Kls:x IPA 6
Teks Eksemplum
Pengertian Teks Eksemplum
Teks eksemplum adalah teks cerita yang menceritakan tentang perilaku atau tokoh dari
sebuah cerita. Ceritanya diawali dengan pengenalan tokoh, setelah itu membahas peristiwa
apa saja yang dilalui oleh tokoh, dan diakhiri dengan interpretasi dari dalam diri tokoh
tersebut.
Teks eksemplum termasuk kedalam karya sastra yang isinya menjelaskan tentang
pengalaman hidup seseorang. Berawal dari sebuah peristiwa yang dialami oleh tokoh dan
kemudian dari peristiwa tersebut terdapat hikmah yang dapat diambil. Tujuannya agar tidak
melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari.
Abstrak, adalah inti dari suatu peristiwa sebagai pengantar yang menggambarkan
peristiwa yang akan diceritakan.
Orientasi, adalah bagian awal dari teks eksemplum, biasanya berisi tentang
pengenalan tokoh.
Insiden, adalah bagian yang menjelaskan tentang kejadian-kejadian yang dialami oleh
tokoh. Biasanya tokoh mendapatkan suatu permasalahan atau persoalan.
Interpretasi, adalah bagian yang menjelaskan tentang pesan moral, evaluasi, dan
akibat yang timbul karena tindakan tokoh. Interpretasi hampir sama dengan koda yang
terdapat pada struktur teks anekdot.
Koda, adalah bagian penutup dalam cerita.
Teks Eksemplum Fiksi adalah jenis teks eksemplum yang bersumber pada cerita rakyat, fabel
maupun legenda yang sifatnya rekaan dan belum tentu benar terjadi. Akan tetapi, masyarakat
tradisional masih meyakini kebenarannya.
Eksemplum Nonfiksi
Pengertian Teks Eksemplum Nonfiksi adalah jenis teks eksemplum yang bercerita mengenai
pengalaman hidup yang tak terduga berdasarkan kisah nyata yang bersumber dari penulis teks
maupun orang lain.
Putri Tangguk
Pada suatu malam, Putri Tangguk dan suaminya sedang berbincang-bincang tentang masa
depan keluarganya. Ketika itu, ketujuh anak mereka sudah tidur dengan pulas. “Wahai
Kakanda”, kata Putri Tangguk kepada suaminya sambil menghela napas panjang. “Kita telah
bekerja terus-menerus dan tidak henti-henti menuai padi. Hamba merasa sangat lelah. Anak-
anak kita pun tidak terurus lagi. Lihatlah anak-anak kita yang tidak pernah lagi berdandan.
“Ya,” jawab suaminya sambil duduk! Kalau itu keinginan Dinda, Kanda tidak akan berhuma
lagi karena ketujuh lumbung padi sudah penuh. Hujan yang turun malam itu sangat lebat
membuat suasana tempat tinggal Putri Tangguk semakin sunyi.
Keesokan harinya, pagi yang masih dingin tidak menghalangi niat Putri Tangguk dan
suaminya pergi ke sawah untuk menuai padi. Pekerjaan itu biasa mereka lakukan setiap pagi
demi memenuhi kebutuhan keluarga. Jalan menuju huma yang mereka tuju sangat licin
sehingga Putri Tangguk beserta suami dan anak-anaknya sering tergelincir. Bahkan, anak-
anaknya ada juga yang terjatuh. Perempuan setengah baya itu tampak kesal.
“Jalan licin!” terdengar Putri Tangguk menyumpah. “Hari ini kita tidak perlu lama bekerja.
Padi yang tertuai kita tumpahkan di jalan ini sebagai pengganti pasir. Besok kita masih dapat
menuai padi,” kata Putri Tangguk sambil menggerutu. Hari itu mereka cepat kembali ke
rumah. Padi yang sudah tertuai, mereka taburkan di sepanjang jalan yang mereka lalui.
Mereka berharap jalan yang selalu mereka lalui tidak licin lagi.
Keesokan malam anak Putri Tangguk terbangun dan menangis meminta nasi untuk makan.
Putri Tangguk pergi ke dapur untuk mengambil nasi. Ketika tutup periuk dibuka, Putri
Tangguk terkejut karena tidak ada nasi di dalamnya. Kemudian, ia berjalan menuju lumbung
yang digunakan untuk menyimpan beras dan padi. Ia sangat terkejut ketika melihat lumbung
itu kosong. Dengan setengah berlari, Putri Tangguk menuju lumbung yang lain. Ia semakin
terkejut karena di dalam ketujuh lumbung padi yang dimilikinya tidak ada sebutir beras atau
padi pun. Setelah menyampaikan apa yang ditemuinya itu kepada suaminya, Putri Tangguk
dan suaminya bergegas berangkat menuju huma.
mereka. Akan tetapi, mereka sangat terkejut karena tidak sebatang padi pun ada di huma
mereka. Dalam keadaan sedih, Putri Tangguk pulang ke rumah. Kesedihannya semakin
bertambah ketika mendengar tangisan anak-anaknya yang kelaparan. Putri Tangguk jatuh
miskin akibat kesombongannya dengan menabur dan membuang-buang padi semaunya di
jalan yang dilewatinya.
Sebagai ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa, manusia tidak boleh sombong dan angkuh.
Manusia tidak boleh menghambur- hamburkan kekayaannya karena semuanya merupakan
anugerah dan titipan Sang Pencipta. Putri Tangguk yang pada mulanya sangat kaya jatuh
miskin karena kesombongan dan keangkuhannya. Ia tidak mensyukuri kekayaan yang telah
diberikan Tuhan kepadanya.