Anda di halaman 1dari 5

JUNGKAT-JUNGKIT KEBIJAKAN PENDIDIKAN?

Oleh: Dawud

Saat ini, sedang digaungkan kebijakan merdeka belajar (dengan berbagai paketnya) dan di
perguruan tinggi sedang digaungkan merdeka belajar kampus merdeka. Sebagai sebuah era,
sebuah kewajaran pendengungan kebijakan “terma baru” tersebut. Soal isi dan substansi
merupakan hal baru, hal lama yang dibungkus terma baru, atau ramuan lama dengan kemasan
baru merupakan hal yang lumrah.
“Kebaruan” itu harus dihadirkan, mungkin karena perkembangan zaman atau mungkin karena
Daftar Isian Projek (DIP), Bagan Akun Standar (BAS), Mata Anggaran Kegiatan (MAK) memang
mengharuskan “kebaruan”.
Komentar miring menyebutkan “ganti menteri ganti kebijakan atau ganti kurikulum." Komentar
mendukung menyebutkan bahwa "setiap era, kehadiran perubahan adalah keniscayaan."
Para pendukung, penggaung, dan pendengung, biasanya, mengajukan “permasalahan
pendidikan” khas latar belakang masalah a la skripsi, yakni “adanya kesenjangan antara
harapan dan kenyataan.” Biasanya, didukung oleh “hasil penelitian capaian kebijakan
pendidikan masa lalu yang tidak sesuai dengan harapan.” Berikut sebagai contohnya.
✅ Usai diterapkan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang "siswa belajar identik
dengan aktif berdiskusi”, kritik yang muncul adalah prestasi siswa malah jeblok & CBSA berubah
menjadi “boCah Bodho tanSoyo Akeh” ‘anak bodoh semakin banyak'.
✅ Saat ini, di berbagai kesempatan selalu dikutip “hasil penelitian PISA bahwa kompetensi
siswa Indonesia berada pada peringkat bawah”.

Kita lihat, 4—5 tahun lag, “latar belakang masalah” apa yang didengungkan lagi atas hasil &
capaian pendidikan era ini. Di setiap era, paling sering adalah "menyalahkan guru" & ujung
projeknya adalah "perubahan kurikulum".
Sebagai gambaran kasar, berikut catatan reflektif-historis setengah abad serpihan kebijakan
pendidikan & pengembangan kurikulum.
A. ERA 1970—1980-an
🔹Pendekatan pembelajaran dengan terma, antara lain, mastery learning (belajar tuntas),
pembelajaran teman sebaya, maju berkelanjutan, penghargaan atas kemajuan individual
🔸Salah satu projek yang dikembangkan adalah SD, SMP, dan SMA PROYEK PERINTIS SEKOLAH
PEMBANGUNAN (PPSP) di sejumlah IKIP NEGERI dengan karakteristik, antara lain, (a)
pembelajaran menggunakan modul, (b) pemberlakuan sistem SKS, dan (c) penilaian kemajuan
siswa berdasarkan ketuntasan belajar individu siswa, yakni SD bisa 5 tahun; SMP bisa 2 tahun
atau 2.5 tahun; dan SMA bisa 2 tahun atau 2.5 tahun. Sayangnya, pertengahan dekade 1980-
an, program ini dihentikan dengan berbagai pertimbangan, antara lain, biaya terlalu besar,
pemaksaan pada “kedewasaan anak”.

B. ERA 1980-an
🔹Di perguruan tinggi diwajibkan menggunakan sistem SKS dengan jenjang program Diploma
(D1, D2, D3), S1, S2, dan S3.
🔸LPTK menerapkan kurikulum dengan “profil lulusan” harus memiliki dua kewenangan, yakni
(a) kewenangan utama (mayor), yakni menjadi guru sesuai dengan program studinya; dan (b)
kewenagan tambahan (minor), yakni menjadi guru bidang studi di luar bidang studi utama, baik
dalam fakultas maupun di luar fakultas dengan rentangan SKS kewenangan tambahan 36—40-
an SKS. Sayangnya, pada pertengahan dekade 1990-an, program ini dihentikan dengan kritik
paling menonjol adalah lulusannya “berkurang kemampuan dalam kewenagan utamanya”
karena kewajiban memiliki kewenangan tambahan.
🔹Di sejumlah PTN, peningkatan kompetensi dosen dengan program refresher (dosen ditugasi
ke PT LN untuk meneliti dan menulis buku). Pada dekade berikutnya, programnya berubah
menjadi sabbatical program dan joint research program.
🔸Dalam dunia pendidikan/pembelajaran, salah satu pendekatan pembelajaran yang sangat
populer adalah Student Active Learning (Cara Belajar Siswa Aktif) yang pada era selanjutnya
dikembangkan dengan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
(PAKEM atau PAIKEM).
🔹Di SD—SMA, pembelajaran dilakukan dengan model Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional dengan hierarkhi tujuan pendidikan sebagai berikut (a) Tujuan Pendikan Nasional
(sesuai Pembukaan UUD 1945); (b) Tujuan Institusional (profil lulusan setiap satuan jenjang
pendidikan); (c) Tujuan Kurikuler (capaian pembelajaran setiap matapelajaran); (d) Tujuan
Instruksional Umum (capaian pembelajaran setiap pokok bahasan); dan (e) Tujuan Instruksional
Khusus (capaian pembelajaran setiap sub atau subsub pokok bahasan).

C. ERA 1990-an
🔹Diwacanakan dan didengungkan program pendidikan yang harus link & mach antara dunia
pendidikan (sekolah dan kampus) dengan dunia kerja dan dunia usaha (khususnya industri).
Salah satu model pendidikan luar negeri yang dirujuk adalah Jerman, China, dan Jepang. Era itu
dan era setelahnya, pendirian SMK dan politeknik diperluas. Program pemagangan di dunia
indistri/usaha sangat intensif. Program ini pun tidak bisa berjalan mulus dengan kritiknya
“ketidakseimbangan jumlah siswa dengan ketersediaan industry/usaha" atau ada yang
diperhalus kritiknya dengan pernyataan “profil lulusan selalu ketinggalan dengan tuntutan
dunia kerja.”
🔸Di dunia pendidikan/pembelajaran, salah satu pendekatan pembelajaran yang
dikembangkan adalah experiencial learning (salah satunya menjadi cikal bakal sertifikasi guru
melalui portfolio).

D. ERA 2000-an
🔹Di program pascasarjana, ada kuliah mahasiswa ke PT luar negeri dengan sebutan sandwich
program.
🔸Di sejumlah PT juga dilaksanakan pertukaran mahasiswa ke luar negeri dengan berbagai
bentuknya, termasuk KKN luar negeri.
🔹Di beberapa LPTK diterapkan program gelar ganda DIK dan non-DIK.
🔸Dalam dunia pendidikan/pembelajaran, salah satu pendekatan yang digaungkan adalah
Contextual Teaching and Learning.
🔹Bekerjasama dengan USAID, di SD--SMA dikembangan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
dan Decentralized Based Education.
E. ERA 2010-an
🔹Sejumlah LPTK memperoleh Coorporate Social Responsibility (CSR) PERTAMINA dengan
program Teacher Quality Improvement Program (TEQIP). Salah satu program besarnya adalah
Sarjana Mendidik di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM3T).
🔸Di dunia pendidikan, salah satu pendekatan pembelajaran yang dikembangkan adalah
Pendekatan Saintifik (mengamati, bertanya, melakukan percobaan atau mencari informasi,
melakukan penalaran atau asosiasi untuk mengolah informasi dan mengembangkan jaringan
atau mengomunikasikan hasil penelitian).
🔹Di bidang pembelajaran, model pembelajaran yang populer adalah pembelajaran penemuan
(discovery learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan
pembelajaran berbasis proyek (project based learning).
🔸Di satuan pendidikan SD, SMP, dan SMA, antara lain, dikembangkan Program Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), dan dibuka program akselerasi (SD bisa 5 tahun, SMP bisa
2 tahun, dan SMA bisa 2 tahun).
🔹Perkembangan TIK dalam pembelajaran & pandangan Disruptive Learning.
🔸Pentingnya pengembangan literasi (misalnya, World Economic Forum) dan Arah Kompetensi
45 (BSNP) berikut ini.

21ST CENTURY SKILLS:World Economic Forum, New Vision for Education (2015)
🔽 Foundational Literacies: How student apply core skill to everyday tasks, yang terdiri atas
(litercay, numeracy, scientific literacy, ICT literacy, cultural and civic literacy)
🔽 Competencies: How student approach complex challenges yang terdiri atas critical
thinking/problem solving, creatvity, communication, collaboration.
🔽 Character Qualities: How student approach their changing environmentyang terdiri atas
curiosity,inisiative,persistence/grit, adaptability, & social & cultural awareness.
ARAH KOMPETENSI 45 (BSNP)
🔼 Kompetensi Dasar yang terdiri atas (a) kompetensi keberagamaan (religiosity competence);
(b) kompetensi kewarganegaraan (citizenship competence), (c) kompetensi keilmuan - literasi
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa (IPTEKSB); (d) kompetensi digital; dan (e)
kompetensi belajar untuk belajar.
🔼 Kompetensi Holistik Terintegrasi yang terdiri atas (a) kompetensi untuk hidup; (b)
kompetensi untuk kehidupan; dan kompetensi untuk penghidupan.

F. ERA 2020
🔹Karakteristik proses pembelajaran bersifat interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual,
tematik, efektif, kolaboratif, dan berpusat pada mahasiswa.
🔸Bentuk Pembelajaran dapat berupa kuliah; responsi dan tutorial; seminar; praktikum, praktik
studio, praktik bengkel, praktik lapangan, praktik kerja; penelitian, perancangan, atau
pengembangan; pelatihan militer; pertukaran pelajar; magang; wirausaha; dan/atau bentuk
lain pengabdian kepada masyarakat.
🔹Bentuk pembelajaran dapat dilakukan di dalam program studi dan di luar program studi.
🔸Bentuk pembelajaran di luar program studi merupakan proses pembelajaran yang terdiri
atas (a) pembelajaran dalam program studi lain pada perguruan tinggi yang sama; (b)
pembelajaran dalam program studi yang sama pada perguruan tinggi yang berbeda; (c)
pembelajaran dalam program studi lain pada perguruan tinggi yang berbeda; (d) pembelajaran
pada lembaga non perguruan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai