Anda di halaman 1dari 33

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori
1. Tanggung Jawab

a. Pengertian Tanggung Jawab

Kamus Bahasa Indonesia (dalam Wijaya, 2014: 89)

“tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala

sesuatu (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan,

diperkarakan, dsb)”. Orang yang bertanggung jawab adalah orang

yang mampu memenuhi hak dan kewajibannya. Sikap tanggung

jawab akan tercermin dalam pengorbanan dan kesetiaan seseorang

mengerjakan atau melaksanakan tugas-tugas yang dipilihnya atau

dipercayakan kepadanya. Tanggung jawab harus ditumbuhkan

sejak kecil di dalam keluarga, diasah serta dikembangkan pada saat

menginjak usia remaja, baik di dalam keluarga maupun di sekolah.

Terkait dengan pengertian tanggung jawab, Fitri (2012:

112) menyatakan “tanggung jawab merupakan nilai moral penting

dalam kehidupan masyarakat”. Tanggung jawab adalah

pertanggungan perbuatan sendiri. Seorang siswa harus bertanggung

jawab kepada guru, orang tua dan diri sendiri. Sikap tanggung

jawab merupakan pelajaran yang tidak hanya perlu diperkenalkan

dan diajarkan, namun juga perlu ditanamkan kepada peserta didik,

baik pada masa pra sekolah maupun sekolah. Peserta didik yang

terlatih atau dalam dirinya tercantum nilai-nilai tanggung jawab

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


10

kelak siswa akan tumbuh menjadi pribadi yang bersungguh-

sungguh dalam menjalankan berbagai aktivitas.

Arvan (Asmani, 2011: 91) juga berpendapat tentang

pengertian tanggung jawab, “tanggung jawab merupakan kata

kunci dalam meraih kesuksesan, dimana seseorang yang

mempunyai tanggung jawab akan mengeluarkan segala

kemampuan terbaiknya untuk memenuhi tanggung jawab

tersebut”. Tanggung jawab merupakan bagian dari pendidikan nilai

dan karakter yang harus dikembangkan dalam proses

pembelajaran. Tanggung jawab bukan merupakan sikap bawaan

dari lahir yang sudah ada pada setiap individu, tetapi tanggung

jawab merupakan sikap yang butuh pembiasaan dan pengajaran,

sehingga diperlukan peran orang lain untuk membiasakannya.

Sikap tanggung jawab menurut Fitri (2012: 109) memiliki

indikator yang dibelajarkan yaitu:

1) Dapat dipercaya dan dapat diandalkan atas sesuatu


perbuatan atau tindakan
2) Dapat mempertanggungjawabkan semua perbuatan dan
tindakan yang dilakukan.

Dari pengertian yang dikemukakan oleh para pakar dapat

disimpulkan tanggung jawab merupakan salah satu karakter yang

harus dimiliki oleh setiap individu karena akan berhubungan nilai

moral setiap individu dengan kehidupan di masyarakat. Seorang

siswa memiki tanggung jawab terhadap orang tua, teman, guru dan

dirinya sendiri.

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


11

b. Indikator Tanggung Jawab

Indikator keberhasilan pendidikan karakter yang

dibelajarkan tersebut jika telah dilaksanakan maka diharapkan

mencapai suatu keberhasilan yang tercakup dalam indikator

keberhasilan berikut ini:

Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Tanggung Jawab

No. Nilai Indikator Keberhasilan


Mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah
dengan baik
Bertanggung jawab terhadap setiap
Tanggung perbuatan
18
Jawab Melakukan piket sesuai dengan jadwal
yang telah di tetapkan
Mengerjakan tugas kelompok secara
bersama-sama
(Fitri, 2012: 43)

2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Pengertian belajar dikemukakan oleh Gagne (Susanto,

2015: 1) dapat didefinisikan sebagai “suatu proses di mana suatu

organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.

Adapun pendapat Hamalik (Susanto, 2015: 3) menjelaskan bahwa

“belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui

pengalaman (learning is defined as the modificator or

strengthening of behaviour through experiencing).” Menurut

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


12

pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan

bukan merupakan suatu hasil atau tujuan.

Pengertian belajar juga dikemukakan oleh Abdillah (dalam

Aunurrahman, 2010: 35) bahwa “Belajar adalah usaha sadar yang

dilakukan seseorang dalam perubahan tingkah laku melalui latihan

dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif

dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu”. Susanto

(2015: 4) mengungkapkan bahwa:

belajar adalah aktivitas yang dilakukan seseorang dengan


sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu
konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga
memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku
yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun
dalam bertindak
Dari beberapa pengertian belajar dari para ahli diatas dapat

disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan

yang dilakukan seseorang. Perubahan yang dilakukan melalui

pengalaman yang dilakukan oleh siswa baik menyangkut aspek

kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu.

b. Pengertian Prestasi Belajar

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 895) mendefinisikan

bahwa “prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran,

lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang

diberikan guru”. Arifin (2014: 12) “prestasi belajar berarti hasil

usaha”. Istilah prestasi belajar dengan berbeda dengan hasil belajar.

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


13

Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek

pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan

watak peserta didik. Prestasi belajar menurut Arifin (2014: 12)

mempunyai beberapa fungsi utama antara lain :

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas


pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat rasa
ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal
ini sebagai “tendensi keingintahuan (couriosity) dan
merupakan kebutuhan umum manusia”.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat
dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari
suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti
bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat
produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya
adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan
kebutuhan masyarakat dan anak. Indikator ekstern
dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar
dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta
didik dimasyarakat. Asumsinya adalah kurikulum yang
digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap
(kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran,
peserta didiklah yang diharapakan dapat menyerap
seluruh materi pelajaran.

Arifin (2014: 13) juga mengemukakan “Prestasi belajar

juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat menentukan

apakah perlu melakukan diagnosis, penempatan, atau bimbingan

terhadap peserta didik”.

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


14

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar merupakan hasil dari aspek pengetahuan yang

diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam bentuk

pemberian tugas dan materi dalam jangka waktu tertentu yang

hasilnya biasanya berupa angka atau huruf. Prestasi belajar berbeda

dengan hasil belajar karena prestasi belajar lebih menekankan

kepada aspek pengetahuan sedangkan hasil belajar lebih

menekankan kepada pembentukan watak.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil

interaksi berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri

maupun dari luar diri individu. Menurut Hamalik (2008: 32-33)

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah :

1) Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan.


2) Belajar memerlukan latihan.
3) Belajar siswa lebih berhasil.
4) Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah berhasil
atau gagal dalam belajarnya.
5) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar.
6) Pengalaman masa lampau dan pengertian-pengertian
yang telah dimiliki oleh siswa.
7) Faktor kesiapan belajar.
8) Faktor minat dan usaha.
9) Faktor-faktor fisologi.
10) Faktor intelegensi.

Faktor-faktor dalam belajar dapat dilihat dari beberapa segi

baik dari segi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru

yang disusun sedemikan rupa sehingga kegiatan pembelajaran akan

memberikan kontribusi yang baik terhadap siswa. Kegiatan

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


15

pembelajaran tidak hanya di lakukan oleh guru tetapi harus

memberikan latihan kepada siswa, karena siswa memerlukan

latihan-latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang agar

menumbuhhkan minat dan usaha serta kesiapan siswa dalam proses

belajar. Namun kegiatan ini tidak akan lepas dari kondisi siswa

baik kesiapan fisik maupun intelegensi yang dimiliki oleh siswa.

Kondisi ini yang akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran

yang dilakukan oleh seorang guru sehingga siswa akan lebih

berhasil dalam kegiatan belajar.

3. Matematika Sekolah Dasar

a. Pengertian Matematika

Susanto (2015: 185) menyebutkan bahwa “matematika

merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir dan beragumentasi memberikan konstribusi

dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja,

serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi”. Kebutuhan akan aplikasi matematika

saat ini dan masa depan tidak hanya untuk keperluan sehari-hari,

tetapi terutama dalam dunia kerja, dan untuk mendukung

perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, matematika

sebagai ilmu dasar perlu dikuasai dengan baik oleh siswa terutama

sejak usia sekolah dasar.

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


16

Adapun Suwangsih dan Tiurlina (2006: 3) menyebutkan

bahwa “matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam

dunianya, kemudian pengalaman diproses di dalam dunia rasio,

diolah secara analisis dengan penalaran di dalam struktur kognitif

sehingga terbentuk konsep-konsep matematika”. Konsep-konsep

matematika agar mudah untuk dipahami orang lain maka

dimanipulasi menggunakan bahasa atau notasi matematika secara

universal. Konsep matematika didapat karena proses berpikir,

karena itu logika adalah dasar terbentuknya matematika.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli tentang

pengertian matematika dapat disimpulkan bahwa matematika

merupakan disiplin ilmu yang dapat meningkatkan proses berpikir

yang diperoleh dari sebuah pengalaman yang menekankan dalam

dunia rasio sehingga terbentuklah konsep matematika. Matematika

juga memiliki peranan penting dalam memberikan dorongan dalam

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Usia siswa sekolah dasar 7-8 tahun hingga 12-13 tahun,

menurut teori kognitif Piaget (Susanto, 2015: 183) termasuk pada

“tahap operasional konkrit”. Berdasarkan perkembangan kognitif

ini, anak usia sekolah dasar pada umumnya mengalami kesulitan

dalam memahami matematika yang bersifat abstrak. Karena

keabstrakannya metematika relatif tidak mudah untuk dipahami

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


17

oleh siswa sekolah dasar pada umumnya. Pendapat lain mengenai

matematika, dikemukan oleh Suwangsih dan Tiurlina (2006: 16)

bahwa “Matematika yang dipelajari oleh siswa SD dapat

digunakan oleh siswa SD untuk kepentingan hidupnya sehari-hari

dalam kepentingan lingkungannya, untuk membentuk pola pikir

yang logis, sistematis, kritis dan cermat dan akhirnya dapat

digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain”. Susanto

(2015: 186) mengemukakan:

pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar


mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan
kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa serta dapat meningkatkan
kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai
upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi
matematika.

Berdasarkan pengertian para ahli maka dapat diambil

kesimpulan, pembelajaran matematika di sekolah dasar

dilaksanakan pada usia 7-8 tahun hingga 12-13 tahun.

Pembelajaran matematika dibangun untuk membentuk pola pikir

yang logis, sistematis, kritis dan cermat dan meningkatkan

kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru pada siswa.

c. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Menurut Depdiknas (Susanto, 2015: 189) secara khusus

tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan


keterkaitan antarkonse, dan mengaplikasikan konsep
atau algoritme.

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


18

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat,


melakukan manipulasi matematika dan generalisasi,
menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang
diperoleh.
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram atau media lain menjelaskan keadaan atau
masalah.
5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika
dalam kehidupan sehari-hari.

d. Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Depdiknas (2009: 1) secara umum terdapat empat tahapan

aktivitas dalam rangka penguasaan materi pelajaran matematika di

dalam pembelajaran, yaitu:

1) Penanaman Konsep
Tahap penanaman konsep merupakan tahap pengenalan
awal tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Pada
tahap ini pengajaran memerlukan penggunaan benda
konkrit sebagai alat peraga.
2) Tahap Pemahaman Konsep
Tahap pemahaman konsep merupakan tahap lanjutan
setelah konsep ditanamkan. Pada tahap ini penggunaan
alat peraga mulai dikurangi dan bentuknya semi konkrit
sampai pada akhirnya tidak diperlukan lagi.
3) Tahap Pembinaan Keterampilan
Tahap pembinaan keterampilan merupakan tahap yang
tidak boleh dilupakan dalam rangka membina
pengetahuan siap bagi siswa. Tahap ini diwarnai dengan
latihan-latihan seperti mencongak dan berlomba. Pada
tahap pengajaran ini alat peraga sudah tidak boleh
digunakan lagi.
4) Tahap Penerapan Konsep
Tahap penerapan konsep yaitu penerapan konsep yang
sudah dipelajari ke dalam bentuk soal-soal terapan
(cerita) yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Tahap ini disebut juga sebagai pembinaan kemampuan
memecahkan masalah.

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


19

Berdasarkan uraian diatas tujuan dari pembelajaran

matematika di Sekolah Dasar adalah tidak hanya pada tahap

penanaman konsep saja melainkan terdapat beberapa tahapan yang

seharusnya dilalui oleh siswa yaitu tahap penanaman konsep, tahap

pemahaman konsep, tahap pembinaan keterampilan dan tahap

penerapan konsep. Empat tahapan ini jika dilakukan dengan baik

dan berurutan dalam proses pembelajaran siswa dapat menguasai

materi secara maksimal baik dari penanaman konsep hingga

penerapan konsep.

4. Bangun Ruang

a. Pengertian Bangun Ruang

Suharjana (2008: 5) “bangun ruang adalah bagian ruang

yang dibatasi oleh himpunan titik-titik terdapat pada seluruh

permukaan bangun tersebut”. Permukaan bangun itu di sebut sisi.

Bangun-bangun ruang yang terbentuk oleh perpotongan ruas garis-

ruas garis mempunyai bagian-bagian: rusuk, titik sudut, dan sisi.

b. Macam-Macam Bangun Ruang dan Jaring-Jaring

1) Kubus

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


20

Sifat-sifat bangun kubus sebagai berikut:

a) Sisinya = 6 buah, yaitu: ABCD, AEHD, DHGC, CGFB.

BFEA, EFGH.

b) Rusuknya = 12 buah, yaitu: AB, BC, CD, DA, AE, BF, CG,

DH, EF, FG, GH, HE.

c) Titik sudutnya = 8 buah, yaitu: A, B, C, D, E, F, G, H.

Jaring-Jaring Kubus

Gambar 2.1 Kubus dan jaring-jaring kubus

2) Balok

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


21

Jaring-Jaring Balok

Gambar 2.2 Balok dan jaring-jaring balok

3) Prisma Segitiga

Sifat-sifat prisma tegak segitiga:

a) Memiliki 2 sisi berbentuk segitiga dan 3 sisi berbentuk

persegi panjang

b) Memiliki 9 rusuk

c) Memiliki 6 titik sudut

Jaring-Jaring Prisma Segitiga

Gambar 2.3 Prisma segitiga dan jaring-jaring prisma


segitiga

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


22

4) Limas Segiempat dan Segitiga

1) Limas Segiempat
Sisi = 5 buah
Rusuk = 8 buah
Titik sudut = 5 buah
2) Limas Segitiga
Sisi = 4 buah
Rusuk = 6 buah
Titik sudut = 4 buah
Jaring-Jaring Limas Segiempat

Jaring-Jaring Limas Segitiga

Gambar 2.4 Limas dan jaring-jaring limas

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


23

5) Tabung

Sifat-sifat tabung sebagai berikut;

1) Tabung mempunyai sisi sebanyak 3 buah yaitu sisi atas, sisi


alas, dan selimut tabung.
2) Tidak mempunyai titik sudut.
3) Bidang atas dan bidang alas berbentuk lingkaran dengan
ukuran sama.
4) Memiliki sisi lengkung yang disebut selimut tabung.
5) Jarak bidang atas dan bidang alas disebut tinggi tabung.
Jaring-Jaring Tabung

Gambar 2.5 Tabung dan jaring-jaring tabung

6) Kerucut

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


24

Sifat-sifat kerucut sebagai berikut.

1) Alasnya berbentuk lingkaran.


2) Memiliki 1 rusuk lengkung
3) Memiliki sisi lengkung yang disebut selimut kerucut.
4) Memiliki sebuah titik puncak.
5) Tidak memiliki titik sudut
6) Jarak titik puncak ke alas disebut tinggi kerucut.
Jaring-Jaring Kerucut

Gambar 2.6 Kerucut dan jaring-jaring kerucut

c. Sifat-Sifat Bangun Ruang

Adapun ringkasan materi sifat-sifat bangun ruang dapat

diperoleh sebagai berikut:

Tabel 2.2 Sifat-Sifat Bangun Ruang


Banyaknya Hubungan
Jumlah Jumlah Sisi
Nama Bangun
Titik Sisi + Titik Titik Sudut
Ruang Sisi Rusuk
Sudut Sudut & Banyak
Rusuk
Kubus 6 8 12 6 + 8 = 14 14 = 12 + 2
Balok 6 8 12 6 + 8 = 14 14 = 12 + 2
Prisma Segitiga 5 6 9 5 + 6 = 11 11 = 9 + 2
Prisma Segilima 7 10 15 7 + 10 = 17 17 = 15 + 2
Limas Segiempat 5 5 8 5 + 5 = 10 10 = 8 + 2
Limas Segienam 7 7 12 7 + 7 = 14 14 = 12 + 2
Kerucut 2 0 1 2+0=2 2≠1+2
Tabung 1 0 0 1+0=1 1≠0+2
Suharjana (2008: 36)

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


25

5. Metode Penemuan Terbimbing

a. Teori Belajar Kontruktivisme

Teori kontrukrivisme menyatakan bahwa siswa harus

menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,

mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan

merevisinya apabila aturan-aturan tidak lagi sesuai. Slavin

(Hamzah, 2008: 16) mengemukakan:

bagi siswa agar benar-benar dan dapat memahami dan dapat


menerapkan pengetahuan, siswa harus bekerja memecahkan
masalah, menemukan segala sesuatu dengan dirinya,
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

Wheatley (Hamzah, 2008: 18) mengajukan dua prinsip

utama dalam pembelajaran dengan teori kontruktivisme. Pertama,

pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara

ktifoleh struktural kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat

adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman

nyatayang dimiliki anak.

Teori belajar kontruktivisme memiliki kaitan dengan

metode penemuan terbimbing. Teori kontrukrivisme pengetahuan

tidak dapat dipindahkan dengan begitu saja dari pikiran guru ke

pikiran siswa. Artinya, siswa harus aktif secara mental untuk

membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan

kognitif yang dimiliki. Begitu pula dengan metode penemuan

terbimbing, metode penemuan terbimbing dalam kegiatan

pembelajarannya lebih menekankan kepada pembelajaran

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


26

langsung, yang dalam kegiatannya siswa diberikan sebuah masalah

untuk dipecahkan sehingga siswa menemukan sendiri informasi-

informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah yang

ditemukan. Metode penemuan terbimbing juga memberi peluang

kepada siswa untuk membina pengetahuan baru melalui

penglihatannya yang sama halnya dengan teori belajar

kontruktivisme.

b. Pengertian Metode Penemuan Terbimbing

Mulyasa (2011: 110) mengungkapkan “penemuan

(discovery) merupakan metode yang lebih menekankan pada

pengalaman langsung”. Pembelajaran dengan metode penemuan

lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar. Sedangkan

Suryosubroto (2009: 178) mengemukakan “metode penemuan

merupakan komponen dari praktikan pendidikan yang meliputi

metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, berorientasi

pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif”.

Metode penemuan terbimbing merupakan salah satu

metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Sound

dalam Roestiyah (2008: 200) “penemuan terbimbing adalah proses

mental dimana siswa mampu mengimplementasikan suatu konsep

atau prinsip”. Metode penemuan terbimbing adalah suatu prosedur

mengajar yang menitikberatkan pada individual, manipulasi objek-

objek, dan eksperimentasi oleh siswa sebelum membuat

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


27

generalisasi sampai siswa menyadari suatu konsep. Metode

penemuan terbimbing adalah suatu komponen dari praktek

pendidikan yang sering disebut sebagai heuristic teaching, yakni

suatu tipe pengajaran yang meliputi metode-metode yang didesain

untuk memajukan rentang yang luas dari belajar aktif, berorientasi

pada proses, membimbing diri sendiri (self-directed), inkuiri dan

model belajar reflektif.

Dari pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa metode

penemuan terbimbing merupakan metode pembelajaran yang

bertujuan untuk menemukan suatu konsep dan menemukan

jawabannya sendiri serta guru membimbing siswa apabila ada

siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dengan

menggunakan metode terbimbing. Metode penemuan terbimbing

lebih berpusat kepada siswa, sehingga siswa akan lebih berperan

aktif dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas.

c. Langkah-Langkah Metode Penemuan Terbimbing

Mulyasa (2011: 110) cara mengajar dengan metode

penemuan menempuh langkah-langkah:

1) Adanya masalah yang akan dipecahkan.


2) Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta
didik.
3) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta
didik.
4) Melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan
ditulis secara jelas.
5) Harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan.

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


28

6) Susunan kelas diatur sedemikian rupa sehingga


memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran peserta
didik dalam kegiatan belajar mengajar.
7) Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengumpulkan data.
8) Guru harus memberikan jawaban dengan tepat dan
tepat dengan data dan informasi yang diperlukan
peserta didik.

d. Keunggulan dan Kelemahan Penemuan Terbimbing

Roestiyah (2012: 20) penggunaan metode penemuan

memiliki keunggulan sebagai berikut:

1) Penemuan mampu membantu siswa untuk


mengembangkan; memperbanyak kesiapan; serta
penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/
pengenalan siswa.
2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat pribadi/
individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal
dalam jiwa siswa tersebut.
3) Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa.
4) Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya
masing-masing.
5) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih
memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.
6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah
kepercayaan diri sendiri dengan proses penemuan
sendiri.
7) Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru
hanya sebagai teman belajar saja; membantu bila
diperlukan.

Suryosubroto (2009: 186) mengemukakan kelemahan

metode penemuan sebagai berikut:

1) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental


untuk cara belajar ini. Misalnya, siswa lamban
mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan
pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang
abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara
pengertian dalam suatu subjek, atau dalam usahanya
menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis.

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


29

Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli


penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa
yang lain.
2) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar.
Misalnya sebagian besar waktu dapat hilang karena
membantu seseorang siswa menemukan teori-teori, atau
menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata
tertentu.
3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin
mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa
dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.
4) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang
sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian
dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan
keterampilan. sedangkan sikap dan keterampilan
diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai
perkembangan emosional secara keseluruhan.
5) Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang
dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin tidak ada.
6) Strategi ini mungkin tidak memberikan kesempatan
untuk berpikir kreatif, kalau berpikir kreatif, kalau
pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah
diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian proses-
proses dibawah pembinaannya. Tidak semua
pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh
arti. Pemecahan masalah dapat bersifat membosankan
mekanisasi, formalitas, dan pasif seperti bentuk
terburuk dari metode ekspositories verbal.
Solusi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan dari

kelemahan penemuan terbimbing, peneliti dan guru membagi siswa

menjadi beberapa kelompok belajar karena siswa berjumlah 37

siswa dan termasuk kelas besar. Jumlah 37 siswa dibuat menjadi

beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari siswa yang pandai

dikelompokkan dengan siswa yang lamban. Hal ini dilakukan agar

siswa yang lamban dapat dibantu oleh siswa yang pandai dalam

kegiatan penemuannya. Selain penggunaan metode penemuan

terbimbing dalam pembelajaran yang dilakukan digunakan pula

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


30

alat peraga dalam kegiatan pembelajarannya. Penggunaan alat

peraga diharapkan tidak menghilangkan keterampilan yang harus

dimiliki siswa sehingga siswa dapat belajar sambil melakukan

(learning by doing).

6. Alat Peraga Bangun Ruang dan Jaring-Jaring

a. Pengertian Alat Peraga

Anitah (2009: 4) “Istilah alat peraga ini demikian melekat

pada banyak pendidik sampai kurun waktu yang cukup lama”.

Bahkan sampai saat ini masih banyak orang menggunakan istilah

alat peraga secara silih berganti dengan istilah lain seperti; alat

bantu, media, alat pelajaran, dan lain-lain. Dengan alat peraga

dimaksudkan untuk memperjelas pelajaran yang disajikan. Istilah

ini dikemukakan bukan berarti penggunaan “alat peraga” itu

dianggap salah atau konvensional. Alat peraga dalam pembelajaran

pada hakekatnya merupakan suatu alat yang digunakan untuk

menunjukan sesuatu yang riil sehingga memperjelas pengertian

pembelajaran.

b. Alat Peraga Bangun Ruang Masif

1) Alat Peraga Bangun Ruang Masif

Gambar 2.7 Bangun Ruang Masif

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


31

a) Kegunaan alat peraga bangun ruang rangka untuk

memahami bentuk-bentuk bangun ruang dan sifat-sifatnya.

b) Petunjuk penggunaan sebagai beriku:

- Alat peraga ini cocok untuk digunakan dalam

menjelaskan mengenai bentuk-bentuk bangun ruang

geometris sederhana. Mengenal sifat-sifat yang

berhubungan dengan rusuk, titik sudut, sisi dan lain-

lain.

- Bangun ruang masif dapat dikelompokkan ke dalam

dua jenis: prisma dan limas. Bangun-bangun prisma

adalah balok, kubus, dan tabung, sedangkan bangun-

bangun limas adalah kerucut dan limas.

c. Alat Peraga Jaring-Jaring Bangun Ruang

Alat peraga merupakan alat yang digunakan untuk

membantu dalam proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan

alat peraga bangun ruang sederhana yang dapat pula digunakan

untuk menentukan jaring-jaring bangun ruang sederhana.

Suharjana (2008: 16) mengemukakan “beberapa cara menentukan

jaring-jaring bangun ruang seperti kubus dan balok” yang dapat

pula digunakan untuk menentukan bangun ruang lainnya.

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


32

a) Kubus

Gambar 2.8 Kubus

Suharjana (2008: 16) ada beberapa langkah dalam

menentukan jaring-jaring kubus, antara lain:

- Mintalah siswa untuk membelah kubus-kubus dengan

menggunakan cutter atau gunting menurut beberapa

rusuk tertentu dan menyisakan satu rusuk yang

merangkai antara dua persegi atau dengan melepaskan

perekat pada bangun ruang.

- Hasil guntingan atau melepaskan perekat pada kubus

akan membentuk salah satu jaring-jaring berikut:

Gambar 2.9 Beberapa contoh jaring-jaring kubus

- Jaring-jaring tersebut apabila dirangkaikan kembali

maka tidak ada satu pun hasil guntingan yang berupa

daerah persegi tersebut yang menutupi persegi yang lain

dan hasil guntingan tidak boleh terlepas yang satu

dengan yang lain.

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


33

b) Balok

Gambar 2.10 Balok

Cara menemukan rangkaian yang merupakan jaring-jaring

sebuah balok dengan cara memotong pada rusuk-rusuknya

langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

- Dengan cara memotong model balok pada rusuk-rusuk

tertentu maka akan dihasilkan sebuah jaring-jaring

balok. Cara pemotongan yang sama apabila dimulai dari

sisi yang berbeda akan menghasilkan bentuk jaring-

jaring yang berbeda pula. Dalam membuat jaring-jaring

balok maka yang lebih mudah jika berpangkal pada

jaring-jaring kubus. Sebuah bentuk jaring-jaring kubus

dapat menjadi model bagi enam buah jaring-jaring

balok, disebabkan oleh sisi-sisi dari balok yang tidak

sama. Dengan demikian karena jumlah jaring-jaring

kubus ada 11 (sebelas) macam, maka dari 11 model

jaring-jaring kubus tersebut dapat menghasilkan 11 x 6

= 66 jaring-jaring balok.

- Contoh jaring-jaring balok ABCD.EFGH, potonglah

pada rusuk-rusuk EF, EA, FB, FG, GC, EH, dan HD

maka dapat dibentuk jaring-jaring balok sebagai berikut:

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


34

Gambar 2.11 Contoh Jaring-Jaring Balok

c) Prisma Tegak Segitiga

Gambar 2. 12 Prisma Tegak Segitiga

- Mintalah siswa untuk membelah prisma tegak segitiga

dengan menggunakan cutter atau gunting menurut

beberapa rusuk tertentu dan menyisakan satu rusuk yang

merangkai atau dengan melepaskan perekat pada

bangun ruang.

- Hasil guntingan atau melepaskan perekat pada prisma

akan membentuk salah satu jaring-jaring berikut:

Gambar 2. 13 Jaring-Jaring Prisma Tegak Segitiga

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


35

d) Limas

Gambar 2.14 Limas Segiempat

- Mintalah siswa untuk membelah limas segiempat atau

limas segitiga dengan menggunakan cutter atau gunting

menurut beberapa rusuk tertentu dan menyisakan satu

rusuk yang merangkai atau dengan melepaskan perekat

pada bangun ruang.

- Hasil guntingan atau melepaskan perekat pada limas

segiempat atau limas segitiga membentuk salah satu

jaring-jaring berikut:

Gambar 2.15 Jaring-Jaring Limas Segiempat


e) Tabung

Gambar 2.16 Tabung

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


36

- Mintalah siswa untuk membelah tabung dengan

menggunakan cutter atau gunting menurut beberapa

rusuk tertentu dan menyisakan kerangka yang

merangkai atau dengan melepaskan perekat pada

bangun ruang.

- Hasil guntingan atau melepaskan perekat pada tabung

membentuk salah satu jaring-jaring berikut:

Gambar 2. 17 Jaring-Jaring Tabung


f) Kerucut

Gambar 2.18 Kerucut

- Mintalah siswa untuk membelah kerucut dengan

menggunakan cutter atau gunting menurut beberapa

bentuk bangun tertentu dan menyisakan kerangka yang

merangkai atau dengan melepaskan perekat pada

bangun ruang.

- Hasil guntingan atau melepaskan perekat pada kerucut

membentuk salah satu jaring-jaring berikut:

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


37

Gambar 2.19 Jaring-Jaring Kerucut

Penggunaan alat peraga bangun ruang sederhana

diharapkan dapat meningkatkan sikap tanggung jawab dan

prestasi belajar pada siswa. Penggunaan alat peraga siswa

dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran yang

dilakukan di dalam kelas.

B. Penelitian Relevan

Menurut penelitian yang dilakukan Purwatiningsih tahun 2013

halaman 53 dalam Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako,

Volume 01 Nomor 01 September 2013 dengan penelitian yang berjudul

“Penerapan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa pada Materi Luas Permukaan dan Volume Balok”

menyatakan bahwa:

Based on the research results, the learning applied guided


discovery learning method can increase students’ learning outcome
on the material of surface area and volume of cube namely: (1)
orienting the students on the problem, (2) organizing the students
in learning, (3) guiding individual and group insvestigation, (3)
presenting activity result and (5) evaluating students’ learning
achievenment.

Disimpulkan bahwa hasil dari penelitian tersebut mengindikasikan

bahwa penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


38

materi luas permukaan dan volume balok. Hasil dari penelitian ini juga

dapat secara langsung mengorientasikan siswa pada masalah,

mengorganisasikan siswa dalam belajar, membimbing penyelidikan

individual maupun kelompok, mempresentasikan hasil kegiatan dan

mengevaluasi kebutuhan belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Akanmu, M. Alex and

Fajemidagba, M. Olubusuyi tahun 2013 halaman 82 dalam Journal of

Education and Practice, Vol. 4, No. 12 dengan penelitian yang berjudul

“Guided-discovery Learning Strategy and Senior School Students

Performance in Mathematics in Ejigbo, Nigeria” menyatakan bahwa:

Results revealed a significant difference in favour of those exposed


to guided-discovery learning strategy compared to those not taught
using guided-discovery learning strategy. Though both male and
female students performed equally well when taught using guided
discovery strategy, the study showed that high scoring students
benefited most while the performance of low scoring students was
also enhanced.

Kesimpulannya adalah penggunaan penemuan terbimbing dengan

yang tidak menggunakan penemuan terbimbing dalam pembelajarannya

akan adanya sebuah perbedaan. Penggunaan metode penemuan terbimbing

dapat meningkatkan nilai dan memberikan manfaat bagi yang memiliki

nilai rendah menjadi meningkat.

Penelitian yang akan dilakukan di kelas V SD Negeri 2

Karanggude juga merujuk penggunaan penemuan terbimbing yang

diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, namun dalam

penelitian ini peneliti tidak hanya menggunakan metode penemuan

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


39

terbimbing saja melainkan ada penggunaan alat peraga berupa alat peraga

bangun ruang dan jaring-jaring. Fokus penelitian ini juga tidak hanya pada

meningkatkan prestasi belajar siswa saja namun tanggung jawab siswa

yang merupakan salah satu karakter yang harus dimiliki siswa juga

diharapkan dapat meningkat.

C. Kerangka Berpikir

Faktor terpenting meningkatkan sikap tanggung jawab dan prestasi

belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penggunaan strategi,

metode dan model pembelajaran. Banyak strategi pembelajaran yang dapat

diterapkan guru dalam pembelajaran namun masih ditemukan beberapa

guru yang masih bingung dalam menerapkan strategi pembelajaran yang

sesuai dengan karakteristik siswa SD, khususnya siswa kelas V di SD

Negeri 2 Karanggude.

Meningkatkan tanggung jawab dan prestasi siswa terhadap mata

pelajaran matematika, guru harus menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan namun tujuan dari pembelajaran tetap tercapai. Guru dalam

proses pembelajaran dapat menggunakan strategi pembelajaran maupun

alat peraga pembelajaran. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam

meningkatkan tanggung jawab dan prestasi belajar pada siswa pada mata

pelajaran matematika salah satunya dengan metode penemuan terbimbing

dengan penggunaan alat peraga bangun ruang dan jaring-jaring yang

diharapkan tanggung jawab dan prestasi belajar siswa dapat terus

meningkat.

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


40

Kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

KONDISI AWAL Tanggung jawab dan


prestasi siswa di kelas V SD
N 2 Karanggude masih
rendah

Siklus I
pembelajaran guru
Tindakan
menggunakan metode
penemuan terbimbing
dengan alat peraga bangun
ruang dan jaring-jaring

Siklus II Siswa melaksanakan


pembelajaran guru pembelajaran menggunakan
menggunakan metode Refleksi metode penemuan
penemuan terbimbing
terbimbing dengan alat
dengan alat peraga bangun
ruang dan jaring-jaring peraga bangun ruang dan
jaring-jaring

Siswa melaksanakan
pembelajaran menggunakan
metode penemuan
terbimbing dengan alat Kondisi Akhir
peraga bangun ruang dan
jaring-jaring

Tanggung jawab Prestasi belajar


siswa meningkat matematika
siswa meningkat

Gambar 2.20 Kerangka Berpikir

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016


41

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir penelitian di atas,

maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan penelitian sebagai berikut:

1. Melalui penerapan metode penemuan terbimbing dengan alat peraga

bangun ruang dan jaring-jaring dapat meningkatkan tanggung jawab

siswa kelas V SD Negeri 2 Karanggude.

2. Melalui metode penemuan terbimbing dengan alat peraga bangun ruang

dan jaring-jaring dapat meningkatkan prestasi belajar matematika

materi bangun ruang siswa kelas V SD Negeri 2 Karanggude.

Peningkatan Tanggung Jawab..., Isralinia Vercidyar Rizka, FKIP UMP, 2016

Anda mungkin juga menyukai