Anda di halaman 1dari 33

Kajian Kearifan Lokal Pada Arsitektur

Bangunan di Provinsi Sumatera Selatan

Ir. Ari Siswanto, MCRP. Ph.D.


Prodi Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
LATAR BELAKANG
❑ Bangsa Indonesia telah lama mengenal budaya / sikap yang dilandasi dengan
kearifan lokal.
❑ Beberapa provinsi telah menentukan ciri khas yang kemudian dianggap
sebagai jatidiri / identitas yang menjadi bagian dari arsitektur bangunan
❑ Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki
perbedaan seperti budaya, bahasa, tradisi & arsitektur bangunan
❑ Ulu-Ilir merupakan konsep umum yang dikenal masyarakat Sumatera Selatan
termasuk aspek arsitektur rumah tradisional.
❑ Keinginan memberikan suatu jatidiri bagi bangunan di Sumatera Selatan
❑ Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 7 Tahun 2022 Tentang
Arsitektur Bangunan Gedung Berornamen Jati Diri Budaya
❑ Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 43 Tahun 2022 Tentang Lisensi
Arsitek
PERMASALAHAN
❑ Mengapa mempelajari arsitektur lokal Sumatera Selatan ?
❑ Bagaimana memahami kandungan kearifan lokal pada arsitektur
bangunan di Provinsi Sumatera Selatan?
❑ Adanya keinginan untuk memberikan identitas bagi bangunan sesuai
arahan Pergub No. 7 Th 2022 tentang Arsitektur Bangunan Gedung
Berornamen Jati Diri Budaya

TUJUAN
❑ Memahami arsitektur lokal Sumatera Selatan secara kontekstual
❑ Eksplorasi kearifan lokal pada arsitektur bangunan di Provinsi
Sumatera Selatan
❑ Memberikan (pilihan) jati diri bagi ornamen arsitektur bangunan
berdasarkan Budaya di Sumatera Selatan termasuk Arsitektur
Tradisional
PENGERTIAN KEARIFAN LOKAL
❑ Kearifan lokal (local wisdom) merupakan pengetahuan dasar yang diperoleh dari pengalaman hidup
masyarakat setempat untuk menjaga keseimbangan dengan alam.
❑ Kearifan (wisdom) berasal dari pengalaman / kebenaran yang diperoleh dari kehidupan & siklus alam
bisa konkret atau abstrak & cenderung subjektif (Mungmachon 2012, Oliver 2006).
❑ Beberapa pemikiran yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari merupakan bentuk kearifan lokal
(Mungmachon 2012, Oliver 2006, Rapoport 1969, Supic 1982)).
❑ Pengalaman & kearifan diturunkan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi; kebanyakan tidak
tercatat (Audefroy 2011, Singh, Mahapatra & Atreya 2009, Dogangun et al. 2006, Guchan 2007, Oliver
2006).
❑ Hasil dari kearifan kolektif yang kontekstual tetap bertahan dalam harmoni dari waktu ke waktu, akrab
dengan alam & sesuai dengan gaya hidup lokal (Limthongsakul et al. 2005, Oliver 2006, Mungmachon
2012, Kongpraserttamorn 2007).
❑ 4 kategori pertama: data, informasi, pengetahuan dan pemahaman, terkait dengan masa lalu & masa
kini, sedangkan kategori kelima, kebijaksanaan, berkaitan dengan masa depan. Sebagai proses,
kearifan (wisdom) akan mengerucutkan moral, etika, rasa kebenaran, kejujuran & dihormati (Ackoff
1989).
PENGERTIAN
ARSITEKTUR TRADISIONAL
❑ Arsitektur tradisional Indonesia sering disebut rumah adat / rumah tradisional (Vellinga 2006/2007,
Sumalyo 2001, Sumintardja 1978, Sukanti., Zulbiati. & Ernawati. 1994, Siregar & Abu 1985).
❑ Arsitektur vernakular terkait dengan bangunan tradisional, pengetahuan lokal & teknologi lokal, masa
lalu & tempat tertentu (Oliver 2006, Schefold 2003, Heath 2009).
❑ Arsitektur vernakular merupakan tradisi yang telah dikembangkan dari generasi sebelumnya yang
dapat disesuaikan dari waktu ke waktu terus berkembang sesuai dengan zamannya. (Oliver 2006,
Upadhyay et al. 2006, Sumalyo 2001).
❑ Arsitektur tradisional membentuk aspek inovasi, adaptasi alam & penggunaan material lokal (Oo et al.
2003, Beddu 2009, Hardiman 2000).
❑ Bentuk arsitektur vernakular yang dipengaruhi oleh asosiasi tradisi dengan proses yang dirancang &
dibangun biasanya menunjukkan hubungan antara bentuk & budaya. (Rapoport 1969, Santisan et al.
2005, Sumintardja 1978).
❑ Arsitektur tradisional menunjukkan keandalan perencanaan tapak & proses konstruksi (Watson and
Bertaud 1976, Barendregt 2003).
ARSITEKTUR BANGUNAN
❑ BANGUNAN RUMAH TINGGAL/ RUMAH TRADISIONAL
➢ Bangunan panggung (rumah tinggal)
➢ Material dominan kayu
➢ Struktur bongkar pasang tanpa paku
➢ Memiliki filosofi

❑ BANGUNAN KEAGAMAAN / CANDI


➢ Bangunan tapak (keagamaan)
➢ Material dominan bata, batupasir / kombinasi
➢ Struktur berupa susunan bata / batupasir tanpa spesi
➢ Memiliki keterkaitan dengan agama Hindu Buddha
KONSEP ULU – ILIR SUMATERA SELATAN
❑ Ulu-ilir merupakan konsep perwilayahan & pemerintahan yang dikenal di Sumatera, Kalimantan
& Semenanjung Malaysia; Ulu dan ilir tidak selalu berarti upstream & downstream
(Kathirithamby-Wells 1993; Siswanto 2009).
❑ Konsep ulu-ilir menjelaskan tentang 2 tipe rumah adat yaitu rumah limas di Palembang & rumah
ulu di luar Palembang (Kathirithamby-Wells 1993; Siswanto 2021).
❑ Masyarakat setempat mengatakan bahwa rumah limas berada di Palembang sedangkan rumah
ulu / uluan berada di hulu (Barendregt 2003, Purnama 2009).
❑ Rumah limas tidak hanya terdapat di Palembang sedangkan rumah ulu tidak ada di Palembang.
Rumah ulu memiliki beberapa tipe & ada yang memiliki nama tersendiri (Siswanto 2021).
❑ Terletak di lahan basah, di
tepi sungai Lematang
CANDI BUMIAYU ❑ Mengatur tata air, terdapat
kolam
❑ Material candi adalah bata,
bahan baku di sekitarnya
❑ Dimensi candi relatif kecil
❑ Dihiasi arca, ukiran,
ornamen & antefiks dari bata
❑ Patung tokoh menggunakan
motif songket
ARSITEKTUR TRADISIONAL SUMATERA SELATAN

Limas di luar Palembang

Limas di Palembang
Limas identik dengan Palembang &
Sumatera Selatan.
Rumah Limas, Rumah Limas Gudang &
Rumah Ulu Berundak
❑ Rumah Ulu ❑ Rumah Baghi/Bari
Rumah Ulu (Uluan) di luar Palembang ❑ Rumah (Caro/Potong) Ulu ❑ Ghumah i/Pasemah
❑ Rumah Ulu Ogan, Plajo ❑ Rumah Semendo
❑ Rumah Minanga ❑ Lamban Tuha
Rumah Gudang di Sumatera Selatan
WILAYAH SUMATERA SELATAN
❑ Bagian timur didominasi oleh
rawa pasang surut serta sungai
(Batanghari Sembilan) yang
bermuara ke pantai timur,
sebagian rawa tergenang
sepanjang tahun & sebagian
berupa lahan gambut.
❑ Bagian barat adalah pegunungan
diantaranya Bukit Barisan,
Gunung Dempo & dataran tinggi.
Kawasan ini dilintasi oleh Sesar
Semangko di perbatasan barat
Sumatera Selatan.
❑ Jenis rawan bencana diantaranya
adalah banjir, tanah longsor &
gempabumi
❑ Kearifan lokal adalah
dasar untuk
JENIS KEARIFAN LOKAL pengambilan kebijakan
pada level lokal di
PERTANIAN / bidang kesehatan,
PENGOLAHAN pertanian, pendidikan,
LAHAN pengelolaan
sumberdaya alam &
KESEHATAN / kegiatan masyarakat
PENDIDIKAN / PENGOBATAN pedesaan.
BERPAKAIAN
KEARIFAN ❑ Wisdom, deals with
LOKAL future, morals, ethics,
sense of truth, honesty
HUNIAN / & respected (Ackoff
PENGELOLAAN
PERUMAHAN 1989).
LINGKUNGAN
❑ Prinsip kearifan lokal
adalah bijaksana, aman,
PENGOLAHAN nyaman & hidup selaras
MAKANAN dengan alam
UNSUR KEARIFAN LOKAL TAPAK
❑ Pemilihan tapak (topografi,
hidrologi)
❑ Minimal cut & fill
TAPAK ❑ Adaptasi terhadap bencana alam
❑ Di dekat akses transportasi
❑ Mempertimbangkan keamanan
LINGKUNGAN ARSITEKTUR
KEARIFAN LINGKUNGAN
LOKAL ❑ Adaptasi terhadap lingkungan
ARSITEKTUR ❑ Memahami lingkungan rawa,
BANGUNAN lahan basah, serta daerah gempa
BUDAYA
STRUKTUR & longsor dengan sangat baik
BUDAYA
MATERIAL ❑ Sesuai dengan kebutuhan
❑ Menunjukkan identitas budaya
suku/etnis
❑ Menunjukkan jati diri & status
sosial pemiliknya
UNSUR KEARIFAN LOKAL
❑ Kondisi tapak dengan kemiringan 0-100
sangat bagus, aman.
❑ Kemiringan tapak 10-150 harus sangat
berhati-hati
❑ Kemiringan lebih dari 150 tidak aman
❑ Kemiringan tapak yang asli, lebih aman
dibandingkan dengan membuat modifikasi
kontur yang baru
❑ Kegiatan cut & fill tidak aman, ambil risiko
sekecil mungkin
❑ Pemilihan tapak yang relatif datar sangat
aman
❑ Di atas rawa & lahan basah, memilih
struktur panggung lebih bijak.
❑ Jangan memilih tapak yang berada pada
aliran air permukaan / sungai yang menjadi
sarana transportasi
UNSUR KEARIFAN LOKAL
ARSITEKTUR
❑ Menunjukkan jati diri suku/etnis
❑ Mampu mewadahi kegiatan keluarga & masyarakat
❑ Ukiran, ornamen & penyelesaian detail menunjukkan
budaya yang dimiliki
❑ Layout/denah sederhana & simetris
STRUKTUR
❑ Rumah panggung, struktur bongkar pasang/knock-
down (struktur goyang)
❑ Mampu dikerjakan masyarakat lokal
❑ Detail struktur berbeda, pertimbangan geografi
❑ Struktur tapakan-botekan, umpak & kalindang
MATERIAL
❑ Menggunakan yang ada di sekitar lingkungannya
❑ Material bangunan ringan
❑ Penggunaan jenis kayu yang berbeda sesuai
kebutuhan, material kayu sangat tepat untuk daerah
rawan gempabumi
❑ Sebagian masih dapat di recycle
UNSUR KEARIFAN LOKAL
❑ Struktur terbagi menjadi 3 bagian (bawah/kaki/pondasi,
tengah/badan rumah, atap/kepala/atap)
❑ Kolom tidak menerus dari pondasi sampai atap.
❑ Menggunakan tapakan & botekan untuk daerah rawa & lahan
basah serta menggunakan umpak di daerah
pegunungan/lahan kering
❑ Struktur ghumah baghi mirip sistem box
❑ Rangka atap tidak menggunakan kuda-kuda
❑ Lamban Tuha
menggunakan
kalindang (balok
kayu disusun)
❑ Tiga bagian
struktur
❑ Denah
sederhana &
cenderung
simetri
TEMUAN
❑ Sebagai struktur bangunan, kayu memiliki masa depan yang sangat baik, mudah ditangani & dapat
dikembangkan karena termasuk bahan bangunan yang terbarukan
❑ Pemanfaatan kayu sebagai struktur & bahan bangunan masih dimungkinkan dilakukan dengan
pendekatan 3R: reduce, reuse & recycle
❑ Bangunan ringan dapat berkontribusi mengurangi dampak gempabumi terhadap kerusakan struktur
bangunan
❑ Rumah kayu memiliki kinerja yang relatif baik dibandingkan dengan rumah bata selama gempabumi

❑ Rumah tradisional dapat bertahan & terus digunakan oleh generasi selanjutnya
❑ Kestabilan struktur kayu mampu mengurangi kerusakan akibat getaran gempabumi
❑ Rumah rangka kayu tradisional merupakan produk budaya yang memiliki nilai tinggi karena
kemampuannya sebagai bangunan tahan gempabumi
❑ Masyarakat lokal memiliki pengalaman yang baik dalam menggunakan bahan lokal dengan teknik
tepat yang dipelajari dari nenek moyang mereka
RAGAM HIAS DAN HURUF ULU
SIMBAR DAN TANDUK KAMBING
❑ Hiasan
atap:
simbar,
tanduk
kambing &
tunjuk
langit
❑ Kemuncak
candi
sebagai
hiasan atap
semacam
mustaka
❑ Makara
sebagai
hiasan di
ruang
terbuka
(taman)
RAGAM HIAS RUMAH LIMAS
RAGAM HIAS RUMAH LIMAS
❑ Beragam motif
ukiran & ornamen
tradisional
❑ Menggunakan
teknik laquer (laker)
❑ Motif lokal &
akulturasi budaya
RAGAM HIAS
❑ Hiasan di pagar
tenggalung
❑ Hiasan/ukiran pada
cagak
RAGAM HIAS
RAGAM HIAS
RAGAM HIAS RUMAH ULU
RAGAM HIAS
RAGAM HIAS
❑ Beragam motif ukiran dari rumah tradisional, misal
simbar, di atas pintu, di pintu & di pagar
tenggalung
RAGAM HIAS MOTIF SONGKET
❑ Tanjak batik & songket
❑ Tiga jenis tanjak
❑ Motif songket
RAGAM HIAS HASIL DESAIN
HURUF ULU
PERTIMBANGAN
BANGUNAN PENGGUNA JATI DIRI
❑ Bangunan Pemerintah ❑ Pemerintah (Pusat, ❑ Unsur atap tradisional
❑ Bangunan Umum provinsi, kabupaten/kota) ❑ Unsur hiasan bangunan
❑ Bangunan Pribadi ❑ Swasta (nasional, lokal) ❑ Motif ukiran & ornamen
❑ Pemilik bangunan ❑ Motif songket
❑ Gedung Pemerintah ❑ Penyewa bangunan ❑ Tanjak
❑ Gedung Swasta ❑ Huruf Ulu/Kaganga
❑ Eksterior-interior ❑ Jembatan Ampera
❑ Gapura (bangunan, jalan,
gang & lorong), batas IMPLEMENTASI
kota-kabupaten, batas
kabupaten-kabupaten, ❑ Gapura : atap tradisional, tanjak, motif songket, motif struktur
batas provinsi Sumatera ❑ Bagian bangunan: (bagian) dari rumah tradisional
Selatan dengan provinsi ❑ Interior: ukiran & ornamen rumah tradisional serta motif songket
tetangga) ❑ Eksterior:motif songket serta ukiran & ornamen rumah tradisional
❑ Tempat wisata-rekreasi ❑ Ruang terbuka, taman: menyesuaikan
❑ Tempat wisata-rekreasi:menyesuaikan
KESIMPULAN
❑ Kekayaan budaya masyarakat Sumatera Selatan dari berbagai suku memberikan banyak
peluang untuk menggambarkan jati diri Sumatera Selatan
❑ Konsep ulu-ilir membedakan latar belakang & ciri khas masyarakat di luar Palembang
(daerah uluan) dengan Palembang.
❑ Secara filosofi & estetika, unsur-unsur yang terdapat pada rumah tradisional/adat, tanjak,
songket & monumen yang identik dengan Sumatera Selatan memiliki perbedaan.
❑ Unsur yang diambil sebagai jati diri dari bangunan yang akan dibangun (disematkan pada
bangunan yang sudah ada) sebaiknya mempertimbangkan beberapa aspek yang meliputi
jenis bangunan, karakteristik pengguna serta lokasi serta tujuan dibuatkan jati diri
tersebut.
❑ Aspek kearifan lokal yang terkandung pada bangunan rumah tradisional & budaya
masyarakat sangat layak untuk diimplementasikan.
❑ Kearifan lokal, memiliki nilai lokal yang bersifat universal
❑ Jati diri yang direncanakan pada bangunan tetap menghargai pemilik/pengguna bangunan,
lokasi dimana bangunan tersebut berada serta tidak mengganggu jati diri masyarakat lokal
yang masih dianut dengan sangat baik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai