Anda di halaman 1dari 11

INFLASI

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas


Mata kuliah: Metode Penulisan Populer dan Ilmiah
Dosen Pengampu: Abdul Aziz, S.E., M.H

Disusun Oleh:
Muhammad Galih Saputra (E.202205300)

INSTITUT UMMUL QURO AL-ISLAMI


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Inflasi” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Bapak Abdul Aziz, S.E., M.E pada Mata kuliah Metode Penulisan Populer dan Ilmiah.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Inflasi bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abdul Aziz, S.E., M.E selaku
dosen mata kuliah Metode Punulisan Populer dan Ilmiah yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah bertambahnya wawasan tentang
Ekonomi Islam yang mana akan menambah keimanan kita kepada Allah SWT. Dan untuk
itu Penulis menyusun makalah ini dengan sebaik mungkin agar nanti para pembaca bisa
memahami materi yang disampaikan.

Penulis menyadari, makalah yang disusun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bogor, 14 Maret 2023


Penulis

Muhammad Galih Saputra


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………….………………………………………………………..
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………
I.1 Latar Belakang……………………………………………………………….
I.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………
I.3 Tujuan Pembahasan…………………………………….…………………….
BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………………..
…….
II.1 Konsep dan Inflasi……………..………….……………………..........….......
II.2 Penyebab Inflasi………………..................................................…………….
BAB 3
PENUTUP………………………………………………………………………………
III.1 Kesimpulan…………………………………………………………………
III.2 Saran………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ekonomi Islam adalah ekonomi yang berdasarkan ketuhanan. Ekonomi Islam bertitik
tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah, dan menggunakan sarana yang tidak lepas dari
syariat Allah. Menurut agama Islam kegiatan ekonomi merupakan bagian dari kehidupan
yang menyeluruh, dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber dari Al-Qu’ran dan Hadits yang
diaplikasikan pada hubungan kepada Allah dan kepada manusia secara bersamaan. Nilai-nilai
inilah yang menjadi sumber ekonomi Islam.3 Sehingga kegiatan ekonomi terikat oleh nilai-
nilai keislaman, termasuk dalam memenuhi kebutuhan. Pada hakikatnya, manusia dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari, bertujuan untuk memenuhi kelangsungan hidupnya. Di
antara kebutuhan yang diperlukan ialah barang dan jasa, yang mampu memberikan manfaat
kepada manusia, baik untuk dirinya maupun orang lain.
Inflasi dapat diartikan sebagai proses meningkatnya harga secara umum dan
terusmenerus atau dengan kata lain merupakan proses turunnya nilai mata uang secara
kontinu.Inflasi juga menjadi momok bagi perekonomian berbagai negara berkembang di
dunia. Bukan hanya harga BBM yang melambung namun harga barang-barang pokok punikut
melambung. Hal ini cukup membuat beban masyarakat Indonesia semakin berat. Yang pada
akhirnya kembali menambah beban yang sangat berat bagi rakyat. Semua itudisebabkan oleh
inflasi. Oleh karena itu, dalam pembahasan kali ini penulis akan membahas tentang Teori
“Inflasi” dan semua yang berhubungan dengan Inflasi tersebut.

I.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Bagaimana konsep dan pengertian inflasi
2. Apa penyebab inflasi

I.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui konsep dan pengertian Inflasi
2. Untuk mengetahui penyebab-penyebab inflasi
BAB 2
PEMBAHASAN
II.1 Konsep dan Definisi Inflasi
II.I.I Pengertian Inflasi
Infasi adalah kenaikan harga - harga barang yang bersifat umum dan terus
menerus.Venieris dan Sebold mendefinisikan inflasi sebagai kecenderungan
meningkatnya tingkat harga umum secara terus menerus sepanjang waktu. Dari
pengertian tersebut dapat dianalisis bahwa telah dikatakan inflasi jika:
1. Terjadi kenaikan harga Inflasi memberikan makna bahwa telah terjadi suatu
kenaikan harga bila dibandingkan dengan tingkat harga pada periode sebelumnya.
2. Bersifat umum Kenaikan harga pada suatu komoditas tertentu menyebabkan
harga-harga secara umum naik. Misalkan BBM, setiap terjadi kenaikan harga
BBM maka harga – harga komoditas lain turut naik. Karena BBM merupakan
komoditas strategis sebab memiliki efek berantai yang dapat menyebabkan
kenaikan harga pada komoditas lain.
3. Berlangsung terus menerus Kenaikan harga yang besifat umum juga belum
memunculkan inflasi jika hanya terjadi sesaat, misalkan terjadi kenaikan harga
hari ini dibandingkan hari sebelumnya, namun keesokan hari sudah kembali turun.

II.II Penyebab Inflasi


Menurut Sukirno bahwa berdasarkan pada sumber atau penyebab atas
kenaikan harga – harga yang belaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk
yaitu:
a. Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) Yaitu inflasi yang terjadi karena
terjadinya kenaikan permintaan atas suatu komoditas. Inflasi ini biasanya terjadi
pada masa perekonomian yang berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi
menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi selanjutnya menimbulkan
pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi dalam mengeluarkan barang dan
jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi, karena terlalu
banyak uang yang beredar. Seperti bunyi hukum permintaan, bahwa apabila
jumlah permintaan meningkat , sementara di sisi lain penawaran tetap maka akan
terjadi kenaikan harga. Kenaikan permintaan inilah yang dapat memicu terjadinya
inflasi.
b. Inflasi desakan biaya (cost push inflation) Yaitu inflasi yang terjadi karena adanya
kenaikan biaya produksi. Pada saat krisis ekonomi 1997, ketika banyak industri di
Indonesia bahan bakunya terlalu bergantung kepada bahan baku impor sehingga
ketika terjadi penurunan nilai mata uang rupiah maka akan berpengaruh terhadap
kenaikan biaya produksi. Implikasi selanjutnya dari kenaikan biaya produksi
adalah kenaikan harga kepada konsumen.
c. Inflasi diimpor (imported inflation) Yaitu inflasi yang disebabkan oleh terjadinya
inflasi di luar negeri. Inflasi ini terjadi apabila barang-barang impor yang
mengalami kenaikan harga memiliki peranan yang penting dalam kegiatan
pengeluaran di perusahaan-perusahaan. Contohnya kenaikan harga bahan baku
bagi industri di dalam negeri yang diimpor dari luar negeri, sehingga apabila
harga bahan baku tersebut naik maka kenaikan harganya dapat menyebabkan
kenaikan harga pula di dalam negri.

Kemudian ada pula pembagian inflasi berdasarkan penyebabnya menurut


Adiwarman A. Karim, yaitu:
a. Natural Inflation dan Human error inflation
Natural Inflation Adalah inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah dan
manusia tidak mempunyai kekuasaan dalam mencegahnya. Ibnu Al-Maqrizi
mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunnya
Penawaran Agregatif (AS) atau naiknya Permintaan agregatif (AD). Maka Natural
Inflation akan dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi dua golongan
yaitu sebagai berikut:
1. Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak, dimana ekspor
naik sedangkan impor turun sehingga nilai ekspor bersih sangat besar,
maka mengakibatkan naiknya Permintaan agregatif (AD). Hal ini pernah
terjadi pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab r.a. Pada masa
itu kafilah pedagang yang menjual barangnya di luar negeri membeli
barang-barang dari luar negeri lebih sedikit nilainya daripada nilai barang-
barang yang mereka jual (positive net export). Adanya positive net export
akan menjadikan keuntungan, keuntungan yang berupa berlebihan uang
tersebut akan dibawa masuk ke Madinah sehingga pendapatan dan daya
beli masyarakat akan naik. Naiknya Permintaan agregatif (AD) tersebut
mengakibatkan naiknya tingkat harga secara keseluruhan.
2. Akibat dari turunnya tingkat produksi (Agregate Supply {AS}) karena
terjadinya paceklik, perang, ataupun embargo dan boikot. Hal ini pernah
terjadi pula pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab yaitu pada
saat terjadi paceklik yang mengakibatkan kelangkaan gandum, yang
kemudian mengakibatkan naiknya tingkat harga-harga.
b. Human error inflation Human Error Inflation dikatakan sebagai inflasi yang
diakibatkan oleh kesalahan manusia itu sendiri. Penyebab human error inflation
bisa dikelompokkan sebagai berikut:
1. Korupsi dan administrasi yang buruk Korupsi akan menaikkan tingkat harga,
karena produsen harus menaikkan harga jual pada produksinya untuk
menutupi biaya “siluman” yang telah mereka bayarkan. Birokrasi perijinan
yang berbelit-belit, dimana hanya untuk pengurusan suatu ijin harus melalui
beberapa instansi, hal ini tentu akan menambah biaya produksi dari produsen
dan berakibat pada kenaikan harga.
2. Pajak yang berlebihan (excessive tax) Efek yang ditimbulkan oleh pengenaan
pajak yang berlebihan pada perekonomian akan memberikan pengaruh yang
sama dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh korupsi dan administrasi yang
buruk yaitu terjadinya kontraksi pada kurva penawaran agregat.
3. Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan
(excessive seignorege) Seignorege arti tradisionalnya adalah keuntungan yang
didapatkan dari percetakan koin dimana biasanya percetakan tersebut dimiliki
oleh penguasa. Percetakan uang yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan
terlalu banyaknya jumlah uang beredar di masyarakat, hal ini berimplikasi
pada penurunan nilai mata uang. Hal ini terbukti di Indonesia pada masa
pemerintahan Presiden Soekarno, dimana kebutuhan anggaran pemerintah
dibiayai oleh percetakan uang. Namun karena berlebihan hal ini menyebabkan
terjadinya inflasi. inflation Pada expected inflation tingkat suku bunga
pinjaman nominal riil akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal
dikurangi inflasi. Sedangkan unexpected inflation tingkat suku bunga
pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek
inflasi.
c. Demand pull inflation dan cost push inflation Demand pull inflation diakibatkan
oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi permintaan agregat dari barang
dan jasa pada suatu perekonomian. Cost push inflation adalah inflasi yang terjadi
karena adanya perubahan-perubahan pada sisi penawaran agregat dari barang dan
jasa pada suatu perekonomian.
d. Spiralling inflation Inflasi ini diakibatkan oleh inflasi yang terjadi sebelumnya
dimana inflasi yang sebelumnya itu terjadi sebagai akibat dari inflasi yang terjadi
sebelumnya lagi dan begitu seterusnya.
e. Imported inflation dan domestic inflation Imported inflation bisa dikatakan adalah
inflasi di negara lain yang ikut dialami oleh suatu negara karena harus menjadi
price-taker (pengikut harga) dalam pasar perdagangan internasional. Domestic
inflation dikatakan inflasi yang hanya terjadi di dalam negeri suatu negara yang
tidak begitu mempengaruhi negara-negara lainnya.

II.III Indikator Inflasi


Indikator untuk menghitung suatu tingkat inflasi ialah Indeks Harga
Konsumen (IHK), sebuah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa
yang dikonsumsi sehari-hari. Penentuan dari barang dan jasa dalam keranjang IHK ini
dilakukan berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilaksanakan oleh BPS.
Dalam hal ini, BPS akan memonitor perkembangan dari harga barang jasa secara
bulanan pada beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis
barang atau jasa. Berbicara mengenai indikator inflasi, bank sentral pernah
mengatakan bahwa indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice
yaitu seperti Indeks Harga Perdagangan Besar, Indeks Harga Besar, Indeks Harga
Produsen, Deflator Produk Domestik Bruto dan Indeks Harga Aset.
1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)
Harga perdagangan besar dari suatu komoditas adalah harga transaksi yang
terjadi diantara penjual atau pedagang besar pertama dan pembeli atau pedagang
besar berikutnya. Transaksi ini terjadi dalam skala besar pada pasar pertama atas
suatu komoditas.
2. Indeks Harga Produsen
Indikator ini dapat mengukur perubahan dari rata-rata harga yang diterima
oleh produsen domestik untuk barang yang telah dihasilkan.
3. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB)
Indikator ini menunjukkan besaran perubahan dari harga semua barang baru,
barang produksi lokal, barang jadi dan jasa. Deflator PDB juga dapat
menghasilkan dengan membagi PDB atas sebuah dasar harga nominal dengan
PDB atas dasar harga konstan.
4. Indeks Harga Aset
Indeks ini dapat mengukur pergerakan harga aset, dimana properti dan saham
adalah aset yang dapat dijadikan indikator dari adanya tekanan terhadap harga
secara menyeluruh.
a. Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat atau dunia usa-ha dalam
bentuk tabungan (mudharabah), dan giro (wadiah), serta menyalurkannya
kepada sektor riil yang membutuhkan.
b. Sebagai tempat investasi bagi dunia usaha (baik dana modal maupun dana
rekening investasi) dengan menggunakan alat-alat investasi yang sesuai
dengan syariah. Seperti almurabahah (pembiayaan jual beli barang), al-
mudharabah (pembiayaan bagi hasil), almusyarakah (pembiayaan penyertaan
modal), dan al-ijarah.
BAB 3
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Secara empiris, adanya gap antara inflasi target dengan inflasi aktual akan menambah
nilai suku bunga optimal yang seharusnya ditetapkan bank sentral. Semakin besar gap
inflasi, semakin besar pula nilai suku bunga optimal yang seharusnya ditetapkan bank
sentral.
2. Target inflasi harus merupakan target yang dapat diterapkan secara fleksibel, sesuai
dengan inflasi aktual yang berlaku dan perkembangan zaman. Di saat inflasi aktual
sangat jauh berbeda dengan inflasi target, Pemerintah dan Bank Indonesia harus
memikirkan target inflasi yang lebih tinggi, sebelum kembali kepada target inflasi
semula.

III.2 Saran
Penulis juga merasakan bahwa penelitian yang telah dilakukan ini tergolong masih
jauh dari sempurna yang tidak terlepas dari beberapa kekurangan. Keterbatasan studi yang
dihadapi oleh penulis diharapkan dapat dijadikan sebagai landasan untuk penelitian
selanjutnya. Agar penelitian dengan tema serupa di masa yang akan datang dapat menjadi
lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

Priyono dan Candra Teddy. (2016). Esensi Ekonomi Makro.Sidoarjo: Zifatama Publisher
Susesno dan Astiyah Siti. (2009). Inflasi. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai