Anda di halaman 1dari 83

A.

Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan negara besar yang memiliki hak dan

kewajiban dalam mengurus dan mengatur segala urusan

pemerintahannya, hal ini sebagai wujud peningkatan pembangunan

perkonomian berbasis kemandirian. Pembangunan ini bertujuan untuk

meningkatkan perekonomian Indonesia secara menyeluruh,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mensejahterakan rakyat

Indonesia secara adil dan makmur.

Kemandirian daerah dalam meningkatkan pembangunan nasional

merupakan bentuk dari keberhasilan kebijakan yang ditetapkan oleh

pemerintah. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),

diketahui bahwa target penerimaan negara dari sektor perpajakan

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal ini tentunya tidak

terlepas dari proses pembangunan berkelanjutan yang terus-menerus

dilakukan oleh pemerintah. Berdasarkan APBN tahun 201 9

menunjukkan bahwasannya penerimaan pajak menyumbang sekitar 74%

dari total penerimaan negara secara keseluruhan. Sehingga dapat

dikatakan bahwa pajak memiliki peranan terpenting dalam pembiayaan

pembangunan nasional.

Penghasilan dari sumber pajak di dapat dari berbagai sector perpajakan

antara lain adalah pajak bumi dan bangunan (PBB). Pajak bumi dan bangunan

adalah salah satu faktor pemasukan bagi sebuah negara yang dapat dibilang

cukup potensial dan berkontribusi terhadapat pendapatan suatu negara. Obejek

1
dari pajak bumi dan bangunan ini adalah seluruh bumi dan bangunan yang

berada dalam Kawasan Negara Indonesia.

Pemungutan pajak tercantum dalam pasal 23 ayat 2 UUD 1945 yang

berbunyi “Setiap pajak yang dipungut harus berdasarkan Undang Undang”.

Berdasarkan hasil amandemen yang tercantum mengenai peraturan ketentuan

pajak terdapat dalam pasal 23 A yang berbunyi “Pajak dan Pungutan lainnya

yang bersifat memaksa untuk keprluan Negara di atur dengan undang – undang

pemungutan pajak harus berlandaskan undang-undang tersebut, yang artinya

pemungutan pajak harus berdasarkan persetujuan dari rakyat melalui

perwakilannya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan negara tahun 2020 sampai

dengan 2022 adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Efektivitas Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Negara

Indonesia Tahun 2017&2021.

No Tahun Optimalisasi (Rp) Persentase Efektif


.

1. 2017 Rp.16, 770,000,000,00 8% Tidak efektif

2. 2021 Rp.18,925,000,000,00 9% Tidak efektif

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia

Pajak Bumi dan Bangunan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah anatara

lain adalah menetapkan target yang harus dicapai oleh daerah tingkat

bawahnya. Hingga dengan tingkat desa / kelurahan. Dimana pemungutan di

tingkat desa / kelurahan merupakan ujung tombak dari kegiatan PBB secara

2
menyeluruh. Karena pada wilayah daerah / kelurahn para petugas pemungut

pajak akan berhadapan secara langsung dengan wajib pajak.

Hal yang mendasar dan sangat amat penting dalam penarikan PBB di

sector pedesaan dan perkotaan didasarkan fakta, bahwa dalam melakasanakan

tugasnya pemerintah membutuhkan biaya yang tidak sedikit dalam rangka

mensukseskan pembangunan yang telah berjalan. Untuk mendapatkan biaya

tersebut dapat di tempuh dengan berbagai jalur antara lain dengan penarikan

pajak itu sendiri.

Kabupaten Bengkalis terdiri dari 11 kecamatan dan 19 kelurahan dan 136

Desa. Dengan luas wilayang 6.975,42 km2 dan jumlah penduduk 537.142 jiwa.

Data ini menunjukkan bahwa besarnya potensi Pajak Bumi dan Bangunan.

Maka pemerintah harus mengoptimalkan penerimaan daerah. Khususnya di

pajak bumi dan bangunan.

Tabel 2. Jumlah Target PBB Yang Ditetapkan Di BAPENDA

No Tahun Jumlah Target (RP)


.

1. 2017 Rp 8.000.000.000.00

2. 2018 Rp 34.500.000.000.00

3. 2019 Rp 35.500.000.000.00

4. 2020 Rp 18.500.000.000.00

Sumber: BAPENDA

Berdasarkan sejarahnya pajak mrupakan pemberian yang bersifat

sukarela dari rakyat kepada rajanya. Perkembangan selanjutnya

pemberian tersebut berubah menjadi upeti yang bersifat memaksa,

3
wajib dan ditetapkan secara sepihak oleh negara. Dengan demikian

sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang ekonomi, sosial

dan kenegaraan. 1

Kaum muslimin yang membayar pajak tentunya harus memiliki

pemahaman-pemahaman yang jelas tentang pajak dalam Islam, sehingga

pajak yang mereka bayarkan termasuk salah satu perintah Allah SWT

yang bernilai ibadah. Adapun anjuran diperbolehkannya memungut

pajak dalam Islam salah satunya terdapat dalam Q.S At-Taubah ayat

29 :

۟ ُ‫ٰقَتِل‬
‫وا ٱلَّ ِذينَ اَل يُْؤ ِمنُونَ بِٱهَّلل ِ َواَل بِ ْٱليَوْ ِم ٱلْ َءا ِخ ِر َواَل ي َُحرِّ ُمونَ َما َح َّر َم ٱهَّلل ُ َو َرسُولُهۥُ َواَل‬

g۟ ُ‫ب َحتَّ ٰى يُ ْعط‬


َ ٰ ‫وا ْٱل ِج ْزيَةَ عَن يَ ٍد َوهُ ْم‬
َ‫ص ِغرُون‬ g۟ ُ‫ق ِمنَ ٱلَّ ِذينَ ُأوت‬
َ َ‫وا ْٱل ِك ٰت‬ ِّ ‫يَ ِدينُونَ ِدينَ ْٱل َح‬

Artinya: “Pergilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah


SWT.dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak
mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-
Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (Agama
Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-kitab kepada
mereka, sampai mereka membayar jizyah (pajak) dengan
patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk” (QS At-
Taubah[9]: 29). 2
Dari ayat diatas, kata “jizyah” diterjemahkan dengan “pajak”. Jika

hukum pajak itu dibuat sesuai dengan syaria’t, maka kegiatan

memungut pajak dan mendistribusikan pajak akan bernilai ibadah bagi

pemungutnya maupun bagi wajib pajak. Dari sekian banyak sumber

pendapatan negara, PBB, pajak daerah dan retribusi daerah merupakan


1
H.S. Munawir. Perpajakan,(Yogyakarta:Liberty Yogyakarta, 2000), h. 3

2
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2013), h.152.

4
salah satu sumber penerimaan negara terbesar diantara pendapatan

negara lainnya serta terpenting. bagi pelaksanaan peningkatan

pembangunan nasional, sudah sepatutnya pajak mendapatkan perhatian

yang serius dari pemerintah dan masyarakat, khususnya menyangkut

tata cara perpajakan dan proses serta mekanisme pemungutan pajak .

Pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan

dari sektor partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang

(dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal yang langsung

dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran

umum (publik uitgaven). 3

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting

dalam menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam

negeri. Besar kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran

negara dalam membiayai pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan

pembangunan maupun untuk pembiayaan anggaran rutin. Oleh karena

itu, guna mendapatkan penerimaan negara yang besar dari sektor pajak,

maka dibutuhkan serangkaian upaya yang dapat meningkatkan, baik

subjek maupun objek pajak yang ada. 4

Adapun sumber-sumber pengahasilan negara pada umumnya ialah

Perusahaan-perusahaan, barang-barang milik pemerintah ataupun yang

dikuasi oleh pemerintah, denda-denda dan perampasan-perampasan

untuk kepentingan umum, hak-hak waris atas harta peninggalan

3
Rochmat Soemitro, Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1994, (Jakarta: PT
Eresco,1977), h. 22.
4
Timbul Hamonangan Simanjuntak dan imam mukhlis, Dimensi Ekonomi Perpajakan
dalam Pembangunan Ekonomi, Jakarta: Raih Asa Sukses, h.9.

5
terlantar, hibah-hibah wasiat dan hibah lainnya, ketiga macam iuran

yaitu: pajak, retribusi, dan sumbangan. 5

Pemerintah daerah memiliki peran yang sama dengan pemerintah

pusat, yang mana sama-sama mempunyai kepentingan bersama dalam

penyelenggraraannya untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri. Pemerintah daerah membutuh kan biaya dan dana yang cukup

untuk mengatur rumah tangganya, dengan adanya pemberian otonomi

yang lebih luas kepada daerah terutama dibidang keuangan, daerah

diberi wewenang untuk menggali sumber dana yang ada sesuai dengan

potensi dan keadaan daerah masing-masing, sehingga nantinya dapat

meningkatkan pendapatan asli daerah untuk membiayai rumah

tanggnya sendiri. 6

Pentingnya peranan pajak dalam meningkatkan pendapatan daerah

membutuhkan peraturan dan hukum yang dapat mengatasi dan mengatur

tentang pajak atau dikenal dengan istilah hukum pajak, yang mana

dapat mengatur hubungan pemerintah sebagai pemungut pajak dan

masyarakat sebagai pembayar pajak. Di dalam hukum pajak tersebut

terdapat aturan yang mengatur mengenai hak -hak dan kewajiban

pemerintah maupun masyrakat mengenai pajak. 7

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun

5
R.Santoso Brotodihardjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Bandung: PT. Refika Aditama,
Cet ke 21, h. 9
6
Nurul Amin, Penilaian Pada Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah pada Pemerintah Kabupaten Bengkalis, ejournal stie syariah bengkalis, januari 2019. h.873
7
Niru Anita Sinaga, Pemungutan Pajak Dan Permasalahannya Di Indonesia, Jurnal Ilmiah
Hukum Dirgantara, Vol.7, No.1, September 2016. hal. 142.

6
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan men jelaskan

pengertian pajak secara hukum pajak bahwa pajak adalah kontribusi

wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dan pajak merupakan suatu kewajiban bagi masyarakat untuk

membayar kepada negara sebagaimana Undang-undang Nomor 6 Tahun

1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana

telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16

Tahun 2009 dengan tegas disebutkan pula bahwa wajib pajak adalah

orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban

perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.

Karena pajak bersifat wajib dan memaksa, maka negara

menetapkan sanksi bagi wajib pajak yang tidak melakukan pembayaran

pajak dan/atau dengan sengaja menolak membayar pajak. Dalam

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 telah dijelaskan wajib pajak

yang menolak untuk bayar pajak sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan akan dikenakan sanksi administrasi

dan/atau sanksi pidana. Sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pada umumnya negara yang memiliki administrasi pemerintahan yang

modern seperti Indonesia mengandalkan penerimaan perpajakan sebagai

penopang APBN-nya. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara

7
yang sangat penting bagi pembangunan nasional dewasa ini.8 Observasi awal

peneliti telah ditemukan permasalahan terdapat pencatatan SPT wajib pajak

dengan nama ganda dan salah sehingga target sangat tidak sesuai dengan

realisasi, maka hal ini menjadi salah satu alasan peneliti melakukan penelitian

yang guna mencari solusi kepentingan bersama dalam meningkatkan

pendapatan asli daerah. Semakin meningkatnya pelaksanaan tugas-tugas

pemerintah, maka semakin besar pula kebutuhan pendapatan asli daerah untuk

menutupi tuntutan anggaran dan pembangunan.

Sanksi pidana diatur dalam Pasal 39 ayat (1) huruf i Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan, yang menyebutkan bahwa setiap orang yang dengan sengaja

tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga

dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara di pidana dengan

pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam)

tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pa jak terutang yang

tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah

pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Dengan adanya aturan dan hukum yang mengatur tentang pajak

diharapakan penerimaan pajak sebagai sumber utama anggaran

pendapatan dan belanja negara (APBN) dapat memperoleh hasil yang

maksimal dan mampu bertahan secara berkesinambungan.Undang-

undang yang mengatur tentang pajak sudah di bentuk dan secara resmi

telah diberlakukan di Indonesia. Namun realitanya di zaman sekarang,

8
Ibid, hal...21

8
masih banyak ditemukan permaslahan-permasalahan dan kendala

mendasar dalam pelaksaan pemungutan pajak.

Berkaitan dengan penerimaan pajak bumi dan bangunan yang diproleh

oleh daerah. Sebagaimana banyak terlihat masih banyak kekurangan

kekurangannya yang ada didalamnya terutama masih rendahnya partisipasi

masyarakat dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan yang menjadi

kewajibanya. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) memiliki peran yang cukup

besar bagi kelangsungan dan kelancaran pembangunan. Sehingga perlu

ditangani dan dikelola lebih intensif. Penanganan dan pengelolaan tersebut

diharapkan mampu menuju tertib administrasi serta mampu meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam pembiayaan pembangunan.

Berbagai kendala disebab kan oleh berbagai macam faktor,

diantara nya disebabkan oleh kurangnya sosialisasi, tingkat kesadaran,

pengetahuan dan tingkat ekonomi yang rendah dari masyarakat, adanya

kelemahan regulasi di bidang perpajakan itu sendiri, database yang

belum lengkap dan akurat, serta lemahnya penegakan hukum berupa

pengawasan dan pemberian sanksi yang dinilai belum konsisten dan

tegas. Permaslahan-permaslahan ini tentunya dapat mempengaruhi hasil

penerimaan pajak sebagai sumber utama pendapatan negara.

Selain permasalahan di atas juga terdapat kendala lain dalam

pemungutan pajak yang mana adanya paradigma atau anggapan

masyarakat yang mengatakan bahwasannya percuma membayar pajak

karena hal tersebut hanya untuk memperkaya petugas pajak saja. Pada

umumnya negara yang memiliki administrasi pemerintahan yang modern,

9
seperti Indonesia mengandalkan penerimaan perpajakan sebagai penopang

APBN-nya. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang

sangat penting bagi pembangunan nasional dewasa ini.9

Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu jenis pajak daerah.

Keberadaan pajak ini sangat penting untuk meningkatkan penerimaan pajak

daerah guna mendukung pelaksanaan pemerintah, penyelenggaraan

pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pajak Bumi dan

Bangunan menjadi sumber penerimaan pajak yang cukup besar jumlahnya

serta sangat menunjang proses pembangunan nasional yang dicanangkan,

karena diketahui sebagian besar penduduk Indonesia dan masyarakat suatu

daerah khususnya merupakan subjek dan objek Pajak Bumi dan Bangunan.

Otonomi daerah memberikan hak kepada daerah untuk menentukan

sendiri arah dan tujuan pembangunan di daerahnya, hal ini terjadi sebagai

konsekuensi penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah secara penuh untuk mengurus rumah tangga daerahnya sendiri,

pembangunan di daerah dinilai mampu apabila daerah sendiri yang

menanganinya.

Namun pada kenyaatan nya terdapat banyak sekali permasalahan dalam

perkara pemungutan pajak bumi dan bangunan ini , seperti halnya terjadinya

penunggakan setiap tahunnya. Hal ini juga membuat APD terganggu dan tidak

maksimal. Berikut adalah grafik tunggakan dari tahun 2017 hingga 2020

9
Ibid, hal...21

10
GAMBAR. 1

Chart Title

2.500.000.000

2.000.000.000

1.500.000.000

1.000.000.000

500.000.000 REALISASI TUNGGAKAN

0 PBB POKOK
2017 2018 2019 2020 2021

PBB POKOK DENDA REALISASI TUNGGAKAN

Sumber:BAPENDA

Dari grafik di atas terlihat bahwa setiap tahunnya tunggakan PBB

ini terus menerus berlanjut dan masih belum efektive dalam

pelaksanaannya. Sajian hasil observasi awal penelitian tentang fenomena

praktik administrasi yang kurang dan belum maksimal. Fenomena ini

menimbulkan keingintahuan (Curiousity) peneliti terhadap suatu gejala sosial,

belum maksimalnya efektivitas dalam pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan

yang disingkat dengan PBB dalam meningkatkan pendapatan asli daerah atau

yang disingkat dengan kata PAD.

Berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan

keuangan pusat dan daerah mengatur hal-hal yang berkenaan dengan keuangan

Negara dan daerah utamanya bagi hasil penerimaan negara dan transfer dana

dari pemerintah pusat (APBN) kepada pemerintah daerah (APBD). Salah satu

dana perimbangan yang dijelaskan dalam Undang-undang tersebut yakni Pajak

Bumi dan Bangunan, penerimaan negara dari PBB dibagi dengan imbangan 10

11
% untuk pemerintah pusat dan 90 % untuk daerah, maka untuk melihat

seberapa maju daerah tersebut tentunya merupakan salah satu faktor ketaatan

Wajib Pajak dalam menunaikan tanggung jawab sebagai warga negara yang

baik.

Penjelasan secara singkat konsekuensi yang timbul apabila fenomena

negatif tersebut tidak dicarikan jalan keluarnya. Apa akibatnya jika pelayanan

pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan tidak dilaksanakan secara efisien dan

efektif? Apa akibatnya terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Bengkalis?

Pada umumnya negara yang memiliki administrasi pemerintahan yang

modern seperti Indonesia mengandalkan penerimaan perpajakan sebagai

penopang APBN-nya. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara

yang sangat penting bagi pembangunan nasional dewasa ini.

Bumi dan Bangunan memberikan keuntungan dan kedudukan sosial

ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai hak atasnya

atau memperoleh manfaat dari padanya. Oleh karena itu pemungutan Pajak

Bumi dan Bangunan haruslah dilakukan dengan seefisien mungkin, agar

terciptanya taraf kemakmuran yang tinggi. Efektivitas pemungutan Pajak Bumi

dan Bangunan juga berperan penting dalam pendapatan asli daerah, jika

kesadaran Wajib Pajak tinggi dan patuh akan kesadaran Wajib Pajak maka dan

tentunya pendapatan asli daerah akan besar (Mencapai target sasaran) kegiatan

inilah yang disebut dengan efektivitas pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan.

Untuk mendukung keberlanjutan pelaksanaan kewenangan yang

dilimpahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah, maka pemerintah

Kabupaten Bengkalis setiap tahunnya mempunyai target dan realisasi dalam

12
melaksanakan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan diwilayahnya masing-

masing sebagai sumber pendapatan asli daerah.

Target penerimaan pajak yang besar seharusnya tidak sulit dicapai jika

kepatuhan masyarakat sebagai pembayar pajak lebih tinggi. Kepatuhan pajak

dapat diidentifikasi sebagai suatu keadaan ketika wajib pajak memenuhi semua

kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Dapat dijelaskan

tingkat kepatuhan wajib pajak tercermin dalam persentase Pelaporan Surat

PemberitahuanTerutang (SPT) dan kualitas pelayanan pegawai yang baik dan

benar.

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang menggunakan sistem yang

cukup memudahkan Wajib Pajak, yaitu dengan sistem official assessment

system, dimana fiskus yang lebih proaktif dan kooperatif dalam melakukan

perhitungan, penetapan pajak terhutang dan pendistribusiannya berdasarkan

Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang diisi oleh Wajib Pajak atau

hasil verifikasi Bapenda, pemerintah kecamatan, maupun kelurahan. Dan

seterusnya SPOP, para fiskus menerbitkan Surat Pemberitahuan Pajak

Terhutang (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan yang didistribusikan sampai

ketangan Wajib Pajak (Nasabah).

Tidak tercapainya target penerimaan pajak yang telah ditetapkan

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan administrasi

pembayaran pajak tersebut. Secara umum terdapat beberapa faktor utama yang

mempengaruhi realisasi penerimaan pajak, yaitu seperti kesederhanaan

pelayanan, kejelasan dan kepastian serta efisiensi pelayanan.

13
Layanan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan dapat dilakukan di

Bank, ATM dan kantor pos terdekat, pembayaran tidak lagi dilakukan di kantor

Kecamatan karena tidak efektif, maka daripada itu Wajib Pajak dapat

membayar secara langsung di Bank, yang secara langsung dapat dilayani oleh

petugas Bank atau Wajib Pajak dapat membayar melalui ATM dan Kantor pos,

namun hal ini tidak berlaku untuk yang tinggal didaerah sulit atau pendalaman,

disini mereka masih dihadapai oleh sarana dan prasana yang belum memadai.

Telah ditemukan permasalahan terdapat pencatatan SPT wajib pajak

dengan nama ganda dan salah sehingga target sangat tidak sesuai dengan

realisasi, maka hal ini menjadi salah satu alasan peneliti melakukan penelitian

yang guna mencari solusi kepentingan bersama dalam meningkatkan

pendapatan asli daerah. Permasalahan ini didukung oleh penelitian Fitria, yakni

tesisnya yang berjudul analisis kualitas pelayanan publik dalam menciptakana

efektivitas pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Bapenda,

permasalahan yang sama ditemukan adalah banyak nama subjek pajak yang

masih ganda dan salah serta tidak kompleksnya pelayanan publik yang

berpengaruh pada efektivitas pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan itu

sendiri. Semakin meningkatnya pelaksanaan tugas-tugas pemerintah, maka

semakin besar pula kebutuhan pendapatan asli daerah untuk menutupi tuntutan

anggaran dan pembangunan maka diharuskan evaluasi dan kinerja yang lebih

efektif dan efisien.

Semakin meningkatnya pelaksanaan tugas-tugas pemerintah, maka

maka semakin besar pula kebutuhan pendapatan asli daerah untuk

menutupi tuntutan anggaran dan pembangunan. Sehingga berdasarkan

14
uraian pada latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Tingkat Efektifitas

Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan dalam Rangka Meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bengkalis”.

B. Identivikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di jelaskan maka dalam

penelitian yang berjudul:Analisis Tingkat Efektifitas Pemungutan Pajak Bumi

dan Bangunan dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kabupaten Bengkalis. adapun identifikasi masalah adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya sosialisasi dari pihak pemungutan pajak terhadap masyarakat

wajib pajak.

2. Dalam penarikan pajak sering ditemukan rumah kosong yang tidak

diketahui siapa pemilknya

3. Terdapat banyak bangunan besar dan tanah yang tidak diketahui jelas wajib

pajaknya

4. Adanya penurunan realisasi pajak bumi dan bangunan pada tahun 2017 dan

2021.

5. Kurangnya tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam membayar

pajak sehingga menurunkan tingkat kepatuhan masyarakat dalam membayar

pajak

6. Banyaknya masyarakat yang tidak melaporkan SPPT dan adanya penerbitan

SPPT (Surat pemberitahuan pajak terhutang) ganda.

7. Banyaknya nama wajib pajak yang ditulis ganda dan juga ditemukan nama

wajib pajak yang salah

15
8. Lemahnya regulasi dibidang perpajakan dan penegakan hukum, disertai

kurangnya pengawasan dan sanksi yang di berikan sehingga dinilai belum

tegas dan konsisten.

9. Database yang belum lengkap dan akurat

10. Adanya paradigma atau anggapan masyarakat bahwa membayar pajak

hanya untuk memperkaya petugas pajak dan membayar pajak bukanlah

suatu kewajiban

C. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu dan pengetahuan dari penulis, maka

penulis membatasi masalah supaya tidak terjadi perluasan masalah,

maka peneliti memfokuskan pada tingkat efektivitas pemungutan

Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Bapenda Kabupaten Bengkalis

dari tahun 2017 sampai 2021.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka

dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat efektifitas pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan,

dalam meningkat kan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten

Bengkalis ?

2. Berapa besar kontribusi pajak bumi dan bangunan terhadap pajak daerah

di Kabupaten Bengkalis ?

16
E. Kerangka Pemikiran

Berikut kerangka pemikiran yang digunakan penelitian sebagai

berikut:

TUJUAN : TINGKAT EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK BUMI &


BANGUNAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN PENDAPATAN
ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN BENGKALIS

MASALAH

SDM Kondisi Sosial Sistem Regulasi

Kinerja Kurangnya Kepercayaan Sistem Informasi Penegakan Hukum

Kualitas Kerja Kepatuhan & Kesadaran Database Penyempurnaan Produk


Hukum
SOLUS I
Keterampilan Partisipasi Mekanisme/Prosedur

SDM
Wewenang Kondisi Sosial
Pemahaman Sistem
Sarana & Prasarana Regulasi

F. Definisi Variabel

Pembenahan
Training Kualitas SDM sosialisasi Aplikasi Smartgove
Perencanaan yang Penegasan Hukum
17 Matang
Peningkatan Kinerja edukasi Validasi Database Penegasan Sanksi
Reward/punish
STRATEGI
Pembinaan Kualitas SDM Selektif Aplikasi GCG Pengawasan
Definisi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pajak.

Untuk
Transparansi dan akuntabilitas mempermudah peneliti dalam penelitian
Sistem Pembayaran Elektronik ini berikut

beberapa
Peningkatan Kualitas landasan teori tentang Penarikan
pajak Denda
menurut para ahli yaitu,

menurutPajak
Menyetor dan melaporkan Andriani pajak merupakanTindakan
iuran Tegas
kepada negara
Terhadap (yang dapat
Penyelewangan
Terhutang

dipaksakan) yang terhutang oleh yang membayarnya menurut

peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang

langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara

untuk menyelenggarakan pemerintahan. 10

b. Pajak Bumi dan Bagunan

Untuk mempermudah peneliti dalam penelitian ini berikut

beberapa landasan teori tentang Pajak Bumi dan Bangunan menurut

para ahli adalah sebagai berikut:

Pajak Bumi dan Bangunan merupakan sebuah pungutan wajib

yang di ambil oleh pemerintah terhadap suatu bangunan yang mana

digunakan sebagai tempat tinggal, perusahaan, maupun pelaku

bisnis kecil dan menengah. Munculnya PBB disebab kan oleh

adanya keuntungan ekonomi yang diperoleh para pemilik bangunan,

baik itu sebagai tempat tinggal atau tempat untuk memulai sebuah

usaha. 11

G. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

10
Mustaqiem. Perpajakan Dalam Konteks Teori Dan Hukum Pajak Di Indonesia.penerbit
buku litera yogyakarta.yogyakarta, hal 42- 43
11
https://www.cermati.com/artikel/pajak-bumi-dan-bangunan-dan-cara-menghitungnya
(Diakses pada senin, 02 Januari 2023 pukul 11:16 wib).

18
1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pemungutan Pajak

Bumi dan Bangunan yang telah di terapkan Bapenda Kabupaten

Bengkalis.

b. Untuk mengetahui efektivitas pemungutan Pajak Bumi dan

Bangunan, di tinjau dari ekonomi Islam

2. Kegunaan Penelitian

a. Bagi Bapenda Kabupaten Bengkalis

Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan

yang digunakan sebagai alternatif jawaban dari permaslahan

yang ada di Bapenda Kabupaten Bengkalis sehingga dapat di

jadikan solusi untuk menyelesaikan permasalahan terkait

efektivitas pemungutan pajak sehingga masyarakat percaya dan

tertarik untuk membayar pajak.

b. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat memberikan

tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas,

sehingga masyarakat merasa percaya dan yakin untuk

membayar pajak.

c. Bagi penulis

Sebagai syarat untuk menyelesaikan perkuliahan pada

program S1 jurusan Akuntansi Syari’ah pada Sekolah Tinggi

Ilmu Ekonomi (STIE) Syari’ah Bengkalis, serta sebagai wadah

19
bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang diproleh di

bangku prkuliahan serta menambah wawasan bagi penulis

terhadap permasalahan-permasalahan yang penulis teliti.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan referensi untuk penelitian, dan semoga hasil

penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk kajian

pendidikan selanjutnya. Selain itu hasil penelitian ini

diharapkan bisa dijadikan bahan referensi untuk peneliti

berikutnya yang berhubungan dengan analisis tingkat efektifitas

pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan, pajak daerah dan

retribusi daerah dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Kabupaten Bengkalis

H. PENELITIAN YANG RELEVAN

Untuk menghindari terjadinya kesamaan terhadap penelitian yang

ada sebelumnya maka peneliti menyajikan penelitian relevan pada

tabel di bawah ini:

Tabel 3. Penelitian Relevan

No Peneliti Judul penelitian Hasil penelitian Perbedaan dengan

judul sebelumnya

1. Agustin Efektivitas Efektivitas kontribu Penelitian ini

Yona. kontribusi si penerimaan pajak hanya

penerimaan hiburan di kota Ban membahas

pajak hiburan dar Lampung sudah tentang pajak

terhadap peningkatan cukupefektif terkecu hiburan

pendapatan asli ali pada tahun 2019 dan

20
daerah (pad) kota 2020 dan belum

bandar lampung menerapkan prinsip-

perspektif ekonomi prinsip ekonomi Is

islam tahun 2016- lam,sedangkan peng

2020 (kualitatif). 12 aloksian pendapatan

sudah berlaku de

ngan adil sesuai de

ngan ajaran Islam.

2. Donny Sosialisasi PBB Hasil penelitian Pada penelitian

Binambuni. Pengaruhnya menunjukkan terdapat ini hanya melihat

Terhadap Kepatuhan pengaruh pajak bumi pengaruh

Wajib Pajak di Desa dan bangunan terhadap sosialiasai PBB

Karatung Kecamatan kepatuhan wajib pajak. tidak mengukur

Nanusa Kabupaten efektivitas

Talaud. 13 pemungutan PBB.

3. Rimi Efektivitas Hasil dari penelitian ini Penelitian ini

Gusliana penerimaan Retribusi adalah Tingkat hanya melihat

Mais dan Daerah dan efektivitas untuk efektivitas

Windi Kontribusinya retribusi daerah selama penerimaan

Yuniara terhadap Peningkatan tahun 2015-2019 masuk Retribusi Daerah

Pendapatan Asli dalam kategori cukup dan kontribusinya

Daerah di DKI efektif. Dan kontribusi tidak membahas

Jakarta periode retribusi daerah mengenai

2015-2019 terhadap peningkatan efektivitas PBB.

(kualitatif). 14 pendapatan asli daerah Serta mengunakan

12
Yona Agustin. Efektivitas Kontribusi Penerimaan Pajak Hiburan Terhadap Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung Perspektif Ekonomi IslamTahun 2016-
2020. Skripsi (Studi pada Kantor Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah Kota Bandar
Lampung). Lampung: fakultas ekonomi dan bisnis Islam Negeri Raden Intan Lampung. 2022.
13
Donny Binambuni, Sosialisasi PBB Pengaruhnya Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di
Desa Karatung Kecamatan Nanusa Kabupaten Talaud, Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis, dan Akuntansi, Vol.1, No (4), 2013, hlm.2015-2142.

21
DKI Jakarta dari tahun metode deskriptif

2015-2019 kualitatif.

berkontribusi sangat

kurang dan rasio

kontribusinya

cenderung turun tiap

tahunnya.

4. Rima Analisis Efektivitas Pertumbuhan PBB di Penelitian ini

Adelina. dan Kontribusi kabupaten Gresik dapat menggunakan

Penerimaan Pajak dikatakan selalu metode deskriptif

Bumi dan Bangunan meningkat. Dinas kualitatif.

(PBB) terhadap pendapatan,

Pendapatan Daerah pengelolaan keuangan

di Kabupaten dan aset daerah

Gresik. 15 kabupaten gresik telah

berhasil dalam

merealisasikan PBB

lebih dari target PBB

yang ditentukan.

14
Rimi Gusliana Mais dan Windi Yuniara, Efektivitas penerimaan Retribusi Daerah dan
Kontribusinya terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di DKI Jakarta periode 2015-2019
(kualitatif). Prosiding Konferensi Nasional Ekonomi Manajemen dan Akuntansi (KNEMA), Vol.1,
No (1), 2021, hlm.02.
15
Rima Adelina, Analisis Efektivitas dan Kontribusi penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) terhadap pendapatan Daerah di Kabupaten Gresik, Jurnal Akuntansi Unesa,
Vol. 1, No (2), 2013.

22
5. Rio Rahmat Pengaruh BPHTB Hasil penelitian Dalam penelitian

Yusran & dan PBB Terhadap menunjukkan bahwa ini tidak hanya

Dian Lestari Pendapatan Asli Bea Perolehan Hak meneliti mengenai

Siregar. Daerah di Provinsi Atas Tanah dan PBB namun juga

Kepulauan Riau. 16 Bangunan (BPHTB) BPHTB.

dan PBB berpengaruh

positif dan signifikan

terhadap pendapatan

Asli Daerah Kepulauan

Riau.

6. Susanto Analisis Kontribusi Hasil penelitian Penelitian ini

Agung. Pajak Bumi dan menunjukkan bahwa membhas

Bangunan (PBB) pengelolaan pajak bumi mengenai

pada pendapatan Asli dan bangunan kota kontribusi PBB

Daerah (PAD) Kota surabaya sudah baik. dan menggunakan

Surabaya tahun Dengan rata-rata metode deskriptif

2013-2017. 17 tingkat kontribusi pajak kualitatif.

bumi dan bangunan

kota surabaya sebesar

20,68%.

7. Johan Pengaruh Faktor- Hasil penelitian ini Peneltian ini

Yusnidar & faktor yang menunjukkan bahwa fokus pada PBB

Arik Prasetya Mempengaruhi SPPT, pengetahuan perkotaan dan

Sunarti. Kepatuhan Wajib wajib pajak, kualitas perdesaa, serta

Pajak dalam pelayanan, kesadaran menggunakan

Melakukan wajib pajak, dan sanksi metode


16
Rio Rahmat Yusran & Dian Lestari Siregar, Pengaruh BPHTB dan PBB Terhadap
Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Kepulauan Riau, Jurnal Akrab Juara, Vol. 2, No (2), 2017,
hlm. 73.
17
Sutanto Agung, Analisis Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pada pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya tahun 2013-2017. Skripsi. Surabaya: Universitas Widya
Kartika. 2019.Q

23
Pembayaran PBB pajak berpengaruh explanatory

Perdesaan dan secara parsial dan research.

Perkotaan (studi simultan terhadap

pada wajib pajak variabel kepatuhan

PBB-P2 di wajib pajak.

kecamatan

Jombang). 18

8. Sabam Analisis efektivitas Hasil penelitian Penelitian ini

Simbolon. dan Kontribusi Pajak menunjukkan bahwa hanya meneliti

Bumi dan Bangunan penerimaan PBB di mengenai

terhadap Pendapatan Kota Tanggerang masih kontribusi pajak

Asli Daerah (PAD) kurang bumi dan

Kota Tanggerang. 19 efektif,menunjukkan bangunan serta

kontribusi dan pengaruh menggunakan

yang cukup besar metode deskriptif

terhadap PAD, namun kuantitatif.

berkontribusi rendah

dan tidak ber

PengaruhterhadapPDRB

KotaTanggerang.

9. Sahri Analisis Kepatuhan Kepatuhan wajib pajak Dalam penelitian

Muharam. Wajib Pajak Bumi Bumi dan Bangunan di ini menganalisis

dan Bangunan (PBB) Kecamatan Kauntan tingkat kepatuhan

di Kecamatan Tengah dari tahun 2016 wajib pajak PBB

Kuantan Tengah sampai dengan tahun dengan metode

18
Johan Yusnidar & Arik Prasetya Sunarti, Pengaruh Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak dalam Melakukan Pembayaran PBB Perdesaan dan Perkotaan (studi pada
wajib pajak PBB-P2 di kecamatan Jombang), Jurnal Mahasiswa Perpajakan, Vol 4, No (1), 2015,
h.129.
19
Sabam Simbolon, Analisis efektivitas dan Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tanggerang, Jurnal ilmiah akuntansi dan teknologi,
Vol 13, No (2), 2021.

24
Kabupaten Kuantan 2017 terus mengalami deskriptif

Singingi. 20 penurunan. Kualitatif.

10. Imam Pengaruh Berdasarkan penelitian Penelitian ini

Oktafiyanto Pemahaman Wajib yang dilakukan pada bertujuan untuk

& Dewi Pajak, Kesadaran wajib pajak bumi dan mengetahui

Kusuma Wajib Pajak, dan bangunan di kota pengaruh antara

Wardani. Pelayanan Fiskus yogyakarta maka dapat pemahaman wajib

Terhadap Kepatuhan diambil kesimpulan pajak, kesadaran

Wajib Pajak Bumi bahwa pemahaman wajib pajak dan

dan Bangunan. 21 wajib pajak, kesadaran pelayanan fiskus

wajib pajak,pelayanan terhadap

fiskus seacara simultan kepatuhan PBB,

berpengaruh positif sedangkan metode

terhadap kepatuhan yang digunkan

wajib pajak bumi dan adalah kuantitatif.

bangunan di kota

yogyakarta.

11. Riska Efektivitas Dapat disimpulkan Adapun metode

Puspitasari. Pemungutan Pajak bahwa dinas pendapatan yang digunakan

Bumi dan Bangunan daerah Kabupaten dalam penelitian

untuk Meningkatkan Tanjung Jabung Timur ini adalah

Pendapatan Asli telah berhasil dalam kualitatif dengan

Daerah. 22 merealisasikan pajak pendekatan

bumi dan bangunan deskripif.

20
Sahri Muharam. Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di
Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi. Skripsi. Program studi Administrasi
Negara fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Kuantan Singingi. 2018.
21
Imam Oktafiyanto & Dewi Kusuma Wardani, Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak,
Kesadaran Wajib Pajak, dan Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan
Bangunan, Jurnal Akuntansi, Vol.3, No (1), hlm. 41-52.
22
Riska Puspitasari, Efektivitas Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan untuk
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, Zabags International Journal Of Economy, Vol.1, No (1).
h. 7.

25
atau lebih dari target

yang telah ditentukan

selama 5 tahun terakhir.

12. Putri Kemala Analisis penerimaan Efektivitas penerimaan Penelitian ini

Dewi Lubis. pajak Bumi dan pajak bumi dan bertujuan untuk

Bangunan pada bangunan di Dinas mengetahui

Dinas Pendapatan Pendapatan Daerah tingkat efektivitas

Daerah Kota Kota Medan tahun 2011 penerimaan PBB ,

Medan. 23 cukup efektif. dan menggunakan

23
Putri Kemala Dewi Lubis, Analisis penerimaan pajak Bumi dan Bangunan pada Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan, Jurnal Akuntansi, Keuangan & Perpajakan Indonesia (JAKPI),
Vol.6, No (01). h.79.

26
Sedangkan tahun 2012, metode deskriptif.

2014, 2015 kurang

efektif dan tahun 2013

tidak efektif.

13. Hamzah Efektivitas Berdasarkan hasil Dalam penelitian

Firmansyah. Pemungutan Pajak penelitian diketahui ini menggunakan

Bumi dan Bangunan bahwa dari segi proses metode deskriptif

dalam Peningkatan sudah berjalan baik, kualitatif.

Pendapatan Asli namun efektivitas

Daerah (PAD) di dalam waktu

27
Desa Padamukti menunjukkan proses

Tahun 2018-2020. 24 pengolahan data belum

sepenuhnya sesuai

perencanaan SOP

14. Noorchamid Kompensasi dan Terdapat pengaruh yang Dalam penelitian

Ustadi, Dheo Ketaatan Wajib signifikan pengendalian ini membahas

Rimbano, Pajak PBB terhadap terhadap kepuasan mengenai

Mohamad Kepuasan masyarakat di Badan kompensasi dan

Zaki. Masyarakat Kota pengelola pajak dan ketaatan wajib

Lubuk Linggau retribusi daerah kota pajak PBB, dan

Dimoderasi Oleh lubuklinggau. metode yang

Kepribadian Badan digunakan dalam

Pengelola Pajak dan penelitian ini

24
Hamzah Firmansyah, Efektivitas Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan dalam
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Desa Padamukti Tahun 2018-2020, Jurnal
Manajemen Terapan dan Keuangan, Vol. 11, No (03), h.576.

28
Retribusi Daerah adalah kuantitatif.

Kota

LubukLinggau. 25

15. Doni Pengaruh Kualitas

Sapriadi. Pelayanan pajak,

sanksi pajak dan

kesadaran wajib

pajak terhadap

kepatuhan wajib

pajak dalam

membayar PBB

25
Noorchamid Ustadi, Dheo Rimbano, dan Mohamad Zaki, Kompensasi dan Ketaatan
Wajib Pajak PBB terhadap Kepuasan Masyarakat Kota Lubuk Linggau Dimoderasi Oleh
KepribadianBadan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Lubuk Linggau, Jurnal Interprof ,
Vol. 6, No.(2), h.104, 2020.

29
(pada Kecamatan

Selupu Rejang). 26

16. Tenny Putri Efektivitas Dapat di simpulkan Jenis penelitian

Astutik. Pemungutan Pajak bahwa Dinas yang digunakan

Bumi dan Bangunan Pendapatan Daerah kota dalam penelitian

untuk Meningkatkan Malang telah berhasil ini adalah

Pendapatan Asli dalam merealisasikan kualitatif dengan

Daerah (Studi pada pajak bumi dan pendekatan

Dinas Pendapatan bangunan atau lebih deskriptif.

Daerah Kota dari target yang telah

Malang). 27 ditentukan selama 5

26
Doni Sapriadi, Pengaruh Kualitas Pelayanan pajak, sanksi pajak dan kesadaran wajib
pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB (pada Kecamatan Selupu Rejang),
Jurnal Akuntansi, Vol.1, No.(1), h.1, 2013.
27
Tenny Putri Astutik, Efektivitas Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan untuk
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Studi pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang,
Jurnal Administrasi Publik Mahasiswa Universitas Brawijaya, Vol. 2, No (1), h. 47, 2012.

30
tahun terakhir.

17. Febi Kinerja Pengelolaan Pemungutan pajak Dalam penelitian

Febriana. Pajak Bumi dan Bumi dan Bangunan ini membahas

Bangunan pada perdesaan perkotaan di mengenai kinerja

Badan Pendapatan Kabupten Subang pengelolaan pajak

Daerah (BAPENDA) belum efektif hal ini dengan

Kabupaten Subang. 28 dikarenakan dimensi menggunakan

kinerja organisasi dan pendekatan

mengenai produktivitas, deskriptif.

kualitas layanan,

responsivitas,

responsibilitas, dan

akuntabilitas belum

sepenuhnya optimal

dijalankan.

18. Nadwatul Pengaruh Sanksi, Secara parsial variabel Dalam penelitian

Khoiroh. Sosialisasi,dan sanksi dan pendapatan ini trdapat

28
Febi Febriana. Kinerja Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan pada Badan Pendapatan
Daerah (BAPENDA) Kabupaten Subang. Skripsi. Subang: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Subang.2020.

31
Pendapatan Wajib berpengaruh dan variabel sanksi,

Pajak Terhadap signifikan terhadap sosialisai dan

Kepatuhan Wajib kepatuhan wajib pajak pendapatan dalam

Pajak dalam dalam membayar pajak membayar PBB,

Membayar Pajak pbb sedangkan variabel Metode yang

Bumi dan Bangunan sosialisasi tidak digunakan adalah

di Desa Gandaria. 29 berpengaruh terhadap korelasi dan

kepatuhan wajib pajak. pendekatan

kuantitatif.

19. Siti Salmah. Pengaruh . Berdasarkan hasil Penelitian ini

Pengetahuan dan penelitian terdapat menggunakan

Kesadaran Wajib pengaruh positif yang metode

Pajak terhadap signifikan antara kuantitatif.

Kepatuhan Wajib pengetahuan wajib

Pajak dalam pajak dan kesadaran

Membayar pajak wajib pajak terhadap

Bumi dan Bangunan kepatuhan wajib pajak

(PBB). 30 dalam membayar pajak

29
Nadwatul Khoiroh, Pengaruh Sanksi, Sosialisasi,dan Pendapatan Wajib Pajak Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Gandaria. Skripsi.
Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 2017.
30
Siti Salmah, Pengaruh Pengetahuan dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak dalam Membayar pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Jurnal Akuntansi, Vol. 1, No.(2),
h. 151, 2018.

32
bumi dan bangunan.

20. Yulia Analisis Efektivitas Dapat disimpukan Metode yang

Anggara Sari. dan Kontribusi bahwa Dinas digunakan dalam

Penerimaan Pajak Pendapatan Daerah penelitian ini

Bumi dan Bangunan Kota Bandung telah adalah metode

Terhadap Pendapatan berhasil dalam realisasi deskriptif.

Daerah di Kota pajak Bumi dan

Bandung. 31 Bangunan sesuai atau

lebih dari target pajak

bumi dan bangunan

yang telah ditentukan.

21. Kharisma Analisis Efektifitas Berdasarkan hasil Metode yang

Wanta dan Kontribusi PBB penelitian menunjukkan digunakan dalam

Tarigan. Terhadap bahwa pajak tingkat penelitian ini

Penerimaan Pajak di kinerja kantor adalah deskriptif

KPP Pratama Kota pelayanan pajak kualitatif.

Manado. 32 pratama Manado

efektif, bahkan ada

31
Yulia Anggara Sari, Analisis Efektivitasdan Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan Terhadap Pendapatan Daerah di Kota Bandung, Jurnal Wacana Kinerja: Kajian
Praktis- Akademis Kinerja dan Administrasi Pelayanan Publik, Vol.13, No.(2), h.173-185, 2020.
32
Kharisma Wanta Tarigan, Analisis Efektifitas dan Kontribusi PBB Terhadap Penerimaan
Pajak di KPP Pratama Kota Manado, Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Vol.1, No.(3), h. 282-
291, 2013.

33
beberapa tahun yang

sangat efektif, begitu

juga dengan

kontribusinya.

22. Ni Putu Dian Analisis Efektivitas Hasil penelitian Adapun metode

Damaiyanti, I dan Kontribusi menunjukkan bahwa yang digunakan

Putu Ery Penerimaan PBB efektivitas penerimaan dalam penelitian

Setiawan. Terhadap PAD Kota PBB tahun 2009-2013 ini adalah analisis

Denpansar Tahun sangat efektif dengan kuantitatif.

2009-2013. 33 rata-rata di atas 100%,

yaitu 12, 42%.

23. Rahma Suci Analisis Kepatuhan Tingkat kepatuhan Metode yang

Cahyana. Wajib Pajak Bumi wajib pajak PBB di digunakan dalam

dan Bangunan dalam Kabupaten Polewali penelitian ini

Peningkatan Mandar yang diukur adalah pendekatan

Pendapatan Asli menggunakan rumus deskriptif

Daerah (PAD) di Key Performance kuantitatif.

Kabupaten Polewali Indicator (KPI). Pajak

Mandar Pada Masa PBB memberikan

Covid-19 Tahun kontribusi terhadap

2020-2021. 34 peningkatan pendapatan

33
Ni Putu Dian Damaiyanti, I Putu Ery Setiawan, Analisis Efektivitas dan Kontribusi
Penerimaan PBB Terhadap PAD Kota Denpansar Tahun 2009-2013, E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, Vol.9, No.(1), h.97, 2014.
34
Rahma Suci Cahyana, Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan dalam
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Polewali Mandar Pada Masa Covid-19
Tahun 2020-2021. Skripsi. Parepare: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. 2022.

34
daerah sebesar 20%

pada tahun 2020 dan

26% pada tahun 2021.

24. Desy Peranan Badan Berdasarkan teknik Adapun metode

Nurmala Pendapatan Daerah peranan ini peneliti yang digunakan

Sari. Kota Pekanbaru menilai dan dalam penelitian

dalam Pelaksanaan menyimpulkan bahwa ini adalah

Pemungutan Pajak peranan pendapatan Kuantitatif.

Bumi dan Bangunan daerah kota pekanbaru

(PBB) di Kec. dalam pelaksanaan

Sukajadi. 35 pemungutan PBB di

Sukajadi dikategorikan

terlaksana.

25. Donny Pelaksanaan Dapat disimpulkan Dalam penelitian

Gunawan. Pelayanan Pajak bahwa pelaksanaan ini membahas

Bumi dan Bangunan pelayanan PBB di Kec. mengenai

pada Kantor Unit Mandau Kab. Bengkalis pelaksanaan dan

Pelaksana Teknis di nilai cukup baik. pelayanan

Pendapatan Daerah terhadap PBB,

Kecamatan Mandau dengan

Kabupaten menggunakan

Bengkalis. 36 metode

pendekatan

deskriptif

35
Desy Nurmala Sari, Peranan Badan Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru dalam
Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kec. Sukajadi. Skripsi. Pekanbaru:
Fakultas Ilmu sosial dan Islam Politik, Universitas Islam Riau. 2019.
36
Donny Gunawan, Pelaksanaan Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Unit
Pelaksana Teknis Pendapatan Daerah Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis, Skripsi,
Pekanbaru: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 2019.

35
kuantitatif.

I. LANDASAN TEORI

1. Konsep Efektivitas Pemungutan Pajak

a. Pengertian Efektivitas

Istilah efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu dari

kata “efektivity” yang berarti tingkat kejadian, tingkat pengadaan

atau tingkat keberhasilan.Efektivitas pada dasarnya merupakan

pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan seperti yang telah

ditetapkan. 37

Menurut Ravianto, Efektivitas adalah seberapa baik

pekerjaan yang dilakukan, sejauhmana orang menghasilkan

keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini berarti apabila

suatu pekerjaan di selesaikan dengan dasar perencanaan, baik itu

waktu, biaya maupun mutu maka dapat dikatan berjalan secara

efektif. 38

Menurut Mardiasmo, Efektivitas adalah ukuran berhasil

tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu

organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut

dikatakan telah berjalan dengan efektif.Efektivitas adalah

mengukur hubungan antara hasil pungutan suatu pajak dengan

potensi pajak itu sendiri.

37
Rima Adelina, Analisis Efektivitas dan Kontribusi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) terhadap pendapatan Daerah di Kabupaten Gresik, Jurnal Akuntansi Unesa, Vol. 1, No (2),
2013, hal. 7.
38
Ibid, hal 25

36
Efektivitas ini diantaranya dapat dilihat dalam beberapa kegiatan

perpajakan tersebut, contohnya ketika akan mendaftarkan diri sebagai

Wajib Pajak langsung dapat dilaksanakan karena tersedia dokumen yang

dibutuhkan untuk mendaftar, ketika akan menghitung pajak, Wajib Pajak

segera dapat melaksanakan karena telah tersedia semua data, informasi

dan dokumen yang berhubungan dengan perhitungan pajak.

Pengelolaan perpajakan yang baik dan benar akan membuat

efektifnya penggelolaan kegiatan pajak akan dengan mudah dan dalam

waktu singkat mendapatkan data secara informasi yang dibutuhkan

tentang pajak yang berkaitan dengan kegiatan pajak secara umum. Ketika

memotong dan memungut pajak, Wajib Pajak segera dapat melaksanakan

karena sudah tersedia informasi mengenai besarnya pajak terutang yang

akan dibayar atau dipungut, ketika akan membayar pajak, Wajib Pajak

segera dapat melaksanakan karena sudah tersedia dana pajak serta sarana

yang dibutuhkan untuk membayar atau menyetor pajak, ketika akan

melaporkan pajak, Wajib Pajak segera dapat melaksanakan karena sudah

tersedia data dan informasi yang berhubungan dengan pelaporan pajak.

Partisipasi kesadaran masyarakat membayar Pajak Bumi dan

Bangunan tepat pada waktunya sangatlah diperlukan, Karena

pengalokasian dana atau target dari dana itu sendiri akan dilimpahkan

kembali pada kegiatan-kegiatan yang bersangkutan untuk keperluan

masyarakat dan pemerintah, jika sudah jatuh tempo namun masih kurang

kesadarannya untuk membayar tentu target tidak sampai pada sasaran,

kejadian ini seharusnya tidak boleh terus dibiarkan karena akan

37
menghambat terciptanya efektivitas pada pemungutan Pajak Bumi dan

Bangunan.

Daerah yang berhasil adalah daerah yang mampu berotonomi

sendiri dan meminimalkan sebaik mungkin bantuan dari pusat maupun

provinsi, Pajak Bumi dan Bangunan harus menjadi bagian terbesar

keuangan daerah. Efektivitas pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan

perlu ditingkatkan lagi untuk kemajuan daerah, untuk itu perlu adanya

intensifikasi dan ekstensifikasi dari segi subjek dan objeknya.

Dukungan teknologi informasi secara terpadu guna

mengintensifikan pajak mutlak yang diperlukan karena sistem

pemungutan pajak yang dilaksanakan selama ini cenderung belum

efektif, masalah ini tercermin pada sistem dan prosedur pemungutan

masih konvensional, dan masih banyaknya sistem berjalan secara parsial

sehingga besar kemungkinan informasi yang disampaikan tidak

konsisten, versi data yang berbeda dan tidak up-to-date.

Untuk menghemat penelitian, dari pengertian diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa efektivitas itu adalah apabila suatu pekerjaan di

selesaikan dengan dasar perencanaan, baik itu waktu, biaya

maupun mutu maka dapat dikatan berjalan secara efektif.

b. Ciri-ciri efektivitas pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan

Terdapat ciri-ciri efektivitas pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan,

yaitu adalah sebagai berikut:

1) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak

Terutang (SPPT)

38
2) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak dengan

keadaan pada tanggal 30 September batas akhir perlunasan Pajak

Bumi dan Bangunan.

3) Laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau lembaga

pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapatan wajar dan

terus meningkat.

4) Meningkatnya pendapatan asli daerah pada setiap tahunnya.

c. Manfaat efektivitas pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan

Ada beberapa manfaat efektivitas pemungutan Pajak Bumi dan

Bangunan adalah sebagai berikut:

1) Mengurangi resiko kegagalan pendapatan asli daerah.

2) Meningkatlan pendapatan asli daerah.

3) Meningkatkan pembangunan daerah.

4) Menghindarkan sanksi dari perundang-undangan.

5) Semakin maju daerah tersebut.

6) Dikenal sebagai daerah yang berkualitas tinggi dalam pemungutan

Pajak Bumi dan Bangunan oleh daerah lain sehingga menjadi

contoh dan teladan.

d. Alternatif menciptakan efektivitas pemungutan Pajak Bumi dan

Bangunan.

Strategi yang digunakan dalam upaya menciptakan efektivitas

pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan adalah sebagai berikut:

1) Peningkatan dan pemeliharaan infrastrukur pelayanan Pajak Bumi

dan Bangunan.

39
2) Peningkatan kualitas pelayanan tenaga kerja pegawai pada bidang

pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan.

3) Penegakan dan penindakan sanksi atau hukuman bagi aparatur

pelaksana tugas pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan dan Wajib

Pajak yang melanggar aturan yang berlaku.

4) Melakukan sosialisai dengan Wajib Pajak agar dapat meningkatkan

kesadaran Wajib Pajak untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan

tepat waktu dan tidak melewati waktu jatuh tempo. (Pravasanti

Y.A, 2020:142-151).

5) Pengadaan teknologi informasi dan komunikasi yang terpadu

dalam pelayanan PBB.

6) Pelaksanaan sIstem pengawasan internal pengelolaan keuangan

PBB.

7) Peningkatan sistem administrasi yang memadai, baik dan benar

serta menarik.

Rumus untuk mengukur tingkat efektivitas pemungutan Pajak

Bumi dan Bangunan adalah sebagai berikut:

Efektivitas PBB: Realisasi x 100

Target

2. Konsep Pajak

a. Pengertian pajak

Pengertian pajak memiliki dimensi yang berbeda-beda.

Banyak para ahli yang menggunakan istilah iuran atau

40
kontribusi dalam mendefenisikan pajak.

1) Pengertan Pajak Menurut Beberapa para ahli:

Prof.Dr.P.J.A.Adriani, Pajak adalah iuran kepada negara

yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib

membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,

dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk

menyelenggarkan pemerintahan. 39

Menurut Mangkoesoebroto, pajak ialah suatu pungutan

yang merupakan hak preogratif pemerintah, pungutan

tersebut didasarkan pada undang-undang, pemungutannya

dapat dipaksakan kepada subjek pajak untuk mana tidak ada

balas jasa yang langsung dapat ditunjukkan penggunaannya.

Menurut Mokamat, pajak merupakan salah satu sumber

kekayaan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan

peningkatan pembangunan nasional, yang merupakan

pengamalan pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan

kemakmuran dan kesejahteaan rakyat. Dengan begitu sitem

perpajakan terus disempurnakan, pemungutan pajak

diintensifkan, dan aparat perpajakan/pengelola juga harus

makin mampu dan bersih sehingga dapat mewujudkan peran

yang besar dalam pembangunan nasional.

39
Timbul Hamonangan Simanjuntak dan Imam Mukhlis, Dimensi Ekonomi Perpajakan
dalam Pembangunan Ekonomi, (Jakarta:Raih Asa Sukses,2012). hal.11

41
2) Pengertian Pajak Secara Umum

Pajak adalah suatu kewajiban yang merupakan bentuk

transfer pendapatan dari sektor warga negara kepada negara

dengan ketentuan yang dibuat berdasarkan undang-undang

yang dapat dipaksakan dan dipergunakan untuk kepentingan

negara (publik). Didalamnya terkandung suatu keharusan

bagi setiap warga negara untuk melaksanakan kewajibannya

dan apabila tidak membayar pajak akan mendapat sanksi dari

pemerintah. 40

Sesuai dengan pasal 1 Undang-undang No.6 Tahun 1983

sebagaimana diubah dengan undang-undang No 28 Tahun

2007, “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Untuk hemat penelitian, dari pengertian pajak dapat

ditarik kesimpulan bahwa pajak merupakan iuran atau

prestasi dari masyarakat kepada pemerintah yang bersifat

memaksa dan dengan tidak ada kontraprestasi yang jelas

dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

b. Unsur-unsur Pajak

1) Iuran dari rakyat kepada negara.

40
Ibid. hal.12

42
2) Berdasarkan Undang-undang.

3) Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang.

4) secara langsung dapat ditunjuk.

5) Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

c. Karakteristik pajak

1) Pajak adalah iuran wajib yang dipungut berdasarkan suatu

undang-undang dan peraturan pelaksanaannya (kontribusi

wajib pada negara).

2) Pemungutan pajak bukan karena denda sebagai akibat

tindakan melawan hukum, tetapi pemungutannya akibat suatu

ukuran-ukuran tertentu antara lain, ada subjek pajak, objek

pajak (penghasilan), ada suatu keadaan/peristiwa/kejadian

yang dapat dikenakan pajak.

3) Pemungutan pajak tidak disertai dengan imbalan (kontra

prestasi) secara langsung.

4) Pajak adalah transfer dari warga negara kepada negara yang

bersifat paksaan dan bagi yang tidak mematuhinya dikenakan

sanksi.

5) Pajak digunakan untuk membiayai penyelanggaraan

pemerintahan dan program-program pembangunan berupa

investasi masyarakat bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.

d. Fungsi Pajak

Terdapat dua fungsi pajak yaitu:

43
1) Fungsi budgetair

Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk

membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2) Fungsi Mengatur.

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

e. Pengelompokan Pajak

1) Menurut golongannya:

a) Pajak Langsung, yakni pajak yang harus dipikul sendiri

oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau

dilimpahkan kepada orang lain.

b) Pajak tidak Langsung, yakni pajak yang pada akhirnya

dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

2) Menurut sifatnya:

a) Pajak subjektif, merupakan pajak yang berpangkal atau

berdasarkan pada subjeknya (memperhatikan keadaan diri

wajib pajak).

b) Pajak objektif, merupakan pajak yang berpangkal pada

objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

3) Menurut lembaga pemungutnya:

a) Pajak pusat, yakni pajak yang dipungut oleh pemerintah

pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga

negara.

44
b) Pajak daerah, yakni pajak yang dipungut oleh pemerintah

daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga

daerah.

3. Konsep Pemungutan Pajak

Secara etimologi istilah pemungutan berasal dari kata

pungut yang berarti menarik atau mengambil. Sedangkan

didalm ketentuan umum Undang-undang Republik Indonesia No

34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang

Republik Indonesia No 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan

retribusi daerah, pasal 1 yang dimaksud dengan pemungutan

adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data

objek pajak dan subjek pajak atau retribusi, penentuan besarnya

pajak atau retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan

atau retribusi kepada wajib pajak atau wajib retribusi serta

pengawasan penyetorannya.

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemungutan

merupakan keseluruhan aktivitas untuk menarik dana dari

masyarakat wajib pajak yang dimulai dari himpunan data dari

objek dan subjek pajak sampai pada pengawasan

penyetorannya. 41

a. Syarat Pemungutan Pajak

1) Pemungutan pajak harus adil (Syarat keadilan).

41
Hamzah Firmansyah, Hadian Nurdiana, Efektivitas pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan dalam Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Desa Padamukti Tahun 2018-
2020, Jurnal Manajemen Terapan dan Keuangan (Mankeu), Vol.11, No. 03, 2022, h. 580

45
Artinya mengenakan pajak secara umum dan merata,

serta disesuaikan dengan kemampuan masing-massing.

2) Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-undang

(Syarat yuridis).

Di Indonesia di atur dalam Undang-undang 1945 pasal

23 ayat 2.

3) Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis).

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran

kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga

perekonomian masyarakat tidak melesu.

4) Pemungutan pajak harus efesien (Syarat finansiil)

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak

harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil

pemungutannya.

5) Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

Hal ini untuk mempermudah dan mendorong

masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

b. Beberapa Teori Pemungutan Pajak

Berikut beberapa teori yang mendasari perlunya pajak di

pungut dari masyarakat:

1) Teori Asuransi, dalam teori ini pemungutan pajak

dianalogikan dengan pembayaran premi asuransi.Pajak

dianggap sebagai pembayaran premi yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan publik.

46
2) Teori Kepentingan, teori ini menitik beratkan pada adanya

kepentingan atau ada kebutuhan masyarakat dalam hidup

berbangsa dan bernegara.

3) Teori Gaya Pikul, teori ini menekankan pada rasa

keadilan, karenanya beban pajak juga harus lah adil bagi

setiap orang (diukur dari seberapa besar penghasilan dan

pengeluaran seseorang).

4) Teori Bakti, teori ini memandang kepentingan negara

berada di atas kepentingan warganya.

5) Teori asas gaya beli, pemungutan pajak dimana kekuatan

gaya beli masyarakat dipindahkan menjadi kekuatan gaya

beli rumah tangga negara.

c. Sistem Penetapan Dalam Pemungutan Pajak

Beberapa sistem penetapan dalam pemungutan pajak menurut

Soebandi Djaningrat adalah sebagai berikut:

1) Official Assesment system, Sistem ini merupakan sistem

pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah

(Fiskus) untuk menetukan besarnya pajak yang

terutang.Penggunaan sistem ini biasanya digunakan oleh Pajak

Bumi dan Bangunan. Karena melibatkan masyarakat dari semua

lapisan yaitu mereka memiliki, menguasai, serta mengambil

manfaat dari bumi dan bangunan selaku subjek pajak.

2) Self assessment system, Sistem ini merupakan sistem

pemungutan pajak yang memeberi wewenang, kepercayaan,

47
tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,

memeperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri

besarnya pajak yang harus dibayar (terutang). Penggunaan

sistem ini merupakan cara yang menuntut warganya untuk bisa

melakukan peraturan dan perubahan wajib itu sendiri.

Penggunaan sistem ini memerlukan kesadaran yang penuh dari

masyarakat yang merupakan Wajib Pajak.

Sistem perpajakan yang dipakai di Indonesia saat ini ialah self

assessment system yang dimana Wajib Pajak orang pribadi maupun

badan diberi kebebasan untuk menghitung, menyetorkan, dan

melaporkan pajaknya sendiri kekantor pajak. Self assessment

system mulai diterapkan di Indonesia mulai tahun 1984 sebagai

perubahan dari official asessment dimana besarnya kewajiban pajak

Wajib Pajak ditentukan oleh pihak fiskus.

Pada kenyataannya sistem perpajakan dengan menggunakan

self assessment system memberikan kendala tersendiri bagi Wajib

Pajak. Sistem pemungutan yang bersifat mandiri ini dirasa cukup

merepotkan dan memakan waktu yang cukup banyak bagi Wajib

Pajak terutama Wajib Pajak yang memiliki usaha sendiri. Sistem

pajak mandiri atau self assessment system menjadi salah satu faktor

yang membuat Wajib Pajak berasumsi untuk menggunakan

alternatif lain seperti menggunakan jasa konsultan pajak.

d. Tata Cara Pemungutan Pajak

48
1) Stelsel nyata (riel stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan

yang nyata), sehingga pemungutannya baru dapat

dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah

penghasilan sesungguhnya diketahui. Kelebihan stelsel ini

adalah pajak yang dikenakan lebih realistis, sedangkan

kelemahannya adalah pajak baru dapat dikenakan pada

akhir periode.

2) Stelsel anggapan (fictieve Stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang

diatur oleh undang-undang. Seperti penghasilan suatu

tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga

pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya

pajak yang terutang untuk tahun berjalan, kelebihan

stelsel ini adalah pajak dibayar pada satu tahun berjalan

tanpa harus menunggu pada akhir tahun. Kelemahannya

adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan

yang sesungguhnya.

3) Stelsel campuran

Stelsel ini merupakan kombinasi anatara stelsel nyata

dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak

dihitung berdasarkan suatu anggapan , pada akhir tahun

besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan sebenarnya.

Jika besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari

49
pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus

menambah. Sebaliknya jika lebih kecil kelebihannya dapat

diminta kembali.

e. Asas Pemungutan Pajak

1) Asas domisili (asas tempat tinggal), negara berhak

mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak

yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik penghasilannya

berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

2) Asas sumber, negara berhak mengenakan pajak atas

penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa

memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

3) Asas kebangsaan, pengenaan pajak dihubungkan dengan

kebangsaan suatu negara.

f. Hambatan Pemungutan Pajak

1) Perlawanan pasif : Masyarakat enggan membayar pajak,

yang disebabkan perkembangan intelektual dan moral

masyarakat, sistem perpajakan yang mungkin sulit

dipahami masyarakat, dan sistem kontrol tidak dapat

dilakukan atau dilaksakan dengan baik.

2) Perlawanan aktif: meliputi semua usaha dan perbuatan

yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan

tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya antara lain

ialah tax avoidance yakni usaha meringankan beban pajak

dengan tidak melanggar undang-undang, dan tax evasion

50
yakni usaha meringankan beban pajak dengan cara

melanggar undang-undang (menggelapkan pajak).

4. Sistem Pelunasan/Pembayaran Pajak

Penjelasan tentang sistem pelunasan/pembayaran pajak adalah

With Holding System. Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak

yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau

memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.Dalam

sistem ini Wajib Pajak bersifat pasif pula, namun yang melakukan

pemotongan pajak adalah pihak ketiga.

Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan

ketetapan kepala daerah dibayar dengan menggunakan Surat

Ketetapan Kepala Daerah (SKDP). Wajib Pajak yang memenuhi

kewajiban perpajakan sendiri dibayarkan dengan menggunakan Surat

Pemberitahuan Pajak (SPDTP), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang

Bayar (SKPDKB), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar

Tambahan (SKPDKBT).

Dapat dijelaskan bahwa menurut beberapa ahli sependapat

mengatakan pajak itu dipungut sesuai dengan ketentuan hak-hak atau

sumber-sumber yang dimiliki (dikuasai).

5. Pajak Menurut Syari’at

a. Pendapat ulama tentang pajak

Dalam memenuhi kebutuhan dan keperluan negara di

berbagai bidang untuk menanggulangi kemiskinan, serta

kebutuhan negara lainnya yang tidak terpenuhi dari zakat dan

51
sedekah, maka diperlukan solusi baru untuk menangani

permasalahan-permasalahan tersebut.

Munculnya kewajiban untuk membayar pajak sebagai

alternatif dalam meningkatkan perekonomian negara

menghasilkan beberapa perdebatan di kalangan para ulama

fuqaha dan ekonomi islam, ada ulama yang menyatakan

bahwasannya pemungutan pajak itu diperbolehkan seperti :

Pendapat Ibn Khaldun dalam kitabnya Muqaddimah,

“Oleh karena itu, sebarkanlah pajak pada semua orang


dengan keadilan dan pemerataan, perlakuan semua orang
sama dan jangan memberi perkecualian kepada siapapun
karena kedudukannya dimasyarkat atau kekayaan, dan
jangan mengecualikan kepada siapapun sekalipun petugasmu
sendiri atau kawan akrabmu atau pengikutmu. Dan jangan
kamu menarik pajak dari orang melebihi kemampuan
membayarnya”.

Dan juga pendapat dari Sayyid Ridha, “ …Harta yang

dipungut Nasrai tadi, dianggap sebagai pajak dan tidak

menggugurkan kewajiban zakat. Orang itu tetap

mengeluarkan zakat”.Hal ini berarti bahwa pajak tidak

dapat dianggap sebagai zakat. 42

Adapun alasan ulama membolehkan pajak seperti yang


di kemukakan oleh Mailiki yaitu “Karena menjaga
kemaslahatan umat melalui berbagai sarana-sarana seperti
keamanan, pendidikan dan kesehatan adalah wajib,
sedangkan kas negara tidak mencukupi, maka pajak itu
menjadi wajib, Walaupun demikian syara’ mengharamkan
negara menguasai harta benda rakyat dengan kekuasaannya.
Jika negara mengambilnya dengan menggunakan kekuatan
dan cara paksa, berarti itu merampas, sedang merampas itu
hukumnya haram. 43
42
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Zakat,Pajak, Asuransi dan Lembaga Keuangan, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2000. Hlm.37.
43
Gusfahmi, Pajak menurut Syari’ah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. hlm.187

52
Selain pendapat yang menyatakan pajak itu

diperbolehkan juga terdapat pendapat ulama yang menolak

hak negara pendapatan pajak dan mengharamkan pajak yakni

seperti pendapat yang dikemukakan oleh Dr. Hasan Turobi

dalam bukunya Principle of Governance, Freedom, and

Responsibility in Islam, “ Pemerintahan yang ada di dunia

muslim dalam sejarah yang begitu lama pada umumnya tidak

sah. Karena itu, para fuqaha khawatir jika diperbolehkan

menarik pajak akan disalahgunakan dan menjadi suatu alat

penindasan. 44

b. Definisi Pajak menurut Islam

Ada tiga Ulama yang memberikan definisi tentang perpajakan,

yaitu Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Fiqh Az-zakah, Gai inayah

dalam kitabnya Al-istishad Al-islami Az-zakah Wa Ad-dharibah

dan Abdul Qadim Alum dalam kitabnya al-awwal Fii Daulah Al-

khilafah.45Menurut Yusuf Alqardhawi pajak adalah kewajiban yang

ditetapkan terhadap wajib pajak yang harus disetorkan kepada

negara sesuai dengan ketentuan tanpa mendapatkan prestasi

kembali dari negara dan hasilnya untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran umum disatu pihak untuk merealisasinya sebagian

tujuan ekonomi, sosial, politik dan tujuan-tujuan lain yang ingin

dicapai oleh negara.

44
Hasan Turobi, Principle of Governance, Freedom, and Responsibility in Islam, dalam M
Umer Chapra. Hlm.294.
45
Khoiri, Pandangan Islam Terhadap Tonsep Ilmu Perpajakan (Jakarta: 2011) hal...101

53
Menurut Gai Inayah pajak adalah kewajiban untuk membayar

tunai yang ditentukan oleh pemerintah atau pejabat yang

berwenang bersifat mengikat tanpa adanya imbalan untuk

memenuhi tuntutan politik keuangan bagi pemerintah. Sedangkan

menurut Absul Qadium Alum menurutnya pajak adlah harta yang

diwajibkan Allah SWT kepada kaum muslimin untuk membiayai

berbagai kebutuhan dan pos-pos pengeluaran yang memang

diwajibkan atas mereka pada kondisi baitul maal tidak ada uang

atau harta.

c. Sejarah Pajak dalam Islam

Pada masa Rasulullah SAW hampir seluruh pekerjaan yang

dikerjakan tidak mendapatkan upah atau ujrah, pada masa itu tidak

ada tentara, tidak ada polisi, semua orang bisa menjadi tentara,

mereka diberikan bagian dari rampasan perang seperti unta, kuda,

senjata dan barang-barang lain yang berharga namun mereka tidak

mendpatkan gaji tetap.46Pencatatan keuangan diatur didalam

pengumpulan zakat, setiap pemasukan dan pengeluaran disimpan,

dihitung dan diperiksa oleh Rasulullah sendiri, Rasulullah sangat

menaruh perhatian terhadap zakat, terutama zakat unta.

Setelah meninggalnya Rasul, Abu Bakar As-shidiq adalah

sahabat pertama yang melanjutkan kepemimpinan Rasul selama

kurang lebih 27 bulan dimasa kepemimpinannya ia telah banyak

sekali menangani masalah, muali dari masalah murtad, cukai dan

orang-orang yang tidak mau membayar zakat untuk negara.


46
Ibid, hal... 39

54
Pada masa Umar Bin Khattab baitu maal secara tidak langsung

dipergunakan pada pelaksanaan kebijakan fiskal Negara Islam dan

khalifah adalah yang berkuasa penuh atas dana tersebut namun

beliau tidak menggunakan dana untuk keperluan pribadi.47

Sedangkan pada masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib, ia terkenal

dengan lemah lembut terhadap orang yang patuh dan bertindak

keras terhadap setiap orang yang membantahi aturan yang berlaku,

dan beliau berlaku adil kepada semua orang dan memungut pajak

dibagikan kepada masyrakat yang berhak menerimanya.

d. Ketentuan Tentang Berlakunya Pajak

Ayat dibawah ini menjelaskan bahwa membolehkan

berlakunya pemungutan pajak bagi umat Islam.48

‫ ال َّرسُوْ َل َواُولِى ااْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ۚ ْم فَاِ ْن تَنَازَ ْعتُ ْم‬g‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ َواَ ِط ْيعُوا‬

َ‫ل اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر ٰذلِك‬gِ ْ‫فِ ْي َش ْي ٍء فَ ُر ُّدوْ هُ اِلَى هّٰللا ِ َوال َّرسُو‬

‫ࣖ َخ ْي ٌر َّواَحْ َسنُ تَْأ ِو ْياًل‬

Artinya:
“Hai Orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan
Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah
(Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih

47
Ibid, hal...45
48
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2013), h.87.

55
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (Q.S An-Nisa: 59).

Berdasarkan ayat diatas dapat diketahui bahwa setiap orang

wajib mentaati Rasul, dan para pemimpinnya, oleh sebab itu

membayar pajak adalah suatu kewajiban yang harus dibayarkan

atau ditunaikan. Rasulullah juga pernah bersabda, yaitu “Tindakan

menunda pembayaran hutang oleh orang yang mampu (kaya)

adalah suatu kezaliman”. Membayar pajak adalah suatu kewajiban

dan menunda pembayaran pajak adalah suatu kezaliman karena

sudah menjadi kewajiban kita sebagai warga negara mematuhi

aturan yang berlaku oleh pemimpin kita, karena pendanaan tersebut

digunakan untuk kemaslahatan umat.49

6. Konsep Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

a. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ialah pajak yang dikenakan

terhadap bumi dan/atau bangunan berdasarkan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20

Tahun 2000. PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam

arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek, yaitu

bumi/tanah dan/atau bangunan. Keadaan subjek (siapa yang

membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak. 50

49
Ibid, hal...67
50
Gusfahmi, Pajak menurut Syari’ah,( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal.236.

56
PBB merupakan jenis pajak yang sepenuhnya diatur oleh

pemerintah dalam menentukan besar pajaknya (menganut sistem

pemungutan official assessment system). PBB adalah pajak

negara yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1944. PBB adalah pajak yang

bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan

oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan. 51

PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti

besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu

bumi/tanah dan atau bangunan. 52 Sedangkan UU No.12 (1985),

Pajak Bumi dan Bangunan adalah satu pajak pusat yang merupakan

sumber penerimaan Negara sebagian besar pajak diserahkan kepada

pemerintah daerah tempat objek pajak. Berdasarkan Undang-undang

Nomor 28 (2009), tentang pajak daerah dan retribusi daerah, objek

Pajak Bumi dan Bangunan yang dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan

oleh orang orang atau badan pribadi atau badan kecuali kawasan yang

digunakan untuk usaha perkebunan, perhutanan dan pertambangan.

Untuk hemat penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak

bumi dan bangunan adalah pajak yang dikenakan terhadap orang yang

mendapatkan kemanfaatan atas bumi dan bangunan yang dikelolanya

atau yang dimilikinya.

b. Objek Pajak Bumi dan Bangunan


51
Rima Adelina, Analisis Efektivitas dan Kontribusi penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) terhadap pendapatan Daerah di Kabupaten Gresik, Jurnal Akuntansi Unesa,
Vol. 1, No (2), 2013.
52
Rima Adelina, Analisis Efektivitas dan Kontribusi penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) terhadap pendapatan Daerah di Kabupaten Gresik, Jurnal Akuntansi Unesa,
Vol. 1, No (2), 2013.

57
Objek pajak PBB adalah “Bumi dan/atau Bangunan”,bumi

merupakan permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi

yang ada dibawahnya. Contoh: Sawah, ladang, kebun, tanah,

pekarangan, tambang, dan lain-lain. Sedangkan bangunan

kontruksi teknik yang ditanamkan atau dilekatkan secara tetap

pada tanah dan/atau perairan diwilayah Republik

Indonesia.Contoh: rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha,

gedung bertingkat, pusat perbelanjaan, jalan tol, kolam renang,

anjungan minyak lepas pantai, dan lain-lain.

c. Dasar Hukum dan Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) didasarkan

pada Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi

dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

Nomor 12 Tahun 1994 dan Undang-undang Nomor 28 Tahun

2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang berlaku

efektif sejak 1 januari 2010. 53

Dasar yang digunakan dalam perhitungan PBB Perdesaan

dan Perkotaan atau dikenal dengan dasar pengenaan pajak adalah

Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP yaitu harga rata-rata yang

diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan

bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, besarnya NJOP

ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang

sejenis atau nilai perolehan baru atau NJOP pengganti.

d. Subjek dan Objek PBB


53
Waluyo, Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, 2011, hal. 201

58
Subjek pajak dalam Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah

orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas

bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki

menguasai, dan/atau memproleh manfaat atas bangunan. Dengan

demikian subjek pajak tersebut menjadi wajib pajak atas Pajak

Bumi dan Bangunan (PBB). 54

Sedangkan yang dimaksud dengan objek pajak adalah bumi

dan/atau Bangunan.Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan

bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut

nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman, serta untuk

memudahkan perhitungan pajak yang terutang. 55 Dalam

menentukan kalsifikasi bumi/tanah diperhatikan faktor-faktor

letak, peruntukan, pemanfaatan kondisi lingkungan dan lain-lain.

Dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan

faktor-faktor bahan yang digunakan. Rekayasa, letak, kondisi

lingkungan dan lain-lain. Objek yang dikecualikan adalah obje k

sebagai berikut:

1) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum

dibidang ibadah, sosial, pendidikan dan kebudayaan nasional

yang tidak dimaksudkan memperoleh keuntungan, seperti

masjid, gereja, rumah sakit pemerintah, sekolah, panti asuhan,

candi dan lain-lain.

2) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala.

54
Ibid, hal.202.
55
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi, Yogyakarta: C.V Andi Offset, hal.333.

59
3) Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman

nasional, dan lain-lain.

4) Dimiliki oleh perwakilan diplomatik berdasarkan asas timbal

balik dan organisasi internasional yang ditentukan oleh

menteri keuangan.

5) Tarif Pajak

Tarif Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dikenakan

atas objek pajak adalah sebesar 0,5% (lima per sepuluh

persen). 56

e. Pajak Bumi dan Bangunan menurut syariah

Jika dilihat dari sisi subjeknya, PBB jelas bertentangan

dengan syariat, karena kaum muslim ikut dibebankan atas tanah

dan atau bangunan yang mereka miliki, tempati, atau manfaatkan.

Jika diindentikkan dengan kharaj, maka Indonesia bukanlah

tanah kharajiyah, yang ditaklukkan dengan peperangan, sehingga

warga muslim atas tanah itu tidak wajib membayar kharaj.

Khalifah Umar Ibn Khathab pun pernah melarang pengenaan

kharaj terhadap kaum muslim, dan memasukkan hasil penerimaan

tanah sebagai zakat.

Dengan kata lain, tidak ditemukan suatu dalil yang bisa

dijadikan rujukan, mengapa kaum muslim diwajibkan membayar

pajak atas tanah dan/ bangunan yang mereka miliki, tempati atau

manfaatkan. Semua potensi pajak yang ada pada tanah dan

56
Ibid, hal.337.

60
bangunan sudah tercakup dalam zakat, baik hasil berupa materi

berupa buahnya, maupun berupa jasa hasil penyewaan lahan. 57

Dijelaskan bahwa atas tanah-tanah taklukan (kharajiyah),

kaum kafir wajib membayar kharaj. Jika dijual kepada kaum

muslim, ia tetap dikenakan karena status tanah kharajiyah

tersebut, meskipun nilainya berubah menjadi zakat. Jika PBB

memungut pajak terhadap tanah dan/bangunan, maka hal ini

adalah kezaliman.Sebab atas hasil usaha mereka telah dipungut

‘ushr (zakat) bagi kaum muslim dan jizyah (pajak kepala) bagi

non-muslim. 58

7. PAD (Pendapatan Asli Daerah)

Menurut Abdul Hamim, Pendapatan adalah semua penerimaan

daerah dalam bentuk peningkatan aktiva atau penurunan utang dari

berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

Menurut Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan

keuangan antara pusat dan daerah pasal 1 angka 18 menyebut kan

bahwa pendapatan asli daerah, selanjutanya di sebut adalah

pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan

peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sedangkan dalam Undang-undang No.28 Tahun 2009 juga

menyebutkan tentang pengertian pendapatan asli daerah yaitu

sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang

bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi


57
Gusfahmi, Pajak menurut Syari’ah,( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 237.

58
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Op-Cit, hal.46.

61
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan

lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Pendapatan daerah bersumber dari pendapatan asli daerah, dana

perimbangan dan lain-lain (pendapatan yang sah). Dana

perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari

APBN yang terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum dan

dana alokasi khusus. Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan

sumber daya alam.

Untuk hemat penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

pendapatan asli daerah adalah sumber keuangan daerah yang digali

dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak

daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

J. METODELOGI PENELITIAN

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Dalam penulisan proposal ini penulis akan melakukan

penelitian di Kantor Bapenda Kabupaten Bengkalis sebagai

subjek penelitian, yang beralamat di Jl. Jendral Sudirman kec.

Bengkalis, Kabupaten Bengakalis, Riau, 28711. Peneliti ingin

meneliti tentang efektivitas pemungutan pajak bumi dan

bangunan di kabupaten Bengkalis.

b. Waktu Penelitian

62
Adapun waktu pembuatan proposal ini di mulai dari 10

November 2023 sampai selesai.

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek adalah sasaran yang dituju penelitian yang menjadi

pusat perhatian baik orang, benda ataupun lembaga

(organisasi). 59 Subjek penelitian ialah batasan dimana peneliti

bisa menentukan dengan benda, hal atau orang untuk melekatnya

variabel penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek

adalah BAPENDA Kabupaten Bengkalis.

Jumlah responden dalam penelitian ini terdiri dari tujuh

orang. Dengan pertimbangan bahwa mereka cukup berkompeten

dalam mewakili keseluruhan populasi. Dalam analisis ANP

jumlah sampel atau responden tidak digunakan sebagai patokan

validitas. Syarat responden yang valid dalam ANP ialah orang-

orang yang expert dibidangnya. 60 Oleh karena itu, responden yang

dipilih dalam survey ini adalah akademisi, regulator, dan

praktisi/profesional, yang mengetahui tentang efektivitas

pemungutan pajak khususnya dibidang pajak bumi dan bangunan.

Adapun kriteria responden dalam penelitian ini adalah:

59
Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 188
60
Irman Firmansyah, Agus Ahmad Nasrulloh, Lina Marlina, “Model Pengembangan
wirausaha kreatif berbasis syari’ah di kota Tasikmalaya melalui pendekatan metode Anp”,
Prosiding Seminar Nasional Seri Ke-5 Menuju Masyarakat Madani dan Lestari, ISBN: 978-602-
71803-1-4, h. 118.

63
1) Praktisi, komponen dari BAPENDA yang bekerja di bidang

perpajakan khusunya di bidang pajak bumi dan bangunan.

2) Pakar, Akademisi yang menekuni dan memiliki keahlian

dibidang yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu seseorang

yang memahami lebih mendalam tentang pajak bumi dan

bangunan. Akademisi ini meliputi seseorang yang menekuni

profesi ini sebagai pengajar atau dosen di perguran tinggi.

3) Regulator, orang yang sedang bertanggungjawab atau dulunya

pernah menangani yang terkait dengan pajak bumi dan

bangunan, seperti pemerintahan. Regulator yang bisa menjadi

responden dalam penelitian ini lebih kurang 2 tahun menjabat

di bidang yang terkait dalam penelitian ini. 61

b. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan masalah yang dijadikan faktor

utama penelitian secara lebih khusus. 62 Sedangkan menurut KBBI

Objek penelitian adalah hal yang menjadi sasaran peneltian.

Adapun Objek dalam penelitian ini adalah tingkat efektivitas

pemungutan pajak bumi dan bangunan dalam meningkatan kan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bengkalis.

3. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data

primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat dari

61
Juliza Hidayati, “Penerapan Analytical Network Process (Anp) Pada Sistem
Pengukuran Kinerja di Kebun Sidamanik Pematang Siantar”, Jurnal teknik Industri 7, No.1
(2012): h.51-60. https://doi.org/10.12777/jati.7.1.51-60.
62
Darwis, Amri. Metodologi Penelitian Dan Pendidikan Islam. Pekanbaru: Suska Press.
2015. h. 48.

64
sumber pertama baik dari individu atau perorangan seperti hasil

wawancara atau hasil dari pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh

peneliti.63 Data primer sendiri diperoleh melalui indepth interview

dengan pakar PBB baik pada wawancara awal ketika pembentukan

kerangka Anlytic Network Process (ANP) maupun saat wawancara

dengan menggunakan kuesioner ANP.

Sedangkan data skunder adalah data yang diperoleh dari sumber

tertulis yaitu sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen

pribadi dan dokumen resmi.64 Data skunder dalam penelitian ini diperoleh

melalui kajian literatur terhadap jurnal-jurnal yang secara khusus

membahas pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian dengan metode ANP dimana sumber

utama datanya diperoleh dari pakar PBB, data penelitian diperoleh dengan

beberapa cara yaitu:65

a. Literatur review.

Yakni dengan memahami dan mempelajari penelitian-penelitian

terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan diteliti. Literatur

Review juga merupakan data atau fakta yang diperoleh dari sumber

yang jelas seperti jurnal dan buku yang terdahulu yang relevan dengan

permasalahan dalam penelitian ini.

63
Husen Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta:
PT.Rajagrafindo Persada, 2005), h.42
64
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif ,Kualitatif,dan R&D,…h.129
65
Ascarya, Mencari Solusi Rendahnya Pembiayaan Bagi Hasil Di Perbankan Syari’ah
Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan, 2005.

65
Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa permasalahan

dan solusi namun masih bersifat bebas selama berkaitan dengan isu

pemungutan pajak bumi dan bangunan. Selain itu kajian juga dilakukan

terhadap hasil wawancara dari beberapa pakar pajak khususnya

dibidang PBB untuk mendapatkan pandangan yang beragam mengenai

efektifitas pemungutan pajak bumi dan bangunan.

b. In depth interview. (Wawancara)

Yaitu teknik dengan mengumpulkan informasi melalui wawancara

mendalam dengan beberapa responden yang memiliki pemahaman

mendalam terkait permasalahan pemungutan PBB. Teknik ini

digunakan ketika pembentukan kerangka ANP yaitu dengan

mewawancarai beberapa pakar PBB, kaitan teknik ini dengan kajian

literatur dimana penulis melakukan klarifikasi kepada pakar mengenai

permasalahan pemungutan PBB yang sebelumnya telah penulis

rangkum. Dalam penelitian ini penulis tentunya bekerjasama dengan

narasumber yang memiliki pengetahuan, keahlian dan pengalaman

khusus di bidang pajak bumi dan bangunan. Adapun narasumber dalam

penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) kelompok yakni Regulator, Akademisi,

dan Praktisi.

c. Kuesioner.

Setelah kerangka ANP dirumuskan melalui studi literatur dan

wawancara mendalam kepada pakar, maka dilanjutkan dengan

penyusunan kuesioner yang diambil dari software super decission.

Selanjutnya kuesioner tersebut disampaikan kembali kepada pakar

66
selaku responden dimana hasilnya diperlukan untuk melakukan

pengukuran dengan menggunakan skala rasio.

Pada umumnya, pertanyaan pada kuesioner ANP sangat banyak

jumlahnya, sehingga faktor-faktor non teknis dapat menyebabkan

rendahnya tingkat konsistensi. Sehingga pengisian kuesioner oleh

responden harus didampingi peneliti untuk menjaga konsistensi dari

jawaban yang diberikan para responden.66

Pengisian kuesioner oleh responden harus di dampingi peneliti

untuk menjaga konsistensi dari jawaban yang diberikan.67

Selanjutnya, dalam penelitian ini dilakukan analisis dengan model

Analytic Network Process (ANP) yang dilakukan dengan langkah

melakukan wawancara mendalam dengan para pakar, praktisi dan

regulator untuk memahami sepenuhnya permasalahan yang ada terkait

efektivitas pemungutan pajak, kemudian analisis ANP digunakan untuk

melakukan analisis masalah, solusi dan strategi dari efektivitas

pemungutan pajak bumi dan bangunan di BAPENDA kabupaten

Bengkalis.

5. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Analytical Network Process (ANP) merupakan alat dari metode

kualitatif yang bersifat non parametrik dan non Bayesian, dalam proses

66
Irman Firmansyah , Agus Ahmad Nasrullah, Lina Marlina, “Model Pengembangan
Wirausaha Kreatif Berbasis Syari’ah Di Kota Tasikmalaya Melalui Pendekatan Metode ANV”
h.118
67
Ibid…118

67
pengambilan keputusan untuk memberikan kerangka kerja secara umum,

tanpa asumsi tentang independensi elemen-elemen berbagai level.68

a. Gambaran umum ANP

Menurut Ascarya Analytic Network Process (ANP) adalah

pengambilan keputusan secara sistematik ketika menghadapai faktor

yang saling berhubungan (dependence) dan umpan balik (feedback)

dengan menggunakan teori matematis. ANP merupakan suatu metode

yang digunakan dalam mengambil keputusan dengan menggunakan

dasar dari beberapa kreteria atau multiple criteria decision making

(MCDM) yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty konsep Anp

dikembangkan dari teori AHP yang didasarkan dari hubungan saling

ketergantungan antar bebrapa komponen, sehingga AHP merupakan

bentuk khusus dalam Anp. Anp dapat digunakan sebagai salah satu

penurunan rasio prioritas komposit yang bersumber dari skala rasio

individu yang saling berinteraksi dengan kriteria control dan

mencerminkan pengukuran relatif dari pengaruh elemen yang

berkenaan. Proses pengambilan keputusan menggunakan metode Anp

dengan memperlakukan keputusan tanpa membuat asumsi-asumi

tentang independensi elemen dari elemen yang lebih tinggi ke elemen

yang lebih rendah dan tentang elemen independensi elemen pada suatu

level.69

68
Ascarya, Mencari Solusi Rendahnya Pembiayaan Bagi Hasil Di Perbankan Syari’ah
Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan, 2005.
69
Imelda Dian Rahmawati and Muhammad Nasih, “ Analytic Network aparocess (ANP)”,
6,No.1 (2020): h. 8-16.

68
Menurut Ascarya (2005), ANP memiliki tiga fungsi, yaitu:

menstruktur kompleksitas, pengukuran, dan sintesis. Lebih lanjut

Ascarya berpendapat bahwa problematika yang beranekaragam dan

kompleks tidak akan dapat diurai dan diselesaikan bila tidak distruktur

dengan baik. ANP menggunakan pengukuran dalam skala rasio pada

semua level dari hierarki/jaringan, termasuk level terendah (alternatif

dalam model pilihan). Pengukuran dalam skala rasio diperlukan untuk

menggambarkan proporsi atau prioritas setiap elemen. Skala rasio ini

menjadi semakin penting jika prioritas tidak hanya diperuntukan untuk

aplikasi pilihan, namun untuk aplikasi lainnya, seperti aplikasi untuk

alokasi sumber daya.

Menurut Saaty Analytic Network Procces (ANP) adalah teori

umum pengukuran relative yang digunakan untuk menurunkan rasio

prioritas komposit dari skala rasio individu yang mencerminkan

pengukuran relative dari pengaruh elemen-elemen yang saling

berinteraksi berkenaan dengan kriteria control. 70

Terdapat banyak kelebihan dari metode baru yang diperkenalkan

oleh Saaty diantaranya kesederhanaan konsep yang dihasilkan.

Kesederhanaan ini membuat ANV menjadi sebuah metodologi yang

lebih umum sehingga memberi kemudahan dalam mengaplikasikan

studi kualitatif yang beragam, seperti pengambilan keputusan

peramalan (forecasting), evaluasi, pemetaan (mapping), strategizing,

alokasi sumber daya dan lain sebagainya. Tidak hanya itu ANV juga
70
Maghfira Maulidia Putri, dkk, “Strategi Implementasi Pengelolaan Cash Waqf Linked
Sukuk dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi Umat”, Jurnal Ekonomi Islam, Vol.11, No. 2,
(2020), h. 211.

69
mampu mencari perbandingan yang lebih objektif, kemampuan

prediktif yang lebih akurat, dan hasil yang lebih stabil.71

ANP yaitu teori matematika yang mana memungkinkan seseorang

melakukan dependence dan feedback secara sistematis yang dapat

menangkap dan mengkombinasikan faktor-faktor tangible dan

intangible.72

ANP merupakan salah satu metode yang rumit dan kompleks karena

metode ini memiliki banyak tahapan untuk hasil akhirnya. Karena ANP

adalah teori umum pengukuran relative yang digunakan untuk

menurunkan rasio prioritas komposit dari skala rasio individu yang

mencerminkan pengukuran relative dari pengaruh elemen-elemen yang

saling berinteraksi berkenaan dengan kriteria kontrol.73 Adapun

keunggulan metode ANP jika dibandingkan dengan metode pada

umumnya ialah mampu memperoleh faktor-faktor utama yang mana

memiliki pengaruh besar dan dapat menentukan urutan prioritasnya,

sehingga bisa memperoleh prioritas alternatif solusi yang tepat dan

akurat sehingga menghasilkan masukan rekomendasi yang tepat dan

optimal. Hasil sintesisa komputer ini akan diolah dan diinterpretasikan

untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian.74

71
H. Tanjung dan Abrista, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Gramata
Pubising, 2018), h.206.
72
Azis, I. J., Analytic network process with feedback influence: a new approach to Impact
study, prepared for a seminar organized by the Department of Urban and Regional Planning,
University of Illinoisat Urbana- Champaign, in conjunction with the Investiture Ceremony for
Professor John Kim, 2003.Website: http://www.iwanazis.net/papers/Azis-JKIM-Paper.pdf.
73
Saaty, T. L, Decision Making with Dependence And Feedback The Analytic Network
Process, RWS Publication. Pittsburgh,1996.
74
H. Tanjung dan Abrista, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, h.206.

70
ANP digunakan dalam bentuk penyelesaian dengan pertimbangan

atas penyesuaian kompleksitas masalah disertai adanya skala priotitas

yang menghasilkan pengaruh prioritas terbesar.75dimana data yang

diperoleh dari lokasi baik data primer maupun data skunder akan di

susun dan di sajikan serta di analisis dengan menggunakan

keterhubungan antar kriteria dan sub kriteria yang ada, adalah analisis

yang diwujudkan dengan cara mengambarkan kenyataan atau keadaan

atau suatu objek dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan keterangan-

keterangan dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan

penelitian ini. Hasil analisis tersebut kemudian di interprestasi guna

memberikan gambaran yang jelas terhadap permasalahan yang di

ajukan.dengan jalan mendeskripsikan secara terperinci dan sistematis

data-data yang di peroleh baik dari keputusan, wawancara, maupun

lapangan lalu dilakukan analisis yang akhirnya sampai pada

kesimpulan.76

Metode ini digunakan untuk menggambarkan persoalan-persoalan

Tingkat Efektifitas Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan dalam

Rangka Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten

Bengkalis, kemudian di analisis melalui pendekatan analitical network

process.

b. Landasan ANP

ANP memiliki empat aksioma yang menjadi landasan teori, antara

75
Kusnadi, Suraso, B., & Syafei, Implementasi Metode Analytic Network Process untuk
penentuan Prioritas Penanganan jalan berdsarkan Tingkat Pelayanan Jalan. Jurnal Sistem
Informasi Bisnis, 6(2), 105-113. DOI:10.21456/vol6iss2pp105-113.
76
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
(Bandung: ALFABETA CV), 2018, h.357.

71
lain:

1) Respirokal, aksioma ini menyatakan bahwa jika PC (EA, EB) adalah

nilai perbandingan pasangan dari elemen A dan B, dilihat dari

elemen induknya C, yang menunjukkan berapa kali lebih banyak

elemen induknya C, yang menunjukkan berapa kali lebih banyak

elemen A memiliki apa yang dimiliki elemen B, maka PC (EB,

EA)=1/Pc (EA, EB). Misalkan jika A lima kali lebih besar dari B,

maka B besarnya 1/5 dari besar A.

2) Homogenitias, menyatakan bahwa elemen-elemen yang

dibandingkan dalam struktur kerangka ANP sebaiknya tidak

memiliki perbedaan terlalu besar, yang dapat menyebabkan lebih

besarnya kesalahan dalam menentukan penilaian elemen pendukung

yang mempengaruhi keputusan.

3) Prioritas, yaitu pembobotan secara absolut dengan menggunakan

skala interval (0,1) dan ukuran dominasi relatif. 50

4) Dependence condition, diasumsikan bahwa susunan dapat

dikomposisikan ke dalam komponen-komponen yang membentuk

bagian berupa cluster.

Tabel 4. Perbandingan skala verbal dan skala numerik

Skala Numerik Skala Verbal

(Intencity of (Definition)

Inportance)

9 Mutlak Sangat Penting

7 Sangat Penting

72
5 Lebih Penting

3 Sedikit Lebih Penting

1 Nilai Tengah

Skala Numerik Skala Verbal

1 Sama Besar Pengaruhnya

(Sumber: Saaty, 2016)

Tabel 5. Penjelasan Skala ANP

Skala Defenisi Penjelasan

1. Sama pentingnya Kedua elemen sama pentingnya dalam

hal masalah dan solusi pemungutan PBB di

BAPENDA

3. Agak lebih penting Elemen yang satu agak lebih penting diatas elemen

lainnya dalam hal masalah dan solusi pemungutan PBB

5. Lebih penting Elemen yang satu lebih penting di atas elemen lainnya

dalam hal masalah dan solusi pemungutan PBB pada

BAPENDA

7. Sangat lebih pen- Elemen yang satu amat lebih penting diatas elemen

Ting lainnya dalam hal masalah dan solusi pemungutan PBB

di BAPENDA

9. Tingkat yang pa- Elemen yang satu memiliki tingkat kepentingan paling

Ling ekstrem untuk ekstrem dibandingkan elemen lainnya dalam hal

ukuran sangat pen- masalah dan solusi pemungutan PBB

Ting

73
2,4,6 dan 8 Nilai tengah antara dua

keputusan yang

berdekatan

Berbalikan Jika elemen x mempunyai nilai kepentingan lebih tinggi dari y,

maka y memiliki nilai berbalikan jika dibandingkan dengan x

c. Prinsip Dasar ANP

Prinsip-prinsip dasar ANP terdiri dari tiga prinsip, yaitu

dekomposisi, penilaian komparasi dan komposisi hierarki atau sintesis

dari prioritas (Refky Fielnanda, 2016 : 29)

1) Prinsip dekomposisi, diterapkan untuk menstrukturkan masalah yang

kompleks menjadi kerangka hierarki atau jaringan cluster, sub-

cluster, sub-sub cluster dan seterusnya. Dengan kata lain

dekomposisi adalah memodelkan masalah ke dalam kerangka ANP.

2) Prinsip penilaian komparasi, diterapkan untuk membangun

perbandingan pasangan (pairwise comparison) dari semua kombinasi

elemen-elemen dalam cluster dilihat dari cluster induknya.

Perbandingan pasangan ini digunakan untuk mendapatkan prioritas

lokal dari elemen-elemen dalam suatu cluster dilihat dari cluster

induknya.

3) Prinsip komposisi hierarki atau sintesis, diterapkan untuk

mengalikan prioritas lokal dari elemen-elemen dalam cluster dengan

prioritas “global” dari elemen induk, yang akan menghasilkan

74
prioritas global seluruh hierarki dan 53 menjumlahkannya untuk

menghasilkan prioritas global untuk elemen level terendah.

Dalam Anp dilakukan dengan tiga langkah, pertama melakukan

wawancara mendalam dengan para pakar, praktisi dan regulator

untuk memahami sepenuhnya permasalahan yang ada terkait dengan

permasalahan pajak bumi dan bangunan dalam meningkatkan

pendapatan asli daerah Kabupaten Bengkalis.

Analytic Network Process (ANP) merupakan teori matematis yang

mampu menganalisa pengaruh dengan pendekatan asumsi-asumsi

untuk menyelesaikan bentuk permasalahan. Metode ini digunakan

dalam bentuk penyelesaian dengan pertimbangan atas penyesuaian

komplesitas masalah secara penguraian sintesis disertai adanya skala

prioritas yang menghasilkan pengaruh prioritas terbesar. ANP juga

mampu menjelaskan model faktor-faktor dependence serta feedback

nya secara sistematik. Pengambilan keputusan dalam aplikasi ANP

yaitu dengan melakukan pertimbangan dan validasi atas pengalaman

empirical. Struktur jaringan yang digunakan yaitu benefit,

opportunities, cost and risk ( BOCR) membuat metode ini

memungkinkan untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi dan

menyusun semua faktor yang mempengarugi output atau keputusan

yang dihasilkan.

d. Tahapan Metode ANP

Tahapan pada metode ANP antara lain:

Gambar.3
Tahapan Penelitian

75
(Ascarya, 2010 : 145) :

1) Konstruksi Model

Konstruksi model ANP dalam bentuk hierarki jaringan disusun

berdasarkan literatur review acuan secara teoritis dan empirik dari

presepsi dan memberikan pertanyaan terhadap pandangan para pakar

akademisi, regulator dan praktisi. Serta melalui indepth interview

(wawancara) terfokus guna untuk mengkaji permasalahan yang

aktual terkait permasalahan yang dihadapi BAPENDA Kabupaten

Bengkalis dalam meningkatkan pendapatan daerah dan memperoleh

informasi secara terperinci guna menghasilkan pokok permasalahan

realnya.

2) Kuantifikasi Model

Tahap kuantifikasi model menggunakan pertanyaan dalam

kuesioner ANP berupa pairwise comparison (perbandingan

pasangan) antar elemen dalam cluster untuk mengetahui mana

diantara keduanya yang lebih besar pengaruhnya (lebih dominan)

dan seberapa besar perbedaannya melalui skala numerik 1-9. Data

hasil penilaian kemudian dikumpulkan dan diinput melalui software

76
superdecision untuk diproses sehingga menghasilkan output

berbentuk supermatriks. Hasil dari setiap responden akan diinput

pada jaringan ANP tersendiri.77

3) Sintesis dan Analisis

Pada fase akhir ini peneliti melakukan dengan metode yang

sesuai dan dibantu oleh software super Decision dan M. Excel.

Kemudian interpretasi hasil sebagai tahapan yang akan melahirkan

sebuah kesimpulan dan saran dari terkait penelitian yang dilakukan.

a) Geometric Mean

Untuk mengetahui hasil penilaian individu dari para

responden dan menentukan hasil pendapatan pada suatu

kelompok dilakukan penilaian dengan menghitung geometric

mean (Saaty dan Vargas, 2006). Geometric mean merupakan jenis

perhitungan rata-rata yang menunjukkan tendensi atau nilai

tertentu, Formula perhitungan geometric mean adalah sebagai

berikut:78

GM = Geometric mean

R = Responden

n = Jumlah Responden

77
Ascarya, Analytic Network Process (ANP): Pendekatan Baru Studi Kualitatif. Seminar
Intern Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Trisakti, (2005).
78
Maghfira Maulidia Putri, dkk, “Strategi Implementasi Pengelolaan Cash Waqf Linked
Sukuk dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi Umat”, Jurnal Ekonomi Islam, Vol.11, No. 2,
(2020), h. 211.

77
pertanyaan yang berupa perbandingan dari responden akan

dikombinasikan sehingga membentuk suatu konsensus

Gmy = √n y 1 y 2 y 3 y 4 y 5 y … y

Pertanyaan berupa perbandingan (Pairwise comparison)

dariresponden akan dikombinasikan sehingga membentuk suatu

konsensus. Geometric 108 mean merupakan jenis perhitungan

rata-rata yang menunjukkan tendensi atau nilai tertentu dimana

memiliki formula sebagai berikut(Ascarya, 2011):

b) Rater agreement

Rater Agreement merupakan ukuran yang menunjukkan

tingkat kesesuaian para responden (R1-Rn) terhadap suatu

masalah dalam satu cluster. Kendall’s Coefficient of Concordance

merupakan alat yang digunakan untuk mengukur rater agreement

yang mana (W;0 < W ∎ 1¿ . W = 1 menunjukkan kesesuaian yang

sempurna.79

Nilai koefisien Kendall’s W dapat dihitung dengan

menggunakan bantuan program perangkat lunak pengolahan data

statistik MegaStat. MegaStat adalah fitur tambahan Excel yang

dapat melakukan analisis statistik dengan buku kerja Excel.80

79
Ascarya dan Diana Yumanita, Determinan dan Persistensi Margin Perbankan
Konvensional dan Syari’ah di Indonesia . Working Paper Series No. WP/10/04. Pusat Pendidikan
dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia 2010.
80
Muhammad Irfan, Solusi Prioritas dalam Meningkatkan kualitas Laporan Keuangan di
Desa Penampi Kecamatan Bengkalis. Skripsi. Riau: Program Studi Manajemen Keuangan Syari’ah
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Syari’ah Bengkalis. 2021.

78
Untuk menghitung Kendall‟s (W), yang pertama adalah

dengan memberikan ranking pada setiap jawaban kemudian

menjumlahkannya.

Nilai rata-rata dari total ranking adalah:

Jumlah kuadrat deviasi (S), dihitung dengan formula:

Sehingga diperoleh Kendall‟s W yaitu:

Tahapan dalam mencari Rater Agreement yaitu dimulai dari

Traspose, kemudian rangking, dilakukan dengan cara mengutut

nilai normilzed dari yang paling besar ke yang paling kecil,

kemudian menjumlahkannya, dan terakhir menghitung nilai W.

Adapun formula untuk mendapatkan nilai W adalah:81

U = (T 1+ T 2+… ..+¿T P ¿/ ¿¿ P

S = (T 1- U 2)+ (T 2- U ¿ ¿2+…. (T P - U ¿ ¿2

81
Maghfira Maulidia Putri, dkk, “Strategi Implementasi Pengelolaan Cash Waqf Linked
Sukuk dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi Umat”, Jurnal Ekonomi Islam, Vol.11, No. 2,
(2020), h. 211.

79
MaxS = (n- U ¿ ¿2+ (2n - U ¿ ¿2+…+ ( pn - U ¿ ¿2
W = s/MaxS
Keterangan :

U = Nilai rata-rata total rangking

S = Jumlah kuadrat deviasi

P = Jumlah node

n = Jumlah responden

Dalam interpretasinya bahwa skala nilai rater agreement ada 5

W = 0, Berarti tidak ada angka kesepakatan

W = 0.10, berarti angka kesepakatan lemah

W = 0.30, berarti angka kesepakatannya sedang

W = 0.60, berarti angka kesepakatannya kuat, dan

W = 1.00, berarti angka kesepakatannya sempurna

c) Jika nilai pengujian W sebesar 1 (W=1), dapat disimpulkan

bahwa penilaian atau pendapat dari para responden memiliki

kesesuaian yang sempurna. Sedangkan ketika nilai W sebesar 0

atau semakin mendekati 0, maka menunjukkan adanya

ketidaksesuaian antar jawaban responden atau jawabaan

bervariatif.82

Adapun teknik penentuan informasi dalam penelitian ini

dilakukan dengan teknik purposive sampling. Misalnya orang

tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita

harapkan atau sebagai penguasa sehingga akan memudahkan

penelitian dalam menjelajahi obyek atau situasi sosial yang

82
Aam Slamet Rusydiana and ABRISTA Devi, “Lembaga Keuangan Mikro Syariah Di
Indonesia :,” Ekonomi Dan Bisnis Islam 3, no. 1 (2013): 19–40.

80
akan diteliti. Pemilihan responden pada penelitian ini

dilakukan secara purposive sampling (sengaja) dengan

mempertimbangkan pemahaman dan pengetahuan responden

terhadap permasalahan pajak bumi dan bangunan di Kabupaten

Bengkalis.

Data yang diperoleh dengan cara-cara tertentu dianalisis

melalui beberapa tahapan berikut ini:

a. Pemetaan atau dekomposisi, merupakan teknik yang dilakukan

untuk menstruktur permasalahan mengenai efektifitas

pemungutan PBB yang telah dikumpulkan sebelumnya menjadi

lebih sederhana sehingga dapat dipahami dengan lebih mudah.

Adapun permasalahan dan solusi yang telah dikumpulkan

sebelumnya, disaring dan dapat diklasifikasikan kepada tiga aspek

yang selanjutnya menjadi dasar dalam pembentukan kerangka

ANP.

b. Konstruksi kerangka menjadi jaringan ANP, merupakan teknik

dengan melakukan penyesuaian data yang sudah terstruktur

sebelumnya terhadap berbagai model-model yang berlaku pada

ANP termasuk penerapan ketentuan feedback pada model

tersebut. Sedangkan jaringan ANP adalah langkah memasukkan

model ANP pemungutan pajak bumi dan bangunan kepada

software super decission.

c. Pengolahan pada software super decission hingga hasil ANP,

merupakan teknik dalam membaca hasil dari software super

81
decission. Data yang dihasilkan terdiri dari peringkat setiap

aspeknya dan peringkat secara keseluruhan tanpa adanya batasan

aspek untuk masing-masing responden. Data tersebut diproses

dengan menggunakan excel lalu disatukan dengan menggunakan

geometric mean. Selain itu hasil ANP ini dilengkapi dengan

menghitung nilai kendall’s koefficient of concurdance atau

dikenal dengan kesepakatan antar responden.

d. Interpretasi data, merupakan teknik akhir dalam mengarahkan

data yang telah berhasil diolah menjadi suatu keputusan yang

tepat. Dalam interpretasi ini, penulis melengkapi data akhir

tersebut dengan bukti-bukti aktual terutama yang menjadi

permasalahan dan solusi utama pemungutan PBB.

e. Pairwaise Comparsion pada dasarnya adalah bagian dari teknik

pengumpulan dan teknik analisis data yang dibahas secara

terpisah supaya lebih rinci. Tahapan ini dilalui setelah melakukan

pemetaan atau dekomposisi terhadap permasalahan dan solusi

pemungutan PBB sehingga menghasilkan kerangka ANP yang

dimasukkan kepada software super decission. Selanjutnya

disusun kuesioner dalam bentuk perbandingan yang dikenal

dengan Pairwaise Comparsion. Kuesioner tersebut diberikan

kepada tujuh orang responden yang terdiri dari akademisi,

regulator dan praktisi.

82
K. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rencana penulisan

proposal ini maka penulis merencanakan susunan penulisan dengan membagi

menjadi lima bab, dimana masing-masing bab terdiri dari sub-subnya yang

kesemuanya merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan. Adapun

susunannya sebagai berikut

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, kerangka pemikiran,

definisi variabel, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi ketentuan umum dan penjelasan tentang teori “Tingkat

Efektifitas Pemungutan Pajak Bumi Dan Bangunan dalam Rangka

Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bengkalis.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang lokasi dan waktu penelitian, subjek dan objek

penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik

analisis data.

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

83

Anda mungkin juga menyukai