Anda di halaman 1dari 19

PETUNJUK PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN


AGROTEKNOLOGI

LABORATORIUM ILMU TANAMAN


PRODI AGROTEKNOLOGI FAK. PERTANIAN
UPN ‘VETERAN’ YOGYAKARTA

1
2023
ACARA I
PESEMAIAN

A. TUJUAN : Mengetahui cara membuat pesemaian untuk budidaya tanaman

B. TINJAUAN PUSTAKA
Pesemaian (Nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih atau
bahan lain dari tanaman menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di
persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari kegiatan penanaman. Penanaman
benih di lapangan dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung yang berarti
harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian. Penanaman secara langsung ke
lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji tersebut berukuran besar dan jumlah
persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih lebih besar tetapi kalua jumlahnya
terbatas, maka benih tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dahulu.
Pemindahan/penanaman bibit berupa semai dari persemaian ke lapangan dapat
dilakukan setelah semai-semai dari persemaian tersebut sudah kuat. Pengadaan bibit/semai
melalui persemaian yang dimulai sejak penaburan benih merupakan cara yang lebih
menjamin keberhasilan penanaman di lapangan. Selain pengawasannya mudah, penggunaan
benih-benih lebih dapat dihemat dan juga kualitas semai yang akan ditanam di lapangan
lebih terjamin dibandingkan dengan cara menanam benih langsung di lapangan.
Tempat persemaian dapat menggunakan berbagai alternative tergantung pada jenis
yang akan dibibitkan. Berbagai metode persemaian telah banyak dikenal oleh masyarakat
terutama petani seperti persemaian, bedengan, polybag, dan tray. Dari berbagai jenis
persemaian telah berkembang pula metode persemaian dengan menggunakan system semi
float bed, dimana dalam satu wadah persemian dapat disemai lebin dari 50 benih tanaman.
Metode persemaian dengan potrays telah dikenal oleh petano, persemaian ini juga dapat
digunakan untuk perkecambahan tanaman sayuran.

2
C. ALAT DAN BAHAN
Alat : nampan, ember, cetok
Bahan : benih sayuran, pupuk kandang, tanah

D. CARA KERJA
1. Buat media persemaian yang terdiri dari tanah dan pupuk kendang perbandingan 1:1, lalu
pindahkan ke nampan.
2. Buat 3 bedengan pada nampan yang telah diisi media.
3. Siram media hingga lembab.
4. Taburkan benih sayuran pada tiap bedengan yang dibuat di nampan.
5. Letakkan di bawah tempat teduh.
6. Siram setiap hari.

E. PENGAMATAN
1. Amatilah pertumbuhan bibit: tinggi bibit, jumlah daun.
2. Umur bibit siap dipindah tanam.

3
ACARA II
PENGAMATAN PARAMETER KUALITAS
DAN KUANTITAS TANAMAN

A. TUJUAN : 1. Mengetahui cara mengukur kualitas hasil tanaman


2. Mengetahui cara mengukur kuantitas hasil tanaman

B. TINJAUAN PUSTAKA
Peningkatan produksi pertanian dalam suatu penelitian dapat diketahui dari
mengukur beberapa parameter. Cara mengukur parameter pada tanaman dapat dilakukan
pada saat fase vegetatif (pertumbuhan) dan fase generatif (pembuahan). Untuk menentukan
kuantitas tanaman dapat di ukur melalui parameter, tinggi tanaman, jumlah daun , luas daun,
bobot hasil dll, sedangkan untuk kualitas dapat diukur melalui parameter kandungan gula,
vit C, karbohidrat dll.
Pengukuran kadar gula total dapat menggunakan refraktometer. Refractometer adalah
alat yang digunakan untuk mengukur kadar /konsentrasi bahan terlarut misalnya : Gula,
Garam, Protein dsb. Prinsip kerja dari refractometer sesuai dengan namanya adalah dengan
memanfaatkan refraksi cahaya. Alat ini sangat mudah dalam penggunaan dan perawatannya.
dalam melihat hasil bacaan dari kadar garam pada air.

Gambar. Refraktometer
Metode konvensional dalam pengukuran parameter luas daun dapat dilakukan
dengan cara yang bermacam-macam.
Beberapa metode yang digunakan untuk mengukur luas daun
1. Metode Kertas Milimeter
Metode ini menggunakan kertas milimeter dan peralatan menggambar untuk mengukur
luas daun. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun dengan bentuk daun
relatif sederhana dan teratur. Pada dasarnya, daun digambar pada kertas milimeter yang

4
dapat dengan mudah dikerjakan dengan meletakkan daun diatas kertas milimeter dan pola
daun diikuti. Luas daun ditaksir berdasarkan jumlah kotak yang terdapat dalam pola daun.
Sekalipun metode ini cukup sederhana, waktu yang dibutuhkan untuk mengukur suatu
luasan daun relatif lama, sehingga ini tidak cukup praktis diterapkan apabila jumlah
sampel banyak.
2. Gravimetri
Metode ini menggunakan timbangan dan alat pengering daun (oven). Pada prinsipnya
luas daun ditaksir melalui perbandingan berat (gravimetri). Ini dapat dilakukan pertama
dengan menggambar daun yang akan ditaksir luasnya pada sehelai kertas, yang
menghasilkan replika (tiruan) daun. Replika daun kemudian digunting dari kertas yang
berat dan luasnya sudah diketahui. Luas daun kemudian ditaksir berdasarkan
perbandingan berat replika daun dengan berat total kertas.
3. Planimeter
Planimeter merupakan suatu alat yang sering digunakan untuk mengukur suatu luasan
dengan bentuk yang tidak teratur dan berukuran besar seperti peta. Alat ini dapat
digunakan untuk mengukur luas daun apabila bentuk daun tidak terlalu rumit. Jika daun
banyak dan berukuran kecil, metode ini kurang praktis karena membutuhkan banyak
waktu. Suatu hal yang perlu diingat dalam penggunaan planimeter adalah bahwa
pergeseran alat yang searah dengan jarum jam merupakan faktor yang menentukan
tingkat ketelitian pengukuran. Ini sering menjadi masalah pada pengukuran daun secara
langsung karena pinggiran daun yang tidak dapat dibuat rata dengan tempat pengukuran
sekalipun permukaan tempat pengukuran telah dibuat rata dan halus.
4. Metode Panjang Kali Lebar
Metode yang dipakai untuk daun yang bentuknya teratur, luas daun dapat ditaksir dengan
mengukur panjang dan lebar daun.
5. Metode Fotografi
Metode ini sangat jarang digunakan. Dengan metode ini, daun-daun tanaman ditempatkan
pada suatu bidang datar yang berwarna terang (putih) dipotret bersama-sama dengan
suatu penampang atau lempengan (segi empat) yang telah diketahui luasnya. Luas hasil
foto daun dan lempengan acuan dapat kemudian diukur dengan salah satu metode yang
sesuai sebagaimana diuraikan diatas seperti planimeter. Luas daun kemudian dapat

5
ditaksir kemudian berdasarkan perbandingan luas hasil foto seluruh daun dengan luas
lempengan acuan tersebut.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat : refraktometer, timbangan analitis, penggaris, kertas millimeter, gunting, pensil
Bahan : buah semangka, buah melon, buah mangga, daun

D. CARA KERJA
1. Ukur kadar gula total menggunakan alat refraktometer
2. Penentuan luas daun berdasarkan berat kertas
Untuk masing-masing daun dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menggambar bentuk daun yang akan dicari luasnya pada kertas milimeter
b. Memotong gambar daun tersebut di atas sesuai dengan bentuk daunnya
c. Menimbang gambar daun tersebut dan mencatatnya (A g)
d. Memotong kertas milimeter dengan ukuran 10 cm x 10 cm kemudian ditimbang (misal
B g)
e. Menghitung luas daun yang akan diukur dengan rumus:
A
LUAS DAUN= ---- x 100 cm2
B
3. Penentuan luas daun berdasarkan luasan pada kertas milimeter
Untuk masing-masing daun dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menggambar bentuk daun yang akan dicari luasnya pada kertas milimeter
b. Memotong gambar daun tersebut di atas sesuai dengan bentuk daunnya
c. Hitunglah luasan kotak milimeter dengan mengelompokkan sesuai dengan besar kotak
(1 cm2) yaitu 80%-100%; 60%-80%; 40%-60%; 20%-40% dan < 20%
d. Luas daun berdasar jumlah persentase masing-masing tersebut kemudian dihitung,
misalnya sebagai berikut:
80-100% = 3 buah------🡪 300%
60-80% = 4 buah------🡪 240%
40-60% = 6 buah------🡪 360%

6
20-40% = 5 buah------🡪 200%
< 20% = 5 buah------🡪 100%
-------- +
1200%
Jadi luas daun bersangkutan = 1200% x 1 cm = 12 cm2

E. PENGAMATAN
Buat tabel pengamatan parameter kualitas dan kuantitas untuk masing-masing jenis tanaman

7
ACARA III
PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF (STEK & CANGKOK)

A. TUJUAN : Mengetahui cara-cara perbanyakan tanaman secara vegetatif

B. TINJAUAN PUSTAKA
Perbanyakan secara vegetatif dilakukan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti
cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif
yang ada di bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang
memiliki akar, batang dan daun sekaligus. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan
dengan cara cangkok, rundukan, stek dan kultur jaringan.
Keunggulan perbanyakan ini adalah menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang
sama dengan pohon induknya. Selain itu, tanaman yang berasal dari perbanyakan secara
vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah. Sementara itu, kelemahannya adalah
membutuhkan pohon induk dalam jumlah besar sehingga membutuhkan banyak biaya.
Kelemahan lain, tidak dapat menghasilkan bibit secara massal jika cara perbanyakan yang
digunakan cangkok atau rundukan. Untuk menghasilkan bibit secara massal sebaiknya
dilakukan dengan stek. Namun tidak semua tanaman dapat diperbanyak dengan cara stek
dan tingkat keberhasilannya sangat kecil.
Terdapat beberapa teknik pembiakan vegetatif yang banyak diterapkan untuk
menghasilkan bibit pada jenis-jenis tanaman. Penerapan teknik-teknik tersebut tergantung
pada tujuan penanaman dan kemampuan masing-masing jenis untuk diperbanyak secara
vegetatif (Hartmann et al., 1990). Beberapa metode dalam perkembangan vegetatif, yakni:
mencangkok, stek, okulasi dan grafting.
Mencangkok merupakan teknik yang dlakukan untuk mendapatkan anakan sebagai
bahan tanaman dalam pembangunan bank klon, kebun benih klon, kebun persilangan karena
dengan teknik ini bersifat dewasa sehingga lebih cepat berbunga dan berbuah.
Pencangkokan dilakukan dengan cara menyayat dan mengupas kulit sekekeliling batang,
lebar sayatan tergantung dengan jenis tanaman yang dicangkok. Penyayatan dilakukan
sedemikian rupa sehingga lapisan kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis).
Setelah luka yang dibuat cukup kering, Rootone-F diberikan sebagai perlakuan agar bahan

8
cangkokan cepat berakar. Media yang digunakan terdiri dari tanah dan kompos kemudian
dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang diatas sayatan telah menghasilkan
sistem perakaran yang bagus, batang dapat dipotong dan bisa langsung dipindah tanamkan.
Keunggulan cangkok adalah mudah dilakukan, dan tingkat keberhasilannya tinggi.
Selain itu, tanaman yang dihasilkan dapat mewarisi 100% sifat induknya.namun, tanaman
hasil cangkok juga memiliki kelemahan, yaitu percabangannya tidak lebat dan tidak
kompak, serta produktivitas buahnya terbatas.
Keberhasilan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk
pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang true to name atau true to type.
Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu dari tanaman itu sendiri dan
ekstern yaitu dari lingkungan sekitar. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi regenerasi
akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh. Faktor
intern yang paling penting dalam mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk pada stek adalah
faktor genetik. Jenis tanaman yang berbeda mempunyai regenerasi yang berbeda pula. Untuk
menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cara stek, tanaman sumber
seharusnya memiliki sifat-sifat unggul serta tidak terkena hama dan penyakit. Selain itu,
manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan status fisiologi tanaman sumber juga penting
dilakukan agar tingkat keberhasilan stek tinggi.
Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam
perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Beberapa kelebihan dari
perbanyakan tanaman dengan cara okulasi yaitu :(1) Dengan cara diokulasi dapat diperoleh
tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi. (2) Pertumbuhan tanaman yang seragam. (3)
Penyiapan benih relatif singkat. Kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif
dengan cara okulasi yaitu : (1) Terkadang suatu tanaman hasil okulasi ada yang kurang
normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas
(entres) (2) perlu menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini. (3) Bila salah satu
syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan gagal atau mata entres
tidak tumbuh sangat besar.
Grafiting adalah seni penyambungan 2 jaringan tanaman hidup sedemikian rupa
sehingga keduanya bergabung dan tumbuh serta berkembang sebagai satu tanaman

9
gabungan. Teknik apapun yang memenuhi kriteria ini dapat digolongkan sebagai metode
grafiting.
Penyambungan dilakukan dengan cara menyambungkan scion berupa bagian pucuk
atau tunas dari tajuk pohon pius pada tanaman batang bawah yang telah disediakan. Cara ini
banyak dilakukan pada singkong dan buah-buahan. Mula-mula biji disemaikan. Setelah
tumbuh lalu disambung dengan ranting/cabang dari pohon sejenis yang buahnya baik.
Kemiringan potongan kurang lebih 45°. Diameter batang atas harus sesuai dengan diameter
batang bawah. Kedua sambungan itu diikat dengan kuat. Diusahakan agar tidak terjadi
infeksi. Buah yang dihasilkannya akan sama dengan buah yang dihasilkan pohon asalnya.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat : cutter, plastik, cetok, ember, polybag, gelas plastik, tali
Bahan : stek tanaman buah, tanaman bougenville/puring, kompos, arang sekam, atonik, vit.
B1, bawang merah, tanah

D. CARA KERJA
1. Cara Stek
● Siapkan bahan stek dari batang tanaman
● Permukaan batang bagian bawah dipotong menyerong, oleskan dengan atonik dan
vitamin B1
● Tanamlah pada media campuran tanah:pupuk kompos
● Siram setiap hari, jangan sampai becek.
2. Cara cangkok
● Pilih pohon induk, tentukan cabang yang pertumbuhannya baik
● Buatlah keratan melingkar batang (cabang) sebanyak tiga buah keratan dengan jarak
antar keratan 5 cm dengan menggunakan pisau steril.
● Kupaslah kulit batang yang berada diantara dua keratan tersebut, bersihkan
kambiumnya sampai bersih dengan cara mengeroknya dengan pisau
● Ambil media (kompos : arang sekam : tanah) yang sudah dibasahi dan balutkan pada
bagian cabang yang telah dikupas.
● Cabang yang sudah terbalut segera dibungkus dengan plastik kemudian diikat.

10
● Siram setiap hari media cangkok, jangan sampai kering.
3. Okulasi
● Sayat sebuah mata kayu (mata entras) dari batang nangka, dengan kulitnya kira-kira 2
cm dari atas sampai 2 cm di bawah mata. Kayu yang terbawa dibuang dengan hati-hati
agar titik tumbuh mata tidak rusak.
● Sayat kulit pohon pangkal bawah , kira-kira 10-20 cm di atas leher akar dengan lebar
2-3 cm dan panjangnya 3-4 cm. Ungkitlah dari kayunya dan lidah kukit dipotong
separuhnya. Masukkanlah mata tersebut ke dalam lidah kulit pohon pangkal bawah
tersebut, sedemikian rupa, mata masih kelihatan di atas lidah kulit pohon yang
dipotong. Kemudian ikatlah dengan tali rafia dan mata tetap tersembul keluar (jangan
sampai terhimpit).
● Pada okulasi yang berhasil, sesudah 8-14 hari ikatan tali rafia harus dibuang. Apabila
tunas sudah tumbuh sepanjang 1-10 cm, ikatlah tunas pada bagian atas pohon, agar
tunas tumbuhnya lurus dan tidak dirusak karena digoyanggoyang angin.
4. Cara grafting
● Siapkan batang bawah dan batang atas tanaman adenium
● Potong batang bawah miring dan bentuk v
● Potong batang atas miring dan bentuk v terbalik
● Sambungkan potongan batang atas dengan batang bawah sesuai bentuk potongan
● Ikat menggunakan tali plastik
● Kerodongi tanaman dengan plastik agar tidak terkena hujan
● Tempatkan di bawah naungan

E. PENGAMATAN
Pengamatan dilakukan pada umur 5 minggu setelah tanam, meliputi:
1. Untuk stek :tinggi tunas, jumlah tunas, prosentase hidup.
2. Untuk cangkok: jumlah akar dan panjang akar terpanjang

11
ACARA IV
PENGATURAN JARAK TANAM DAN PENDUGAAN HASIL PANEN PERHEKTAR

A. TUJUAN : 1. Mengetahui kebutuhan ruang untuk tumbuh dan berkembang tanaman


2. Mengetahui luasan minimal yang dibutuhkan tanaman agar tanaman mampu
berproduksi
3. Menduga hasil panen perhektar

B. TINJAUAN PUSTAKA
Pemanfaatan potensi sumberdaya lahan setempat secara optimal bagi tujuan
pembangunan pertanian berkelanjutan dan salah satunya adalah dengan penerapan teknologi
pengaturan jarak tanam. Keunggulan sistem ini dapat mempengaruhi populasi tanaman,
efesien dalam penggunaan cahaya, menekan perkembangan hama penyakit dan mengurangi
kompetisi tanaman dalam penggunaan air dan unsur hara (Musa et.al, 2007).
Upaya peningkatan produksi tanaman perluasan tertentu dapat dilakukan dengan
meningkatkan populasi tanaman dengan jarak tanam turut mempengaruhi produktivitas
tanaman. Kerapatan atau ukuran populasi tanaman sangat penting untuk memperoleh hasil
yang optimal, tetapi bisa terjadi persaingan dalam hara, air dan ruang tumbuh serta
mengurangi perkembangan tinggi dan kedalaman akar tanaman (Musa et.al, 2007).
Jarak tanam mencerminkan populasi tanaman, yaitu jumlah tanaman per satuan luas
lahan. Jarak tanam sangat penting diperhatikan karena akan mempengaruhi
derajat persaingan di dalam dan antar spesies. Makin tinggi populasi maka tingkat
persaingan juga makin tinggi. Tingkat persaingan yang dialami tanaman akan
mempengaruhi hasil produksi tanaman tersebut (Nasril, 1997).
Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan keefisienan penggunaan
cahaya, juga mempengaruhi kompetisi antara tanaman dalam menggunakan air dan zat hara,
dengan demikian akan mempengaruhi hasil. Dengan pemupukan berat, populasi yang lebih
besar akan mendatangkan keefisienan penggunaan pupuk karena tercapainya
keefisienan penggunaan cahaya. Pengaturan letak tanaman pada sebidang tanah,
mempengaruhi keefisienan penggunaan cahaya. Pada umumnya penggunaan jarak tanam

12
yang sama(equidistant plant spacing ) lebih efisien daripada jarak tanam yang lain (Harjadi,
2002).
Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman,terutama terhadap tinggi tanaman , leaf area index, jumlah umbi per petak.
Pengaturan jarak tanam yang tepat diperlukan untuk pertumbuhan dan produksi. Perlakuan
jarak tanaman yang rapat menghasilkan tanaman yang lebih tinggi. Semakin rapat jarak
tanam maka laju pertunbuhan tinggi tanaman akan semakin besar, akibatnya tanaman
mempunyai tajuk yang tinggi. Pertumbuhan tinggi tanaman yang pesat disebabkan oleh
ruang tumbuh yang sempit sehingga kompetisi cahaya antar individu semakin besar
(Aliudin, 1995 cit Mattjik, 2002).
Pengaturan populasi tanaman melalui pengaturan jarak tanam pada suatu tanaman
akan mempengaruhi keefisienan tanaman dalam memanfaatkan matahari dan pesaingan
tanaman dalam pemanfaatan hara dan air yang pada akhirnya akan mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman Dengan pengaturan jarak tanam yang baik, maka
pemanfaatan ruang yang ada bagi pertumbuhan tanaman dan kapasitas penyangga terhadap
peristiwa yang merugikan dapat diefesienkan. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu
melakukan kajian untuk mengetahui pengaruh sistem jarak tanam terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman (Musa et.al, 2007).
Menghitung populasi tanaman/ha dan populasi tanaman/petak
Cara menghitung populasi tanaman/ha yaitu luas tanah dalam 1 ha dibagi dengan jarak
tanam kangkung.
Rumusnya = 1 ha = 10.000 m2 = 250.000 tanaman/ha
Jarak tanam 0,2 m x 0,2 m
Jadi dalam 1 ha populasi tanaman kangkung sebanyak 250.000 tanaman /ha
Cara menghitung populasi tanaman/petak yaitu luas petak dibagi dengan luas tanah dalam 1
bedengan kemudian dikalikan dengan populasi tanaman/ha
Rumusnya = Luas petak x populasi tanaman/ha
1 ha
= 2 m x 1,5 m x 250.000 = 75 tanaman/petak
10.000 m2

13
Konversi hasil/ha
Luas petak sampel (ubinan) = 2,5 m x 2,5 m = 6,25 m2
Rata-rata hasil = 5,75 kg
Perkiraan hasil = 5,75 kg x 10.000 m2 = 9.200 kg/ha = 9,2 ton/ha
6,25

C. ALAT DAN BAHAN


Alat : cangkul, garu, tugal, mal jarak tanam
Bahan : benih kangkung, pupuk kandag

D. CARA KERJA
1. Buat bedengan masing-masing seluas 2 x 3 m sebanyak 2 buah bedengan
2. Beri pupuk kandang secukupnya dan campur dengan merata
3. Cara penanamannya adalah sbb:
● Lubangi lahan dengan menggunakan tugal dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm dan 15
cm x 15 cm (untuk membuat jarak tanam gunakan mal jarak tanam)
● Masukkan benih kangkung ke dalam lubang tersebut sebanyak 3 buah benih setiap
lubangnya, kemudian tutup lubang dengan tanah.
● Penyiraman dilakukan minimal 1 kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari atau sore hari.
Penyiraman ini dilakukan agar pertumbuhan tanaman yang diteliti tidak terganggu,
dan produksi yang dihasilkan lebih banyak.
● Penyiangan dilakukan ketika tanaman yang diteliti ditumbuhi oleh gulma, yaitu
dilakukan secara manual menggunakan tangan dengan mencabut setiap gulma yang
tumbuh disekitar tanaman yang diteliti (di dalam plot).
● Penyisipan dilakukan apabila terjadi kematian pada salah satu tanaman yang diteliti,
yaitu dengan cara mengambil tanaman dari tempat ataupun lahan tersendiri yang
memang disediakan untuk tanaman sisipan, kemudian di tanam pada tempat tanaman
tersebut mati.
● Pemupukan dilakukan guna menambah hara tanah agar tanaman kangkung dapat
tumbuh dan berproduksi dengan baik. Jenis pupuk yang diberikan sesuai dengan fase

14
pertumbuhannya dan dengan kadar yang sesuai. Kebutuhan pupuk untuk kangkung
dosis 200 kg N/ha, 100 kg P2O5/ha, dan 100 kg K2O.
● Pengendalian ini dilakukan apabila tanaman terserang oleh hama atau penyakit, yaitu
bisa dilakukan dengan cara mekanik ataupun kimia. Secara mekanik yaitu dengan
mengusir / membuang langsung hama yang ada pada tanaman seperti ulat misalnya.
Kemudian untuk pengendalian terhadap penyakit dapat dilakukan dengan cara kimia
yaitu dengan memberikan pestisida.
● Lakukan pemgukuran intensitas cahaya dengan lux meter
Dalam mengoperasikan atau menjalankan lux meter amat sederhana. Tidak serumit
alat ukur lainnya, dalam penggunaannya yang harus benar- benar diperhatikan adalah
alat sensornya,karena sensornyalah yang kan mengukur kekuatan penerangan suatu
cahaya. Oleh karena itu sensor harus ditempatkan pada daerah yang akan diukur
tingkat kekuatan cahayanya (iluminasi) secara tepat agar hasil yang ditampilkan pun
akuarat. Adapun prosedur penggunaan alat ini adalah sebagai berikut :
- Geser tombol ”off/on” kearah On.
- Pilih kisaran range yang akan diukur ( 2.000 lux, 20.000 lux atau 50.000 lux) pada
tombol Range.
- Arahkan sensor cahaya dengan menggunakan tangan pada permukaan daerah yang
akan diukur kuat penerangannya.
- Lihat hasil pengukuran pada layar panel.

E. PENGAMATAN
Parameter Pengamatan
1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur tanaman kangkung dari atas permukaan
tanah sampai pada titik tumbuh. Pengukuran dimulai pada saat tanaman berumur 5
minggu setelah tanam.
2. Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun dihitung dengan cara menghitung setiap daun (helai) yang telah terbuka
secara sempurna yang tumbuh pada tanaman tersebut. Pengukuran dimulai pada saat
tanaman berumur 5 minggu setelah tanam.

15
ACARA V
APLIKASI PEMUPUKAN PADA TANAMAN

A. TUJUAN : 1. Mempraktekkan aplikasi pemupukan pada tanaman


2. Menghitung kebutuhan pupuk bagi tanaman

B. TINJAUAN PUSTAKA
Pemberian pupuk sangatlah penting untuk penambahan unsur hara pada tanah.
Pemberian pupuk harus disesuaikan dengan takaran yang telah ditetapkan. Pemberian pupuk
yang tidak sesuai takaran dapat menyebabkan gangguan pada tanah dan tanaman, terutama
pemberian pupuk buatan. Pada pupuk buatan pabrik biasanya sudah disertakan anjuran
takaran untuk pemberian pupuk dalam luasan tertentu, tetapi jika tidak ada kita dapat
menghitung sendiri jumlah yang sebaiknya diberikan untuk tanaman. Kebutuhan pupuk
sangat tergantung dari luas pertanaman yang akan dipupuk, dosis pupuk, dan kandungan
hara dalam pupuk.
Aplikasi penggunaan pupuk dilakukan dengan tiga cara, yaitu pemberian sebelum
tanam, pada saat tanam dan setelah tanam.  Pemberian pupuk sebelum tanam meliputi
beberapa metode, yaitu broadcast, broadcast incomparation, subsurface band.  Aplikasi
pupuk pada saat tanam juga meliputi beberapa metode, yaitu subsurface band, seed band,
dan surface band. Sedangkan aplikasi pupuk setelah tanam juga meliputi beberapa metode,
yaitu top dressing dan side dressing (Sutanto, 2002). Pupuk harus diberikan sesuai dosis
yang direkomendasikan. Dosis pupuk dinyatakan dalam bentuk kg pupuk/ha atau kg hara/ha.
Kebutuhan pupuk sangat tergantung dari luas pertanaman yang akan dipupuk, dosis pupuk,
dan kandungan hara dalam pupuk. Berikut adalah contoh-contoh perhitungan kebutuhan
pupuk:
Contoh 1.
Pada percobaan Dosis Pemupukan N pada tanaman (N1 = 90 kg N ha-1). Ukuran petak
percobaan 7.5 m x 10 m. Berapa kebutuhan pupuk Urea pada N1
Diketahui:
Urea (45% N), artinya setiap 100 kg Urea terdapat 45 kg N

16
Langkah untuk menghitung kebutuhan pupuk tersebut adalah sebagai berikut:
Jawaban (1):
- Tentukan jumlah pupuk dalam bentuk Urea pada dosis N1
Dengan kandungan Urea 45% N maka dosis Urea yang dibutuhkan :
90/45x100 = 200 kg Urea per hektar;
- Selanjutnya hitung kebutuhan pupuk untuk ukuran 7,5 m x 10 m
Kebutuhan Urea per petak = ((7,5x10)/10 000)x200 = 1,5 kg = 1500 gram per petak.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat : timbangan analitik, cetok, bambu
Bahan : tanaman kangkung, pupuk ZA

D. CARA KERJA
Tanaman yang digunakan adalah tanaman kangkung. Pupuk yang diberikan dengan cara
larikan. Timbang pupuk sesuai rekomendasi.

E. PENGAMATAN
1. Tinggi Tanaman (cm) 2 minggu sekali
2. Jumlah Daun 2 minggu sekali

17
ACARA VI
TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DALAM POT

A. TUJUAN : 1. Mempraktekkan budidaya sayuran dalam pot


2. Memanfaatkan lahan terbatas untuk budidaya sayuran

B. TINJAUAN PUSTAKA
Teknik budidaya sayuran dalam pot dapat dilakukan untuk mengatasi lahan terbatas.
Selain praktis, juga tampak lebih asri. Sekurang-kurangnya ada 2 keuntungan bertanam
sayuran dalam pot, alas an pertama menjadi lebih sehat. Konsumsi sayuran berarti
memperbanyak kandungan gizi alami yang terserap dalam tubuh. Sedangkan alas an kedua,
suasana rumah jadi lebih asri. Sayuran dengan masa tumbuhnya yang cepat dan tidak rumit,
tentu sangat cocok dibudidayakan dengan menggunakan pot. Selain itu, kebutuhan akan
sayuran yang sangat tinggi dapat disiasati dengan menanam sayuran dalam pot dan tidak
perlu menunggu lahan tersedia.
Ada bermacam jenis sayuran, yang dapat dipilah berdasarkan bagian tanaman yang
dimanfaatkan, yakni:
1. Sayuran daun: kubis, sawi, bayam, kangkung, selada, seledri, bawang daun, dan petsai.
2. Sayuran buah: mentimun, tomat, terong, kecipir, dan stroberi.
3. Sayuran biji: kacang panjang, kacang merah, kacang bogor, dan buncis.
4. Sayuran bunga antara lain: brokoli dan kembang ko.
5. Sayuran tunas (muda) antara lain: rebung bambu, dan asparagus.
6. Sayuran umbi antara lain: kentang, lobak, wortel, bawang putih, dan bawang merah.
Penanaman sayuran dalam pot dilakukan dengan pembibitan terlebih dahulu. Benih
yang perlu dilakukan pembibitan adalah benih-benih berukuran kecil contohnya tomat, sawi,
selada, cabai dll. Pada tanaman sayuran pupuk yang digunakan berbeda-beda sesuai dengan
jenis tanamannya. Jenis-jenis pupuk yang umum digunakan pada sayuran organik adalah
pupuk kandang berbentuk padat dan pupuk organik cair. Sedangkan, pupuk untuk sayuran
non-organik bisa digunakan pupuk urea, pupuk KCL, dan pupuk NPK. Pupuk dapat
diberikan dalam jangka waktu seminggu sekali yang diikuti oleh pengairan yang cukup.
     .      

18
C. ALAT DAN BAHAN
Alat : pot, cetok, cangkul, ember
Bahan : bibit sayuran, pupuk kandang, pupuk daun, arang sekam

D. CARA KERJA
1. Campur tanah, pupuk kandang, dan arang sekam dengan perbandingan 1:1:1
2. Siapkan pot yang akan digunakan
3. Isi pot dengan campuran media tanam yang sudah dibuat  
4. Tanam setiap lubang wadah dengan bibit yang telah dipersiapkan
5. Sirami media tanam menggunakan gembor
6. Lakukan pemupukan dengan pupuk organik cair

E. PENGAMATAN
1. Amati pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun setiap minggu
2. Ukur luas daun panjang x lebar daun  setiap minggu

19

Anda mungkin juga menyukai