istilah dan definisi) di KB. 3 Takzir merupakan tindak pidana yang tidak ditentukan sanksinya oleh al-Qur'an dan hadits, contohnya tidak melaksanakan amanah, merampas harta orang, menghina orang lain, menghina agama, menjadi saksi palsu, suap, dan lain sebagainya. Menurut Dr. Wahbah al-Zuhailiy, beliau mendefinisikan takzir sebagai balasan (hukuman) syar’i atas perbuatan maksiat atau kejahatan yang tidak ada hadnya dan tidak ada kafarat, baik kejahatan/pelanggaran terhadap hak Allah misalnya berbuka kepada siang hari bulan Ramadan tanpa uzur yang dibolehkan, meninggalkan sholat, dan riba, maupun pelanggaran terhadap hak- hak manusia misalnya menggauli wanita kepada selain faraj (vagina), mencuri yang tidak sampai nisabnya, menghianati amanat, memanggil orang lain dengan panggilan tuduhan berbuat jahat. Sedangkan menururt al-Zuhailiy, Sayyid Sabiq, beliau memberi definisi takzir sebagai suatu tindakan edukatif terhadap prilaku perbuatan dosa yang tidak ada sanksi had atau kafarat. Dari pengertian di atas, maka dirumuskan bahwa takzir merupakan hukuman yang bersifat edukatif yang dijatuhkan kepada seseorang yang melakukan suatu tindak kejahatan yang bentuk hukumannya belum ditentukan secara tegas di di dalam al-Qur'an dan sunah, baik kejahatan itu berupa pelanggaran terhadap hak-hak Allah maupun hak-hak manusia.
2. MACAM-MACAM JARIMAH TAKZI
Jarimah takzir dibagi berdasarkan kepada beberapa segi.
Dilihat dari hak yang dilanggar, maka terbagi pada : a) jarimah takzir yang melanggar hak Allah Jarimah dengan hak Allah merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kemaslahatan umum. Contohnya membuat kerusakan di bumi, pemberontakan, perampokan dan sebagainya. b) jarimah takzir melanggar hak hamba. Sedangkan jarimah hak hamba (adami) merupakan segala sesuatu yang mengancam kemaslahatan bagi diri seorang manusia misalnya penghinaan. Dilihat dari segi sifatnya, jarimah takzir terbagi menjadi : a) jarimah takzir karena melakukan perbuatan maksiat, Berbentuk pelanggaran terhadap hal-hal yang dilarang oleh syarak misalnya bersumpah palsu, atau dapat berupa perbuatan meninggalkan hal-hal yang diperintahkan oleh syarak misalnya tidak berpuasa kepada bulan Ramadan tanpa uzur yang dibolehkan oleh syarak b) jarimah takzir karena melakukan perbuatan yang membahayakan kepentingan umum, Apabila di dalam suatu perbuatan yang kepada dasarnya mubah lalu mengandung unsur yang membahayakan atau merugikan kepentingan umum, perbuatan itu dipandang jarimah dan dapat dikenakan sanksi takzir c) jarimah takzir karena melakukan pelanggaran (mukhalafah), yakni meninggalkan yang sunnat dan melakukan yang makruh. Perbutan ini diperselisihkan oleh fukaha apakah termasuk jarimah atau tidak. Sebagian fukaha memandang bahwa mengerjakan yang makruh dan meninggalkan yang sunah tidak dapat digolongkan jarimah karena tidak ada taklif atasnya sedangkan perbuatan dapat dianggap jarimah bila ada taklif atasnya Dilihat dari segi dasar hukum (penetapannya), jarimah takzir terbagi pada : a) Jarimah takzir yang berasal dari jarimah hudud atau kisas-diat yang tidak memenuhi syarat penerapan sanksi hadnya atau mengandung syubhat misalnya pencurian harta yang tidak disimpan kepada tempat penyimpanan semestinya. b) Jarimah takzir yang perbuatannya dilarang di dalam al-Qur'an dan sunah, akan tetapi sanksinya belum ditetapkan, misalnya menyuap, mengurangi timbangan, meninggalkan sholat fardu, dan sebagainya. c) Jarimah takzir yang jenis dan bentuk sanksinya belum ditentukan oleh syarak. Penetapan jarimah ini diserahkan kepada pemerintah ataupun hakim, misalnya yaitu pelanggaran peraturan lalu lintas, pelanggaran disiplin PNS, dan lain sebagainya.
3. SANKSI JARIMAH TAKZIR
a) Sanksi Takzir yang Berkaitan dengan Badan
Sanksi jarimah takzir yang berkaitan dengan badan ada dua macam, yakni : - hukuman mati Hukuman mati merupakan sanksi yang dikenakan pada pelaku jarimah kisas dan hudud, di antaranya pembunuhan sengaja, zina muhsan, riddah, perampokan - dera Fukaha telah sependapat menganai penggunaan dera atau cambuk sebagai sanksi di dalam jarimah takzir misalnya pemalsuan stempel baitul mal, percobaan perzinaan, pencurian tidak sampai nisab dan sebagainya. b) Sanksi Takzir yang Berkaitan dengan Kemerdekaan Bentuk sanksi yang termasuk di dalam golongan ini merupakan: - Penjara Jenis-jenis jarimah yang dapat dikenakan sanksi penjara terbatas merupakan penghinaan, penjual khamar, pemakan riba, tidak puasa kepada bulan Ramadan tanpa uzur, saling mencaci di depan mengadilan dan lain-lain - Pengasingan Sanksi pengasingan diancamkan pada pelaku jarimah- jarimah yang dikhawatirkan berpengaruh pada orang lain sehingga pelakunya harus diasingkan guna menghindari pengaruh-pengaruh tersebut c) Sanksi Takzir yang Berkaitan dengan Harta Ibnu al-Qayyim mengutip pendapat Ibnu Taimiyah yang mengemukakan bahwa sanksi takzir berupa harta ada tiga macam, yakni : menghancurkannya (itlaf), mengubahnya (tagyir), dan memilikinya (tamlik). Takzir berupa penghancuran dikenakan pada pelaku jarimah misalnya tempat khamar, patung, menumpahkan susu yang dicampur dengan air, dan sebagainya. Takzir dengan tagyir misalnya patung dipotong- potong lalu dijadikan sebagai batu penyangga, atau kepalanya dipotong sehingga menjadi misalnya pohon. Adapun takzir dengan tamlik, misalnya melipatgandakan sanksi bagi pencuri buah dari buah yang dicurinya. Sanksi bentuk ketiga ini dapat disebut sebagai denda. d) Sanksi Takzir yang Ditentukan oleh Pemerintah Demi Kemaslahatan Umum Sanksi jarimah takzir yang dapat digunakan oleh pemerintah atau hakim guna mewujudkan kemaslahatan umum selain sanksi yang telah disebutkan sangat banyak. Sanksi-sanksi tersebut dapat digunakan selama dapat memberikan efek jera sebagai bentuk pendidikan terhadap pelakunya. Ini menjadi pertimbangan penting bagi hakim yang menangani pelanggaran jarimah takzir ini.
4. HIKMAH JARIMAH TAKZIR
Semua orang akan berhati-hati dan berusaha guna menjaga
diri agar tidak melakukan kejahatan, sehingga ketertiban dan keamanan masyarakat akan dapat terwujud.
5. KONTEKSTUALISASI NILAI-NILAI MODERASI
BERAGAMA DI DALAM MATERI TAKZI
Takzir merupakan bentuk sanksi yang dikenakan pada
pelaku tindak kejahatan, bentuk kejahatan yang sanksinya belum ditetapkan di dalam al-Qur’an atau hadits, dan bentuk pelanggaran terhadap pearturan yang ditetapkan di dalam rangkan mewujudkan ketertiban masyarakat. Penetapan bentuk takzir dapat dilakukan dengan terlebih dahulu dimusyawarhkan oleh pihak yang berkepentingan. Hal ini merupakan bentuk nilai moderasi beragama yang terkandung di dalam di dalam ajaran takzir.
2 Daftar materi kepada KB. 3 yang sulit dipahami -
3 Daftar materi yang
sering mengalami miskonsepsi di di di - dalam pembelajaran