Anda di halaman 1dari 18

KARYA TULIS ILMIAH

Penyebab Banjir Bandang di Kalimantan Selatan

Oleh :

Erina Febriyanti
2010811220032
Kelompok RK 10

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET,


DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL
BANJARBARU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul "Teka-teki
Penyebab Banjir Bandang di Kalimantan Selatan” dengan tepat waktu.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari tidak dapat bekerja
seorang diri melainkan bekerja sama dengan berbagai pihak. Maka atas
terselesaikannya laporan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Fuji Hidjriyati, S.Pd., M.Pd. dan Muhammad Yusuf, S.Pd. selaku Guru
Pengampu Bahasa Indonesia saya semasa SMA yang telah mengajarkan
bagaimana membuat karya tulis ilmiah dengan baik dan benar.
2. Kedua orang tua saya yang selalu mendoakan dan menjadi support system
saya dalam keadaan apapun.
3. Bangtan Sonyeondan Kim Namjoon, Kim Seokjin, Min Yoongi, Jung
Hoseok, Park Jimin, Kim Taehyung, dan Jeon Jungkook yang memberikan
motivasi dan semangat melalui karya-karyanya.
4. Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing in me,
I wanna thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for
having no days off, I wanna thank me for never quitting, for just being me
at all times.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan karya tulis ini.

Banjarbaru,

Erina Febriyanti

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................4
2.1 Hakikat Banjir.................................................................................................4
2.2 Jenis-jenis Banjir.............................................................................................5
2.3 Penyebab Banjir Bandang di Kalimantan Selatan..........................................6
2.4 Dampak Banjir Bandang di Kalimantan Selatan............................................8
2.5 Upaya Pencegahan Banjir di Kalimantan Selatan..........................................9
BAB III PENUTUP...................................................................................................12
3.1 Kesimpulan...................................................................................................12
3.2 Saran.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana adalah suatu kejadian atau rangkaian peristiwa yang mengancam
kehidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam atau non-alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan, korban jiwa, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Banjir merupakan salah satu bencana yang
akhir-akhir ini sering terjadi di Indonesia.
Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana suatu daerah atau daratan
terendam atau tergenang air karena volume air yang meningkat. Banjir terjadi karena
banyak hal seperti hujan yang berlebihan, meluapnya aliran sungai, danau, ataupun
lautan. Banjir sangat berbahaya dan berpotensi menyapu bersih seluruh kota, garis
pantai atau daerah, serta menyebabkan kerusakan pada kehidupan dan property.
Banjir juga memiliki kekuatan erosif yang besar dan bisa sangat merusak. Potensi
bencana banjir di Indonesia sangat besar dilihat dari topografi dataran rendah,
cekungan dan sebagian besar wilayahnya adalah lautan. Curah hujan di daerah hulu
dapat menyebabkan banjir di daerah hilir. Apalagi untuk daerah-daerah yang tinggi
permukaan tanahnya lebih rendah atau hanya beberapa meter di atas permukaan air
laut.
Pada bulan Januari lalu, banjir bandang telah menerjang tujuh kabupaten/kota
di Kalimantan Selatan hingga memakan korban jiwa dan menyebabkan 112.709
orang lainnya kehilangan tempat tinggal. Banjir ini juga menyebabkan terendamnya
jalan lintas provinsi di Kalimantan Selatan. Pusat Data Informasi dan Komunikasi
Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan
sebanyak 7 Kabupaten/Kota terdampak banjir itu terdiri dari Kabupaten Tapin,
Kabupaten Banjar, Kota Banjar Baru, Kota Tanah Laut, Kabupaten Hulu Sungai
Tengah, Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong. Bencana banjir kali ini
merupakan bencana banjir terbesar yang terjadi di Kalimantan Selatan. Banjir besar

1
yang menerjang wilayah Kalimantan Selatan pada bulan Januari 2021 ini memantik
perdebatan panjang. Selain karena curah hujan ekstrem, tak sedikit pihak yang
berpendapat penyebab banjir karena masifnya pembukaan lahan. Faktor inilah yang
kemudian dianggap turut andil pemicu banjir besar di Kalimantan Selatan. Terlepas
dari tingginya curah hujan yang tinggi, banjir juga terjadi karena adanya kontribusi
dari dampak pembukaan lahan. Perdebatan ini kini menjadi teka-teki, apa sebenarnya
penyebab terjadinya banjir bandang di Kalimantan Selatan. Berdasarkan pemaparan
di atas, penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah yang bertajuk Penyebab
Banjir Bandang di Kalimantan Selatan.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :
1.2.1 Apa hakikat banjir?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis banjir?
1.2.3 Apa penyebab banjir bandang di Kalimantan Selatan?
1.2.4 Apa dampak dari banjir bandang di Kalimantan Selatan?
1.2.5 Apa upaya pencegahan banjir di Kalimantan Selatan?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan ini bertujuan untuk :
1.3.1 Mendeskripsikan hakikat banjir.
1.3.2 Menjabarkan jenis-jenis banjir.
1.3.3 Mengetahui penyebab banjir bandang di Kalimantan Selatan.
1.3.4 Mengetahui dampak dari banjir bandang di Kalimantan Selatan.
1.3.5 Mengetahui upaya pencegahan banjir di Kalimantan Selatan.

2
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.4.1 Bagi Penulis
Hasil penulisan ini dapat menjadi jawaban dari masalah yang
dirumuskan. Selain itu dengan selesainya penulisan ini diharapkan dapat
menjadi motivasi bagi peneliti untuk semakin aktif menyumbangkan hasil karya
ilmiahnya.

1.4.2 Bagi Pembaca


Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah informasi dan
pemahaman pembaca perihal banjir bandang di Kalimantan Selatan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Banjir

Banjir adalah salah satu bencana alam yang menjadikan kondisi daratan
tergenang oleh aliran air dalam volume yang berlebihan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian banjir adalah “berair banyak dan deras, kadang-
kadang meluap, air yang banyak dan mengalir deras, serta peristiwa terbenamnya
daratan karena volume air meningkat”.
“Banjir di defenisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air
yang melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan kerugian
fisik, sosial dan ekonomi (Rahayu dkk, 2009). Banjir adalah ancaman musiman yang
terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi wilaah
sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak
merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi” (IDEP,2007).
“Banjir merupakan peristiwa dimana daratan yang biasanya kering (bukan
daerah rawa) menjadi tergenang oleh air, hal ini disebabkan oleh curah hujan yang
tinggi dan kondisi topografi wilayah berupa dataran rendah hingga cekung. Selain itu
terjadinya banjir jua dapat disebabkan oleh limpasan air permukaan (runoff) yang
meluap dan volumenya melebihi kapasitas pengaliran sistem drainase atau sistem
aliran sungai. Terjadinya bencana banjir juga disebabkan oleh rendahnya kemampuan
infiltrasi tanah, sehingga menyebabkan tanah tidak mampu lagi menyerap air. Banjir
dapat terjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah hujan yang diatas normal,
perubahan suhu, tanggul/bendungan yang bobol, pencairan salju yang cepat,
terhambatnya aliran air di tempat lain” (Ligak, 2008).
Dikutip dari situs BNPB, Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana
terendamnya suatu daerah atau daratan karena volume air yang meningkat.

4
Sedangkan Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air
yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan banjir adalah peristiwa atau
keadaan dimana suatu daerah atau daratan terendam atau tergenang air yang
disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah aliran air yang tersumbat hingga
volume air yang meluap keluar.

2.2 Jenis-jenis Banjir

Bencana banjir dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembagian ini


berdasarkan sumber banjir yang tidak hanya berasal dari meluapnya air saja,
melainkan terdapat sumber penyebab lainnya (Rosyidie, 2013).

1. Banjir Air Biasa


Banjir air adalah banjir yang disebabkan oleh meluapnya air yang berasal dari
sungai, danau, parit atau selokan yang mengenangi wilayah sekitarnya. Banjir jenis
ini adalah banjir yang sering terjadi dan dialami masyarakat. Pada umumnya, banjir
air disebabkan oleh debit air yang meningkat akibat hujan deras dalam waktu yang
lama.

2. Banjir Rob
Banjir rob adalah genangan air yang terjadi di kawasan pesisir akibat pasang
surut air laut. Biasanya banjir ini terjadi di daerah pinggiran pantai yang memiliki
ketinggian permukaan tanah dibawah permukaan air laut.

3. Banjir Bandang
Banjir bandang merupakan jenis banjir yang sangat berbahaya. Ketika banjir
bandang terjadi, air bercampur dengan material lain, seperti lumpur, bebatuan, dan
batang pohon akan menciptakan kerusakan parah pada daerah-daerah yang
dilewatinya. Banjir ini datang secara tiba-tiba dan diakibatkan oleh intensitas hujan
yang tinggi di daerah pegunungan serta pengaruh kondisi hutan yang gundul.

5
4. Banjir Lahar Dingin
Banjir lahar dingin adalah material letusan gunung api berupa abu, kerikil,
pasir, dan bebatuan yang tersapu air hujan di bagian hulu dan turun melalui lereng
gunung atau sungai-sungai.

2.3 Penyebab Banjir Bandang di Kalimantan Selatan

Terjadinya banjir disebabkan oleh kondisi dan fenomena alam (topografi, curah
hujan), kondisi geografis daerah dan kegiatan manusia yang berdampak pada
perubahan tata ruang atau guna lahan di suatu daerah. Banjir di sebagian wilayah
Indonesia, yang biasanya terjadi pada Januari dan Februari, adalah diakibatkan oleh
intensitas curah hujan yang sangat tinggi. Kodoatie dan Syarief (2006) menjelaskan
faktor penyebab banjir adalah perubahan guna lahan, pembuangan sampah, erosi dan
sedimentasi, kawasan kumuh di sepanjang sungai, system pengendalian banjir yang
tidak tepat, curah hujan tinggi, fisiografi sungai, kapasitas sungai yang tidak
memadai, pengaruh air pasang, penurunan tanah, bangunan air, kerusakan bangunan
pengendali banjir. Berdasarkan kodisi geografisnya, kawasan yang terletak di dataran
banjir mempunyai resiko yang besar tergenang banjir. Selain Jakarta, beberapa kota
besar di Indonesia terletak di dataran banjir sehingga mempunyai resiko yang besar
tergenang banjir.
Terjadinya banjir juga dipengaruhi oleh kegiatan manusia atau pembangunan
yang kurang memperhatikan kaidah-kaidah konservasi lingkungan. Banyak
pemanfaatan ruang yang kurang memperhatikan kemampuannya dan melebihi
kapasitas daya dukungnya. Akibat dari berkurangnya ruang terbuka hijau kota maka
tingkat infiltrasi di kawasan tersebut menurun sedangkan kecepatan dan debit aliran
permukaannya meningkat. Ketika turun hujan lebat dalam waktu yang lama, maka
sebagian besar air hujan akan mengalir diatas permukaan tanah dengan kecepatan dan
volume yang besar dan selanjutnya terakumulasi menjadi banjir.

6
Banjir di Kalimantan Selatan diduga disebabkan oleh intensitas curah hujan
yang tinggi sehingga memicu luapan air sungai sejak 9 Januari 2021. Di Kecamatan
Pelaihari, air sungai telah meluap sejak Minggu, 3 Januari 2021. Namun, Direktur
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Kalimantan Selatan, Dwi Cahyono,
berpendapat bahwa banjir disebabkan oleh degradasi lingkungan akibat ratusan
lubang pertambangan yang tidak dilakukan reklamasi dan hampir lima puluh persen
dari 3,7 juta hektare lahan dikuasai oleh perusahaan tambang dan kelapa sawit. Ia
juga mengatakan, perlunya melihat kondisi hulu dan hilir kondisi lingkungan
Kalimantan Selatan dan jangan hanya menyalahkan hujan. Kalsel sendiri sejak tahun
2005 yang memiliki luas tutupan lahan sebanyak 1,18 juta hektare tersisa menjadi
0,92 juta di tahun 2019. Perubahan guna lahan tersebut, ditambah kalau daerah
tersebut ditimpa hujan ekstrem, menjadikan wilayah Kalsel yang memang secara
morfometri dan morfologi sangat rentan terhadap banjir.
Banjir besar kali ini kemungkinan mengulang periode peristiwa yang pernah
terjadi pada 1928. Di tempat lain yang berdekatan, Sungai Lulut yang berjarak 1 km
dari Sungai Martapura, pernah terjadi pula banjir di tahun 2006 namun hanya semata
kaki. Namun begitu, jalanan terendam hampir 2 bulan. Di saat seperti itu, penduduk
membuat panggung untuk tidur, menyelamatkan barang, serta perahu dibawa masuk
ke rumah.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah melakukan
analisis mengenai penyebab banjir yang terjadi sejak 12-13 Januari 2021 di
Kalimantan Selatan. Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lapan M. Rokhis
Khomarudin mengatakan, pengamatan curah hujan dengan data satelit Himawari-8
menunjukkan bahwa liputan awan penghasil hujan terjadi sejak 12 Januari hingga 13
Januari, dan masih berlangsung hingga 15 Januari 2021. Ia juga menjelaskan antara
tahun 2010 hingga 2020 terjadi penurunan luas hutan primer sebesar 13.000 hektare,
hutan sekunder 116.000 hektare, sawah dan semak belukar masing-masing 146.000
hektare dan 47.000 hektare. Sebaliknya, area perkebunan meluas "cukup signifikan"
219.000 hektare. Kondisi tersebut, memungkinkan terjadinya banjir di Kalimantan

7
Selatan, apalagi curah hujan pada 12 hingga 13 Januari 2020 sangat lebat berdasarkan
pantauan satelit Himawari 8 yang diterima stasiun di Jakarta.
Greenpeace Indonesia menduga banjir bandang melanda Kalimantan Selatan
lantaran daerah aliran sungai (DAS) telah kehilangan sekitar 304.225 hektare tutupan
hutan sepanjang 2001–2019. Sebagian besar sudah berubah menjadi perkebunan
kelapa sawit. Juru bicara kampanye hutan Greenpeace Indonesia Arie Kompas
menjelaskan bahwa DAS merupakan wilayah yang seharusnya menampung air hujan
di Kalimantan Selatan. Namun karena tutupan hutannya berkurang drastis,
kemampuan menampung air jadi berkurang.

2.4 Dampak Banjir Bandang di Kalimantan Selatan

Secara umum dampak banjir dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.
Dampak langsung relatif lebih mudah diprediksi dari pada dampak tidak langsung.
Dampak yang dialami oleh daerah perkotaan dimana didominasi oleh permukiman
penduduk juga berbeda dengan dampak yang dialami daerah perdesaan yang
didominasi oleh areal pertanian. Banjir yang menerjang suatu kawasan dapat merusak
dan menghanyutkan rumah sehingga menimbulkan korban luka-luka maupun
meninggal. Banjir juga dapat melumpuhkan armada angkutan umum (bus mikro,
truk) atau membuat rute menjadi lebih jauh untuk bisa mencapai tujuan karena
menghindari titik genangan.
Banjir juga merupakan bencana yang relatif paling banyak menimbulkan
kerugian. Kerugian yang ditimbulkan oleh banjir, terutama kerugian tidak langsung,
mungkin menempati urutan pertama atau kedua setelah gempa bumi atau tsunami
(BNPB, 2013). Bukan hanya dampak fisik yang diderita oleh masyarakat tetapi juga
kerugian non-fisik seperti sekolah diliburkan, harga barang kebutuhan pokok
meningkat, dan kadang sampai ada yang meninggal dunia.
Seperti halnya banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan, Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 112.709 warga mengungsi dan 27.111
rumah terendam akibat banjir ini. Jalan lintas provinsi terendam sehingga
mengganggu aktivitas ekonomi. Diketahui, banjir merendam Jalan Gubernur

8
Syarkawi yang membentang dari Kecamatan Gambut ke Kecamatan Sungai Tabuk,
Kabupaten Banjar. Jalan ini juga menghubungkan ke Desa Trantang, Kecamatan
Mandastana, Kabupaten Barito Kuala.  Jalan tersebut diketahui berlubang. Ketika
hujan turun, jalan yang rusak itu kerap terendam air sehingga sangat membahayakan
pengendara mobil maupun motor yang melintas. Jembatan di Jalan Ahmad Yani km
55, Mataraman, Banjar, pun terputus akibat terjangan banjir.
Pada 11 Januari 2021 bahwa lima mayat ditemukan oleh warga di Hantakan,
Hantakan, Hulu Sungai Tengah. Diduga masih ada puluhan korban hilang lainnya.
Seorang balita ditemukan tewas setelah terseret banjir di Banjarbaru pada 14 Januari
2021. Hujan yang terus mengguyur juga menyebabkan longsor di Tungkaran,
Pelaihari, Tanah Laut, dan satu orang dinyatakan tertimbun pada 15 Januari 2021
(Wanda, 2021). Sedangkan pada 17 Januari 2021 menyatakan bahwa korban jiwa
berjumlah 15 orang dengan rincian Kabupaten Tanah Laut 7 orang, Kabupaten Hulu
Sungai Tengah 3 orang, Kota Banjar Baru 1 orang, Kabupaten Tapin 1 orang, dan
Kabupaten Banjar 3 orang (BNPB, 2021).

2.5 Upaya Pencegahan Banjir di Kalimantan Selatan

Mengingat banjir sudah terjadi secara rutin, makin meluas, kerugian makin
besar, maka perlu segera dilakukan upaya-upaya untuk mencegah dan menanggulangi
dampaknya, yang dapat dilakukan secara structural maupun non structural (Grigg,
1996 dalam Kodoatie dan Syarief, 2006). Upaya secara struktural diantaranya berupa
tindakan menormalisasi sungai, pembangunan waduk pengendali banjir, pengurangan
debit puncak banjir, dll. Upaya ini telah dilakukan di beberapa daerah.
Selain beragam upaya tersebut, juga dilakukan early warning system
(peringatan dini) agar pihak yang terkait dapat melakukan antisipasi sejak dini
sehingga dapat meminimalisir dampaknya. Upaya agar setiap rumah membuat sumur
resapan untuk menampung air hujan, sehingga dapat mengurangi banjir dan
menambah cadangan air tanah. Upaya non-struktural berupa upaya penyesuaian dan
pengaturan kegiatan manusia supaya harmonis dan serasi dengan lingkungan. Contoh

9
upaya non-strktural adalah pengaturan maupun pengendalian penggunaan lahan atau
tata ruang, penegakan peraturan/hukum, pengawasan penyuluhan kepada masyarakat,
dll.
Penanganan banjir secara menyeluruh dan berkelanjutan menjadi tugas dan
tanggung jawab semua pihak baik instansi teknis maupun lembaga lain yang terkait
serta masyarakat. Kerjasama inter dan antar mereka harus dilakukan agar
memperoleh hasil yang optimal. Melalui beragam upaya struktural dan non-struktural
yang terpadu serta berkelanjutan maka kejadian banjir di masa mendatang dapat
diperkecil baik kejadian maupun dampaknya. Upaya pengendalian banjir melalui
pengelolaan DAS selama ini dianggap belum berhasil dengan baik antara lain karena
kurangnya koordinasi atau keterpaduan dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan pengelolaan DAS termasuk dalam hal pembiayaannya. Hal ini terutama
disebabkan oleh banyaknya instansi yang terlibat dalam pengelolaan DAS
(Departemen Kehutanan, 2009).
Apa pun faktor penyebabnya, banjir mengikuti kaidah ilmu hidrologi. Air
mengikuti mekanisme alur neraca air yang telah diatur oleh alam. Banjir terjadi akibat
volume aliran air di permukaan tanah (run off) lebih besar dibanding volume yang
berinfiltrasi ke dalam tanah. Dalam konsep pengelolaan daerah aliran sungai (DAS),
air hujan yang jatuh di suatu wilayah daratan akan ditangkap oleh daerah tangkapan
air (catchment area) dan dialirkan ke sungai utama dan bermuara ke laut.
Konektivitas hulu-hilir DAS menjadi penting karena DAS tidak mengenal wilayah
administratif.
DAS Barito berada dalam wilayah empat provinsi di Kalimantan. Namun
karena posisi provinsi ini di bagian tengah dan hilir, sementara hulu ada di
Kalimantan Timur dan Tengah, maka apabila terjadi limpasan air dengan volume
tinggi, yang paling terdampak banjir adalah Kalimantan Selatan. Menjaga tutupan
hutan (forest coverage) di hulu dan tengah menjadi keharusan untuk menjaga
keseimbangan hidrologi hilir. Makin luas tutupan hutannya dan makin rapat pohon
serta  makin berlapis strata tajuknya akan makin banyak pula air hujan yang masuk ke
dalam tanah. Artinya, tutupan hutan di hulu DAS Barito merupakan faktor utama

10
banjir, terlepas dari faktor lain yang disebut di atas. Karena sesungguhnya tutupan
hutan merupakan faktor variabel yang dapat diubah dan dibuat oleh manusia,
sedangkan penyebab banjir lainnya sifatnya tetap (faktor konstanta).
Bagaimana mungkin luas hutan di DAS Barito yang tinggal 20% mampu
menahan volume hujan ekstrem yang mencapai 8-9 kali lipat curah hujan normal?
Wajar apabila alih fungsi lahan hutan untuk pertambangan dan kebun sawit dianggap
sebagai faktor penyebab banjir. Pemerintah seharusnya antisipatif mengkaji ulang
izin-izin pemanfaatan kawasan hutan yang tidak mendukung kelestarian lingkungan
sambil menggalakkan program rehabilitasi hutan dengan penanaman pohon secara
massal dan masif dan berskala luas (Susetyo, 2021).
Satu satu solusi jangka panjang mengurangi besar dan kecepatan aliran
permukaan tanah adalah dengan menanam pohon. Makin banyak penutupan pohon
kesempatan air berinfiltrasi ke dalam tanah makin besar dibanding dengan air yang
mengalir di permukaan tanah. Besarnya jumlah dan jenis pohon yang ditanam
tergantung dari agroklimat dan fungsi kawasannya. Dalam kawasan hutan yang
berfungsi sebagai daerah tangkapan air mutlak perlu pohon berdaun lebar dengan
perakaran dalam dengan jarak tanam yang rapat. Di luar kawasan hutan, perlu pohon
bermanfaat ganda secara hidrologi dan ekonomis. Biasanya pohon buah-buahan.
Untuk daerah yang topografi curam dan sangat curam penanaman pohon sebaiknya
monokultur, sedangkan untuk yang landai dan datar, dapat dicampur dengan tanaman
semusim dan tanaman pangan dalam bentuk budidaya agroforestry, sedangkan pada
kawasan budidaya dan pemukiman penanaman dan pemilihan jenis pohon dapat
dilakukan sesuai kebutuhan (Susetyo, 2021). Budaya menanam pohon perlu
digalakan mengingat negara kita merupakan daerah rawan bencana banjir dan longsor
pada musim hujan.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyusunan karya tulis ini dilatarbelakangi oleh perdebatan panjang mengenai


banjir besar yang menerjang wilayah Kalimantan Selatan pada bulan Januari 2021.
Diketahui bahwa banjir di Kalimantan Selatan disebabkan oleh intensitas curah hujan
yang tinggi sehingga memicu luapan air sungai sejak 9 Januari 2021. Direktur
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Kalimantan Selatan, Dwi Cahyono,
berpendapat bahwa banjir disebabkan oleh degradasi lingkungan akibat ratusan
lubang pertambangan yang tidak dilakukan reklamasi dan hampir lima puluh persen
dari 3,7 juta hektare lahan dikuasai oleh perusahaan tambang dan kelapa sawit.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Greenpeace
Indonesia menduga bahwa banjir di Kalimantan Selatan diakibatkan oleh daerah
aliran sungai (DAS) telah kehilangan sekitar 304.225 hektare tutupan hutan sepanjang
2001–2019. Sebagian besar sudah berubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Kondisi
tersebut, memungkinkan terjadinya banjir di Kalimantan Selatan, apalagi curah hujan
pada 12 hingga 13 Januari 2020 sangat lebat.
Bila kecenderungan pembangunan dan perilaku masyarakat terhadap
lingkungan masih seperti saat ini maka bencana banjir, dan bencana lain, yang
diakibatkan oleh kegiatan manusia, akan lebih sering terjadi di banyak daerah dengan
intensitas yang makin tinggi dan dampak yang semakin besar dan luas. Program
pengendalian banjir sudah banyak dilakukan namun banjir (frekuensi, lamanya,

12
intensitas, luas genangan) terus meningkat. Perubahan tata ruang atau guna lahan
lebih banyak pengaruh atau kontribusinya terhadap terjadinya banjir dibandingkan
dengan pembangunan fisik pengendali banjir.
Satu satu solusi jangka panjang mengurangi besar dan kecepatan aliran
permukaan tanah adalah dengan menanam pohon. Makin banyak penutupan pohon
kesempatan air berinfiltrasi ke dalam tanah makin besar dibanding dengan air yang
mengalir di permukaan tanah.

3.2 Saran

Berdasarkan pemaparan di atas, cara terbaik untuk mencegah terjadinya banjir


di Kalimantan Selatan adalah perlunya budaya penanaman pohon serta perencanaan
tata ruang wilayah dan Kota perlu diperhatikan. Melalui upaya kerjasama dari
berbagai pihak dan daerah diharapkan dapat berkontribusi dalam pengelolaan
bencana banjir khususnya memperkecil kemungkinan dampak yang terjadi serta
memanfaatkan potensi dan peluang yang tersedia di kawasan bencana banjir dengan
tetap memperhatikan kondisi masyarakat setempat.

13
DAFTAR PUSTAKA

BBC News Indonesia. 2021. “Banjir di Kalsel 'dipicu' berkurangnya area hutan
primer
dan sekunder, KLHK: penurunan area hutan di DAS Barito 62,8%”,
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-55696841, diakses pada
21 Juni 2021 pukul 20.30

CNN Indonesia. 2021. “Banjir Kalimantan Selatan: 5 Warga Tewas, 112 Ribu
Mengungsi”,https://www.cnnindonesia.com/nasional/2021011707801-20-
594710/banjir-kalimantan-selatan-5-warga-tewas-112-ribu-mengungi,
diakses pada 21 Juni 2021 pukul 20.15

Mardikaningsih, S. M., Muryani, C., Nugraha, S. 2017. Studi Kerentanan Dan


Arahan
Mitigasi Bencana Banjir Di Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen Tahun
2016. Jurnal GeoEco. 3 (2) : 157 – 163.

Rosyidie, A. 2013. Banjir: Fakta dan Dampaknya, Serta Penngaruh dari Perubahan
Guna Lahan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 24 (3) : 241 – 249.

Susetyo, P. D. 2021. “Cara Mencegah Banjir Kalimantan Selatan”,


https://www.forestdigest.com/detail/991/banjir-kalimantan-selatan, diakses
pada 21 Juni 2021 pukul 20.40

14
15

Anda mungkin juga menyukai