Anda di halaman 1dari 4

Nama: Salsabilla Maharani

Kelas: 9E

Absen: 24

Tugas: Bahasa Indonesia

Tema: Keluarga

Judul: Botol Keluarga Cempaka

Orientasi

Rumah megah keluarga cempaka sedang berduka. Kepala keluarga mereka baru saja meninggal dunia
pekan lalu menyusul permaisurinya yang telah pergi lebih dulu. Keempat anaknya sedang berkumpul di
rumah itu untuk menunggu pembacaan wasiat yang ditinggalkan oleh sang Ayah.

Komplikasi

Tak lama pengacara keluarga itu pun tiba. Ia adalah orang berwenang yang akan membacakan surat
wasiat keluarga cendana. Tanpa basa-basi sang pengacara lantas membuka surat wasiat yang masih
disegel di dalam amplop tersebut. Namun, ketika melihatnya matanya berkerut. Ia sempat tertegun dan
tampak keheranan membacanya. Anak pertama dari keluarga cempaka pun lantas bertanya

“ada apa pak? Kok bapak tampak keheranan begitu.” tanyanya.

Klimaks

Sang penjaga surat wasiat akhirnya mulai berbicara.

“Mohon maaf, tapi tampaknya isi surat wasiat ini akan cukup mengagetkan,” sambil menghela nafas ia
segera membacakan surat tersebut.

“Saya menyerahkan seluruh harta benda yang saya miliki kepada yayasan sosial perusahaan saya, yakni
Cempaka Foundation untuk kemudian digunakan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan
yayasan dengan misinya untuk memaksimalkan bantuan sosial dalam seluruh sektor kehidupan,”

“Sementara itu, untuk keempat anak saya, saya mewariskan masing-masing satu buah botol berisi air
mineral untuk dimaksimalkan menjadi bekal kehidupan bagi kalian semua.”

Semua terdiam dalam keheningan.

Resolusi
Pembaca surat wasiat kemudian membuka koper yang benar saja isinya adalah botol kaca yang berisi air
bening. Anak pertama keluarga cempaka lalu mengambil salah satu botol dan segera membukanya.

“Ini sih air mineral biasa” sambil mengeluarkan isinya.

Tak lama ia pun keluar dari rumah itu dengan wajah murka. Ia lantas melemparkan botol itu ke got
didekat rumahnya. Namun, anak-anak yang lainnya lantas memandangi ketiga botol yang tersisa.
Mereka mendiskusikan apa maksud dari peninggalan warisan tersebut.

Ternyata, selang beberapa tahun kemudian anak kedua keluarga cempaka sukses meluncurkan produk
jus buah botolan yang dihargai sepuluh ribu namun telah dijual di hampir seluruh warung, supermarket,
dan pasar di Indonesia.

Sementara itu anak ketiga telah menjalin kerja sama dengan koperasi madu nusantara untuk menjual
madu botolan yang dijual senilai seratus ribu rupiah.

Kemudian, si bungsu dari keluarga cempaka telah menemukan tumbuhan baru yang memiliki
wewangian khas dan tidak dapat ditemukan di manapun dan telah mendapatkan kontrak tetap untuk
bekerja sama dengan perusahaan parfum ternama. Tak perlu dipertanyakan lagi harganya, jutaan rupiah
untuk satu botol.

Koda

Rupanya, itulah maksud dari warisan peninggalan orang nomor satu keluarga cempaka tersebut. Botol
yang sama bernilai tergantung dari isinya. Botol seumpama manusia yang pada dasarnya sama. Namun,
memiliki hati dan pandangan yang berbeda. Kebaikannya tidak dilihat dari fisik, namun justru dari isi
hatinya meliputi: keimanan, kejujuran, kemuliaan, kebaikan dengan manusia lain.

Tema: Keluarga

Judul: Bunga untuk Ibu

Orientasi
Kios bunga Pak Tono sedang kebanjiran pesanan. Ia sedang sibuk memindahkan ratusan karangan bunga
ke atas mobil kol baknya. Ditengah kesibukannya, seorang perempuan muda tiba-tiba menghampirinya,
dan berkata

“Maaf pak, kalau harga karangan bunga yang kecil itu berapa?”

Pak Tono menghiraukannya untuk beberapa saat, kemudian menjawab “lima puluh ribu, neng”
jawabnya.

“Maaf pak, apakah ada yang tiga puluh ribu saja?” balas perempuan itu.

Kali ini pak Tono menatap wajah perempuan itu dan tersadar tampaknya perempuan itu baru berumur
belasan tahun dan mungkin baru menginjak bangku SMP. Hanya saja tinggi badannya sempat
mengelabui Pak Tono. Penjual bunga itu lantas balik bertanya

“Untuk siapa bunganya de? Bunganya boleh diambil dengan tiga puluh ribu saja” jawabnya sambil
tersenyum.

“Terima kasih pak, untuk Ibu saya”.

Komplikasi

“Ade ke sini jalan kaki? Pulangnya kemana?”

“Ke arah Sukamulya pak,” Jawab gadis itu.

“Saya juga kebetulan menuju ke arah sana, kalau mau sekalian bapak antar saja” Awalnya, perempuan
itu tampak ragu, namun akhirnya menerima tawaran Pak Tono.

Pak Tono lantas berangkat bersama dengan perempuan muda yang membeli satu karangan bunga
tersebut.

“Ade nanti bilang aja berhentinya di mana ya” “Iya pak, sebentar lagi juga sampai”

Tak lama, dari kejauhan Pak Tono melihat kerumunan di dekat gapura pemakaman umum.

“Inalillahi, sepertinya ada yang sedang dimakamkan de” ucap Pak Tono sambil memelankan laju
kendaraannya.

Klimaks

Perempuan itu tidak menggubrisnya dan malah meminta pak Tono untuk menghentikan mobilnya. “Saya
turun di depan pak”. Pak Tono kemudian menepikan mobilnya tepat di depan gapura pemakaman
umum yang telah ia lihat dari kejauhan. Perempuan itu lalu turun dan mengucapkan terima kasih
kepada pak Tono dengan senyum yang menutupi air matanya. Pak Tono terdiam sejenak sambil melihat
perempuan itu memasuki gerbang pemakaman.

Resolusi
Ia lantas memutarbalikkan mobilnya dan menancap gas sekencang-kencangnya. Ia sudah tidak
mempedulikan pesanan bunga yang harus diantarkannya. Pikirannya hanya tertuju pada rumah
orangtuanya yang berjarak cukup jauh dari kota itu.

Koda

Sudah dua tahun lebih Pak Tono belum sempat pulang untuk menjenguk ibunya. Melihat peristiwa tadi,
ia sadar betapa beruntungnya bahwa ibunya masih diberi kesehatan sehingga masih mampu
menginjakan kakinya di dunia ini. Padahal, perempuan tadi tampak masih sangat muda dan
kemungkinan besar ibunya pun meninggal di usia yang jauh lebih belia dibandingkan dengan orangtua
Pak Tono. Terkadang apa yang kita miliki baru terasa ketika cerminan pahitnya berdiri di depan kita.

Anda mungkin juga menyukai