Anda di halaman 1dari 2

Di hari yang sama ketika flashdisk milikku hilang, ada beberapa teman yang juga ikut ke

perpustakaan. Satu di antaranya ialah Reza. Mantan teman dekatku yang beberapa bulan terakhir ini
aku sering cekcok dan perang dingin dengannya.
Perasaanku tertutup dan akal sehatku menuduh Reza sebagai dalang hilangnya flashdisk di
perpustakaan. Ketika aku berada di kelas saat hendak memulai perkuliahan tanpa tedeng aling-aling
aku menuju ke tempat duduk Reza.
"Kamu ke manakah flashdisk milikku, Za?" cetusku.
"Apa maksudmu?" Reza menimpali bingung.
"Jangan pura-pura tak tahu, kamu pasti yang mengambil flashdisk punyaku ketika kita berada di
perpustakaan tempo hari," desakku.
"Ha?" Reza berdiri, terpancing.
"Jangan asal nuduh, aku sama sekali tak tahu," nada suaranya mulai ikut naik.
Sadar ada keributan di kelas, semua mata orang di kelas tertuju pada kami.
Kini, aku dan Reza saling berhadapan berdiri. Bagai dua orang yang siap berkelahi.
Temanku Boy lalu berdiri mencoba menengahi.
"Ada apa ini ribut-ribut?"
"Ini si Reza maling flashdisk di perpustakaan," ungkapku.
Tak terima disebut maling, Reza kemudian mulai menarik kerah kaosku.
"Jangan omonganmu, hati-hati kalau bicara!” ujar Reza marah.
Ketika di ujung tanduk dan hampir terjadi perkelahian, Pak Sony kemudian masuk kelas.
Ia kaget karena melihat pemandangan kelas yang sudah memanas. Pak Sony lalu bertanya setengah
bingung.
"Ada apa ini? Sudah jangan ribut di kelas," ungkapnya hendak melerai.
Kemudian Boy menceritakan apa yang sedang terjadi. Pak Sony lantas mengeluarkan sesuatu di
dalam tasnya.
"Tadi ada petugas perpustakaan menghampiri bapak memberikan FD ini. Si petugas ngomong kalau
FD ini terjatuh di tangga perpus. Setelah di cek ternyata ini punya kamu, Marsel," jelas Pak Sony.
Hatiku bergetar kencang, antara senang dan malu. Senang FD milikku ditemukan, malu karena sudah
menuduh Reza tanpa bukti kuat. Pak Sony pun kemudian mencoba mendamaikan aku dan Reza.
Lantara salah, aku langsung meminta maaf kepada Reza karena sudah menuduhnya sembarangan.
Mulanya Reza enggan untuk menerima maaf sebab ia kesal bukan main sudah dituduh sembarangan.
Namun, Pak Sony dan teman di kelas mencoba mencairkan suasana dan menjelaskan ini cuma salah
paham. Sebagai gantinya aku pun berjanji akan memberikan Reza makan siang.
Pak Sony juga memberikan petuah agar tak main tuduh ke orang, meski orang itu sedang punya
masalah denganku. Apa pun yang terjadi, kita harus berpikir jernih.
Aku kemudian meminta maaf ke Reza, Pak Sony, dan teman-teman di kelas.

Anda mungkin juga menyukai