditempatkan pada
kategori ini adalah pasien dengan diagnosis nyeri leher, nyeri punggung atau
15
neuropati pada ekstremitas dan gejala neurologi lainnya. (11) Kejang, pasien
2.2.1 Stroke
jika dilihat berdasarkan etiologinya, yaitu stroke hemoragik dan stroke non
ditimbulkan seperti nyeri kepala yang hebat, nyeri di leher dan punggung,
mual, muntah.49
yang lebih sempit, maka akan terjadi sumbatan sehingga aliran darah dapat
Peningkatan tekanan darah yang terjadi pada pasien hipertensi berkaitan erat
16
Jika perdarahan ini terus berlanjut akan menekan dan mendesak jaringan otak
otak, seperti gangguan pada hemisfer kanan dan kiri, perdarahan pada batang
mudah mengalami frustasi, dan hemiplagi kanan. Hal tersebut dipicu oleh
menurunnya aliran darah ke otak sehingga terjadi kematian pada sel otak.
terjadinya hemiplagi kiri dan defisit perseptual pada pada pasien.54,55 ,56,57
(FAST). 4) Pemeriksaan Capillary Blood Sugar atau gula darah kapiler untuk
D50 secara intravena jika kadar gula darah <4 mmol/L (<70 mg/dL). 5)
Segera mengirim pasien ke rumah sakit dengan fasilitas pelayanan stroke akut
tindakan oleh tim stroke akut. 7). Kecualikan pasien stroke di IGD untuk
pasien yang datang dalam kondisi stroke selama 3 jam untuk memastikan
akut.58
kasus stroke yaitu: (1) airway dan breathing : masalah bersihan jalan nafas
darah harus diukur lebih sering jika mencapai lebih dari 180/105 mmHg
18
dalam 24 jam setelah trombolisis. 59 Oksigen dan nutrisi dibawa oleh aliran
darah menuju ke otak untuk menunjang kehidupan sel-sel otak. Sel-sel otak
akan mati apabila oksigen dan nutrisi tidak tercukupi dengan baik ketika
2.2.2 Epilepsi
secara berulang dengan kejadian interval lebih dari 24 jam antara kejang
penyebabnya tidak diketahui dan tidak ada lesi di otak, berhubungan dengan
faktor genetik serta umunya terjadi pada lansia. 2) Simtomatik, epilepsi yang
diketahui penyebabnya.62,63
terjadi kejang. Aliran darah otak juga meningkat, demikian juga respirasi dan
glikolisis jaringan.65
(fokal) sederhana yang melibatkan bagian otak namun tidak terjadi gangguan
berhubngan dengan gangguan kesadaran. Kejang ini dapat terjadi di awal dan
Pada pasien kejang akan mengalami lidah jatuh ke belakang, lidah menjadi
kaku, atau bahkan akan menggigit lidanya sendiri.68 Apabila hal tersebut
terjadi selama pasien mengalami kejang maka akan menjadi sumber obstruksi
jalan napas pada pasien.69 Berkaitan dengan adanya penyebab obstruksi pada
jalan napas maka akan muncul masalah keperawatan yaitu bersihan jalan
napas tidak efektif. Jika pasien mengalami gangguan pada pernafasan maka
20
perlu dilakukan pemasangan alat bantu napas seperti bag valve mask dan lain
sebagainya.
jika kejang berlangsung lama dan terjadi secara berulang. 69 Pada kondisi
tersebut pasien akan beresiko jatuh akibat kehilangan koordinasi otot dan
terjadi. Pasien yang dengan masalah sakit kepala biasanya akan dilakukan
gangguan pada sistem saraf.72 Sakit kepala dapat berupa idiopatik (tanpa
2.2.3.1 Etiologi
kategori besar, yaitu primer dan sekunder.72 Sakit kepala primer atau idiopatik
yang umum terjadi di IGD biasanya berupa tegang (tension- type headache),
migrain, dan sakit kepala cluster (cluster headache),73 sedangkan sakit kepala
beberapa kriteria yang termasuk sakit kepala sekunder yaitu : 1). Sakit kepala
akibat trauma pada kepala atau leher 2). Sakit kepala akibat kelainan
pembuluh darah kranial atau servikal 3). Sakit kepala akibat gangguan
21
intrakranial nonvaskular 4). Sakit kepala karena infeksi 5). Sakit kepala
akibat gangguan homoeostasis 6). Sakit kepala atau nyeri wajah yang
disebabkan kelainan pada cranium, leher, mata, telinga hidung, sinus, gigi,
mulut, atau bagian wajah lainnya 7). Sakit kepala akiat gangguan kejiwaaan
diplopia, kaku leher, disorientasi, ruam, demam, nyeri di bagian mata, dan
parestesia unilateral.72
2.2.3.2 Migrain
bertambah berat dengan aktivitas fisik rutin dan diikuti dengan mual,
tidak memberikan gejala muntah dan nyeri tidak bertambah ketika melakukan
aktivitas rutin.77 Lokasi nyeri dapat menjalar dari leher bagian belakang ke
sehingga pasien mudah terbangun. Gejala seperti gelisah sering dialami oleh
pasien dengan sakit kepala Cluster. Adapun serangan sakit kepala yang
terbakar.78
maupun resiko mengalami sakit. Diagnosis ini terdiri dari diagnosis aktual
dan resiko.71
komponen utama, yaitu masalah (problem) atau label diagnosis dan indikator
diagnosis.71
respon dari masalah klien. Label dari diagnosis keperawatan terdiri dari
Faktor penyebab juga dikaitkan dengan respons aktual maupun potensial yang
yaitu : (a) fisiologis, biologis atau psikologis, (b) efek terapi atau tindakan, (c)
yaitu : mayor (ditemukan sekitar 80% - 100 % tanda gejala untuk validasi)
dan minor (tanda gejala tidak harus ditemukan). 71 (3) Faktor resiko adalah
kondisi keparahan diagnosis medis pasien di area khusus, jumlah pasien yang
data. Kita dapat membuat poin-poin yang mencakup pola kebutuhan dasar
tersebut.71
26
diagnosa promosi kesehatan hanya terdiri dari dari problem serta dibuktikan
dengan tanda/gejala.
Semua tindakan yang dilakukan memiliki tanggung jawab yang besar untuk
memberikan sistem pelayanan yang layak bagi pasien. Perawat IGD harus
mencakup skala nyeri dan skor fisiologis pasien selama tidak lebih dari 60
27
tentang setiap pasien yang masuk ke IGD dengan cara melakukan pengkajian
pasien sebaik mungkin sesuai dengan hasil pengkajian yang telah didapatkan
perlu dipahami oleh perawat terkait sistem neurologi adalah sebagai berikut.
(1) kerusakan atau lesi otak di bagian kiri akan mengakibatkan gangguan
pada sensorik kanan dan defisit motorik. (2) Adapun lesi otak di sebelah
kanan akan menyebabkan defisit sensorik maupun motorik bagian kiri. (3)
visual. (4) Cedera pada lobus parietal akan mempengaruhi sensasi dan
pengenalan bagia tubuh. (5) Cedera lobus frontal akan berpengaruh pada
produksi sputum, dan batuk tidak efektif atau tidak ada, sedangkan penyebab
dari masalah tersebut adalah akibat adanya akumulasi sekret. Oleh karena itu,
salah satu bentuk tindakan yang dapat dilakukan kepada pasien di IGD adalah
suction atau penghisapan lendir. Pada kasus ini tergambar salah satu contoh
Faktor yang
mempengaruhi ketepatan
diagnosis keperawatan
Ketepatan penegakan Motivasi
diagnosis keperawatan : Pengalaman &
Tanda/gejala pengetahuan tentang
Mayor diagnosis
Minor Latar belakang
pendidikan perawat
kondisi keparahan
diagnosis medis pasien di
area khusus
jumlah pasien yang
dikelola
Beban kerja
Kelengkapan data
pengkajian
Jenis diagnosis:
Aktual
Resiko
Promosi kesehatan
Komponen
diagnosis:
Masalah (problem)
Diagnosis Penyebab (Etiologi)
Keperawatan
Ketepatan
penegakan
diagnosis
keperawatan :
Tanda/gejala
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.1 Populasi
ciri yang ditetapkan. Populasi yang digunakan dalam penelitin ini adalah
berdasarkan data rekam medis di RSI Sultan Agung Semarang pada tahun
2020 yang memiliki riwayat kunjungan ke IGD dengan masalah pada sistem
di bagian rekam medis Rumah Sakit Islam Sultan Agung, didapatkan jumlah
25
26
populasi yaitu sebesar 421 data rekam medis pasien yang memiliki riwayat
kunjungan ke IGD dengan masalah pada sistem neurologi pada tahun 2020.
3.2.2 Sampel
b. Data rekam medis minimal pasien dewasa (≥18 tahun) dengan masalah
kegawatan neurologi.
N
n= 2
1+ Ne
Keterangan:
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
N
n=
1+ Ne 2
421
n=
1+ ( 421 ) ( 0,05 )2
421
n=
1+ 1,0525
n = 205,11
3.3.1 Tempat
Rumah Sakit Islam Sultan Agung yang beralamat di Jalan Kaligawe Raya No.
3.3.2 Waktu
maupun batasan yang akan diteliti. 97 Definisi operasional (DO) disusun untuk
c. Penyebab Skala
a. Pola napas tidak nominal
(Etiologi) efektif
29
1) Hipersekresi jalan
napas
2) Disfungsi
neuromuskuler
3) Benda asing dalam
jalan napas
4) Adanya jalan napas
buatan
5) Sekresi yang tertahan
6) Proses infeksi
d. Resiko perfusi
serebral tidak efektif
1) Aterosklerosis aorta
2) Tumor otak
3) Aneurisma serebri
4) Embolisme
5) Cedera kepala
6) Hiperkolesteronemia
7) Hipertensi
8) Neoplasma otak
e. Penurunan kapasitas
adaptif intrakranial
1) Lesi menempati
ruang
2) Gangguan
metabolisme
3) Edema serebral
4) Obstruksi aliran
cairan
serebrospinalis
5) Hipertensi
intrakranial
idiopatik.
Ketepatan Kesesuaian Lembar Indikator diagnostik Skala
Diagnosis antara masalah isian 1. Tepat, jika : nominal
Keperawatan dan observas Tanda/gejala mayor
tanda/gejala. i memenuhi ≥80%
pada diagnosis
aktual & potensial
atau faktor resiko
sesuai diagnosis
resiko.
2. Tidak tepat, jika :
Tidak memenuhi
kriteria tepat
(Tanda/gejala
31
mayor tidak
memenuhi ≥80%
pada diagnosis
aktual & potensial
atau faktor resiko
tidak sesuai
diagnosis resiko).
variabel penelitian. Nilai variabel yang diukur dengan skala pengukuran dapat
kategori berdasarkan jenis atau macamnya.98 Skala ini merupakan jenis skala
agar memudahkan dalam pengumpulan data. Instrumen ini berupa lembar isian
pengambilan data. Beberapa informasi dalam data rekam medis yang telah
32
medis pasien di IGD yang mengalami masalah pada sistem neurologi. Langkah
mengurus surat izin melakukan studi pendahuluan dengan cara mengisi surat
izin secara online, jika sudah sesuai dengan data diri, peneliti meminta tanda
tangan kepada dosen pembimbing terkait surat izin tersebut. Setelah surat izin
sesungguhnya.
dan persetujuan kepada pihak rumah sakit agar peneliti bisa melakukan
pengambilan data awal yang digunakan dalam proposal penelitian. Jika pihak
rumah sakit sudah memberikan izin, peneliti dapat mengambil data awal.
dalam proposal penelitian agar menjadi sebuah dasar dalam penelitian. Jika
data rekam medis pasien di IGD dengan riwayat gangguan pada sistem
33
medis pasien sesuai dengan kriteria inklusi dengan bantuan lembar isian
3.6.1.1 Editing
dengan editing.101 Tahap ini dilakukan karena data yang telah dikumpulkan
kebutuhan. Pada penelitian ini, hal yang dilakukan adalah kegiatan pengecekan
lembar isian observasi, sehingga apabila data yang didapatkan kurang lengkap
3.6.1.2 Coding
tertentu pada setiap jenis data yang telah terkumpul. 101 Kode yang dimaksud
disini adalah simbol tertentu baik dalam bentuk angka maupun huruf sehingga
dapat memberikan identitas pada data. Terkait dengan penelitian ini, data
selanjutnya akan dilakukan perubahan atau pengkodean data dari bentuk huruf
menjadi angka.
3.6.1.2 Tabulation
yaitu dengan cara menempatkan data yang akan diteliti ke dalam sebuah
penyusunan, dan penataan data untuk disajikan dan dianalisis. Data yang
3.6.1.4 Entry
data.103 Peneliti melakukan entry data yang didapatkan dari lembar isian
1.6.1.5 Cleaning
mengoreksi jika terdapat data yang tidak sesuai atau terdapat kesalahan. Proses
dari variabel penelitian. Pada analisis univariat dibuat distribusi frekuensi dari
data rekam medis yang telah terkumpul dan dijadikan satu dengan karakteristik
partisipan untuk menjalin hubungan. Maka dari itu, diperlukan etika penelitian
agar proses dalam memperoleh data dapat berjalan dengan baik. Masalah etika
3.7.1 Beneficence
rumah sakit, maka perlu melakukan hal yang baik dan tidak bersikap
rekam medis yang dinggap belum sesuai dengan standar diagnosa keperawatan
akan menjadi salah satu sumber evaluasi bagi rumah sakit yang bersangkutan
rumah sakit ketika mengambil data hasil rekam medis dari pasien yang pernah
berobat ke rumah sakit. Semua catatan medis memiliki kesempatan yang sama
36
3.7.3 Confidentiality
Peneliti hanya menyantumkan inisial dari nama pasien untuk menyajikan data
3.7.4 Veracity
kepada pasien saja, akan tetapi juga diperlukan dalam pengolahan data
disajikan apa adanya dan tidak dibuat-buat agar sesuai dengan kehendak
peneliti.
37
DAFTAR PUSTAKA
11. Hoyer C, Stein P, Rausch H-W, Alonso A, Nagel S, Platten M, et al. The
use of a dedicated neurological triage system improves process times and
resource utilization: a prospective observational study from an
interdisciplinary emergency department. Neurol Res Pract. 2019;1(29):1–
10.
12. Moewardi R. Laporan Kinerja Triwulan II RSUD Dr. Moewardi [Internet].
2020 [cited 2020 Jan 3]. p. 1–43. Available from:
https://rsmoewardi.com/rsdm-ppid/po-content/po-upload/file_pdf/Laporan
Triwulan 2_OK.pdf
13. Lange MC, Braatz VL, Tomiyoshi C, Nóvak FM, Fernandes AF, Zamproni
LN, et al. Neurological diagnoses in the emergency room: Differences
between younger and older patients. Arq Neuropsiquiatr. 2011;69(2
A):212–516.
14. Afif Nurul Hidayati, Muhammad Ilham Aldika Akbar ANR. Gawat Darurat
Medis Dan Bedah [Internet]. Vol. 8, Airlangga University Press. Surabaya:
Airlangga University Press; 2018. 352 p. Available from:
adm@aup.unair.ac.id
15. Racca F, Vianello A, Mongini T, Ruggeri P, Versaci A, Vita GL, et al.
Practical approach to respiratory emergencies in neurological diseases.
Neurol Sci. 2019;41(3):497–508.
16. Mollaoğlu M, Çelik P. Evaluation of emergency department nursing
services and patient satisfaction of services. J Clin Nurs. 2016;25(19–
20):2778–85.
17. Zomorodi M, Brissie MA. Time is Brain: Setting Neurologic Patients Up
for Success from Emergency Department to Hospital Admission. Nurs Clin
North Am. 2019;54(3):325–33.
18. von Gaudecker JR, Oduor C, Ofner S, Oyungu E, Said J, Buelow J. Pattern
and frequency of neurological and neurosurgical care of adult inpatients
and outpatients at a tertiary referral hospital in Kenya. eNeurologicalSci
[Internet]. 2020;21(November):100286. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.ensci.2020.100286
19. Suyanto. Nursing Diagnoses Of Patients With Neurological Disorders In
Ward. Media Keperawatan Indones. 2018;1(3):7–11.
20. Puspitasari DI, Widjajanto E, Rini IS. Hubungan kompetensi perawat
gawat darurat dengan kinerja perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
RSUD dr. H. Mohammad Anwar Sumenep dan RSUD Sampang. J Kesehat
Wiraraja Med. 2015;5(2):79–87.
21. Castner J. Emergency Nursing Decisions: A Proposed System of Nursing
Diagnosis. J Emerg Nurs. 2008;34(1):33–6.
39
76. Douglas VC, Aminoff MJ. Current Medical Diagnosis & Treatment. Fifty-
Eigh. Papadakis MA, McPhee SJ, editors. New York: Mc Graw Hill
Education; 2019.
77. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Panduan Praktik Klinis
Neurologi. Kurniawan M, Suharjanti I, Pinzon RT, editors. Perdossi. 2016.
1–305 p.
78. Tursinawati Y, Tajally A, Arum K. Buku Ajar Sistem Syaraf. Tursinawati
Y, editor. Semarang: Unimus Press; 2017. 1–149 p.
79. Dinarti, Mulyanti Y. Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi Keperawatan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. 167 p.
80. Potter PA, Perry AG, Stockert PA, Hall AM. Fundamentals of Nursing.
eight. Vol. 2600. Canada: Elsevier; 2013. 1397 p.
81. Jerônimo IRL, Campos JF, Peixoto MAP, Brandão MAG. Use of clinical
simulation to improve diagnostic reasoning in nursing. Esc Anna Nery.
2018;22(3):1–9.
82. Hidayah N. Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Tim Dalam Peningkatan Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit. J Kesehat.
2014;1(2):410426.
83. Yanti R, Warsito B. Hubungan Karakteristik Perawat, Motivasi, Dan
Supervisi Dengan Kualitas Dokumentasi Proses Asuhan Keperawatan. J
Manaj Keperawatan. 2013;1(2):107–14.
84. Paans W, Nieweg RM, van der Schans CP, Sermeus W. What factors
influence the prevalence and accuracy of nursing diagnoses documentation
in clinical practice? A systematic literature review. J Clin Nurs.
2011;20(17–18):2386–403.
85. Gorman VLA. Future Emergency Nursing Workforce: What the Evidence
Is Telling Us. J Emerg Nurs [Internet]. 2018;45(2):1–5. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.jen.2018.09.009
86. Alslman ET. Emergency Nursing In Jordan. J Emerg Nurs [Internet].
2017;43(1):81–3. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jen.2016.12.004
87. Crouch R, Charters A, Dawood M, Bennett P, editors. Handbook of
Emergency Nursing. 2nd ed. Oxford University Press. United States of
America; 2017. 808 p.
88. Visser L, Montejano AS, Grossman VA. Fast Facts for the Triage Nurse:
An Orientation and Care Guide in a Nutshell. New York: Springer
Publishing Company; 2015. 270 p.
44
89. Moni MP, Yoani NS, Vianney M, Vianney AYM. Gambaran Pelaksanaan
Pendokumentasian Pengkajian Keperawatan Pada Instalasi Gawat Darurat
RSUD Prof. DR. W.Z. Johannes Kupang (Studi Dokumentasi). Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kupang; 2015.
90. Nabilah H. Analisis asuhan keperawatan pemberian tindakan suction pada
pasien stroke hemoragik dengan diagnosa keperawatan ketidakefektifan
bersihan jalan napas di instalasi gawat darurat RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto. STIKES Muhammadiyah Gombong. Stikes
Muhammadiyah Gombong; 2019.
91. Husna A, Budi Suryana. metodologi penelitian dan statistik. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2017. 228 p.
92. Suprajitno. Pengantar Riset Keperawatan. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2016. 147 p.
93. Kurniawan AW, Puspitaningtyas Z. Metode penelitian kuantitatif.
Yogyakarta: Pandiva Buku; 2016. 488 p.
94. Samsu. Metode Penelitian: Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif,
Kuantitatif, Mixed Methods, serta Research and Development. Rusmini,
editor. Jambi: Pusaka; 2017. 200 p.
95. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta CV; 2017.
96. Siyoto S, Sodik MA. Dasar Metodologi Penelitian. Cetakan 1. Ayup,
editor. Yogyakarta: Literasi Media Publishing; 2015. 108 p.
97. Surahman, Rachmat M, Supardi S. Metodologi Penelitian. Jakarta Selatan:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2016. 232 p.
98. Ary M. Pengklasifikasian Karakteristik Mahasiswa Baru Dalam Memilih
Program Studi Menggunakan Analisis Cluster. J Paradig. 2014;16(1):35–
45.
99. Misbach I. Pengukuran Dalam Penelitian Sosial: Menghubungkan Konsep
Dengan Realitas. J Ber Sos. 2013;1:1–10.
100. Junaidi J. Memahami Skala-Skala Pengukuran. Univ Jambi. 2015;(May):1–
5.
101. Aedi N. Bahan Belajar Mandiri Metode Penelitian Pendidikan Pengolahan
Dan Analisis Data Hasil Penelitian. In: Pengolahan Dan Analisis Data
Hasil Penelitian [Internet]. 2010. Available from:
http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PENELITIAN_PENDIDIKA
N/BBM_7.pdf
102. Yudha R, Arifin P, Christantyawati N. Pengaruh Komunikasi Interpersonal
45
LAMPIRAN
2.
3.
4.
5.
6.
7.
xi
LEMBAR KONSULTASI
No Materi Paraf
Tanggal Keterangan
. Konsultasi Dosen
1 09/9/2020 Matriks penelitian Penentuan judul, jadwal
skripsi
2 02/11/ 2020 BAB 1 Masukan mengenai latar
belakang, perbaiki sesuai
saran.
3 05/12/2020 BAB 1 Latar belakang, perumusan
masalah, tujuan, manfaat,
perbaiki sesuai saran dan
masukan, lanjut
penyusunan BAB 2.
4 22/12/2020 BAB 1-2 Penulisan sitasi yang
benar, tahun jurnal,
fenomena tentang
penelitian sebelumnya,
numbering sesuai
panduan, memasukkan
hasil-hasil penelitian ke
dalam bab 2, kerangka
konsep, perbaiki sesuai
masukan dan saran.
5 11/1/ 2021 BAB 1-3 Latar belakang, tujuan
penelitian, tinjauan
pustaka, kerangka teori,
keragka konsep, sampel,
definisi operasional,
instrumen penelitian, etika
penelitian, perbaiki sesuai
saran dan masukan.
6 26/1/2021 BAB 1-3 Merevisi masukan dan
menjadwalkan untuk
seminar proposal.
xii
Catatan :
Paraf Pembimbing
Catatan :
Paraf Pembimbing
xiii
- Latar belakang :
Paraf Pembimbing
Paraf Pembimbing
xiv
Paraf Pembimbing
xv
Terdapat paragraf yang tidak koheren dengan paragraf sebelum dan sesudahnya
- Perumusan masalah : terlalu panjang
- Tinjauan pustaka : Tambahkan mengenai faktor yang mempengaruhi ketepatan
diagnosis
- Kerangka teori :
ada sedikit salah alur pada kerangka teori
tambahkan lagi mengenai masalah keperawatannya
- Kerangka konsep : sesuaikan dengan tujuan khusus.
- Definisi operasional : Jenis diagnosis keperawatan belum diasukkan ke dalam
subvariabel.
- Definisi variabel ketepatan diagnosis keperawatan dalam penelitian bagaimana?
Paraf Pembimbing