GRACIA TIFFANY SIAHAAN. Pengukuran Nilai Target Strength Anakan Ikan Gabus
(Channa striata Bloch 1793) Menggunakan Metode Hidroakustik pada Kondisi Terkontrol.
Dibimbing oleh SRI PUJIYATI dan TOTOK HESTIRIANOTO.
Kata kunci: anakan, hidroakustik, ikan gabus, SIMRAD EK 15, target strength
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana pada
Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan
Disetujui oleh
Pembimbing 1:
Dr. Ir. Sri Pujiyati, M. Si
Pembimbing 2:
Dr. Ir. Totok Hestirianoto, M.Sc.
Diketahui oleh
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas
segala berkat dan rahmatNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Pengukuran Nilai Target Strength Anakan Ikan Gabus (Channa Striata Bloch
1793) Menggunakan Metode Hidroakustik pada Kondisi Terkontrol”. Skripsi yang
dibuat merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan di
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan.
Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada para pembimbing,
Ibu Dr. Ir. Sri Pujiyati, M. Si dan Bapak Dr. rer. nat. Ir. Totok Hestirianoto M.Sc
yang telah membimbing dan banyak memberi saran. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada dosen pembimbing akademik, Bapak Dr. Ir. Bisman Nababan
M.Sc. Terima kasih juga kepada moderator seminar, Bapak Dr. Ir. Nyoman Metta
N. Natih M.Si. serta terima kasih juga kepada penguji luar komisi pembimbing,
Bapak Dr. Steven Solikin, S.I.K., M.Si. dan Bapak Dr. Ayi Rahmat S.Pi., M.Si.
Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada kedua orang tua
serta adik yang telah memotivasi penulis baik secara jasmani dan rohani. Tak lupa
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bang Ari PSP 52, Fachri Ali Badihi,
Dimas Akbar, Adam Maulana, Heti Apriliani, Afifah Hana, Fahrul Afifi, Tsyaniya
Supardan, Alifia Rahayu, Fatimah Nurul Jamilah, Dewi Mindo Caya Bintang, M.
I. Y. Alghifari, Irsyal Ardiansyah, Rayhan Satam, seluruh sahabat penulis yang
tidak tersebutkan serta keluarga Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
angkatan 54 yang telah banyak memberi bantuan dan dukungan dalam penyelesaian
penelitian ini.
Penulis menyampaikan permohonan maaf apabila terdapat tutur kata dan
kesalahan dalam penulisan. Kritik serta saran dari pembaca senantiasa penulis
harapkan demi kebaikan di masa yang akan datang. Semoga karya yang dihasilkan
penulis dapat bermanfaat demi kemajuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya di bidang Ilmu dan Teknologi Kelautan, serta masyarakat luas.
Gracia Tiffany S.
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu jenis ikan yang berasal
dari famili chanidae dan genus channa. Famili Channidae terdiri dari dua genera
Channa dan Parachanna. Genus Channa banyak menyebar pada wilayah Asia
sementara genus Parachanna banyak menyebar pada wilayah Afrika (Froese &
Pauly 2016). Ikan gabus (Channa striata) pada mulanya terintroduksi beberapa
puluh tahun yang lalu ke dalam Danau Sentani. Ikan gabus kemudian berkembang
pesat dan menjadi salah satu jenis ikan tangkapan utama nelayan di sana.
Keberadaan ikan gabus kini memiliki penyebaran sangat luas dan mudah ditemukan
di perairan berlumpur, rawa-rawa, kolam, perairan sungai, serta perairan rawa
gambut dengan kedalaman sekitar 1 meter dan bersembunyi di antara tumbuhan air.
Ikan gabus kemudian naik ke kolom perairan pada saat berburu mangsa seperti
katak, serangga, moluska dan ikan-ikan kecil (Makmur & Prasetyo, 2006).
Ikan gabus sebagai ikan karnivora banyak ditangkap karena rasa dagingnya
yang gurih dan banyak diminati dalam dunia kesehatan karena memiliki kandungan
gizi yang cukup tinggi dibandingkan ikan air tawar lainnya, dengan 70% protein
dan asam amino lengkap (Ardianto 2015). Albumin merupakan kandungan protein
utama dari ikan gabus sehingga ikan gabus banyak dicari dan dikonsumsi oleh
pasien post operasi besar yang rentan mengalami penurunan kadar albumin dalam
darahnya (Peristowati et al. 2015). Ekstrak dari ikan gabus dilaporkan mampu
membantu mempercepat penyembuhan luka (Baie & Sheikh, 2000), memiliki
aktivitas antinociceptive (Zakaria et al., 2007), dan anti inflammatory (Abedi et al.,
2012) sehingga mampu membantu penyembuhan dan penutupan luka pasca-
operasi. Menurut salah satu uji coba yang dilakukan pada pasien post operasi
dengan hypoalbumin di Ruang Graha Hita RSUD dr. Iskak Tulungagung selama
2012-2013, dengan pemberian 2 g ikan gabus terhadap pasien pasca operasi yang
mengalami hypoalbumin selama 7-10 hari menyebabkan peningkatan albumin.
Sebanyak 85% responden memiliki nilai albumin normal (3.5-5 g/dl) dan 15%
responden lainnya menjadi lebih baik (> 5 g/dl). Selain itu, pada luka bekas operasi
tidak terjadi komplikasi seperti infeksi dan berangsur-angsur membaik (Peristowati
et al. 2015).
Manfaatnya yang begitu banyak membuat gabus banyak diburu di
alam.ikan gabus merupakan hewan yang berasal dari alam dan hanya diperoleh
melalui hasil tangkapan (Muslim & Syaifudin 2012). Ikan gabus memang telah
berhasil didomestikasi atau dibudidayakan didalam kolam beton, namun
kelangsungan hidup gabus hanya berkisar antara 60-90% dengan pertumbuhan
bobot sebesar 35-60 gr/ekor yang berarti pertumbuhan gabus masih tergolong lebih
rendah dari ikan budidaya lainnya. Berbeda dengan ikan gabus dewasa yang
ditangkap sebagai ikan konsumsi, ikan gabus anakan lebih banyak ditangkap
sebagai pakan dari ikan hias lainnya. Induk ikan gabus pada habitat aslinya selalu
berada di dekat kumpulan anaknya untuk menjaga sejak masa fertilisasi hingga
anakan gabus memasuki fingerling stage (gabus berukuran 15-20cm) dan anakan
gabus harus segera meninggalkan induk agar tidak dimangsa oleh induknya.
2
Ancaman terhadap anakan gabus secara terus menerus dapat berakhir dengan
kepunahan.
Hal ini menjadi penting untuk mengamati stok baik anakan maupun ikan
gabus dewasa di alam. Menurut MacLennan & Simmonds (1992) pendugaan stok
ikan yang tersedia di alam dapat diperoleh melalui pendekatan akustik. Metode ini
mampu melakukan pendugaan atau estimasi stok secara insitu dan real time dengan
ketelitian dan ketepatan tinggi namun tidak mengganggu target maupun orang yang
mengoperasikan alat tersebut. Metode akustik yang digunakan merupakan metode
akustik aktif yang bekerja dengan prinsip mentransmisikan pulsa suara ke badan air
dan kemudian dipantulkan oleh ikan target (Horne, 2000). Salah satu instrumen
akustik yang menerapkan prinsip metode hidroakustik adalah echosounder
SIMRAD EK15 dengan data yang dihasilkan berbentuk raw data dari target
strength.
Target strength (TS) merupakan rasio intensitas yang dihasilkan oleh single
target diukur pada jarak satu meter dari pusat target relatif terhadap intensitas suara
yang mengenainya (Lurton 2002). Penelitian TS menggunakan target anakan ikan
air tawar telah dilakukan sebelumnya oleh Rizqyawan (2018) terhadap anakan ikan
gurame (Ospronemus gouramy) dengan hasil nilai TS berkisar antara -53.35 dB
sampai dengan -42.77 dB.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan menganalisa hubungan antara Target strength (TS)
dengan panjang total anakan ikan Gabus (Channa striata)
1.3 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam sebagai informasi tambahan
bagi penelitian kedepannya terutama dalam hal pengukuran nilai target strength
spesies gabus lainnya gar dapat meminimalisir tertangkapnya anakan ikan gabus
dan mencegah kelangkaan.
II METODE
2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan pada tanggal 18-19 Desember 2020. Lokasi
penelitian berada di Divisi Akustik, Instrumentasi dan Robotika Kelautan,
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
2.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah 15 ekor anakan ikan
Gabus (Channa Striata) dalam kondisi hidup dengan rentang panjang badan ikan
10-15 cm.
2.3 Alat
Peralatan yang digunakan untuk penelitian ini seperti yang dapat diamati pada
Tabel 1 sementara spesifikasi instrumen SIMRAD EK-15 dapat di lihat pada Tabel
2.
L2 ……………………………………………………………………….......(2)
r
6
dengan r adalah near field (m), L sebagai diameter transduser (m) dan λ adalah
panjang pulsa dari transducer (m).
Pengukuran near field yang dilakukan pada kolam watertank menghasilkan
jarak sebesar 0.38 meter. Hal ini menjadi patokan antara transducer dan letak objek
pada kolam harus melebih jarak 0.38 meter. Jarak antara objek dan transducer saat
melakukan perekaman data berjarak pada rentang 0.9 – 1.4 meter. Perekaman data
pertama kemudian dilakukan menggunakan bola sphere (Gambar 2a) dan
dilanjutkan dengan perekaman ke-15 data ikan gabus (Channa striata) pada
Gambar 2b.
(a) (b)
Gambar 2. Ilustrasi Perekaman data menggunakan bola sphere dan ikan Gabus
Objek direkam menggunakan metode terkontrol atau Tethered Method yaitu
metode yang digunakan dalam pengambilan data dengan membatasi pergerakan
ikan. Ikan terlebih dahulu diikat menggunakan tali monofilamen yang dimasukan
pada bagian insang dan pangkal ekor. Ikan yang digantungkan kemudian
disambungkan dengan pemberat sehingga ikan berada dalam kondisi streamline.
Proses perekaman data pada ikan dilakukan selama ± 10 menit. Hal ini dilakukan
guna memaksimalkan akurasi data yang diperoleh.
Pada diagram alir (Gambar 3) dapat diamati tahapan prosedur kerja yang
dilakukan selama penelitian. Perekaman objek dan bola sphere yang dilakukan
menghasilkan raw data berupa target strength yang kemudian diolah menggunakan
echoview dan analisis regresi.
7
TS dapat ditentukan melalui banyaknya intensitas kejadian dan juga kuat lemahnya
gelombang hambur balik. Hambur balik yang dihasilkan pada dasarnya dipengaruhi
karakteristik ikan. Pada ikan dengan spesies yang sama, semakin panjang ukuran
ikan maka nilai TS nya juga akan semakin besar.
TS= aL b……………………………………………………………………….(6)
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Infrakingdom : Deuterostomia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Infrafilum : Gnathostomata
Superkelas: Actinopterygii
Kelas : Teleostei
Superordo : Acanthopterygii
Ordo: Perciformes
Subordo : Channoidei
10
Famili : Channidae
Genus : Channa
Spesies : Channa striata
Di alam, ikan gabus hidup pada perairan dangkal di kedalaman 1-2 meter
dan sangat jarang ditemui pada kedalaman 10 meter ke bawah. Gabus hidup pada
perairan tenang dan dapat hidup di pada air yang keruh dan rendah oksigen sehingga
tak jarang ditemui pada daerah rawa (Cagauan 2007). Menurut Kordi (2011), Ikan
gabus mampu bertahan hidup pada daerah yang rendah oksigen (mencapai kurang
dari 2 mg.L) karena memiliki alat pernafasan tambahan yaitu di vertikula sehingga
ikan gabus mampu mengambil oksigen langsung dari udara dengan menaikkan
mulut ke permukaan perairan.
Ikan gabus merupakan ikan yang cukup sensitif dengan keadaan
lingkungannya. Ikan gabus mampu hidup dengan baik pada perairan yang memiliki
pH yang berada pada kisaran 6.5 – 9 dan bersuhu suhu 25 – 320C. Ikan gabus dapat
bertahan hidup di luar kondisi tersebut, namun nafsu makan ikan gabus dapat
menurun dan terjadi pertumbuhan bakteri dan parasit (Kordi 2011).
Siklus hidup ikan gabus berawal dengan proses pemijahan yang dilakukan
di sekitar tanaman air pada perairan dangkal dengan arus lemah. Ikan gabus
kemudian membangun sarang berbusa di antara vegetasi lingkungan yang akan
menjadi tempat mengapung bagi telur ikan gabus yang sudah dibuahi. Telur
tersebut selanjutnya mengalami pembentukan embrio dan mulai terbentuk mata dan
tubuh, kemudian menetas menjadi larva dan bertumbuh menjadi benih, lalu menjadi
ikan gabus dewasa (Muslim 2017). Dalam siklusnya tidak secara khusus disebutkan
tahap anakan atau fingerling stage, namun menurut Fitriliyani (2005) ikan gabus
dewasa mampu melakukan pemijahan dengan umur induk sekitar 1 tahun dengan
panjang sekitar 25 cm. sehingga ikan gabus yang digunakan belum dapat dianggap
sebagai ikan gabus dewasa.
Penelitian ini menggunakan gabus sebanyak 15 ekor (Tabel 5) dengan
berbagai ukuran pada rentang 10-15 cm yang akan dianalisis hubungannya antara
panjang dan nilai dari target strength ikan. Terdapat 14 ikan dalam kondisi hidup
selama pengambilan data, namun salah satu ikan mati (Ikan 12).
11
3.3 Echogram
Menurut Hamuna et al. 2018, Echogram merupakan hasil dari rekaman data
echosounder yang berbentuk tampilan grafis yang berfungsi untuk memberikan
informasi tentang kekuatan echo dan waktu yang dibutuhkan echo untuk
memantulkan kembali. Selain itu echogram juga menampilkan informasi seperti
kedalaman, posisi objek serta dasar perairan. Echogram menggunakan piksel
dengan warna-warna yang berbeda sebagai indikator kuat atau lemahnya sinyal
yang diterima untuk membedakan objek, dasar perairan, ataupun noise, Echogram
menggunakan piksel dengan warna-warna yang berbeda sebagai indikator kuat atau
lemahnya sinyal yang diterima. Contohnya, warna merah/hitam menunjukkan
sinyal yang kuat sementara abu-abu/biru menunjukkan sinyal yang lemah. Gambar
5 merupakan echogram yang dihasilkan melalui proses perekaman data anakan ikan
gabus (Channa striata)
12
Permukaan
Ikan Gabus
Dasar Perairan
Gambar 5. Echogram Anakan Ikan Gabus (Channa striata)
Pada Echogram ikan berada pada kedalaman 0.9-1.05 m, bagian atas dari
echogram terdapat warna warna bertumpuk merupakan near field dan pada bagian
bawah dengan warna-warna yang lebih kuat merupakan dasar dari watertank.
Warna pada piksel terlihat lebih kuat karena memantulkan benda yang keras
(Hamuna et al. 2018) selain itu ditemukan juga lapisan noise pada kedalaman 1.6
m. Noise merupakan sinyal pantulan yang berasal dari target yang tidak diinginkan
dan diterima oleh echosounder. Pada pengambilan data secara insitu, Noise dapat
dihasilkan oleh banyak sumber seperti kavitasi pada propeller kapal, aliran air
dalam badan kapal, suara yang dihasilkan hewan, angin, dan pecahan ombak, atau
noise dari hardware echosounder itu sendiri (Urick, 1983) Noise level dapat
berubah secara cepat dengan dipengaruhi oleh kondisi alam, kecepatan vessel,
kedalaman perairan atau struktur dasar laut (Urick, 1983). Perekaman data pada
watertank sebagai kondisi terkontrol secara tidak langsung mengurangi noise yang
diterima echosounder selama perekaman data sehingga nilai noise yang cukup kecil
dapat diabaikan. Noise pada watertank dapat berasal dari timbunan kotoran yang
mengendap pada dasar watertank selama bertahun-tahun dan membentuk
permukaan yang tidak rata. Menurut Boulton dan Wynes (2001) dasar perairan
kasar yang tidak rata dapat menimbulkan gema menyeluruh secara perlahan. Hal
ini berarti gema yang ditimbulkan dari timbunan kotoran pada dasar watertank
dapat terdeteksi dan muncul pada echogram.
Bola sphere diletakkan pada kedalaman 1.63 m dari transducer. Bola sphere
ditandai dengan garis berwarna kuning pada display dengan rentang nilai TS
sebesar -45.57 dB sampai -44.36 dB dan nilai TS rata-rata sebesar -44.74 dB.
Menurut percobaan Forbes et al. (1980) Nilai target strength bola sphere berada
pada rentang nilai -40.00 dB sampai -45.00 dB, sehingga nilai target strength yang
dihasilkan masih masuk kedalam rentangan. Nilai target strength pabrikan bola
sphere sendiri adalah -45 dB.
Dasar perairan berada pada bagian bawah echogram dan ditandai dengan
warna coklat muda dan coklat tua, dengan nilai ini berada pada rentang -20 dB
sampai -25 dB. Menurut penelitian Qomarudin (2018) hal ini berasal dari pantulan
yang dihasilkan oleh keramik dan lapisan kotoran yang tertimbun selama bertahun-
tahun pada dasar watertank.
bagian bawah transduser atau on axis, luasan area tersounding serta kekenyalan
tubuh ikan (daging) dapat mempengaruhi nilai TS.
-30
-3510,00 11,00 12,00 13,00 14,00 15,00
Variable lain sebesar 27.21% dapat terjadi dikarenakan banyak hal. Menurut
Simmonds dan McLennan (2005) selain ukuran, nilai TS juga sangat dipengaruhi
oleh posisi sudut orientasi ikan, Dalam kasus ini nilai TS yang dihasilkan banyak
dipengaruhi oleh sudut orientasi ikan yang terus berubah terhadap transducer
karena adanya pergerakan air yang terus bergeser dan kondisi beberapa sampel ikan
yang digunakan saat perekaman data masih dalam kondisi hidup, Hal ini juga
selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Frouzova (2011) yang
menyatakan bahwa posisi ikan terhadap transducer memiliki pengaruh lebih besar
terhadap nilai TS dibandingkan dengan ukuran ikan.
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis hubungan antara panjang total dan
nilai TS anakan ikan gabus (Channa striata) memiliki hubungan yang sangat kuat
yang ditunjukkan oleh koefisien regresi sebesar 85.31% dan persamaan TS=
64.439ln(L) – 215.66, koefisien determinasi (R2) memiliki nilai sebesar 0.7279
yang berarti 72.79% variabel X (panjang total ikan) dapat menerangkan/
menjelaskan variabel Y dan 27.21% dijelaskan oleh variabel lainnya.
4.2 Saran
Diharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai pengaruh volume gelembung
renang ikan gabus terhadap nilai target strength dan melanjutkannya dengan jenis
keluarga channidae lainnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Sawada, K,, Takao, Y,, Miyanohana, Y,, Kinacigİl, H, T, 2002, Introduction of the
Precise TS Measurement for Fisheries Acoustics, Turkish Journal of
Veterinary and Animal Sciences, 26(2), 209-214,
Simrad, 2012, Installation manual, Simrad EK15 multi-purpose scientific
echosounder, http://www,simrad,com/ ek15, [Retrieved on 20 May 2017],
Smadi, Abdullah A, Nour H, Abu-Afouna, 2012, On Least Squares Estimation in a
Simple Linear Regression Model with Periodically Correlated Errors: A
Cautionary Note, Austrian Journal of Statistics, 41(3): 211–226,
Supranto MA, 2004, Analisis Multivariat: Arti dan Interpretasi, Jakarta (ID): PT
Rineka Cipta,
Syaifudin M, Muslim M, 2012, Pemeliharaan Benih Ikan Gabus (Channa striata)
Pada Media Budidaya (Waring) Dalam Rangka Domestikasi, Majalah
Sriwijaya, 22(15): 21-27
Walpole E, 2001, Pengantar Statistika, Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Zakaria Z A, Jais A M M, Goh Y M, 2007, Amino acidand fatty acid composition
of an aqueous extract of Channa striatus (Haruan) that exhibits antinociceptive
activity, Clin Exp, Pharmacol Physiol, 3: 198–204