Anda di halaman 1dari 10

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
PROGRAM STUDI AKUAKULTUR
Kampus Bumi Tadulako Tondo Telp. (0451) 429738-422611
Palu – Sulawesi Tengah 94118

Bahan : Sinopsis 2

Nama/Stambuk : Mila Agustin/O 271 18 040


Subtitusi Tepung Ikan dengan Silase Jeroan Ikan Patin
Judul :
(Pangasianodon hypopthalamus) Terhadap Pertumbuhan
dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang memiliki nilai

ekonomis tinggi serta termasuk dalam komoditas yang penting dalam bisnis ikan air

tawar di Indonesia. Hal ini dikarenakan ikan nila memiliki kelebihan yang dapat

menguntungkan bagi pembudidayanya, seperti mudah berkembang biak,

pertumbuhan cepat, serta toleran terhadap salinitas sehingga dapat dibudidayakan di

air tawar, payau, maupun di laut (Wardoyo, 2007).

Budidaya ikan nila sangatlah menguntungkan karena nilai ekonomisnya yang

cukup tinggi, namun terdapat beberapa kendala dalam produksi salah satunya adalah

bahan baku pakan. Suprayudi (2010) menyimpulkan bahwa biaya produksi untuk

pakan pada kegiatan budidaya ikan termasuk ikan nila yakni berkisar 40-89%. Pakan

menjadi kendala terbesar dalam kegiatan budidaya namun keberadaannya sangat

penting dalam mencukupi kebutuhan nutrisi untuk menunjang pertumbuhan dan

kelangsungan hidup ikan nila.

Salah satu bahan baku lokal non ekonomis yang potensial dimanfaatkan sebagai
bahan baku pakan adalah limbah ikan patin, sehingga diharapkan dapat menekan

biaya produksi pada kegiatan budidaya. Penggunaan limbah jeroan ikan patin sebagai

bahan baku pakan dapat diolah dalam bentuk silase. Pembuatan silase jeroan ikan

patin melalui proses fermentasi menggunakan senyawa asam untuk mengikat

kandungan protein, menghambat proses pembusukan oleh bakteri dan membantu

memecah protein menjadi peptida sehingga mudah untuk dicerna ikan (Kompiang

dan Liyas, 1983 dalam Ratnasari dkk., 2020).

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan dosis silase jeroan ikan

patin siam (P. hypopthalamus) yang tepat dalam menghasilkan pertumbuhan dan

kelangsungan hidup yang tinggi pada ikan nila (O. niloticus).


II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2022.

Penelitian bertempat di Laboratorium Biologi Akuatik, Fakultas Peternakan dan

Perikanan Universitas Tadulako Palu. Sedangkan uji proksimat dilakukan di

Laboratorium Nutrisi Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako Palu.

2.2 Meteri Penelitian

2.2.1 Organisme uji

Organisme uji yang akan digunakan adalah benih ikan nila (O. niloticus)

berukuran panjang ± 5 cm dengan bobot ± 2 g sebanyak 300 ekor. Organisme uji

diperoleh dari Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Saluyu, Kabupaten Sigi.

2.2.2 Alat dan Bahan


Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2-1
Tabel 2-1 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
No Nama alat Kegunaan
1. Baskom Wadah pemeliharaan ikan nila
2. Pisau daging Mencincang jeroan ikan patin
3. Ember Wadah fermentasi
4. Perlengkapan aerasi Penyuplai oksigen terlarut dalam air
5. Timbangan Menimbang jeroan ikan patin
6. pH meter Mengukur pH air
7. DO meter Mengukur oksigen terlarut
8. Termometer Mengukur suhu air
9. Timbangan digital Mengukur bobot tubuh ikan
10. Kamera Mendokumentasikan
11. Ember Wadah memindahkan air
12. Alat tulis Mencatat data
13. Selang Penyifonan
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel

2-2.

Tabel 2-2 Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian


No Nama Blat Kegunaan
1. Jeroan ikan patin Bahan baku pembuat silase
2. Butylate hydroxy toluene (BHT) Anti oksigen
3. Asam formiat (HCOOH) Bahan pengawet
4. Soda api (Na2CO3) Penetral
5. Air tawar Media hidup ikan
6. Tepung ikan Bahan baku pakan
7. Tepung dedak Bahan baku pakan
8. Tepung kedelai Bahan baku pakan
9. Minyak ikan Bahan baku pakan
10. Minyak sawit (Bimoli) Bahan baku pakan
11. Vitaminmix Bahan baku pakan

2.3 Rancangan penelitian


Rancangan yang akan digunakan dalam penelitian yakni rancangan acak

lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan, sehingga terdapat 20

unit satuan percobaan. Perlakuan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian

Herizon (2004) sebagai berikut:

Perlakuan A : Pakan (0% tepung ikan + 100% silase jeroan ikan patin)

Perlakuan B : Pakan (25% tepung ikan + 75% silase jeroan ikan patin)

Perlakuan C : Pakan (50% tepung ikan + 50% silase jeroan ikan patin)

Perlakuan D : Pakan (75% tepung ikan + 25% silase jeroan ikan patin)

Perlakuan E : Pakan (100% tepung ikan + 0% silase jeroan ikan patin)

2.4 Prosedur penelitian

2.4.1 Pembuatan Silase Jeroan Ikan Patin


Proses pembuatan silase dari jeroan ikan patin mengacu pada metode Herizon

(2004) yang dimulai dari pengumpulan dan pembersihan jeroan untuk mengurangi

jumlah bakteri pembusuk yang terdapat dalam jeroan ikan patin. Kemudian dilakukan

pencincangan agar proses fermentasi dapat berjalan dengan sempurna. Selanjutnya

jeroan ikan akan dimasukkan kedalam ember dan ditambahkan Butylate hydroxy

toluene (BHT) sebagai anti oksigen sebanyak 250 ppm, dan diaduk secara merata.

Kemudian ditambahkan asam formiat (HCOOH) sebanyak 3% dari bobot jeroan dan

diaduk sampai tercampur merata (5-10 mnt), kemudian wadah ditutup. Pengadukan

berikutnya dilakukan setelah 24 jam sebanyak 3 kali dalam sehari hingga akhir

fermentasi. Lama waktu fermentasi yakni 6 hari. Selanjutnya dilakukan penetralan

dengan menambahkan soda api (Na2CO3) sebanyak 1,6%. Setelah silase ikan jadi

maka dilakukan uji proksimat di laboratorium.

2.4.2 Persiapan Wadah

Wadah pemeliharaan yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

baskom sebagai bak pemeliharaan ikan nila. Persiapan wadah pemeliharaan

dimulai dengan mencuci baskom sebanyak 20 unit menggunakan air bersih,

kemudian di isi dengan air sebanyak 30 L dan dipasang aerator pada setiap wadah

pemeliharaan.

2.4.3 Penebaran benih

Penebaran benih ikan nila diawali dengan melakukan aklimatisasi terlebih

dahulu untuk penyesuaian benih terhadap lingkungan baru. Aklimatisasi dilakukan

untuk menekan stress pada ikan diwaktu pemindahan. Aklimatisasi dilakukan dengan

meletakan kantongan berisi benih ikan pada permukaan air wadah pemeliharaan dan

dibiarkan selama 15 menit. Kemudian ikan ditebar pada wadah pemeliharaan secara

perlahan.

2.4.4 Pemeliharaan ikan

Tahap awal pemeliharaan yaitu ikan di timbang dan diukur panjang


tubuhnya untuk mendapatkan data bobot dan panjang awal pemeliharaan. Selama

pemeliharaan ikan nila diberi pakan hasil formulasi sesuai perlakuan yang diujikan

dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari, yaitu pada pukul 08:00;

13:00 dan 17:00 WITA. Jumlah pakan yang diberikan sebesar 5% dari bobot

tubuh ikan uji. Setiap minggu dilakukan penimbangan bobot biomassa ikan uji.

2.5. Parameter yang diamati

2.5.1. Laju pertumbuhan spesifik harian

Laju pertumbuhan spesifik harian (LPSH) dihitung dengan mengacu pada

persamaan yang digunakan oleh Mulqan dkk., (2017) yakni sebagai berikut:

Ln wt – Ln (w0)
LPSH (%) = x 100
t
Dimana:
LPSH = Laju pertumbuhan spesifik bobot (%) /hari
LnWt = Logaritma natural bobot individu benih pada akhir pemeliharaan (g)
LnWo = Logaritma natural bobot individu benih pada awal pemeliharaan (g)
t = Waktu atau lama pemeliharan (hari)

2.5.2. Pertumbuhan bobot mutlak

Persamaan yang digunakan dalam menghitung pertumbuhan bobot mutlak


ikan nila mengacu pada penelitian Mulqan dkk., (2017) yakni sebagai berikut:
Wm = Wt - Wo
Dimana :
Wm = Pertumbuhan berat mutlak (g)
Wt = Berat biomassa pada akhir pemeliharaan (g)
Wo = Berat biomassa pada awal penelitian (g)

2.5.3. Kelangsungan Hidup

Persamaan yang digunakan dalam menghitung tingkat kelangsungan hidup


ikan mengacu pada penelitian Ihsanudin dkk., (2014) yakni sebagai berikut:

Nt
KH (%) = × 100
N0

Dimana:
KH= tingkat kelangsungan hidup (%);
Nt = populasi pada akhir penelitian (ekor);
N0= populasi pada awal penelitian (ekor).
2.5.4. Rasio Konversi Pakan (RKP)

Persamaan yang digunakan dalam menghitung rasio konversi pakan mengacu

pada penelitian Iskandar dan Elrifadah (2015) yakni sebagai berikut:

F
RKP =
( Wt+ D )−WO

Dimana:

RKP = Rasio Konversi Pakan


Wt = Bobot ikan pada akhir penelitian
D = Bobot ikan yang mati
Wo = Bobot ikan pada awal penelitian

2.5.5. Efisiensi Pemanfaatan Pakan

Persamaan yang digunakan dalam menghitung tingkat efisiensi pemanfaatan pakkan

mengacu pada penelitian Iskandar dan Elrifadah (2015) yakni sebagai berikut:

( Wt+ D )−Wo
EP(%) = × 100
F

Dimana:

EP = Efisiensi pemanfaatan pakan


Wt = Bobot ikan pada akhir penelitian
D = Bobot ikan yang mati
Wo = Bobot ikan pada awal penelitian
2.5.5. Kualitas air

Parameter kualitas air yang akan diukur selama penelitian dapat dilihat pada

Tabel 3-4.

Tabel 3-4 Parameter kualitas air yang akan diamati


No Parameter Alat Ukur Waktu Pengamtan
1. Suhu Termometer Setiap hari
2. pH pH meter Setiap hari
3. Oksigen terlarut / DO DO meter Awal, tengah dan akhir
2.6 Analisa data

Data yang diperoleh akan dianalisis berdasarkan Rancangan Acak Lengkap

dengan model matematik sebagai berikut (Montogomery, 1991) :

Yij=μ+ τi+εij

Keterangan Yij : Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j
μ : Nilai tengah populasi
τi : Pengaruh aditif perlakuan ke-i
εij : Galat percobaan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j
i : Perlakuan (A, B, C, D)
j : Ulangan (1, 2, 3, 4)

Apabila terdapat pengaruh nyata padaa pertumbuhan ikan nila maka pengujian

akan dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Kecil).


DAFTAR PUSTAKA

Herizon, 2004. Pengaruh Kadar Silase Jeroan Ikan Patin Yang Berbeda dalam Pakan
Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas Cyprinus carpio. Skripsi. Program Studi Budidaya
Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Ihsanudin I. dan Sri R.P.N.S., 2014. Pengaruh Pemberian Rekombinan Hormon


Pertumbuhan (Rgh) Melalui Metode Oral Dengan Interval Waktu Yang Berbeda
Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Ikan Nila Larasati (Oreochromis
niloticus). J. Aquaculture Management And Technology. Vol.3(2): 94-102.

Mulqan M., Sayyid A.E.R. dan Irma D., 2017. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Benih ikan Nila Gesit (Oreochromis niloticus) Pada Sistem Akuaponik Dengan
Jenis Tanaman Yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan
Unsyiah. Vol.2(1): 183-193.

Ratnasari, I., Maryani, M. and Nursiah, N., 2020. Penambahan Silase Jeroan Ikan Patin
Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele (Clarias sp.). Jurnal
Akuakultur Sungai dan Danau. Vol.5(2): 44-49.

Suprayudi, M.A., 2010. Bahan Baku Lokal: Tantangan dan Harapan Akuakultur Masa
Depan. Abstrak. Simposium Nasional Bioteknologi Akuakultur III. IPB International
Convention Center. Bogor (p. 31).

Wardoyo S.E.. 2007. Ternyata Ikan Nila Oreochromis niloticus Mempunyai Potensi yang
Besar Untuk Dikembangkan. Media Akuakultur. Vol.2(1): 147-150.

Anda mungkin juga menyukai