Anda di halaman 1dari 2

Assalamualaikum wr wb, pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada tuhan

yang maha esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua sehingga
kita dapat berkumpul untuk menghadiri ujian praktik bahasa Indonesia di pagi hari ini.
Selamat pagi saya sampaikan kepada Ibu guru yang saya hormati serta teman- teman
seperjuangan yang saya banggakan, saya ucapkan banyak terima kasih atas kesempatan yang
telah diberikan kepada saya untuk menyampaikan sebuah pidato yang berjudul “Kepekaan
Sosial Generasi Z”.

Berbagai perubahan di era digital telah dirasakan secara positif di dalam kehidupan manusia,
salah satunya dari segi informasi dan komunikasi yang dirasakan semakin mudah dengan
tidak memandangnya jarak dan waktu. Namun jika dilihat dari perkembangan zaman di mana
kita telah berada di era digital yang serba canggih dapat dirasakan kepekaan sosial tersebut
dipertanyakan terutama pada generasi Z yaitu anak-anak yang lahir . Kepekaan sosial dapat
diartikan sebagai tindakan seseorang untuk bereaksi secara cepat dan tepat terhadap situasi
sosial yang ada dilingkungan sekitar. Kepekaan sosial perlu di kembangkan lebih lanjut untuk
mengurangi sifat egosentrisme dan mengembangkan rasa empati terhadap orang lain yang
ada di sekitar. Sikap kepekaan sosial dapat diklasifikasikan, seperti berbagi dengan orang
lain, bersedia membantu orang lain yang membutuhkan, keberanian meminta maaf bila
melakukan kesalahan, dan menghargai orang lain yang memiliki kondisi yang berbeda.

Selain dampak positif, tentunya terdapat pula dampak negatif dari perubahan era ini, yaitu
adanya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi ini kegiatan sosial manusia yang
berubah dan mengalami pergeseran kebiasaan yang jika tidak disikapi dengan baik akan
merujuk pada masalah kepekaan sosial. Seperti contoh kita ambil kasus nyata yang baru-baru
ini hangat dibicarakan di sosial media “burung biru”. Terdapat seseorang pria yang
menyebarkan informasi kediamannya pada status media sosialnya disertai dengan foto
sekantung bubuk putih yang diyakini adalah obat-obatan penenang. Selain alamat
kediamannya, pria tersebut juga menyertakan permintaan pertolongan untuk pengecekan
kamar serta kondisinya ketika 12 jam sudah tidak ada kabar darinya. Hal tersebut justru
memicu berbagai komentar negatif seperti “caper bgt sih”, “laki-laki kok depresi”, “masa
mau bunuh diri pamer dulu ke status, cari perhatian ya”. Hingga akhirnya postingan tersebut
ramai dan saat dilakukan pengecekan oleh pihak berwenang, ditemukan kondisi pria tersebut
sudah tidak bernyawa di dalam kamarnya.

Hal tersebut menunjukkan bukti nyata dari kurang pekanya seseorang dan minimnya rasa
empati dari masyarakat. Padahal pria tersebut benar-benar butuh pertolongan dan sebenarnya
tidak ingin menyakiti dirinya sendiri apalagi sampai mengakhiri hidupnya. Tetapi mungkin
saja sudah tidak ada lagi jalan keluar untuk mengatasi rasa sakitnya. Dia tidak tahu caranya,
tidak ada yang menolong atau memberitahu dia, bahkan dia tidak bisa mempercayakan orang
terdekatnya. Karena itu beberapa orang menyakiti dirinya sendiri atau istilah yang sering
digunakan saat ini yaitu self-harm, mereka mencoba mengubah rasa sakit di dalam hatinya
yang sulit diidentifikasi, sulit untuk dimanipulasi untuk diubah ke rasa sakit yang dirasakan
oleh fisik.

Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari seorang narasumber, ketika sayat-sayatan itu
sembuh, ketika luka-luka itu membaik, mereka akan merasa bersalah. Pikiran mereka akan
seperti “kenapa ya aku seperti ini?”, “

Anda mungkin juga menyukai