Catch
Check
Change
Terapi Kognitif 3 C
Menangkap
Memeriksa
Mengubah
Pasien yang akan menjalani CBT sebaiknya pasien dengan tilikan diri yang baik dan
mampu mengendalikan gejala-gejalanya, baik dengan maupun tanpa bantuan obat.
Pasien-pasien dengan gejala psikotik harus mendapatkan farmakoterapi yang
adekuat sebelum memulai sesi CBT.[12]
Tujuan akhir CBT juga harus ditetapkan di awal. Formulasi tujuan akhir dari terapi
harus bersifat SMART (specific, measurable, achievable, realistic, dan time limited).
[4] Misalnya tujuan akhir terapi untuk pasien dengan gangguan obsesif
kompulsif adalah mengurangi waktu yang dihabiskan untuk mencuci tangan dari 5
jam menjadi 1 jam per hari dalam 3 minggu proses terapi.[12]
Prinsip-Prinsip Dasar CBT
CBT didasarkan pada hubungan antara proses kognitif, emosi perasaan, dan
perilaku seseorang
Dalam CBT, pasien akan dipandu untuk menemukan sudut pandang berpikir
yang baru untuk masalah mereka
CBT berorientasi pada kondisi saat ini dan berfokus pada masalah[1]
Identifikasi
Identifikasi hubungan antara pikiran, perasaan, dan perilaku yang dialami oleh
pasien. Pada tahapan ini pasien berlatih bersama terapis untuk mengenali situasi
yang mendasari munculnya pikiran-pikiran disfungsional, perasaan yang timbul
akibat pikiran-pikiran tersebut, dan apa yang dilakukan oleh pasien ketika pikiran-
pikiran tersebut timbul.[1,2]
Restrukturisasi Kognitif
Identifikasi dan koreksi dimana pasien diminta untuk mengidentifikasi dan mengubah
pikiran disfungsional. Pasien belajar untuk mengenali distorsi pada proses pikirnya
yang menyebabkan timbulnya pikiran-pikiran negatif/disfungsional pada situasi-
situasi tertentu. Kemudian pasien melakukan koreksi sendiri atas pikiran-pikiran
disfungsionalnya.[1,2]
Pada tahap awal, pasien dipandu oleh terapis untuk melakukan tahapan-tahapan di
atas. Namun selanjutnya, pasien akan diminta untuk menggunakan jurnal untuk
secara mandiri mencatat dan melakukan tahapan-tahapan di atas. Pasien diminta
membuat catatan ini segera setelah adanya stressor atau perubahan
perasaan/pikiran. [1,2]
Jurnal biasanya terdiri dari 3 kolom yang berisi situasi pemicu, pikiran otomatis yang
muncul, dan perasaan yang menyertai. Pasien juga diminta secara aktif mengoreksi
pikiran-pikiran ini.[1,2]
1 Mereka sibuk mengobrol ketika aku Mereka masih bercanda di grup dan
lewat di dekat mereka masih menyertakan aku
Mereka tidak memperhatikan ketika Mereka tersenyum dan membalas
2 aku lewat ketika aku yang menyapa mereka
Sama seperti pada tahapan sebelumnya, pasien diminta membuat catatan kegiatan
harian dan mengidentifikasi perasaan dan pikiran pada saat melakukan kegiatan-
kegiatan itu. Pasien juga diminta untuk secara rutin menjadwalkan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang menyenangkan (misalnya keluar makan bersama teman).
[1,2]
Follow up
Sebagai follow up untuk sesi sebelumnya, pasien akan diberikan tugas untuk menilai
tingkat gangguannya secara kuantitatif (baik dengan menggunakan instrumen atau
skor subjektif dari pasien) pada seminggu sebelumnya dan review penugasan
minggu sebelumnya.[13]
Follow up untuk CBT umumnya digunakan sebagai sesi booster dan dilakukan
dalam jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan pasien dan terapis. Setelah sesi
terapi diakhiri, diharapkan pasien bisa melakukan semua keterampilan yang
diajarkan secara mandiri dan terus menerus.[12]
Perlu ditegaskan bahwa membaiknya kondisi pasien, bukan berarti pasien boleh
berhenti melakukan CBT secara mandiri. Sesi booster bisa diberikan 3‒4 kali dalam
6‒12 bulan pasca CBT selesai.[2,12]
WHAT I NEED TO KNOW ABOUT
CBT Treat
- Depression
- Stress
- Phobia
- Anger
- Panic Disorder