Anda di halaman 1dari 3

Dahulu kala, ada sebuah negeri yang bernama Negeri Bunga yang berada di kecamatan Danau Kerinci.

Di
sana hiduplah seorang perempuan bernama Putri Tangguk dan suami beserta ketujuh anaknya. Putri
Tangguk dan suaminya bekerja sebagai petani. Setiap hari, Putri Tangguk dan suaminya bekerja
membajak sawah demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Mereka bekerja sampai lupa untuk
mengurusi anak-anaknya dan juga berhubungan dengan keluarga mereka. Putri Tangguk menyadari
bahwa ia pun harus mengurusi anak-anaknya serta keluarganya.

Putri Tangguk mengatakan kepada suaminya bahwa mereka harus bekerja sampai gudang persediaan
padi mereka penuh sehingga mereka tidak perlu bekerja selama persediaan masih cukup. Ia mengatakan
kepada suaminya demikian dan suaminya pun menyetujui. Mereka pun mulai bekerja untuk memenuhi
gudang persediaan padi mereka.

Suatu hari Putri Tangguk sedang berjalan ke sawah bersama dengan suami beserta ketujuh anaknya.
Jalan sedang licin karena hujan yang turun. Putri Tangguk pun terpeleset. Ia marah dan memaki jalanan
tersebut. Sepulang dari sawah, Putri Tangguk menabur padi di jalanan tersebut agar jalanan tersebut
tidak licin.

Setelah hari itu, gudang persediaan penuh oleh padi dan Putri tangguk juga suaminya tidak perlu bekerja
karena persedian padi yang cukup. Ia pun bekerja menenun kain untuk mengisi waktu kosongnya sambil
mengurusi anak-anak dan keluarganya. Namun, hari seperti ini itu tidak berlangsung lama. Suatu hari,
ketujuh anak Putri Tangguk merengek karena kelaparan. Putri Tangguk kemudian pergi untuk memeriksa
persediaan padi yang ada di gudang. Ia terkejut dan panik saat mengetahui bahwa persediaan padi
sudah tidak ada di gudang. Ia tidak habis pikir karena seharusnya persediaan padi tersebut cukup untuk
waktu yang lama.

Sepulangnya dari gudang, ia melintasi jalan di mana ia membuang padi agar jalan tersebut tidak licin. Ia
ingat bahwa ia seharusnya tidak melakukan itu. Saat malam hari tiba, Putri Tangguk bermimpi ia
berjumpa dengan seseorang laki-laki tua. Laki-laki itu mengatakan bahwa Putri Tangguk beserta
keluarganya akan hidup sengsara karena ia telah membuang padi di jalan. Putri Tangguk terbangun dari
mimpinya lalu menangis. Ia menyesali perbuatannya.

hey work until they forget to take care of their children and also relate to their families. Putri Tangguk
realized that she also had to take care of her children and family.

Putri Tangguk told her husband that they had to work until their paddy warehouse was full so that they
would not have to work as long as there was enough stock. She told her husband and he agreed. They
also started working to fulfill their rice supply warehouse.

One day Putri Tangguk was walking to the rice fields with her husband and seven children. The road was
slippery because of the rain. Putri Tangguk slipped. He was angry and cursed the street. Coming home
from the fields, Putri Tangguk sowed rice on the road so that the road was not slippery.

After that day, the warehouse was full of rice and Putri Tangguk and her husband didn't need to work
because there was enough rice. She also works weaving cloth to fill her free time while taking care of her
children and family. However, a day like this did not last long. One day, Putri Tangguk's seven children
whined because they were hungry. Putri Tangguk then went to check the rice stock in the warehouse. He
was shocked and panicked when he found out that the rice supplies were no longer in the warehouse.
He couldn't stop thinking because the supply of rice should be enough for a long time.

Coming home from the warehouse, he crossed the road where he dumped the rice so that the road was
not slippery. He remembered that he shouldn't have done that. When night fell, Putri Tangguk dreamed
that she met an old man. The man said that Putri Tangguk and her family would live in misery because
she had thrown rice on the road. Putri Tangguk woke up from her dream and cried. He regretted his
actions.

Dahulu kala, ada sebuah negeri yang bernama Negeri Bunga yang berada di kecamatan Danau Kerinci. Di
sana hiduplah seorang perempuan bernama Putri Tangguk dan suami beserta ketujuh anaknya. Putri
Tangguk dan suaminya bekerja sebagai petani. Setiap hari, Putri Tangguk dan suaminya bekerja
membajak sawah demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Mereka bekerja sampai lupa untuk
mengurusi anak-anaknya dan juga berhubungan dengan keluarga mereka. Putri Tangguk menyadari
bahwa ia pun harus mengurusi anak-anaknya serta keluarganya.

Putri Tangguk mengatakan kepada suaminya bahwa mereka harus bekerja sampai gudang persediaan
padi mereka penuh sehingga mereka tidak perlu bekerja selama persediaan masih cukup. Ia mengatakan
kepada suaminya demikian dan suaminya pun menyetujui. Mereka pun mulai bekerja untuk memenuhi
gudang persediaan padi mereka.

Suatu hari Putri Tangguk sedang berjalan ke sawah bersama dengan suami beserta ketujuh anaknya.
Jalan sedang licin karena hujan yang turun. Putri Tangguk pun terpeleset. Ia marah dan memaki jalanan
tersebut. Sepulang dari sawah, Putri Tangguk menabur padi di jalanan tersebut agar jalanan tersebut
tidak licin.

Setelah hari itu, gudang persediaan penuh oleh padi dan Putri tangguk juga suaminya tidak perlu bekerja
karena persedian padi yang cukup. Ia pun bekerja menenun kain untuk mengisi waktu kosongnya sambil
mengurusi anak-anak dan keluarganya. Namun, hari seperti ini itu tidak berlangsung lama. Suatu hari,
ketujuh anak Putri Tangguk merengek karena kelaparan. Putri Tangguk kemudian pergi untuk memeriksa
persediaan padi yang ada di gudang. Ia terkejut dan panik saat mengetahui bahwa persediaan padi
sudah tidak ada di gudang. Ia tidak habis pikir karena seharusnya persediaan padi tersebut cukup untuk
waktu yang lama.

Sepulangnya dari gudang, ia melintasi jalan di mana ia membuang padi agar jalan tersebut tidak licin. Ia
ingat bahwa ia seharusnya tidak melakukan itu. Saat malam hari tiba, Putri Tangguk bermimpi ia
berjumpa dengan seseorang laki-laki tua. Laki-laki itu mengatakan bahwa Putri Tangguk beserta
keluarganya akan hidup sengsara karena ia telah membuang padi di jalan. Putri Tangguk terbangun dari
mimpinya lalu menangis. Ia menyesali perbuatannya.

Pesan
Cerita Putri Tangguk memberikan petuah dalam kehidupan manusia. Sebagai manusia, kita harus
mensyukuri apa yang kita miliki. Dengan mensyukuri apa yang kita miliki, kita akan selalu merasa
berkecukupan. Bersyukur adalah salah satu bagian dari sifat rendah hati. Putri Tanggung tidak bersyukur
dan rendah hati sehingga ia tidak menghargai apa yang ia miliki. Ia terlambat untuk menyadari betapa
pentingnya bersyukur saat apa yang ia miliki sudah tiada.

Once upon a time, there was a country called Negeri Bunga which was in the Lake Kerinci district. There
lived a woman named Putri Tangguk and her husband and seven children. Putri Tangguk and her
husband work as farmers. Every day, Putri Tangguk and her husband worked to plow the fields in order
to meet the needs of their family. They work until they forget to take care of their children and also
relate to their families. Putri Tangguk realized that she also had to take care of her children and family.

Putri Tangguk told her husband that they had to work until their paddy warehouse was full so that they
would not have to work as long as there was enough stock. She told her husband and he agreed. They
also started working to fulfill their rice supply warehouse.

One day Putri Tangguk was walking to the rice fields with her husband and seven children. The road was
slippery because of the rain. Putri Tangguk slipped. He was angry and cursed the street. Coming home
from the fields, Putri Tangguk sowed rice on the road so that the road was not slippery.

After that day, the warehouse was full of rice and Putri Tangguk and her husband didn't need to work
because there was enough rice. She also works weaving cloth to fill her free time while taking care of her
children and family. However, a day like this did not last long. One day, Putri Tangguk's seven children
whined because they were hungry. Putri Tangguk then went to check the rice stock in the warehouse. He
was shocked and panicked when he found out that the rice supplies were no longer in the warehouse.
He couldn't stop thinking because the supply of rice should be enough for a long time.

Coming home from the warehouse, he crossed the road where he dumped the rice so that the road was
not slippery. He remembered that he shouldn't have done that. When night fell, Putri Tangguk dreamed
that she met an old man. The man said that Putri Tangguk and her family would live in misery because
she had thrown rice on the road. Putri Tangguk woke up from her dream and cried. He regretted his
actions.

Message

The story of Putri Tangguk provides advice in human life. As humans, we should be grateful for what we
have. By being grateful for what we have, we will always feel sufficient. Being grateful is one part of
being humble. Putringgung was ungrateful and humble so she didn't appreciate what she had. He
realized too late how important it is to be grateful when what he has is gone.

Anda mungkin juga menyukai