Anda di halaman 1dari 6

LEMBAR KERJA MAHASISWA

UNIVERSITAS JEMBER KODE DOKUMEN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI PGSD F1.03.07

LEMBAR KERJA MAHASISWA


Dosen Pengampu Mata kuliah : Chumi Zahroul Fitriyah, S.Pd., M.Pd & Rizki Putri
Wardani, M.Pd
Pokok Bahasan : Pembelajaran di Sekolah Dasar
Model Pembelajaran : Studi Kasus

IDENTITAS MAHASISWA
Kelas A
Nama Anggota Refi Aziza Maulidya (220210204067)
kelompok Mas’ihat Septia Riski Saputri (220210204082)
Vemas Cahya Nugraha (220210204185)
Imroatul Azizah (220210204191)
Pertemuan Ke 3
Hari/Tanggal Selasa, 05 September 2023

BAHAN DISKUSI
Di suatu pembelajaran, seorang guru selalu menghabiskan materi Pelajaran kepada peserta
didik. Materi telah dipersiapkan oleh guru satu hari sebelum pembelajaran, dan menyiapkan
beberapa media dan model pembelajaran yang sesuai. Dalam implementasi di kelas, peserta
didik tidak merasa tertarik dengan materi yang diberikan oleh guru tersebut. Mengetahui hal
itu, guru merasa cemas dan gelisah. Banyak siswa yang mengobrol sendiri dan sesekali
mendengarkan. Di akhir pembelajaran, siswa keluar kelas dengan gembira.

Dalam kasus di atas, gunakan perspektif anda dalam menyikapi hal itu! Serta carilah sumber
rujukan berupa artikel yang berkaitan mengenai kasus tersebut dan analisislah. Diskusikan
dengan teman kelompok anda

HASIL DISKUSI
1. Prespektif saya sebagai seorang mahasiswa dalam menyikapi kasus tersebut adalah dari
strategi pembelajaran yang digunakan guru kepada siswanya kurang tepat. Sehingga
pada saat pembelajaran media pendukung yang digunakan tidak berjalan sesuai dengan
tujuannya. Untuk itu, perlu hendaknya memakai strategi pembelajaran yang tepat
sehingga dapat mendukung proses pembelajaran, serta untuk mempermudah strategi
pembelajaran apa yang cocok untuk peserta didik, maka perlu adanya pendekatan
terlebih dahulu pada peserta didik dengan tujuan mengetahui karakter setiap peserta
didik.
Pada saat pemilihan pendekatan dan metode itu harus benar dan tepat sesuai dengan
karakter dan sifat materi yang akan disampaikan pada saat pembelajaran, sehingga tidak
akan menghalangi kelancaran jalannya proses pembelajaran. Dalam proses belajar
mengajar pendekatan filosofi dapat diaplikasikan ketika guru mengajar, misal proses
terjadinya alam atau manusia, darimana manusia berasal, bagaimana proses
kejadiannya sampai terciptanya bentuk manusia. Hal ini terus berlangsung sampai batas
maksimal pemikiran manusia. Berdasarkan pendekatan pembelajaran ini, materi yang
dipersiapkan untuk pembelajaran kepada peserta didik adalah materi yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat. Karena harus disadari
juga sepenuhnya bahwasannya materi pembelajaran yang disampaikan kepada peserta
didik tidak sekedar hanya untuk memajukan aspek kognitifnya saja, namun juga untuk
kelangsungan hidupnya dimasa mendatang.
Adapun juga pendekatan secara emosional yaitu usaha untuk menggugah perasaan dan
emosi peserta didik dalam mayakini, memahami, dan menghayati materi yang diajarkan.
Melalui pendekatan emosional, setiap pendidik harus berusaha untuk membakar
semangat peserta didik dalam melaksanakan pembeljaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran tersebut. Pendekatan emosional meliputi hubungan antara peserta didik
dan pendidik serta hubungan antara peserta didik dan peserta didik. Didalam hal ini,
pendidik merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh sebab itu,
seharusnya pendidik mengembangkan iklim atau kondisi kelas yang baik melalui
pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terciptanya hubungan pendidik
dengan peserta didik yang positif, sikap mengerti dan sikap mengayomi atau sikap
melindungi. Namun, ini akan menjadi tantangan bagi guru yang tidak bisa membaca
suasana dalam menerapkan pendekatan ini.
2. Perspektif sebagai seoramg siswa dalam menyikapi kasus tersebut, yang pertama
kurangnya minat awal, minat awal disini dapat diartikan sebagai, minat pada materi dan
minat pada metode pengajarannya. Biasanya siswa kurang tertarik pada materi yang
diajarkan guru karena terkesan sulit dan membebani, ini bisa dikarenakan pada saat awal
mengajarkannya guru menggunakan metode yang kurang menarik, dan terkesan
monoton sehingga sulit dimengerti peserta didik. Dari permasalahan awal tersebut
peserta didik merasa bosan atau kurang tertarik sehingga mereka mencari distraksi
dengan mengobrol dan bercanda dengan teman sebangkunya, meskipun hanya sesekali
mendengarkan, apabila itu menarik untuk mereka, biasanya terkait dengan kehidupan
pribadi peserta didik sendiri. Dan yang terakhir, peserta didik gembira pada saat
meninggalkan kelas. Seperti yang kita ketahui anak dibawah 18 tahun apabila waktunya
istirahat pasti merasa senang, mengapa? Karena pada Jam istirahat memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk bersosialisasi dengan teman-teman lainnya. Ini
adalah waktu di mana mereka dapat berbicara, dan berinteraksi secara sosial. Selain itu
banyak peserta didik menggunakan jam istirahat untuk melakukan aktivitas yang
disenangi mereka, seperti pergi kekantin, bergerak dan bermain. Aktivitas fisik seperti
berlari, bermain bola. Maka dari itu guru hendaknya menggunakan strategi, metode,
pendekatan dan teknik yang baik saat mengajarakan materi pada siswa dikelas. Contoh
pada saat pembelajaran tentang sejarah, guru bisa membuat strategi penyelesaian, agar
pembelajaran tidak terkesan monoton, guru bisa memvariasi model yang digunakan
pada saat mengajar dan berpusat pada siswa, Utomo Dananjaya (2012:27) mengatakan
bahwa model pembelajaran yang terpusat pada siswa terdapat dua model
pembelajaran, yaitu:
a. Model pembelajaran cooperative learning
Rusman (2011:203) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi
pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling
berinteraksi. Model ini siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk
dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Contoh
pembelajaran cooperative learning yaitu :

a) STAD (Student Team Achievement Division)


Ada lima langkah yang dilakukan pada STAD, yaitu:
• tahap penyajian materi
• tahap kegiatan kelompok
• tahap tes individual
• tahap perhitungan skor perkembangan individu
• tahap pemberian penghargaan kelompok.

b) Jigsaw
Dibentuk kelompok oleh guru, kemudian dibentuk lagi kelompok ahli, grup ahli ini
mempelajari materi yang sama, setelah siswa belajar di grup ahli, mereka kembali ke
kelompok semula.

c) GroupInvestigation
Siswa membentuk kelompok sendiri, kemudian guru memberikan materi dan
permasalahan, setiap kelompok memecahkan masalah tersebut dan mereka dapat
mencari data di kelas atau di luar kelas, setelah itu pada waktunya merekaharus
melaporkan hasil kelompok dalam hal analisis dan kesimpulan.

d) Group Resume
Dibentuk kelompok yang diberi tugas membuat resume atau rangkuman dari materi
pelajaran.

e) Think-Pair-Share
Beri kesempatan siswa untuk mencari jawaban tugas secara mandiri, kemudian bertukar
pikiran dengan teman sebangku, setelah itu berdiskusi dengan pasangan lain (menjadi 4
siswa).

f) Tipe Mind Mapping


Guru mengemukakan konsep/permasalahan utama yang akan ditanggapi oleh siswa,
membentuk kelompok diskusi dengan anggota 2-3 orang, tiap kelompok mencatat
alternatif jawaban hasil diskusi, kemudian tiap kelompok secara acak membaca hasil
diskusinya dan guru mencatat di papan dan
mengelompokan sesuai kebutuhan guru, dari data-data di papan siswa diminta
membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan
guru.

g) Tipe Snowball Throwing


Guru menyampaikan materi yang akan disampaikan, guru membentuk kelompok dan
memanggil ketua kelompok masing-masing untuk menjelaskan materi yang telah
disampaikan oleh guru, kemudian menyampaikan kepada teman-temannya, masing-
masing siswa menyiapkan kertas untuk menuliskan 1 pertanyaan, kemudian kertas
tersebut dibentuk seperti bola dan dilempar dari satu sisw ke siswa lain, kemudian siswa
menjawab pertanyaaan yang ada di kertas yang di lempar tersebut.

h) Dua Tinggal, Dua Tamu


Membentuk kelompok dengan anggota 4 siswa, beri tugas untuk diskusi, dua siswa
bertamu ke kelompok lain, dua siswa yang tinggal menginformasikan hasil diskusinya
kepada dua tamunya, tamu kembali ke kelompok dan melaporkan temuan mereka dari
kolmpok lain.

i) Time Token
Semua siswa di beri kartu bicara, di dalam kelompok yang sudah menyampaikan
pendapatnya harus menyerahkan satu kartunya, demikian seterusnya sampai yang
sudah habis kartunya tidak berhak bicara lagi.

j) Debate
Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra. Guru
memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan. Setelah selesai
membaca materi, guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara
saat itu ditanggapi oleh kelompok kontra demikian seterusnya samapi sebgian besar
siswa bisa mengungkapkan pendapatnya.

b. Model pembelajaran problem based learning


Problem-Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa
dan menekankan pemecahan masalah melalui penyelidikan aktif. Dalam PBL, siswa
dihadapkan pada masalah atau tantangan nyata dan diberi kesempatan untuk
menjelaskannya, menyelidiki, dan mencari solusi.
Guru bisa membagi kelompok pada siswa lalu memberikan suatu permasalahan tentang
yang terjadi disekitar, dengan itu siswa dipacu untuk berpikir untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut dengan bekerja satu sama lain.
Dengan berbagai model pembelajaran tersebut diharap siswa lebih tertarik dalam
pembelajaran, dan menyukai setiap mapel yang diajarkan karena mudah dipahami.
Setiap siswa yang bercanda dengan temannya, bisa berubah dengan mendiskusi
pelajaran, dan peserta didik yang gembira saat jam istirahat karena ingin bermain,
berubah menjadi gembira karena paham dan suka tentang pembelajaran yang mereka
lalui didalam kelas.
3. Perspektif guru dalam menghadapi kasus tersebut. Dalam kasus tersebut peserta didik
tidak tertarik dengan materi yang diberikan. Perspektif guru dalam hal tersebut bisa
terjadi karena media atau model pembelajaran yang ditampilkan kurang menarik dan
tidak bervariasi dalam kalangan anak sekolah dasar dan tidak ada pelatihan terhadap
guru dalam menggunakan model strategi pembelajaran yang kurang paham dan
menyebabkan guru tidak menggunakan metode model pembelajaran yang bervariasi
sehingga peserta didik tidak merasa tertarik dengan proses pembelajaran. Guru dapat
memanfaatkan media atau model pembelajaran dengan menggunakan edukasi animasi
karena animasi memiliki daya tarik visual yang kuat dan mampu menumbuhkan
pemahaman peserta didik sehingga guru dapat memberikan pengalaman yang menarik
dan menyenangkan kepada peserta didik. Selain itu kurangnya pendekatan atau
interaksi guru dengan peserta didik akan mempengaruhi kegiatan pembelajaran.
Dimana guru harus mampu memberikan suasana yang menyenangkan pada awal hingga
akhir pembelajaran seperti dimulai dengan ice breaking, tepuk semangat dan bernyanyi
karena hal tersebut akan membantu menarik semangat peserta didik agar tidak merasa
jenuh dan bosan ketika mulai pembelajaran. Dalam kasus tersebut banyak siswa yang
mengobrol sendiri dan sesekali mendengarkan penejalasan dari guru. Hal tersebut cara
guru yang harus dilakukan yaitu memberikan arahan kepada peserta didik untuk tidak
mengobrol sendiri dan menciptakan suasana kelas menjadi menyenangkan dengan
bermain games tanya jawab terkait materi yang di paparkan, dan mengapresiasi peserta
didik dengan memberikan hadiah yang bisa menjawab pertanyaan ssehingga kegiatan
ini dapat memberikan feedback antara guru dan peserta didik serta bertujuan untuk
melatih keaktifan peserta didik. Dalam model kegiatan pembelajaran ini peserta didik
akan lebih semangat dan memiliki ambisi untuk bisa menjawab pertanyaan tersebut.

Jadi dari ketiga perspektif dan alternatif yang telah dipaparkan mengenai kasus tersebut,
dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pembelajaran di kelas guru dapat menerapkan
Problem-Based Learning (PBL), dimana model pembelajaran ini berpusat pada siswa
yang akan dihadapkan pada masalah atau tantangan nyata dan diberi kesempatan untuk
menjelaskannya, menyelidiki, dan mencari solusi. Peran guru dalam penerapan
pembelajaran ini adalah guru bisa membagi kelompok pada siswa lalu memberikan
suatu permasalahan tentang yang terjadi di sekitar, dengan itu siswa dipacu untuk
berpikir untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan bekerja satu sama lain.
Dengan model pembelajaran tersebut diharap siswa lebih tertarik dalam pembelajaran,
dan menyukai setiap mapel yang diajarkan karena mudah dipahami. Setiap siswa yang
bercanda dengan temannya, bisa berubah dengan mendiskusi pelajaran, dan peserta
didik yang gembira saat jam istirahat karena ingin bermain, berubah menjadi gembira
karena paham dan suka tentang pembelajaran yang mereka lalui didalam kelas.

Sumber :

Eka, Novita. (2019). Strategi Pembelajaran dengan Model Pendekatan Pada Peserta Didik
Agar Tercapainya Tujuan Pendidikan di Era Globalisasi. Program Studi Pendidikan IPA,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember. Jember:
Lamatenggo, Nina. (2020). Strategi Pembelajaran. Prosiding Webinar Magister Pendidikan
Dasar Pascasarjana, Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo:
Djalal, F. (2017). Optimalisasi pembelajaran melalui pendekatan, strategi, dan model
pembelajaran. SABILARRASYAD: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kependidikan, 2(1).
Kurniawan, M. S., Wijayanti, O., & Hawanti, S. (2020). Problematika dan strategi dalam
pembelajaran bahasa indonesia di kelas rendah sekolah dasar. Jurnal Riset Pendidikan
Dasar (JRPD), 1(1), 65-73.
Melati, Eka.(2023). Pemanfaatan Animasi Sebagai Media Pembelajaran Berbasis Teknologi
untuk Meningkatkan Motivasi Belajar.Joernal on education.pp 732-74.Riau

Rahma, ramadhani Oktavia.Rahmawati,vita.Setyawan.agung.(2022).Pengaruh kejenuhan


terhadap konsentrasi belajar dan cara mengatasinya pada peserta didik di SDN 1
Pandan.Universitas Trunojoyo Madura.Vol.6 No.2

Anda mungkin juga menyukai