Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

CERITA INSPIRATIF

Disusun Oleh:
Nama : Yasmin Mutiara Mumtaz
Kelas : IX. A
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Guru Pengampu : Yuni Hartati, S.Pd.

SMP NEGERI 32 OGAN KOMERING ULU


TAHUN AJARAN
2021/202
Cerita Inspiratif
“Hakim Pembuat Susu”
Karya : D.Y. WITANTO

Kisah ini merupakan kisah hidup dari seorang Hakim, ia bernama Reza, hakim baru yang
bertugas di suatu pengadilan. Ia memiliki seorang putri yang baru berusia 2 tahun bernama Keisa.
Kebiasaan Reza menggendong anaknya itu sebelum berangkat ke kantor dan membuatkan susu
untuknya. Namun, ada suatu kejadian hingga sang hakim terpikir tidak bisa membuat susu lagi
untuk anaknya.
Suatu ketika jadwal persidangan padat, Reza terlihat kelelahan. Tak lama kemudian datang
seorang laki-laki separuh baya didampingi seorang Satpam kantor pengadilan masuk ke ruang Reza.
Laki-laki tersebut sambil menjinjing tas berwarna hitam, masuk ruangan setelah Reza
mempersilakan. Setelah duduk di depan mejanya, Reza langsung bertanya kepada laki-laki tersebut,
“Mohon maaf Bapak ini siapa ya?”.
“Saya orang tuanya Dio Pak, terdakwa kasus narkoba yang tadi Bapak sidangkan,” jawab
laki-laki itu. Mendengar pengakuan orang itu wajah Reza terlihat berubah. “Oh begitu, ada perlu
apa ya?” tanya Reza lagi.
“Begini Pak, saya mau minta tolong sama Bapak kiranya bisa meringankan hukuman bagi
anak saya, ini sebagai ungkapan terima kasih, saya serahkan uang Rp50 juta untuk Bapak,” ujar
orang tua sang terdakwa kasus narkoba tersebut.
Orang tua itu kemudian mengeluarkan sebuah bungkusan warna coklat dalam tasnya, lalu ia
letakkan diatas meja. Melihat bungkusan itu Rezaterdiam. Ia pandangi bungkusan di depan mejanya
dengan perasaan campur aduk. Pandangannya kosong, menerawang seolah dalam kebimbangan.
Kemudian, Reza turun dari ruangannya membawa dua tas. Tas yang satu berisi laptop
miliknya dan satu lagi tas berisi bungkusan berbalut kertas berwarna coklat. Reza pergi tergesa-gesa
tanpa menyapa orang-orang yang sedang berkumpul di ruang lobi pengadilan. Ia langsung bergegas
menuju tempat parkir dan pergi dengan sepeda motornya meninggalkan kantor pengadilan.
Sesampainya di rumah, langsung masuk ke dalam kamarnya, ia mengambil bungkusan
warna coklat dari dalam lemarinya. Setelah perlahan dibuka, bungkusan itu berisi uang pecahan
seratus ribuan yang sangat banyak. Ketika dihitung satu per satu berjumlah Rp50 juta. Tak lama
kemudian, terdengar suara rengekan Keisa di kamar yang meminta dibuatkan susu.
“Ayah, buatkan Keica cucu, Keica ngantuk!” saut Keisa. Tidak lama Reza langsung
bergegas mengambil sebuah dot susu di dapur. Baru saja menuangkan air susu ke dalam dot, tiba-
tiba ada dua orang memakai rompi menggedor pintu rumahnya. “Buka pintunya, buka pintunya!”
saut orang dari luar yang memakai rompi itu.
Reza kemudian membukakan pintu, tiba-tiba tangan Reza diborgol, yang ternyata kedua
orang tersebut adalah petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). “Hei ada apa ini?” teriak
Reza. Istri Reza mendengar kegaduhan dan menghampiri sambil menggendong Keisa yang sedang
menangis meminta susu.
Terlihat sebuah pemandangan yang menegangkan di ruang tamu. Reza meronta-ronta sambil
dipegangi kedua orang tersebut. “Maaf Bu, kami petugas KPK, suami Ibu terpaksa kami tangkap
karena telah terlibat kasus penyuapan. Ini surat perintah penangkapannya,” tutur salah satu petugas
KPK kepada istri Reza. Lalu, mereka menggeledah dan mengambil tumpukan uang diatas meja.
Keisa menangis dan menjerit minta pada ayahnya untuk dibuatkan susu. “Ayah, bikinin
Keica susu.. Keica mau bobo.” Ungkapan tersebut terus diulang-ulang membuat suasana rumah
semakin tegang. Lalu, Reza dibawa masuk ke dalam mobil Innova di pekarangan rumahnya sambil
menatap Keisa yang masih merengek-rengek minta susu.
Cerita diatas ternyata hanya imajinasi dari Reza saat pikirannya menerawang dalam
kebimbangan menghadapi situasi tawaran hendak disuap. “Pak, Pak, jadinya bagaimana, apakah
Bapak bisa membantu anak saya?” sergah orang tua terdakwa kasus narkoba menanyakan kejelasan
tawaran dimaksud.
Reza langsung terkejut dan tersadar dari lamunannya. Dengan spontan ia berkata, “Tidak!
Aku ingin selalu membuatkan susu untuk anakku.” Suara itu cukup keras diucapkan Reza hingga
orang di depannya jadi ketakutan. “Maksud Pak Hakim?” tanya orang tua itu lagi dengan rasa
penasaran dan terlihat agak gemetar.
“Uang itu akan membuat saya tidak bisa lagi membuatkan susu bagi anakku,” tegasnya
sambil jarinya menunjuk sebuah bungkusan coklat diatas meja. “Keluar dari ruangan ini! Sebelum
si pembuat susu akan semakin marah!” bentak Reza sambil menepuk-nepuk dadanya. “Pergi dan
bawa uangmu itu!” pintanya.
Lalu, orang tua itu pun pergi sambil mengambil bungkusan coklat di depannya dan bergegas
keluar ruangan Reza dengan setengah berlari. Reza mengusap wajahnya dengan kedua telapak
tangannya sambil berujar “Astaghfirullah, hampir saja saya tergoda dengan uang itu.” Kemudian, ia
pun bergegas meninggalkan ruang kerjanya dan kembali ke rumah melanjutkan kebiasaannya
menggendong dan membuatkan susu untuk Keisa, sang anak tercinta.

Anda mungkin juga menyukai