Anda di halaman 1dari 7

The 3 C of Cognitive Therapy

Catch

Identify the thought that came before the emotion

Check

Reflect on how accurate and useful the thought is

Change

Change the thought to a more accurate, helpful or kind one

Terapi Kognitif 3 C

Menangkap

Identifikasi pikiran yang muncul sebelum emosi

Memeriksa

Renungkan seberapa akurat dan berguna pemikiran itu

Mengubah

Ubah pemikiran menjadi lebih akurat, membantu atau baik hati

Teknik cognitive behavioral therapy (CBT) berfokus pada pikiran dan perilaku


pasien. Pikiran-pikiran negatif akan menyebabkan pasien mempunyai perasaan dan
perilaku negatif, dan begitu juga sebaliknya.[1]
Pemikiran seseorang akan berhubungan dengan apa yang dirasakan dan dilakukan.
Pada CBT, pasien akan diminta untuk mengidentifikasi distorsi dalam proses
pemikirannya, yang berhubungan dengan gangguan yang dialami. Distorsi yang
terjadi pada situasi-situasi tertentu tersebut akan dicoba untuk diubah sehingga
masalah dapat dihindari. Saat ini, CBT telah dikembangkan dalam telemedicine.
[2,10,11]
Pikiran-pikiran negatif/distorsi pikiran yang timbul secara otomatis setiap kali pasien
menghadapi masalah disebut sebagai automatic negative thoughts. Dalam CBT,
hubungan di antara komponen-komponen disebut sebagai model kognitif. Model ini
digunakan untuk memahami distress mental pasien atau masalah yang dialami
pasien dan menjadi kerangka untuk mengembangkan prosedur terapi individual
untuk pasien.[4]

Gambar 1. Contoh Hubungan Situasi, Pikiran, dan Perilaku (Sumber: Irwan,


2020)
Persiapan Pasien
Persiapan yang diperlukan oleh pasien sebelum menjalani CBT adalah mengikat
kontrak dengan terapis untuk memastikan bahwa pasien akan hadir dalam setiap
sesi CBT. CBT adalah kolaborasi antara peran serta aktif pasien dan bimbingan dari
terapis.[12]

Pasien yang akan menjalani CBT sebaiknya pasien dengan tilikan diri yang baik dan
mampu mengendalikan gejala-gejalanya, baik dengan maupun tanpa bantuan obat.
Pasien-pasien dengan gejala psikotik harus mendapatkan farmakoterapi yang
adekuat sebelum memulai sesi CBT.[12]

Pasien dan terapis harus sebaiknya menetapkan jadwal pertemuan mingguan di


awal dan pasien harus komitmen dengan jadwal tersebut. Komitmen terhadap
jadwal merupakan bagian dari kontrak terapetik dalam CBT.[12]

Tujuan akhir CBT juga harus ditetapkan di awal. Formulasi tujuan akhir dari terapi
harus bersifat SMART (specific, measurable, achievable, realistic, dan time limited).
[4] Misalnya tujuan akhir terapi untuk pasien dengan gangguan obsesif
kompulsif adalah mengurangi waktu yang dihabiskan untuk mencuci tangan dari 5
jam menjadi 1 jam per hari dalam 3 minggu proses terapi.[12]
Prinsip-Prinsip Dasar CBT

CBT mempunyai beberapa prinsip dasar, yaitu:

 CBT didasarkan pada hubungan antara proses kognitif, emosi perasaan, dan
perilaku seseorang

 CBT merupakan prosedur yang singkat dan terbatas waktu

 CBT membutuhkan hubungan terapetik yang kuat dan kerjasama kolaboratif


antara terapis dan pasien

 Dalam CBT, pasien akan dipandu untuk menemukan sudut pandang berpikir
yang baru untuk masalah mereka

 CBT dilakukan secara terstruktur, terarah, dan berorientasi pada masalah

 CBT sering disusun berdasarkan model pendidikan (memberikan


pengetahuan)

 CBT mengandalkan metode induktif, pendekatan ilmiah dengan


menggunakan logika dan reasoning, dan
 Sesi CBT hanya merupakan panduan, pasien tetap harus berlatih sendiri di
antara sesi-sesi CBT

 CBT berorientasi pada kondisi saat ini dan berfokus pada masalah[1]

Isi Sesi CBT

Sesi-sesi dalam CBT mempunyai tujuan dan isi berikut:

 Membantu pasien untuk memulihkan aktivitas hariannya sebagai dasar dan


arah terapi secara bertahap

 Mendorong pasien untuk mengidentifikasi dan menentang pikiran negatif


serta asumsi-asumsi, sehingga pasien mampu menggunakan bukti-bukti yang
lebih realistik mengenai apa yang mereka alami

 Membantu pasien mengalihkan perhatian dari gejala-gejala fisik dan suasana


perasaan negatif yang berhubungan dengan gangguannya

 Membantu pasien agar mampu kembali menjalankan aktivitas rutin sehari-


hari dan produktif
 Menilai kondisi pasien di setiap awal sesi, baik dengan menggunakan
instrumen atau skor subyektif oleh pasien. Namun disarankan untuk
melakukan monitoring proses dan hasil terapi setiap sesi dengan
menggunakan instrumen yang sesuai

 Membuat review penugasan minggu sebelumnya pada awal sesi, dan diakhiri


dengan penjelasan mengenai penugasan minggu berikutnya, sesuai dengan
tahapan setiap sesi[1,13]
Prosedural
Prosedur CBT terdiri dari 10‒20 sesi pertemuan, sekali dalam seminggu, dan
lamanya setiap sesi adalah 1 jam. Sesi-sesi ini dibagi menjadi beberapa tahapan.
Jumlah sesi untuk setiap tahapan bersifat individual dan berbeda untuk setiap
pasien.[2] Tahapan tersebut terdiri dari identifikasi, restrukturisasi kognitif, identifikasi
dan koreksi, dan catatan pikiran.[1,2]

Identifikasi

Identifikasi hubungan antara pikiran, perasaan, dan perilaku yang dialami oleh
pasien. Pada tahapan ini pasien berlatih bersama terapis untuk mengenali situasi
yang mendasari munculnya pikiran-pikiran disfungsional, perasaan yang timbul
akibat pikiran-pikiran tersebut, dan apa yang dilakukan oleh pasien ketika pikiran-
pikiran tersebut timbul.[1,2]

Restrukturisasi Kognitif

Restrukturisasi kognitif yaitu dengan mempertanyakan atau menganalisa dan


mengevaluasi pikiran-pikiran negatif yang timbul. Pada tahapan ini, pasien diminta
untuk mempertanyakan pikiran-pikiran negatifnya dan mengevaluasi apakah
terdapat bukti-bukti yang mendukung pikiran-pikiran negatifnya.[1,2]

Identifikasi dan Koreksi,

Identifikasi dan koreksi dimana pasien diminta untuk mengidentifikasi dan mengubah
pikiran disfungsional. Pasien belajar untuk mengenali distorsi pada proses pikirnya
yang menyebabkan timbulnya pikiran-pikiran negatif/disfungsional pada situasi-
situasi tertentu. Kemudian pasien melakukan koreksi sendiri atas pikiran-pikiran
disfungsionalnya.[1,2]

Catatan Pikiran (Jurnal)

Pada tahap awal, pasien dipandu oleh terapis untuk melakukan tahapan-tahapan di
atas. Namun selanjutnya, pasien akan diminta untuk menggunakan jurnal untuk
secara mandiri mencatat dan melakukan tahapan-tahapan di atas. Pasien diminta
membuat catatan ini segera setelah adanya stressor atau perubahan
perasaan/pikiran. [1,2]

Jurnal biasanya terdiri dari 3 kolom yang berisi situasi pemicu, pikiran otomatis yang
muncul, dan perasaan yang menyertai. Pasien juga diminta secara aktif mengoreksi
pikiran-pikiran ini.[1,2]

Tabel 1. Jurnal atau Catatan Pemikiran Disfungsional (Contoh Identifikasi)


No Situasi Pemicu Pikiran Otomatis Perasaan
Saat berada di kelas Sedih dan ingin pulang,
dan teman-teman tidak Teman-teman sudah tidak mau bertemu
1 menyapa aku mulai bosan dengan aku siapapun
Sumber: Irwan, 2020.

Tabel 2. Jurnal atau Catatan Pemikiran Disfungsional (Contoh Evaluasi)


No Bukti yang Pro Bukti yang Kontra

1 Mereka sibuk mengobrol ketika aku Mereka masih bercanda di grup dan
lewat di dekat mereka masih menyertakan aku
 
Mereka tidak memperhatikan ketika Mereka tersenyum dan membalas
2 aku lewat ketika aku yang menyapa mereka

Sumber: Irwan, 2020.

Aktivasi atau Modifikasi Perilaku

Tahapan-tahapan di atas adalah komponen kognitif dari CBT. Pasien diminta


mengidentifikasi perilaku-perilaku yang menyertai perasaan negatifnya. Pasien
kemudian diminta secara aktif mengenali perilaku-perilaku yang menguatkan pikiran
negatifnya.[1,2]

Sama seperti pada tahapan sebelumnya, pasien diminta membuat catatan kegiatan
harian dan mengidentifikasi perasaan dan pikiran pada saat melakukan kegiatan-
kegiatan itu. Pasien juga diminta untuk secara rutin menjadwalkan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang menyenangkan (misalnya keluar makan bersama teman).
[1,2]

Follow up
Sebagai follow up untuk sesi sebelumnya, pasien akan diberikan tugas untuk menilai
tingkat gangguannya secara kuantitatif (baik dengan menggunakan instrumen atau
skor subjektif dari pasien) pada seminggu sebelumnya dan review penugasan
minggu sebelumnya.[13]
Follow up untuk CBT umumnya digunakan sebagai sesi booster dan dilakukan
dalam jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan pasien dan terapis. Setelah sesi
terapi diakhiri, diharapkan pasien bisa melakukan semua keterampilan yang
diajarkan secara mandiri dan terus menerus.[12]
Perlu ditegaskan bahwa membaiknya kondisi pasien, bukan berarti pasien boleh
berhenti melakukan CBT secara mandiri. Sesi booster bisa diberikan 3‒4 kali dalam
6‒12 bulan pasca CBT selesai.[2,12]
 WHAT I NEED TO KNOW ABOUT

CBT ? ‘’ A guide to help People experiencing mental health problems “

COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY

- CBT Focuses on present day challenges, thoughts, and behaviors of a person


- It is time limited, person knows and aware when it will end
- Collaborative

What I need to Know about CBT ?

- A Psychotherapy that focuses on how a person’s thoughts, beliefs, and attitudes


affect their feelings and behaviors
- Offer support with people suffers from health conditions

You will learn

- Identify and distinguish negative and positive thoughts


- Develop positive perpectives
- Awarness to yourself

CBT Treat

- Depression
- Stress
- Phobia
- Anger
- Panic Disorder

Anda mungkin juga menyukai