STIE SEMARANG
Jl. Menoreh Utara Raya 11
Telp/Fax. 024-8506802
www.stiesemarang.ac.id
MODUL
BUSINESS ETHICS
Compiled By
Yovita M. Hartarini, SPd, MHum
Bab 2
TEORI ETIKA
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Keraf, A. Sonny. 2006. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius.
Bertens, K. 2009. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius.
Dr. H. Budi Untung. 2012. Hukum dan Etika Bisnis. Yogyakarta : CV Andi Offset.
Fauzan dan Ida N. 2014. Jurnal : Pengaruh Penerapan Etika Bisnis Terhadap Kepuasan
Pelanggan Warung Bebek H. Slamet Di Kota Malang. Malang.
Bab 3
BISNIS DAN ETIKA
A. Pengantar / Ikhtisar
Dalam zaman kuno, keadilan ekonomi dikedepankan oleh Aristoteles yang
menganggap sebagai sesuatu hal terpenting yang harus diusahakan, karena tidak timbul
dengan otomatis, dan akan dianggap–seperti keadilan pada umumnya–untuk
menentukan bentuk negara. Berdasarkan pemikiran ini dilanjutkan dalam masyarakat dan
abad ekonomis sebagai suatu nilai yang etis dalam zaman modern keadilan ekonomis
tidak banyak diperhatikan sampai muncul lagi dengan kuatnya sekitar pertengahan abad
ke–19 di mana sekian banyak Negara menentukan bentuk negaranya; apakah secara
monarki, sosialis, persemakmuran (common-wealth), union, dan republic, dan berperan
penting dalam demokrasi-demokrasi parlementer secara panjang pada abad ke 20.
Antara ekonomi dan keadilan terjalin hubungan yang erat, karenanya keduanya
berasal dari sumber yang sama. Sumber itu adalah masalah kelangkaan. Ekonomi timbul
karena ketebatasan sumber daya. Barang yang tersedia selalu langka dan karena itu kita
akan mencarikan untuk membagikannya atau mendistribusikannya dengan paling baik.
Barang yang tersedia dalam keadaan melimpah ruah tidak mungkin akan muncul
masalah ekonomi karena barang itu tidak akan diperjual belikan dan akibatnya tidak akan
diberikan harga ekonomi sebagai ilmu yang akan didefinisikan sebagai berikut. “Ekonomi
adalah studi tentang cara bagaimana masyarakat menggunakan sumber daya yang
langka untuk memproduksikan komoditas-komoditasnya yang berharga dan
mendistribusikannya antara orang-orang yang berbeda. Seandinya tidak ada kelangkaan,
tidak akan ada ekonomi. Selama barang yang tersedia dalam keadaan yang melimpah
tidak bisa memunculkan masalah keadilan. Masalah keadilan atau ketidakadilan baru
muncul jika tidak bersedia barang cukup bagi semua orang yang akan menginginkannya.
Adil tidaknya suatu keadaan selalu terkait juga dengan kelangkaan. Tetapi untuk
menyadari pentingnya keadilan (dan ekonomi) dalam situasi dunia yang sekarang. Perlu
kita ingat bahwa hampir tidak ada lagi barang yang tidak langka.
Ekonom dan politikus dari Belgia Mark Eyskens, menyajikan definisi yang senada;
ilmu ekonomi tak lain adalah refleksi tentang cara manusia menggunakan dengan optimal
sarana-sarana yang mengemukakan lebih banyak definisi. Rupanya pendiri-pendiri
Republik Indonesia memaksudkan hal yang serupa ketika mereka berbicara tentang
masyarakat yang adil dan makmur. Masyarakat yang makmur sekalipun belum diatur
dengan baik kalau tidak ditandai keadilan. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa keadilan
hanya merupakan sesuatu ciri sosial saja atau bahwa hanya masyarakat (institusi sosial)
bisa disebut adil dalam arti yang sesungguhnya.
Keadilan harus berperan pada tahap sosial maupun individual. Juga dalam konteks
ekonomi dan bisnis. Keadilan ekonomis harus diwujudkan dalam masyarakat tetapi
keadilan merupakan juga keutamaan yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis secara
pribadi. Dan dalam konteks ekonomi dan bisnis salah satu nilai norma terpenting adalah
keadilan.
B. Hakikat Keadilan
Keadilan dapat diartikan sebagai to give everybody his own (memberikan kepada setiap
orang apa yang menjadi haknya).
C. Ciri Khas Keadilan :
1) Keadilan tertuju pada orang lain;
2) Keadilan harus ditegakkan atau dilaksanakan;
3) Keadilan menuntut persamaan (equality).
D. Pembagian Keadilan
1. Menurut Thomas Aquinas
Pembagian keadilan menurut Thomas Aquinas (1225-1274) yang mendasarkan
pandangan filosofisnya atas pemikiran Aristoteles (384-322 SM) disebut juga
pembagian klasik, membedakan keadilan menjadi :
1) Keadilan Umum (general justice): berdasarkan keadilan ini para anggota
masyarakat diwajibkan untuk memberi kepada masyarakat (negara) apa yang
menjadi haknya.
2) Keadilan Distributif (distributive justice): berdasarkan keadilan ini negara
(pemerintah) harus membagi segalanya dengan cara yang sama kepada para
anggota masyarakat.
3) Keadilan Komutatif (commutative justice): berdasarkan keadilan ini setiap orang
harus memberikan kepada orang lain apa yang menjadi haknya.
2. Menurut Boatright dan Velasquez
Pembagian keadilan yang dikemukakan oleh pengarang modern tentang etika bisnis,
khususnya John Boatright dan Manuel Velasquez dapat dibedakan menjadi :
a) Keadilan Distributif (distributive justice) : muncullah benefits and burdens yaitu hal-
hal yang enak untuk didapatkan maupun hal-hal yang menuntut pengorbanan,
harus dibagi dengan adil.
b) Keadilan Retributif (retributive justice) : berkaitan dengan terjadinya kesalahan
sehingga muncul system denda.
c) Keadilan Kompensatoris (compensatory justice) : berdasarkan keadilan ini orang
mempunyai kewajiban moral untuk memberikan kompensasi atau ganti rugi
kepada orang atau instansi yang dirugikan.
E. Paham Tradisional mengenai Keadilan
1. Keadilan Legal
Semua orang atau kelompok masyarakat diperlakukan secara sama oleh negara
berdasarkan hukum yang berlaku dan semua pihak dijamin untuk mendapat
perlakuan yang sama sesuai dengan hukum yang berlaku.
Keadilan yg menyangkut hubungan antara individu atau kelompok masyarakat
dengan negara. Intinya adalah semua orang atau kelompok masyarakat diperlakukan
secara sama oleh negara di hadapan hukum.
2. Keadilan Komutatif
Keadilan ini mengatur hubungan yang adil dan fair antara orang yang satu dan
yang lain atau warga negara yang satu dengan warga negara lainnya.
Keadilan ini menuntut agar dalam interaksi sosial antara warga yang satu dengan
warga yang lain tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya.
Jika diterapkan dalam bisnis, berarti relasi bisnis dagang harus terjalin dlm
hubungan yang setara dan seimbang antara pihak yang satu dengan lainnya.
3. Keadilan Distributif
Keadilan distributif (keadilan ekonomi) adalah distribusi ekonomi yang merata atau
yang dianggap adil bagi semua warga Negara, yg menyangkut pembagian kekayaan
ekonomi atau hasil-hasil pembangunan. Keadilan distributif juga berkaitan dengan
prinsip perlakuan yang sama sesuai dengan aturan dan ketentuan dalam perusahaan
yang juga adil dan baik.
Keadilan distributif memiliki relevansi dalam dunia bisnis, khususnya dalam
perusahaan, setiap karyawan harus digaji sesuai dengan prestasi, tugas dan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya.
4. Keadilan Individual dan Struktural
Keadilan dan upaya menegakkan keadilan menyangkut aspek lebih luas berupa
penciptaan sistem yang mendukung terwujudnya keadilan tersebut. Prinsip keadilan
legal berupa perlakuan yang sama terhadap setiap orang bukan lagi soal orang per
orang, melainkan menyangkut sistem dan struktur sosial politik secara keseluruhan.
Untuk bisa menegakkan keadilan legal, dibutuhkan sistem sosial politik yang
memang mewadahi dan memberi tempat bagi tegaknya keadilan legal tersebut,
termasuk dalam bidang bisnis.
Dalam bisnis, pimpinan perusahaan manapun yang melakukan diskriminasi tanpa
dasar yang bisa dipertanggungjawabkan secara legal dan moral harus ditindak demi
menegakkan sebuah sistem organisasi perusahaan yang memang menganggap serius
prinsip perlakuan yang sama, fair atau adil ini.
5. Keadilan Sosial dan Keadilan Individu
Dalam teori etika modern, ada dua macam prinsip Keadilan Sosial dan Keadilan
Individu–yang kemudian menjadi landasan keadilan distributive–yaitu : prinsip formal
dan prinsip material. Prinsip formal yang dirumuskan dalam bahasa Inggris berbunyi
“equals ought to be treated equally and unequals may be treated unequals”. Yang
dapat diartikan bahwa kasus-kasus yang sama harus diperlakukan dengan cara yang
sama, sedangkan kasus-kasus yang tidak sama boleh saja diperlakukan dengan cara
yg tidak sama. Sedangkan prinsip material menunjukkan kepada salah satu aspek
relevan yang bisa menjadi dasar untuk membagi dengan adil hal-hal yang dicari oleh
berbagai orang.
Berdasarkan prinsip material tersebut, telah dibentuk beberapa teori keadilan
distributive, antara lain :
1) Teori egalitariasme (membagi dengan adil berarti membagi rata);
2) Teori sosialistis (membagi adil sesuai dengan kebutuhan individualnya);
3) Teori liberalistis (membagi adil sesuai dengan kekuasaan atau nilai dan jumlah
kepemilikan individualnya).
Kemudian Beauchamp dan Bowie menyebut enam prinsip keadilan distributif terwujud
apabila diberikan kepada setiap orang dengan syarat :
1) Bagian yang sama
2) Sesuai dengan kebutuhan individualnya
3) Sesuai dengan haknya
4) Sesuai dengan usaha individualnya
5) Sesuai dengan kontribusinya kepada masyarakat
6) Sesuai dengan jasanya
F. Teori Keadilan Menurut Para Ahli
1. Adam Smith
a) Prinsip No Harm
Yaitu prinsip tidak merugikan orang lain, khususnya tidak merugikan hak dan
kepentingan orang lain. Prinsip ini menuntuk agar dlm interaksi sosial apapun setiap
orang harus menahan dirinya untuk tidak sampai merugikan hak dan kepentingan
orang lain, sebagaimana ia sendiri tidak mau agar hak dan kepentingannya
dirugikan oleh siapapun. Prinsip no harm adalah prinsip paling minim dan karena itu
paling pokok yang harus ada untuk memungkinkan kehidupan manusia bisa
bertahan dan juga relasi sosial manusia bisa ada dan bertahan. Dalam bisnis, tidak
boleh ada pihak yg dirugikan hak dan kepentingannya, entah sbg konsumen,
pemasok, penyalur, karyawan, investor, maupun masyarakat luas.
b) Prinsip Non-Intervention
Yaitu prinsip tidak ikut campur tangan. Prinsip ini menuntut agar demi jaminan dan
penghargaan atas hak dan kepentingan setiap orang, tidak seorangpun
diperkenankan untuk ikut campur tangan dalam kehidupan dan kegiatan orang lain
Campur tangan dalam bentuk apapun akan merupakan pelanggaran terhadap hak
orang tertentu yang merupakan suatu harm (kerugian) dan itu berarti telah terjadi
ketidakadilan.
Dalam hubungan antara pemerintah dan rakyat, pemerintah tidak diperkenankan
ikut campur tangan dalam kehidupan pribadi setiap warga negara tanpa alasan yang
dapat diterima, dan campur tangan pemerintah akan dianggap sebagai pelanggaran
keadilan. Dalam bidang ekonomi, campur tangan pemerintah dalam urusan bisnis
setiap warga negara tanpa alasan yang sah akan dianggap sebagai tindakan tidak
adil dan merupakan pelanggaran atas hak individu tersebut, khususnya hak atas
kebebasan.
c) Prinsip Keadilan Tukar
Atau prinsip pertukaran dagang yang fair, terutama terwujud dan terungkap dalam
mekanisme harga pasar. Merupakan penerapan lebih lanjut dari no harm secara
khusus dalam pertukaran dagang antara satu pihak dengan pihal lain dalam pasar.
Adam Smith membedakan antara harga alamiah dan harga pasar atau harga aktual.
Harga alamiah adalah harga yg mencerminkan biaya produksi yg telah dikeluarkan
oleh produsen, yang terdiri dari tiga komponen yaitu biaya buruh, keuntungan
pemilik modal, dan sewa. Harga pasar atau harga aktual adalah harga yang aktual
ditawarkan dan dibayar dalam transaksi dagang di dalam pasar. Kalau suatu barang
dijual dan dibeli pada tingkat harga alamiah, itu berarti barang tersebut dijual dan
dibeli pada tingkat harga yang adil. Pada tingkat harga itu baik produsen maupun
konsumen sama-sama untung. Harga alamiah mengungkapkan kedudukan yang
setara dan seimbang antara produsen dan konsumen karena apa yang dikeluarkan
masing-masing dapat kembali (produsen: dalam bentuk harga yang diterimanya,
konsumen: dalam bentuk barang yang diperolehnya), maka keadilan nilai tukar
benar-benar terjadi.
Dalam jangka panjang, melalui mekanisme pasar yang kompetitif, harga pasar akan
berfluktuasi sedemikian rupa di sekitar harga alamiah sehingga akan melahirkan
sebuah titik ekuilibrium yang menggambarkan kesetaraan posisi produsen dan
konsumen. Dalam pasar bebas yang kompetitif, semakin langka barang dan jasa
yang ditawarkan dan sebaliknya semakin banyak permintaan, harga akan semakin
naik. Pada titik ini produsen akan lebih diuntungkan sementara konsumen lebih
dirugikan. Namun karena harga naik, semakin banyak produsen yang tertarik untuk
masuk ke bidang industri tersebut, yang menyebabkan penawaran berlimpah
dengan akibat harga menurun. Maka konsumen menjadi diuntungkan sementara
produsen dirugikan.
2. Keadilan Distributif John Rawls dalam A Theory of Justice (1971)
a) Teori Keadilan Distributif Rawls
Pasar memberi kebebasan dan peluang yg sama bagi semua pelaku ekonomi.
Kebebasan adalah nilai dan salah satu hak asasi paling penting yg dimiliki oleh
manusia, dan ini dijamin oleh sistem ekonomi pasar. Pasar memberi peluang bagi
penentuan diri manusia sbg makhluk yg bebas. Ekonomi pasar menjamin
kebebasan yg sama dan kesempatan yg fair.
Prinsip-prinsip Keadilan Distributif Rawls, meliputi:
1) Prinsip Kebebasan yg sama.
Setiap orang hrs mempunyai hak yang sama atas sistem kebebasan dasar yg
sama yg paling luas sesuai dg sistem kebebasan serupa bagi semua. Keadilan
menuntut agar semua orang diakui, dihargai, dan dijamin haknya atas
kebebasan scr sama.
2) Prinsip Perbedaan (Difference Principle).
Bahwa ketidaksamaan sosial dan ekonomi harus diatur sedemikian rupa shg
ketidaksamaan tsb: (a) Menguntungkan mereka yg paling kurang beruntung;
dan (b) Sesuai dengan tugas dan kedudukan yg terbuka bagi semua di bawah
kondisi persamaan kesempatan yg sama.
Jalan keluar utama utk memecahkan ketidakadilan distribusi ekonomi oleh
pasar adalah dg mengatur sistem dan struktur sosial agar terutama
menguntungkan kelompok yg tdk beruntung.
a. Kritik atas Teori Rawls
Kendati sangat menarik dan dalam banyak hal efektif memecahkan persoalan
ketimpangan dan kemiskinan ekonomi, mendapat kritik tajam dari segala arah:
a. Prinsip Rawls membenarkan ketidak adilan, karena dengan prinsip tersebut
pemerintah dibenarkan untuk melanggar dan merampas hak pihak tertentu
untuk diberikan pihak lain.
b. Yang lebih tidak adil lagi adalah bahwa kekayaan kelompok tertentu yang
diambil pemerintah itu juga diberikan kepada kelompok yang tidak beruntung
atau miskin karena kesalahan sendiri.
3. Keadilan Distributif Robert Nozick dalam Anarchy State and Utopia (1974)
Nozick menetapkan Prinsip Keadilan Distributif modern antara lain:
a) “Original acquisitions” yaitu kita akan memperoleh sesuatu untuk pertama kali
dengan – misalnya – memproduksi hal itu.
b) “Transfer” yaitu kita akan memiliki sesuatu karena akan diberikan oleh orang lain.
c) “Rectifications of injustice” yaitu kita mendapatkan sesuatu kembali yang dulunya
kalau kita akan memiliki sesuatu dengan adil karena landasan hak– misalnya kita
akan membeli sebidang tanah atau kita dihadiahkan oleh orang lain maka kita
akan menjadi pemilik yang sah dan terserah pada kita saja mau diapakan milik kita
itu.
Nozick mempunyai dua keberatan mendasar terhadap prinsip-prinsip (material)
keadilan distributif yang tradisional. Prinsip-prinsip itu akan bersifat ahistoris dan
mempunyai pola yang akan menentukan sebelumnya (Patterned). Dengan
memandang kedua keberatan ini kita akan dapat memahami posisi Nozick sendiri
dengan lebih baik. Ketiga prinsip Nozick yang merupakan prinsip histories artinya
mereka tidak hanya saja melihat hasil pembagian tetapi mempertanggungjawabkan
juga proses yang melandaskan pembagian atau kepemilikan.
Kesimpulan Nozick adalah bahwa keadilan ditegakkan, jika diakui bakat-bakat dan
sifat-sifat pribadi beserta segala konsekuensinya (Seperti hasil kerja) sebagai satu-
satunya landasan hak (entitlement) jika kita ingin merumuskan prinsip menurut bentuk
tradisionalnya, hanya bisa kita katakan :
“ Dari sikap orang yang sesuai dengan apa yang akan dipilihnya, kepada setiap orang
sesuai dengan apa yang dihasilkan sendiri (barangkali dengan bantuan orang lain
berdasarkan kontrak) apa yang akan dipilih orang lain untuk melakukan bagi dia dan
akan memberikan kepada dia dari apa yang sebelumnya (berdasarkan prinsip ini
juga) diberikan kepada mereka sendiri dan belum mereka habiskan atau alihkan
kepada orang lain”. Atau dirumuskan dengan lebih singkat “dari setiap orang
sebagaimana mereka akan pilih kepada orang sebagaimana mereka pilihkan.”
G. Jalan Keluar Atas Masalah Ketimpangan Ekonomi
Terlepas dari kritik-kritik thd teori Rawls, kita akui bahwa Rawls mempunyai
pemecahan yg cukup menarik dan mendasar atas ketimpangan ekonomi. Dengan
memperhatikan secara serius kelemahan-kelemahan yang dilontarkan, kita dapat
mengajukan jalan keluar tertentu yang sebenarnya merupakan perpaduan teori Adam
Smith yang menekankan pada pasar, dan juga teori Rawls yang menekankan kenyataan
perbedaan bahkan ketimpangan ekonomi yang dihasilkan oleh pasar.
Harus kita akui bahwa pasar adalah sistem ekonomi terbaik hingga sekarang, karena
dari kacamata Adam Smith maupun Rawls, pasar menjamin kebebasan berusaha secara
optimal bagi semua orang. Karena itu kebebasan berusaha dan kebebasan dalam segala
aspek kehidupan harus diberi tempat pertama.
Negara dituntut utk mengambil langkah dan kebijaksanaan khusus tertentu yang
secara khusus dimaksudkan untuk membantu memperbaiki keadaan sosial dan ekonomi
kelompok yang secara obyektif tidak beruntung bukan karena kesalahan mereka sendiri.
Dengan mengandalkan kombinasi mekanisme pasar dan kebijaksanaan selektif
pemerintah yang khusus ditujukan untuk membantu kelompok yang secara obyektif tidak
mampu memanfaatkan peluang pasar secara maksimal. Dalam hal ini penentuan
kelompok yang mendapat perlakuan istimewa harus dilakukan secara transparan dan
terbuka. Langkah dan kebijaksanaan ini mencakup pengaturan sistem melalui pranata
politik dan legal, sebagaimana diusulkan oleh Rawls, tetapi harus tetap selektif sekaligus
berlaku umum. Jalan keluar ini sama sekali tidak bertentangan dengan sistem ekonomi
pasar karena sistem ekonomi pasar sesungguhnya mengakomodasi kemungkinan itu.
Sumber :
Dr. Keraf, A. Sonny. 2006. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta:
Kanisius
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Keadilan Menurut Adam Smith
1. Keadilan sesungguhnya hnaya punya satu arti, yaitu keadilan komutatif yang
menyangkut kesetaraan, keseimbangan, keharmonisan hubungan antara satu orang
dengan orang lain. Ketidak adilan berarti pincangnya hubungan atara satu orang
dengan orang lain. Ketidak adilan berarti pincangnya hubungan manusia karena
kesetaraan yang terganggu.
2. Keadilan legal sudah terkandung dalam keadilan komutatif karena keadilan legal
hanya konsekunsi lebih lanjut dari prinsip keadilan komutatif. demi menegakkan
keadilan komutatif, negara harus bersikap netral dan memperlakukan semua pihak
secara sama tanpa terkecuali.
3. Juga menolak keadilan distributif, karena apa yang disebut keadilan selalu
menyangkut hak: semua orang tidak boleh dirugikan haknya. Keadilan distributif justru
tidak berkaitan dengan hak. Orang miskin tidak punya hak untuk menuntut dari orang
kaya untuk membagi kekayannya kepada mereka. Orang miskin hanya bisa meminta,
tidak bisa menuntutnya sebagai sebuah hak. Orang kaya tidak bisa dipaksa untuk
memperbaiki keadaan sosial ekonomi orang miskin.
1.2 Batasan Masalah
Dalam penyusunan penulisan ini, penulis membatasi menjadi beberapa sub pokok
bahasan, meliputi :
1) Pengertian Keadilan dan Bisnis
2) Paham Tradisional Dalam Bisnis
3) Teori Keadilan Adam Smith
1.3 Maksud dan Tujuan
Adapun tujuan penulisan untuk memenuhi tugas softskill mata kuliah Etika Bisnis dalam
membuat jurnal atau tulisan tentang Keadilan Dalam Bisnis.
Maksud dari penulisan ini adalah :
1) Untuk mengetahui apakah itu keadilan?
2) Dapat mengetahui apakah pelaku bisnis disekitar kita sudah menerapkan
mendapatkan keadilan dalam berbisnis ?
3) Dapat memberikan informasi bagi penulis sendiri dan pembaca atas hasil penulisan
ini.
Bab II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Keadilan dan Bisnis
Keadilan merupakan suatu hal yang abstrak, bagaimana mewujudkan suatu
keadilan jika tidak mengetahui apa arti keadilan. Untuk itu perlu dirumuskan definisi yang
paling tidak mendekati dan dapat memberi gambaran apa arti keadilan. Definisi
mengenai keadilan sangat beragam, dapat ditunjukkan dari berbagai pendapat yang
dikemukakan oleh para pakar di bidang hukum yang memberikan definisi berbeda-beda
mengenai keadilan.
Keadilan menurut John Raws (priyono, 1993:35) adalah ukuran yang harus
diberikan untuk mencapai keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan
bersama. Ada 3 prinsip keadilan yaitu : (1) kebebasan yang sama yang sebesar-
besarnya, (2) perbedaan, (3) persamaan yang adil atas kesempatan.
Sedangkan Aristoteles menganggap keadilan merupakan gagasan yang ambigu.
Sebab dari satu sisi, konsep ini mengacu pada keseluruhan kebajikan sosial (termasuk
di dalamnya kebajikan dalam hubungan dengan sesama atau tetangga) dari sisi yang
lain juga mengacu pada salah satu jenis kebajikan khusus. Yang pertama disebut
keadilan Universal (umum) dan yang kedua disebut keadilan Partikular. Adapun
Keadilan Universal adalah keadilan yang terbentuk bersamaan dengan perumusan
hukum dan Keadilan partikular adalah jenis keadilan yang Aristoteles di identikan
dengan kejujuran (fairnes atau equalitas). Keadilan partikular terdiri dari dua jenis, yaitu :
(1) keadilan distributif alahah keadilan proporsional, dan (2) keadilan rektifikatoris atau
keadilan remedial adalah hubungan antarpersona (keadilan dalam perhubungan hukum
seperti terdapat didalam transaksi bisnis ataupun kontrak.
Di sisi lain menurut Adiwarman Karim, Presiden Direktur Karim Business Consulting,
Keadilan adalah perlakukan setiap orang sesuai haknya. Misalnya, berikan upah kepada
karyawan sesuai standar serta jangan pelit memberi bonus saat perusahaan
mendapatkan keuntungan lebih. Terapkan juga keadilan saat menentukan harga,
misalnya dengan tidak mengambil untung yang merugikan konsumen.
Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau kelompok orang
sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan . Kata "Bisnis" sendiri
memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya - penggunaan singular kata bisnis dapat
merujuk pada tiga bandan usaha, yaitu kesatuan yudiris (hukum), teknis dan ekonomis
yaitu bertujuan mencari laba atau keuntungan . Dalam ilmu ekonom, bisnis adalah suatu
organisasi yang menjual barnag atau jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya untuk
mendapatkan laba.
2.2 Paham Tradisional Dalam Bisnis
2.2.1 Keadilan Legal
Menyangkut hubungan antara individu atau kelompok masyarakat dengan negara.
Intinya adalah semua orang atau kelompok masyarakat diperlakukan secara sama
oleh negara di hadapan hukum.
Dasar moral :
1) Semua orang adalah manusia yang mempunyai harkat dan martabat yang
sama dan harus diperlakukan secara sama.
2) Semua orang adalah warga negara yang sama status dan kedudukannya,
bahkan sama kewajiban sipilnya, sehingga harus diperlakukan sama sesuai
dengan hukum yang berlaku.
Konsekuensi legal :
1) Semua orang harus secara sama dilindungi hukum, dalam hal ini oleh negara.
2) Tidak ada orang yang akan diperlakukan secara istimewa oleh hukum atau
negara.
3) Negara tidak boleh mengeluarkan produk hukum untuk kepentingan kelompok
tertentu.
4) Semua warga harus tunduk dan taat kepada hukum yang berlaku.
2.2.2 Keadilan Komutatif
1) Mengatur hubungan atau fair antara orang yang satu dengan yanglain atau
warga negara satu dengan warga negara lainnya.
2) Menuntut agar dalam interaksi sosial antara warga satu dengan yanglainnya
tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya.
3) Jika diterapkan dalam bisnis, berarti relasi bisnis dagang harus terjalin
dalam hubungan yang setara dan seimbang antara pihak yang satu
dengan lainnya.
4) Dalam bisnis, keadilan komutatif disebut sebagai keadilan tukar. Dengan kata
lain keadilan komutatif menyangkut pertukaran yang fair antara pihak-pihak
yang terlibat.
5) Keadilan ini menuntut agar baik biaya maupun pendapatan sama-sama dipikul
secara seimbang.
2.2.3 Keadilan Distributif
1) Keadilan distributif (keadilan ekonomi) adalah distribusi ekonomi yang merata
atau yang dianggap merata bagi semua warga negara. Menyangkut pembagian
kekayaan ekonomi atau hasil-hasil pembangunan.
2) Persoalannya apa yang menjadi dasar pembagian yang adil itu? Sejauh mana
pembagian itu dianggap adil?
3) Dalam sistem aristokrasi, pembagian itu adil kalau kaum ningrat mendapat lebih
banyak, sementara para budaknya sedikit.
4) Menurut Aristoteles, distribusi ekonomi didasarkan pada prestasi dan peran
masing-masing orang dalam mengejar tujuan bersama seluruh warga negara.
5) Dalam dunia bisnis, setiap karyawan harus digaji sesuai dengan prestasi, tugas,
dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.
6) Keadilan distributif juga berkaitan dengan prinsip perlakuan yg sama sesuai
dengan aturan dan ketentuan dalam perusahaan yg juga adil dan baik.
2.3 Teori Keadilan Modern
2.3.1 Keadilan Komutatif menurut Adam Smith
Adam Smith hanya menerima satu konsep atau teori keadilan, yaitu keadilan
komutatif. Alasannya karena menurut Adam Smith yang disebut keadilan
sesungguhnya hanya punya satu arti yaitu keadilan yang menyangkut kesetaraan,
keseimbangan, keharmonisan hubungan antara satu orang dengan orang lain.
Berikut adalah Prinsip Komutatif Adam Smith:
2.3.1.1 Prinsip No Harm
Yaitu prinsip tidak merugikan orang lain, khususnya tidak merugikan
hak dan kepentingan orang lain.
Prinsip ini menuntuk agar dalam interaksi sosial apapun setiap orang harus
menahan dirinya untuk tidak sampai merugikan hak dan kepentingan orang
lain, sebagaimana ia sendiri tidak mau agar hak dan kepentingannya
dirugikan oleh siapapun. Dalam bisnis, tidak boleh ada pihak yang
dirugikan hak dan kepentingannya, entah sebagai konsumen, pemasok,
penyalur, karyawan, investor, maupun masyarakat luas.
2.3.1.2 Prinsip Non-Intervention
Yaitu prinsip tidak ikut campur tangan. Prinsip ini menuntut agar demi
jaminan dan penghargaan atas hak dan kepentingan setiap orang, tidak
seorangpun diperkenankan untuk ikut campur tangan dlm kehidupan dan
kegiatan orang lain
Campur tangan dalam bentuk apapun akan merupakan pelanggaran
terhadaphak orang yang merupakan suatu harm (kerugian) dan itu berarti
telah terjadi ketidakadilan. Dalam hubungan antara pemerintah dan rakyat,
pemerintah tidak diperkenankan ikut campur tangan dalam kehidupan
pribadi setiap warga negara tanpa alasan yang dapat diterima, dan campur
tangan pemerintah akan dianggap sebagai pelanggaran keadilan. Dalam
bidang ekonomi, campur tangan pemerintah dlm urusan bisnis setiap
warga negara tanpa alasan yang sah akan dianggap sbg tindakah tidak
adil dan merupakan pelanggran atas hak individu tsb, khususnya hak atas
kebebasan.
2.3.1.3 Prinsip Keadilan Tukar
Atau prinsip pertukaran dagang yang fair, terutama terwujud dan terungkap
dalam mekanisme harga pasar.
Merupakan penerapan lebih lanjut dari no harm secara khusus dalam
pertukaran dagang antara satu pihak dengan pihal lain dalam pasar.
Adam Smith membedakan antara harga alamiah dan harga pasar atau
harga aktual. Harga alamiah adalah harga yang mencerminkan biaya
produksi yang telah dikeluarkan oleh produsen, yang terdiri dari tiga
komponen yaitu biaya buruh, keuntungan pemilik modal, dan sewa. Harga
pasar atau harga aktual adalah harga yang aktual ditawarkan dan dibayar
dalam transaksi dagang di dalam pasar.
Kalau suatu barang dijual dan dibeli pada tingkat harga alamiah, itu berarti
barang tersebut dijual dan dibeli pada tingkat harga yang adil. Padatingkat
harga itu baik produsen maupun konsumen sama-sama untung. Harga
alamiah mengungkapkan kedudukan yang setara and seimbang antara
produsen dan konsumen karena apa yang dikeluarkan masing-masing
dapat kembali (produsen: dalam bentuk harga yang diterimanya,
konsumen: dlm bentuk barang yang diperolehnya), maka keadilan nilai
tukar benar-benar terjadi.
Dalam jangka panjang, melalui mekanisme pasar yang kompetitif, harga
pasar akan berfluktuasi sedemikian rupa di sekitar harga alamiah
sehinggaakan melahirkan sebuah titik ekuilibrium yang menggambarkan
kesetaraan posisi produsen dan konsumen.
Dalam pasar bebas yang kompetitif, semakin langka barang dan jasa yang
ditawarkan dan sebaliknya semakin banyak permintaan, harga akan
semakin naik. Pada titik ini produsen akan lebih diuntungkan sementara
konsumen lebih dirugikan. Namun karena harga naik, semakin banyak
produsen yang tertarik utk masuk ke bidang industri tersebut, yang
menyebabkan penawaran berlimpah dengan akibat harga menurun. Maka
konsumen menjadi diuntungkan sementara produsen dirugikan.
2.3.2 Keadilan Distributif menurut John Rawls
Pasar memberi kebebasan dan peluang yang sama bagi semua pelaku
ekonomi. Kebebasan adalah nilai dan salah satu hak asasi paling penting yg
dimiliki oleh manusia, dan ini dijamin oleh sistem ekonomi pasar. Pasar
memberi peluang bagi penentuan diri manusia sbg makhluk yg bebas.
Ekonomi pasar menjamin kebebasan yg sama dan kesempatan yg fair.
2.2.3.1 Prinsip-prinsip Keadilan Distributif Rawls
2.2.3.1.1 Prinsip Kebebasan yg sama.
Setiap orang hrs mempunyai hak yang sma atas sistem kebebasan
dasar yg sama yg paling luas sesuai dengan sistem kebebasan
serupa bagi semua. Keadilan menuntut agar semua orang diakui,
dihargai, dan dijamin haknya atas kebebasan scr sama.
2.2.3.1.2 Prinsip Perbedaan (Difference Principle).
Bahwa ketidaksamaan sosial dan ekonomi harus diatur sedemikian
rupa sehingga ketidaksamaan tersebut :
1) Menguntungkan mereka yg paling kurang beruntung, dan
2) Sesuai dengan tugas dan kedudukan yg terbuka bagi semua di
bawah kondisi persamaan kesempatan yang sama.
Jalan keluar utama untuk memecahkan ketidakadilan distribusi
ekonomi oleh pasar adalah dengan mengatur sistem dan struktur
sosial agar terutama menguntungkan kelompok yang
tidak beruntung.
2.2.3.2 Kritik atas Teori Rawls:
Bahwa Prinsip Perbedaan yang berakibat menimbulkan ketidakadilan baru.
1) Prinsip tersebut membenarkan ketidakadilan, karena dengan prinsip
tersebut pemerintah dibenarkan untuk melanggar dan merampas hak
pihak tertentu utk diberikan kepada pihak lain.
2) Yang lebih tidak adil lagi adalah bahwa kekayaan kelompok tertentu yang
diambil pemerintah tadi juga diberikan kepadakelompok yang menjadi
tidak beruntung atau miskin karena kesalahannya sendiri. Prinsip
Perbedaan justru memperlakukan secaratidak adil mereka yang
dengan gigih, tekun, disiplin, dan kerja keras telah berhasil mengubah
nasib hidupnya terlepas dari bakat dan kemampuannya yang mungkin
pas-pasan.
2.4 Jalan Keluar Atas Masalah Ketimpangan Ekonomi
Terlepas dari kritik-kritik thd teori Rawls, kita akui bahwa Rawls mempunyai
pemecahan yang cukup menarik dan mendasar atas ketimpangan ekonomi. Dengan
memperhatikan secara serius kelemahan-kelemahan yang dilontarkan, kita dapat
mengajukan jalan keluar tertentu yg sebenarnya merupakan perpaduan teori Adam
Smith yg menekankan pada pasar, dan juga teori Rawls yang menekankan kenyataan
perbedaan bahkan ketimpangan ekonomi yg dihasilkan oleh pasar.
Harus kita akui bahwa pasar adalah sistem ekonomi terbaik hingga sekarang,
karena dari kacamata Adam Smith maupun Rawls, pasar menjamin kebebasan berusaha
scr optimal bagi semua orang. Karena itu kebebasan berusaha dan kebebasan dlm
segala aspek kehidupan harus diberi tempat pertama.
Negara dituntut utk mengambil langkah dan kebijaksanaan khusus tertentu yg scr
khusus dimaksudkan utk membantu memperbaiki keadaan sodial dan ekonomi kelompok
yg scr obyektif tidak beruntung bukan karena kesalahan mereka sendiri.
Dengan mengandalkan kombinasi mekanisme pasar dan kebijaksanaan selektif
pemerintah yg khusus ditujukan utk membantu kelompok yg scr obyektif tidak mampu
memanfaatkan peluang pasar scr maksimal. Dlm hal ini penentuan kelompok yg mendpt
perlakuan istimewa hrs dilakukan scr transparan dan terbuka. Langkah dan
kebijaksanaan ini mencakup pengaturan sistem melalui pranata politik dan legal,
sebagaimana diusulkan oleh Rawls, ttp harus tetap selektif sekaligus berlaku umum.
Jalan keluar ini sama sekali tidak bertentangan dg sistem ekonomi pasar karena sistem
ekonomi pasar sesungguhnya mengakomodasi kemungkinan itu.
Bab III
METODOLOGI PENELITIAN
Untuk memperoleh data yang digunakan dalam tugas ini, penulis menggunakan Metode
Searching di Internet, yaitu dengan membaca referensi-referensi yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas dalm tugas ini, membaca buku-buku bacaan serta jurnal-jurnal yang
berkaitan dengan penelitian ini.
Bab IV
PEMBAHASAN
5.1 Contoh Keadilan Dalam Bisnis
Perlakuan yang adil oleh manajemen perusahaan terhadap karyawan akan
menumbuhkan sikap positif dalam perusahaan maupun berkerja. Semakin adil
perusahaan memperlakukan karyawan, komitmen dan kinerja karyawan semakin tinggi.
Karyawan menghendaki perlakuan adil baik dari sisi distribusi dan prosedur atau dikenal
keadilan distributif dan keadilan procedural. Ketika para karyawan merasa diperlukan
adil, jiwa mereka akan tumbuh dua jenis outcomes berupa kepuasan dan komitmen
kerja.
Apabila karyawan menilai perlakuan yang mereka terima adil, maka hal ini akan
berpengaruh pada dua jenis hal, yaitu keputusan karyawan da komitmen karyawan.
Semakin tinggi mempersepsikan keadilan suatu kebijakan atau praktik manajemen,
maka ini akan berdampak pada peningkatan kepuasan dan komitmen karyawan (Heru
Kurnianto Tjahjono: Pikiran Rakyat, 14 Juli 2009). Perusahaan atau organisasi yang baik
akan mengeluarkan kebijakan yang mendorong karyawan berkomitmen dan merasa
dalam lingkungan yang diperlakukan secara adil oleh manajemen perusahaan atau
organisasi tersebut.
Heru Kuminto menyatakan, karyawan menghendaki perlakuan adil baik dari sisi
distribusi dan prosedur atau dikenal keadilan distributif dan procedural. Ketika para
karyawan merasa diperlukan adil, jiwa mereka akan tumbuh dua jenis outcomes berupa
kepuasan dan komitmen kerja. Keadilan terhadap karyawan bukan berarti tidak boleh
menurunkan gaji karyawan. Hal itu boleh saja dilakukan asal dilakukan dengan seadil-
adilnya. Pemimpin perusahaan KLA Instrument, Ken Levy menggunakan prinsip
keadilan yang penulis maksudkan, ketika perusahaan tersebut mengalami kesulitan. Ia
mengatakan dalam suatu rapat “pada hari ini saya menghendaki gaji karyawan dipotong
10%, tetapi karena saya mendapat yang paling besar maka saya mohon dipotong 20 %”.
Diluar dugaan, orang yang menghadiri rapat tersebut bukannya menjadi kesal karena
pemotongan itu, tetapi mereka sepakat dan karyawan tetap bekerja keras. Moral
karyawan bukan menurun, tetapi justru meningkat tajam, karena pemimpinnya
menggunakan prinsip keadilan.
5.2 Studi Kasus Enron
5.2.1 Sejarah Enron
Enron didirikan pada 1930 sebagai Northern Natural Gas Company, sebuah
konsorsium dari Northern American Power and Light Company, Lone Star Gas
Company, dan United Lights and Railways Corporation. Kepemilikan konsorsium ini
secara bertahap dan pasti dibubarkan antara 1941 dan 1947 melalui penawaran
saham kepada publik. Pada 1979, Northern Natural Gas mengorganisir dirinya
sebagai sebuah holding company, internorth , yang menggantikan Northern Natural
Gas di Pasar Saham Nwe York (New York Stock Exchange).
Enron Corporation adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis
di Houston, Texas, Amerika Serikat. Sebelum bangkrutnya pada akhir 2001, Enron
mempekerjakan sekitar 21.000 orang pegawai dan merupakan salah satu
perusahaan terkemuka di dunia dalam bidang listrik, gas alam, bubur kertas dan
kertas, dan komunikasi. Enron mengaku penghasilannya pada tahun 2000
berjumlah $101 miliar.
Fortune menamakan Enron "Perusahaan Amerika yang Paling Inovatif" selama
enam tahun berturut-turut. Enron menjadi sorotan masyarakat luas pada akhir
2001, ketika terungkapkan bahwa kondisi keuangan yang dilaporkannya didukung
terutama oleh penipuan akuntansi yang sistematis, terlembaga, dan direncanakan
secara kreatif. Operasinya di Eropa melaporkan kebangkrutannya pada 30
November 2002, dan dua hari kemudian, pada 2 Desember, di AS Enron
mengajukan permohonan perlindungan Chapter 11, Saat itu, kasus itu merupakan
kebangkrutan terbesar dalam sejarah AS dan menyebabkan 4.000 pegawai
kehilangan pekerjaan mereka.
5.2.2 Konflik Keadilan
Amerika Serikat banyak digunakan sebagai kiblat perekonomian oleh negara-
negara di dunia karena dianggap mampu menghasilkan kesejahteraan yang tinggi
bagi masyarkatnya. Namun, Amerika Serikat juga memiliki potret sistem
perekonomian yang buram dengan mencuatnya kasus perusahaan energi terbesar
di Amerika yaitu kasus Enron. Perusahan Enron tiba-tiba dinyatakan pailit setelah
tahun-tahun sebelumnya melaporkan kondisi keuangannya yang sehat begitupula
tingkat laba yang tinggi. Kebangkrutan ini bukan disebabkan oleh ekonomi dunia
yang sedang melemah, melainkan kesalahan fatal dalam sistem akuntan mereka.
Selama tujuh tahun terakhir, Enron melebih-lebihkan laba bersih dan menutup-
tutupi utang mereka.
Kasus Enron ini menghadirkan sejumlah fenomena ketidakadilan bagi
masyarakat Amerika Serikat maupun dunia. Stakeholder-stakeholder yang ada
tidak mendapatkan haknya untuk mengetahui informasi yang sebenarnya.
Berdasarkan konsep keadilan, seharusnya semua stakeholder dengan segala
kepentingannya berhak memproleh informasi untuk mendukung keputusannya.
Arthur Andersen selaku auditor independen mengambil peran yang banyak karena
bertanggung jawab dalam memeriksa sekaligus memberikan jasa konsultasi
terhadap perusahaan energi ini. Inilah salah satu sumber ketidakadilan itu, ketika
Andersen harus memposisikan dirinya untuk menasehati Enron sekaligus harus
memeriksanya sehingga sama dia memeriksa dirinya sendiri.
Andersen yang masuk dalam The Big Five ini pun dianggap bertanggung
jawab dalam memberikan usulan untuk membentuk partnership yang dijadikan
Enron sebagai kolega untuk menyembunyikan keburukannya sebagai perusahaan
besar. Dari segi hukum, kelihatannya hal ini tidak melanggar karena juga dibantu
oleh Vinson & Eikins sebuah kantor hukum yang menjadi penasehat Enron. Hal
inilah yang menghipnotis pandangan masyarakat sehingga melihat Enron begitu
‘kuat’ hingga harus tersadarkan dengan pengumuman kepailitannya.
Kasus Enron betul-betul komplit dalam menggambarkan proses ketidakadilan,
mulai dari proses beroperasinya perusahaan hingga informasi yang disampaikan
kepada masyarakt. Namun kesalahan ini tidak hanya bisa dilimpahkan pada Enron,
Andersen, serta Vinson & Eikins karena pemerintah juga mendukung dengan
aturan-aturan yang ada. Aturanlah yang memboleh Andersen menjadi auditor
sekaligus konsultan bagi Enron, begitupula hukum-hukum bisnis yang lain seperti
aturan mengenai konsolidasi laporan keuangan. Jadi, ketidakadilan bisa dilihat baik
dari segi keadilan sosial maupun ditimbang dengan hukum baik secara langsung
maupun tidak secara langsung.
Bab V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dan teori-teori yang diungkapkan para ahli, bahwa keadilan
merupakan elemen penting dalam bisnis. Dari beberapa contoh diatas kita tahu bahwa
keadilan, perilaku etis dan kepercayaan dapat mempengaruhi operasi perusahaan.
Kunci utama kesuksesan bisnis adalah reputasinya sebagai pengusaha yang
memegang teguh integritas dan kepercayaan pihak lain.
Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar konsep keadilan dan
kejujuran yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan
bukan untuk dilanggar. Yang menyebabkan kebangkrutan dan keterpurukan pada
perusahaan Enron adalah Editor, Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi
terbesar) yang merupakan kantor akuntan Enron. Keduanya telah bekerja sama dalam
memanipulasi laporan keuangan sehingga merugikan berbagai pihak baik pihak
eksternal seperti para pemegang saham dan pihak internal yang berasal dari dalam
perusahaan enron. Enron telah melanggar etika dalam bisnis dengan tidak melakukan
manipulasi-manipulasi guna menarik investor. Sedangkan Arthur Andersen yang
bertindak sebagai auditor pun telah melanggar etika profesinya sebagai seorang
akuntan. Arthur Andersen telah melakukan “kerjasama” dalam memanipulasi laporan
keuangan Enron. Hal ini jelas Arthur Andersen tidak bersikap independent sebagaimana
yang seharusnya sebagai seorang akuntan. Dan Jelas kasus ini sangat membuat para
investor menjadi ikut menderita akibat tindakan yang sangat merugikan keuangan
internasional. Sejak saat itu para investor mengurangi aktivitasnya di bursa saham
sehingga gairah bursa dunia menjadi lesu. Enron juga menjadi lambang populer dari
penipuan dan korupsi korporasi yang dilakukan secara sengaja.
5.2 Saran
1) Untuk para investor sebaiknya lebih berhati-hati dalam membidik peluang investasi;
2) KAP Andersen seharusnya menjungjung tinggi independensi dan profesionalisme,
serta tidak melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar dari tanggungjawab
terhadap profesi maupun masyarakat;
3) Seharusnya pemerintah pada saat itu tidak mendukung juga dengan aturan-aturan
yang ada. Jadi, tidak ada hukum mengenai konsolidasi laporan keuangan yang bisa
menghentikn perbuatan curang itu dan pada saat itu Aturanlah yang memboleh
Andersen menjadi auditor sekaligus konsultan bagi Enron. Dari situ ketidakadilan
bisa dilihat baik dari segi keadilan sosial maupun ditimbang dengan hukum baik
secara langsung maupun tidak secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Keraf, A. Sonny. 2006. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius
Drs. M. Sastrapratedja. 2002. Etika Dan Hukum: Relevansi Teori Hukum Kodrat Th.Aquinas.
Yogyakarta : Kanisius
http://japanesebuginese.wordpress.com/2012/10/05/kasus-keadilan-dan-ketidakadilan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Enron
Bab 5
ETIKA PASAR BEBAS
dan PERAN PEMERINTAH
Bila kelima hal tersebut dilakukan maka niscaya di era globalisasi dan perdagangan bebas
ini, Indonesia akan mampu bangkit dan bersaing di pasar domestik maupun di pasar
global sehingga diakui dimata dunia dan pada gilirannya dapat memberikan kesejahteraan
dan kemakmuran yang diharapkan seluruh rakyat Indonesia.
Referensi:
http://fraditya13.blogspot.com/2012/11/etika-bisnis-etika-pasar-bebas.html
http://perilaku-konsumen.blogspot.com/2010/11/etika-dalam-pasar-bebas.html
http://gunawancorleone.blogspot.co.id/2011/11/etika-bisnis-dalam-pasar-persaingan.html
https://novrygunawan.wordpress.com/2010/11/28/contoh-kasus-etika-bisnis-kasus-di-
tolaknya-indomie-di-taiwan-tugas-etika-bisnis-ke-2
Bab 6
ETIKA BISNIS DAN LINGKUNGAN
Bab 7
ETIKA BISNIS DALAM PERUSAHAAN
REFERENSI :
http://syadiashare.com/pengertian-perusahaan.html
http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/08/pengertian-perusahaan.html
http://www.anneahira.com/artikel-umum/etika-bisnis.html
http://rosicute.wordpress.com/2010/11/23/pengertian-etika-bisnis
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/09/teori-etika-bisnis-dan-pengertian-pasar-monopoli
-dan-oligopoly.html
Bab 8
ETIKA PERILAKU PERUSAHAAN
DAFTAR PUSTAKA
Greenberg, Jerald dan Baron, Robert A. (2010). Behavior In Organizations. Upper Saddle
River: Pearson Education.
Velasquez, Manuel G. (2010). Business Ethics Concepts and Cases. Upper Sadle River:
Prentice Hall.
Bertens, Kees. (2000). Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius.
Bab 9
ETIKA DISKRIMINASI PEKERJAAN
Bab 10
ETIKA PRODUKSI DAN PEMASARAN KONSUMEN
Bab 11
ETIKA IKLAN
ABSTRAK
Penulisan yang berjudul “Iklan Dalam Etika dan Estetika“ ini membahas tentang
bagaimana seharusnya produsen mempromosikan suatu produk barang atau jasa kepada
konsumen dilihat dari sisi kepentingan perusahaan dan hak-hak konsumen. Makalah ini
dilatarbelakangi oleh penerapan etika dan estetika dalam iklan yang dilakukan sebuah
perusahaan untuk menarik perhatian konsumen. Hampir setiap hari kita dibanjiri oleh iklan
yang disajikan media-media massa, baik cetak maupun elektronik. Akibatnya seakan-akan
upaya pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari untuk sebagian besarnya dikondisikan oleh
iklan. Memang, inilah sebenarnya peran yang diemban oleh iklan, yakni sebagai kekuatan
ekonomi dan sosial yang menginformasikan konsumen perihal produk-produk barang dan
jasa yang bisa dijadikan sebagai pemuas kebutuhan. Dalam peran seperti inilah, di mana
pun juga, kita bisa dengan mudah menemukan iklan-iklan mulai dari yang paling sekuler
sampai kepada informasi mengenai aktivitas-aktivitas keagamaan, perjalanan ziarah, dan
sebagainya.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB III
METODE PENULISAN
Pada penulisan ini, informasi yang didapatkan oleh penulis bersumber dari internet
yang berkaitan dengan etika bisnis agar rumusan dan tujuan penulisan ini dapat terjawab.
Data dalam penulisan ini mengunakan data sekunder. Dimana pengertian Data Sekunder
adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada
(peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti
Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari persoalan di atas, beberapa prinsip yang kiranya perlu diperhatikan dalam iklan,
sebagai berikut :
1) Iklan tidak boleh menyampaikan informasi yang palsu dengan maksud memperdaya
konsumen.
2) Iklan wajib menyampaikan semua informasi tentang produk tertentu, khususnya
menyangkut keamanan dan keselamatan manusia.
3) Iklan tidak boleh mengarah pada pemaksaan khususnya secara kasar dan terang-
terangan.
4) Iklan tidak boleh mengarah pada tindakan yang bertentangan dengan moralitas.
4.3 Makna Etika dan Estetika Dalam Iklan
Fungsi iklan pada akhirnya membentuk citra sebuah produk dan perusahaan di mata
masyarakat. Citra ini terbentuk oleh kesesuaian antara kenyataan sebuah produk yang
diiklankan dengan informasi yang disampaikan dalam iklan. Prinsip etika bisnis yang paling
relevan dalam hal ini adalah nilai kejujuran. Dengan demikian, iklan yang membuat
pernyataan salah atau tidak benar dengan maksud memperdaya konsumen adalah sebuah
tipuan.
Ciri-ciri iklan yang baik :
a. Etis: berkaitan dengan kepantasan.
b. Estetis: berkaitan dengan kelayakan (target market, target audiennya, kapan harus
ditayangkan?).
c. Artistik: bernilai seni dan memenuhi nilai estetika sehingga mengundang daya tarik
khalayak.
Contoh Penerapan Etika dalam Periklanan :
a. Iklan rokok: Tidak menampakkan secara eksplisit orang merokok.
b. Iklan pembalut wanita: Tidak memperlihatkan secara realistis dengan memperlihatkan
daerah kepribadian wanita tersebut.
c. Iklan sabun mandi: Tidak dengan memperlihatkan orang mandi secara utuh.
Etika secara umum :
a. Jujur : tidak memuat konten yang tidak sesuai dengan kondisi produk
b. Tidak memicu konflik SARA
c. Tidak mengandung pornografi
d. Tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
e. Tidak melanggar etika bisnis, contoh: saling menjatuhkan produk tertentu dan
sebagainya.
f. Tidak plagiat.
4.4 Kebebasan Konsumen
Iklan merupakan suatu aspek pemasaran yang penting, sebab iklan menentukan
hubungan antara produsen dengan konsumen. Secara konkrit, iklan menentukan pula
hubungan penawaran dan permintaan antara produsen dan pembeli, yang pada
gilirannya ikut pula menentukan harga barang yang dijual dalam pasar.
Kode etik periklanan tentu saja sangat diharapkan untuk membatasi pengaruh iklan
ini. Akan tetapi, perumusan kode etik ini harus melibatkan berbagai pihak, yang antara
lain: ahli etika, konsumen (lembaga konsumen), ahli hukum, pengusaha, pemerintah,
tokoh agama, dan tokoh masyarakat tertentu, tanpa harus merampas kemandirian profesi
periklanan. Yang juga penting adalah bahwa profesi periklanan dan organisasi profesi
periklanan perlu benar-benar mempunyai komitmen moral untuk mewujudkan iklan yang
baik bagi masyarakat. Namun, jika ini tidak memadai, kita membutuhkan perangkat legal
politis dalam bentuk aturan perundang-undangan tentang periklanan beserta sikap tegas
tanpa kompromi dari pemerintah melalui departemen terkait untuk menegakkan dan
menjamin iklan yang baik bagi masyarakat.
4.5 Prinsip Moral yang Perlu dalam Iklan
1. Prinsip Kejujuran
Prinsip ini berhubungan dengan kenyataan bahwa bahasa penyimbol iklan seringkali
dilebih-lebihkan, sehingga bukannya menyajikan informasi mengenai persediaan
barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen, tetapi mempengaruhi bahkan
menciptakan kebutuhan baru. Maka yang ditekankan di sini adalah bahwa isi iklan
yang dikomunikasikan haruslah sungguh-sungguh menyatakan realitas sebenarnya
dari produksi barang dan jasa. Sementara yang dihindari di sini, sebagai konsekuensi
logis, adalah upaya manipulasi dengan motif apa pun juga.
2. Prinsip Martabat Manusia sebagai Pribadi
Bahwa iklan semestinya menghormati martabat manusia sebagai pribadi semakin
ditegaskan dewasa ini sebagai semacam tuntutan imperatif (imperative requirement).
Iklan semestinya menghormati hak dan tanggung jawab setiap orang dalam memilih
secara bertanggung jawab barang dan jasa yang ia butuhkan. Ini berhubungan
dengan dimensi kebebasan yang justeru menjadi salah satu sifat hakiki dari martabat
manusia sebagai pribadi. Maka berhadapan dengan iklan yang dikemas secanggih
apa pun, setiap orang seharusnya bisa dengan bebas dan bertanggung jawab
memilih untuk memenuhi kebutuhannya atau tidak.
Yang banyak kali terjadi adalah manusia seakan-akan dideterminir untuk memilih
barang dan jasa yang diiklankan, hal yang membuat manusia jatuh ke dalam sebuah
keniscayaan pilihan. Keadaan ini bisa terjadi karena kebanyakan iklan dewasa ini
dikemas sebegitu rupa sehingga menyaksikan, mendengar atau membacanya segera
membangkitkan “nafsu” untuk memiliki barang dan jasa yang ditawarkan (lust),
kebanggaan bahwa memiliki barang dan jasa tertentu menentukan status sosial
dalam masyarakat, dll.
3. Iklan dan Tanggung Jawab Sosial
Meskipun sudah dikritik di atas, bahwa iklan harus menciptakan kebutuhan-kebutuhan
baru karena perananya yang utama selaku media informasi mengenai kelangkaan
barang dan jasa yang dibutuhkan manusia, namun dalam kenyataannya sulit dihindari
bahwa iklan meningkatkan konsumsi masyarakat. Artinya bahwa karena iklan
manusia “menumpuk” barang dan jasa pemuas kebutuhan yang sebenarnya bukan
merupakan kebutuhan primer. Penumpukan barang dan jasa pada orang atau
golongan masyarkat tertentu ini disebut sebagai surplus barang dan jasa pemuas
kebutuhan. Menyedihkan bahwa surplus ini hanya dialami oleh sebagai kecil
masyarakat. Bahwa sebagian kecil masyarakat ini, meskipun sudah hidup dalam
kelimpahan, toh terus memperluas batasa kebutuhan dasarnya, sementara mayoritas
masyarakat hidup dalam kemiskinan.
Di sinilah kemudian dikembangkan ide solidaritas sebagai salah satu bentuk tanggung
jawab sosial dari iklan. Berhadapan dengan surplus barang dan jasa pemuas
kebutuhan manusia, dua hal berikut pantas dipraktekkan. Pertama, surplus barang
dan jasa seharusnya disumbangkan sebagai derma kepada orang miskin atau
lembaga/institusi sosial yang berkarya untuk kebaikan masyarakat pada umumnya
(gereja, mesjid, rumah sakit, sekolah, panti asuhan, dll). Tindakan karitatif semacam
ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kehidupan cultural masyarakat akan
semakin berkembang. Kedua, menghidupi secara seimbang pemenuhan kebutuhan
fisik, biologis, psikologis, dan spiritual dengan perhatian akan kebutuhan masyarakat
pada umumnya. Perhatian terhadap hal terakhir ini bisa diwujudnyatakan lewat
kesadaran membayar pajak ataupun dalam bentuk investasi-investasi, yang tujuan
utamanya adalah kesejahteraan sebagian besar masyarakat.
4.6 Contoh Kasus Etika Periklanan
1. Iklan yang tidak beretika
a. Iklan Fren versi : “Nelpon Pake Fren Bayarnya Pake Daun”
Pembahasan:
Persaingan sengit antara para penyedia layanan kartu seluler tampaknya sudah
memasuki suatu dimensi baru. Perang tarif dan perang ikon menjadi sesuatu
yang lumrah, dan lagi-lagi masyarakat yang menjadi tujuan peperangan tersebut.
Fren, salah satu penyedia layanan kartu seluler beberapa waktu lalu
mengeluarkan sebuah iklan yang menampilkan seorang wanita hanya
mengenakan daun dan ditemani beberapa pria yang juga hanya mengenakan
daun.
Setidaknya ada 2 hal di iklan itu yang menjadi bahan perdebatan :
1. Iklan ini menempatkan seorang wanita muda hanya mengenakan daun, dan ada
tiga pria yang juga hanya mengenakan daun di belakangnya. Iklan ini tidak
mendidik. Iklan ini jelas termasuk iklan yang mengeksploitasi seksual. Apa
salahnya bila wanita dan tiga pria itu mengenakan pakaian yang pantas?
2. YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) juga mempermasalahkan slogan
dari Fren, “Nelpon Pake Fren Bayarnya Pake Daun”. YLKI berpendapat daun
bukan merupakan alat pembayaran yang sah.
b. Iklan Mie Sedaap versi: “Bermain Bola”
Pembahasan :
Dengan menggunakan beberapa anak kecil sebagai model dalam iklan tersebut
sehingga dapat menarik perhatian pemirsa untuk membeli produk baru yang
dikeluarkan oleh Mie Sedaap. Isi dari iklan ini adalah di mana beberapa anak
kecil yang sedang bermain sepak bola di lapangan tanpa sengaja memecahkan
kaca rumah milik seseorang di dekat lapangan tersebut. Pemilik rumah muncul
dan memarahi anak-anak tersebut namun, anak-anak tersebut berusaha berdalih
bahwa mereka sedang melakukan senam yoga. Kemudian, mereka bersama-
sama memakan Mie Sedaap Rasa Kari Ayam Spesial yang terbaru di sana
barulah anak-anak tersebut berbicara jujur sehingga salah satu anak dilempar
menggunakan bola.
Kritik iklan: saya mengkritik iklan tersebut karena saat pemilik rumah muncul dan
memarahi anak-anak itu mereka tidak mengakui perbuatan mereka sehingga
memberikan contoh yang buruk kepada orang lain yang menonton terutama
anak-anak karena mengajarkan anak-anak berbohong dan tidak bertanggung
jawab atas perbuatan yang dilakukan sehingga dapat memberikan dampak
negatif terhadap moral anak-anak bangsa Indonesia. Seharusnya iklan tersebut
dibuat menarik dengan tidak menggunakan unsur mengajari anak-anak untuk
berbohong, agar iklan tersebut dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
menontonnya.
2. Iklan yang beretika :
a. AXIS versi : Amir ” Layang-layang”
Begitu lihat iklan kartu GSM AXIS versi Amir “Layang-layang”, dibanding iklan
GSM yang lain, iklan Axis versi ini lebih kreatif, tidak muluk-muluk, tidak terlalu
obral janji, tidak ribet untuk dipahami karena iklannya sangat simpel, dan tidak
mengejek kartu GSM lain, kalaupun ada transaksi di dalam iklannya (jual layang-
layang) itu menurut saya hanya menunjukkan kalau “si punya” iklan
kompetitif dengan produk sejenis di pasar.
b. Iklan Susu Nutrilon Royal versi : “Life Starts Here”
Iklan yang menggambarkan keceriaan anak-anak dalam bermain dan
menunjukkan bahwa setiap anak berhak untuk bermimpi dan memiliki impian yang
berbeda-beda. Terdapat puisi yang indah, puisi ini bisa menjadikan motivasi buat
kita menjadi orang yang bisa akan meraih mimpi kita. Dan jika diterjemahkan bunyi
puisinya antara lain seperti ini:
Saya ingin menjalani hidup saya untuk sepenuhnya mutlak
Untuk membuka mata saya, untuk menjadi semua yang saya bisa
Untuk perjalanan jalan tidak diambil, untuk memenuhi wajah yang tidak diketahui
Untuk merasakan angin, menyentuh bintang-bintang
Aku berjanji untuk menemukan diri sendiri
Untuk berdiri tegak dengan kebesaran
Untuk memburu dan menangkap setiap mimpi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam periklanan kita tidak dapat lepas dari etika. Di mana di dalam iklan itu sendiri
mencakup pokok-pokok bahasan yang menyangkut reaksi kritis masyarakat Indonesia
tentang iklan yang dapat dipandang sebagai kasus etika periklanan. Sebuah perusahaan
harus memperhatikan etika dan estetika dalam sebuah iklan dan terus memperhatikan hak-
hak konsumen.
5.2 Saran
Dalam penulisan ini penulis memberikan saran yaitu
1) Seharusnya suatu iklan selain menarik juga harus mendidik karena bukan hanya orang
dewasa saja yang menonton iklan tersebut melainkan semua golongan masyarakat
mulai dari anak kecil hingga dewasa.
2) Dalam bisnis periklanan perlulah adanya kontrol tepat yang dapat mengimbangi
kerawanan tersebut sehingga tidak merugikan konsumen. Sebuah perusahaan harus
memperhatikan kepentingan dan hak-hak konsumen, dan tidak hanya memikirkan
keuntungan semata.
Tugas Terstruktur
Umpan Balik Ketuntasan Materi
Buatlah makalah yang memberikan contoh iklan yang beretika dan yang tidak beretika!