Anda di halaman 1dari 2

BAB І

Konsep Etika, Moralitas, dan Tanggung Jawab Sosial


Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang menurut Keraf (1998) adalah adat
istiadat atau kebiasaan. Etika pada umumnya diidentikkan dengan moral (atau moralitas).
Meskipun keduanya terkait dengan baik dan buruknya tindakan manusia, etika dan moral memiliki
pengertian yang berbeda. Moral lebih terkait dengan nilai baik dan buruk setiap perubahan
manusia, sedangkan etika lebih merupakan ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk
tersebut. Menurut Suseno (1999b, 1999a) etika merupakan salah satu disiplin pokok dalam filsafat,
ia merefleksikan bagaimana manusia harus hidup agar berhasil menjadi sebagai manusia.
Relativisme, bahwa dalam putusan-putusan moral tidak ada kriteria yang absolut. Semua
tergantung pada kebudayaanmasing-masing individu, sehingga nilai moralitas masing-masing
orang atau masyarakat akan berbeda. Pemikiran ini dianut, antara lain, oleh Protagoras, Pyrho,
Westermack, Joseph Fletcher dan kaum skeptis.
etika dalam hubungannya dengan hukum (law). Dalam hal ini muncul berbagai teori, antara
lain:

a. Teori hukuman (punishment),


b. Bahwa yang berbuat salah mesti dihukum, bisa berupa pemberian ganti rugi (retribution),
memberi balas jasa (restitution), atau memberi manfaat pada yang dizalimi (utilitarian).
c. Teori tanggung jawab (responsibility),
d. bahwa siapa yang berbuat harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Di sini berkaitan
dengan, apakah tindakan tersebut dilakukan karena tidak-tahu, adanya paksaan atau tekanan,
atau karena kesalahan semata,
e. Teori kesengajaan berbuat (intentionalacts) dan ketidak sengajaan bertindak
(unintentionalacts), bahwa berkaitan dengan hukum, perlu dilihat apakah tindakan tersebut
disengaja (direncanakan) atau tidak direncanakan (Hospers, 2013).
Merujuk pada pendapat beberapa ahli ekonomi bahwa istilah ekonomi berasal dari kata oikos
yang berarti rumah tangga atau keluarga dan nomos yang berarti peraturan, hukum atau prinsip;
sehingga ilmu ekonomi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang pengaturan usaha
manusia dalam mencapai kemakmuran. Demi mencapai kemakmuran, manusia akan melakukan
aktivitas ekonomi seperti konsumsi, produksi, dan distribusi.
Etika ekonomi adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh para pelaku-pelãku ekonomi di mana pun berada. Masalah etika dan ketaatan pada
hukum yang berlaku merupakan dasar yang kokoh yang harus dimiliki oleh pelaku ekonomi dan
akan menentukan tindakan apa dan perilaku bagaimana yang akan dilakukan dalam ekonominya.
Hal ini juga merupakan tanggung jawab kita bersama bukan saja hanya merupakan tangung jawab
pelaku ekonomi tersebut, sehingga diharapkan akan terwujud situasi dan kondisi ekonomi yang
sehat dan bermartabat yang pada akhirnya dapat juga bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan
negara (Ferinia et al., 2020; Sudarmanto et al., 2020).
Moralitas Dalam Etika Ekonomi
Berkenaan dengan telah berakhirnya pertemuan para pemimpin APEC di Osaka Jepang
dan dengan diperjelasnya istilah untuk menjadikan Asia Pasifik di tahun 2000 menjadi daerah
perdagangan yang bebas sehingga baik kita batas dunia akan semakin “kabur” (borderless) world.
Hal ini jelas membuat semua kegiatan saling berpacu satu sama lain untukmendapatkan
kesempatan (opportunity) dan keuntungan (profit). Kadang kala untukmendapatkan kesempatan
dan keuntungan tadi, memaksa orang untuk menghalalkan segala cara mengindahkan ada pihak
yang dirugikan atau tidak (Sudarmanto et al., 2020).
Moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan etika
bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara suka rela dari semua
anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika
(patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi.
Para pelaku ekonomi juga diharapkan menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”;
Kegiatan perekonomian seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang,
tetapiperlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang. Berdasarkan ini
jelaspelaku bisnis dituntut tidak meng-“ekspoitasi” lingkungan dan keadaan saat
sekarangsemaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa
datangwalaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.

Anda mungkin juga menyukai