Anda di halaman 1dari 81

PELATIHAN PERENCANAAN KONSTRUKSI DENGAN SISTEM TEKNOLOGI

BUILDING INFORMATION MODELING (BIM)

MODUL 1

KEBIJAKAN YANG TERKAIT PERENCANAAN KONSTRUKSI DENGAN SISTEM


TEKNOLOGI BIM

TAHUN 2018

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

KATA PENGANTAR

Modul-1 Kebijakan yang terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi


BIM, merupakan salah satu dari tujuh Modul dalam pelatihan Perencanaan Konstruksi
dengan Sistem Teknologi Building Information Modeling (BIM). Building Information
Modeling (BIM) merupakan salah satu teknologi di bidang AEC (Arsitektur, Engineering dan
Konstruksi) yang mampu mensimulasikan seluruh informasi di dalam proyek pembangunan
ke dalam model 3 dimensi. Teknologi ini sudah tidak asing lagi bagi industri AEC di dunia,
termasuk di Indonesia. Karena dengan menerapkan metode BIM, baik developer, konsultan
maupun kontraktor mampu menghemat waktu pengerjaan, biaya yang dikeluarkan serta
tenaga kerja yang dibutuhkan. Saat ini Kementerian PUPR telah memiliki roadmap
implementasi BIM di lingkungan Kementerian PUPR, dan telah terbentuk Tim BIM PUPR
yang menginisiasi kehadiran BIM di kementerian. Selain itu, tim juga mulai menggandeng
berbagai pihak untuk bersama-sama berjuang mengembangkan teknologi yang bisa sangat
membantu kinerja kementerian secara keseluruhan. Sembilan modul dalam pelatihan ini
menginformasikan hal-hal mengenai Kajian dan Peraturan Perundang -undangan dan
Kebijakan terkait Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi BIM, Teknologi Digital
yang terkait dengan BIM, Proses Bisnis PUPR dan Manajemen Perubahan yang terkait
Implementasi BIM, Prinsip Dasar Sistem Teknologi BIM dan Implementasinya di Indonesia,
BIM Execution Plan (BEP) serta menerapkannya sebagai bagian dari proses penyajian
informasi berbasis BIM, Pemodelan 3D, 4D, 5D, 6D dan 7D serta simulasinya dan Level of
Development (LOD), dan Workflow dan Implementasi BIM pada level Kolaborasi dalam
proses Monitoring Proyek, tidak hanya secara teori, namun juga secara praktis membahas
studi kasus.

Dalam tujuan meningkatkan kemampuan keterampilan teknis ASN bidang ke-PU-an


(bidang Konstruksi), maka Pusdiklat SDA dan Konstruksi melaksanakan penyusunan
Kurikulum dan Modul Pelatihan Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi Building
Information Modeling (BIM) untuk menghasilkan SDM bidang Konstruksi yang kompeten
dan berintegritas dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur bidang konstruksi
yang handal.

Rasa terima kasih kami sampaikan kepada para narasumber, praktisi di lapangan,
PT Mektan Babakan Tujuh Konsultan dengan Team Leader Drs. Komarudin, M.Pd, serta
pihak-pihak terkait yang telah membantu terwujudnya modul ini. Akhirnya mudah mudahan
paket modul yang kami susun ini dapat bermanfaat dan dapat membantu para praktisi
Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi Building Information Modeling (BIM) di
pusat maupun di daerah dimana sedang mengembangkan infrastruktur.

Bandung, September 2018

Kepala Pusdiklat SDA dan Konstruksi

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI i


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI ii


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ I
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ III
DAFTAR INFORMASI VISUAL ..............................................................................................V
DAFTAR TABEL .....................................................................................................................V
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ..................................................................................VII
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2. Deskripsi Singkat ....................................................................................................... 2
1.3. Tujuan Pembelajaran ................................................................................................ 2
1.3.1. Kompetensi Dasar ............................................................................................ 2
1.3.2. Indikator Keberhasilan ..................................................................................... 2
1.4. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ......................................................................... 3
1.4.1. Kebijakan dan Peraturan Perundangan terkait Penyelenggaraan
Konstruksi ......................................................................................................... 3
1.4.2. Pedoman terkait Sistem Teknologi BIM:.......................................................... 3
BAB 2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT PENYELENGGARAAN
KONSTRUKSI ......................................................................................................................... 5
2.1. Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 2 Tahun 2017 .......................................... 5
2.2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik ................................................................................................................. 30
2.3. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem
dan Transaksi Elektronik ......................................................................................... 34
2.4. Peraturan Menteri PUPR No.31/PRT/M/2015 tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Menteri PUPR No.07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi ....................................... 38
2.5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.12/PRT/M/2017 Tentang Standar dan
Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun
(Design and Build) ................................................................................................... 39
2.6. Soal Latihan ............................................................................................................. 42
2.7. Rangkuman.............................................................................................................. 42
2.8. Evaluasi ................................................................................................................... 43
BAB III. PEDOMAN TERKAIT SISTEM TEKNOLOGI BIM ................................................. 47
3.1. Panduan Adopsi BIM dalam Organisasi (Tim BIM PUPR dan Insititut BIM
Indonesia) ................................................................................................................ 47

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI iii


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

3.2. Panduan BIM Singapura (versi 2.0) ........................................................................ 53


3.3. Soal Latihan ............................................................................................................. 63
3.4. Rangkuman.............................................................................................................. 63
3.5. Evaluasi ................................................................................................................... 64
3.6. Jawaban Soal Latihan ............................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 69
GLOSARIUM ......................................................................................................................... 70
KUNCI JAWABAN ............................................................................................................. 71

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI iv


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

DAFTAR INFORMASI VISUAL

Hal.
Gambar 3.1 Langkah Adopsi BIM dalam Organisasi .......................................................... 47
Gambar 3.2. Tahapan dan keluaran menurut disiplin struktural ......................................... 51
Gambar 3.3. Mekanisme Pemodelan dan Kolaborasi dalam BIM. ..................................... 57
Gambar 3.4. Contoh Pemetaan Kolaborasi dalam Proyek BIM. ........................................ 59
Gambar 3.5. Produksi Model dan Dokumentasi. ................................................................ 60

DAFTAR TABEL

Hal.
Tabel 3.1. Peran dan Tanggungjawab Tim BIM.................................................................. 48
Tabel 3.2. Peran dan Tanggungjawab Para Pihak dalam BIM ........................................... 63

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI v


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI vi


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL


1. Deskripsi
Petunjuk penggunaan modul ini digunakan untuk membantu peserta pelatihan terkait materi
pada Modul 1 ini, ada baiknya diperhatikan beberapa petunjuk mengenai persyaratan,
metoda, alat bantu/media, dan Tujuan Kurikuler Khusus (TKK) dari Modul 1 yaitu Kebijakan
yang terkait Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi BIM.

2. Persyaratan
Sebelum mempelajari Modul 1, Anda diminta memperhatikan persyaratan berikut ini:
a. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda memahami
secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini.
b. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-kata yang
dianggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus
yang anda miliki.

3. Metoda
Dalam mempelajari Modul 1 ini, Metoda yang dapat Anda gunakan adalah sebagai berikut:
a. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri
dan tukar pikiran dengan peserta diklat yang lain atau dengan tutor anda .
b. Guna memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang relevan.
Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari internet.
c. Mantapkan pemahaman anda dengan mengerjakan latihan dalam modul dan
melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan peserta diklat lainnya.
d. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang dituliskan pada setiap
akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah anda sudah
memahami dengan benar kandungan modul ini.

4. Alat Bantu/Media
Untuk menyempurnakan proses pembelajaran Anda dalam memahami Modul 1, Anda dapat
menggunakan Alat Bantu/Media sebagai berikut:
a. Modul
b. Bahan Tayang
c. Alat Tulis

5. Tujuan Kurikuler Khusus (TKK)


Setelah pembelajaran mata pelatihan ini peserta diharapkan dapat memahami:
a. Kebijakan terkait Penyelenggaraan Konstruksi
b. Pedoman terkait Sistem Teknologi BIM

Selamat belajar !

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI vii


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI viii


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan infrastruktur di


Indonesia, Pemerintah melakukan upaya percepatan proyek-proyek yang dianggap
strategis dan memiliki urgensi tinggi untuk dapat direalisasikan dalam kurun waktu yang
singkat. Hal ini didukung oleh adanya Peraturan Presiden No. 3 tahun 2016 tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional dan Instruksi Presiden No. 6 tahun
2016 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional yang kemudian diperbaharui ke dalam
Perpres Nomor 58 Tahun 2017. Perpres ini memuat 248 proyek yang kemudian dievaluasi
pada tahun 2018 menjadi 222 proyek.
Pelaksanaan PSN infrastruktur PUPR diharapkan dapat mewujudkan ketahanan air,
kedaulatan pangan, kedaulatan energi, pengembangan wilayah, penguatan konektivitas
nasional, perwujudan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan termasuk
pengusahaan penyediaan pembiayaan dan penyediaan rumah, industri konstruksi yang
kompetitif, sinergi pusat dan daerah, serta pengelolaan sumber daya yang efektif, efisien
dan akuntabel.
Dengan demikian faktor-faktor pendukung percepatan infrastruktur harus didorong untuk
memaksimalkan hasil yang diinginkan yang membutuhkan dukungan teknologi sistem
informasi, mulai dari sisi pengadaan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan hingga
operasi dan pemeliharaannya. Salah satu langkah percepatan infrastruktur adalah
dukungan penerapan digital technology, salah satunya adalah Building Information
Modeling (BIM). Secara umum, BIM merupakan suatu proses dalam menghasilkan dan
mengelola data suatu konstruksi selama siklus hidupnya. BIM menggunakan software 3D,
real-time, dan pemodelan dinamis untuk meningkatkan produktivitas dalam desain dan
konstruksi infrastruktur.
BIM membantu para pelaku industri konstruksi untuk mendesain, mensimulasi,
memvisualisasikan dan membangun infrastruktur yang lebih baik. Dari sisi pembinaan
usaha, pengggunaan BIM akan meningkatkan kinerja organisasi pengguna jasa konstruksi
dan penyedia konstruksi. Manfaat penting lainnya, penerapan BIM mampu mengurangi
kesalahan dan kelalaian, mengurangi proses pengerjaan berulang, dan mampu mengurangi
durasi proyek dan meningkatkan keuntungan bagi yang berada di industri konstruksi.
Implementasi BIM dalam penyelenggaraan infrastruktur di Indonesia tentunya dapat
mendukung peningkatan tingkat daya saing global Indonesia. Berdasarkan laporan World
Economic Forum tentang Global Competitiveness Index, tingkat kompetitivitas suatu negara
dinilai melalui tiga aspek utama yaitu: pemenuhan kebutuhan dasar, penambah efisiensi
dan faktor-faktor inovasi dan kemutakhiran yang terkait erat dengan penerapan teknologi
konstruksi. Diharapkan dengan adanya penerapan BIM dalam penyelenggaraan konstruksi
di Indonesia sekaligus dapat meningkatkan peringkat indeks daya saing infrastruktur
Indonesia dari urutan 52 pada 2017-2018.
Untuk mewujudkan infrastruktur handal diperlukan sumber daya manusia yang kompeten
dan ahli pada bidang konstruksi. Oleh karena itu, guna menciptakan sumber daya manusia

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 1


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

yang kompeten dan ahli pada bidang konstruksi, salah satunya perlu dilaksanakannya suatu
program pelatihan, yaitu :
PELATIHAN PERENCANAAN KONSTRUKSI DENGAN SISTEM TEKNOLOGI
BUILDING INFORMATION MODELLING (BIM)
Dengan demikian diharapkan SDM yang bernaung di bawah Kementerian PUPR terutama
pada sektor konstruksi, mampu memberikan pelayanan yang prima terkait Perencanaan
Konstruksi dengan Sistem Teknologi Building Information Modelling (BIM).
Guna mendukung berjalannya program pelatihan, perlu ditunjang dengan adanya bahan
ajar salah satunya yaitu modul. Diharapkan dengan adanya modul, mampu menciptakan
proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Maka dibuatlah modul terkait Perencanaan
Konstruksi dengan Sistem Teknologi Building Information Modelling (BIM) .
Modul 1 yang membahas mengenai “Kebijakan dan Peraturan Perundangan Terkait
Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi BIM” diharapkan menambah
wawasan dan pengetahuan peserta pelatihan Perencanaan Konstruksi dengan Sistem
Teknologi Building Information Modelling (BIM) mengenai keterkaitan Kebijakan dan
Peraturan Perundangan dengan Perencanaan Konstruksi dengan Sistem Teknologi
Building Information Modeling (BIM). Selain itu diharapkan peserta pelatihan dapat menggali
keluasan dan kedalaman substansinya bersama sesama peserta dan para Widyaiswara
dalam berbagai kegiatan pembelajaran selama pelatihan berlangsung.

1.2. Deskripsi Singkat

Mata Pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan mengenai Kebijakan, Peraturan
dan Perundangan, serta Pedoman yang terkait Perencanaan Konstruksi dengan Sistem
Teknologi BIM.

1.3. Tujuan Pembelajaran

1.3.1. Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini peserta diharapkan dapat memahami
Kebijakan dan Peraturan Perundangan terkait Penyelenggaraan Konstruksi serta Pedoman
terkait Sistem Teknologi BIM.

1.3.2. Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini peserta mampu memahami:

a. Kebijakan dan Peraturan Perundangan terkait Penyelenggaraan Konstruksi


b. Pedoman terkait Sistem Teknologi BIM.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 2


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

1.4. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

1.4.1. Kebijakan dan Peraturan Perundangan terkait Penyelenggaraan Konstruksi

a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi


b. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
c. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik
d. Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2010 Tentang Perubahan Kedua Atas PP
No. 28 Tahun 2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
e. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 Tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi dan Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2010 Tentang
Perubahan Atas PP No. 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
f. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan
Jasa Konstruksi
g. Peraturan Menteri PUPR No.31/PRT/M/2015 tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Menteri PUPR No.07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
h. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.12/PRT/M/2017 Tentang Standar dan
Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun
(Design And Build)
i. Latihan
j. Rangkuman
k. Evaluasi

1.4.2. Pedoman terkait Sistem Teknologi BIM:

a. Panduan Adopsi BIM dalam Organisasi (Tim BIM PUPR dan Institut BIM Indonesia)
b. Panduan BIM Singapura (versi 2.0)
c. Panduan BIM Singapura untuk Pelaku Usaha Jasa Konstruksi (BIM Essensial
Guide)
d. Latihan
e. Rangkuman
f. Evaluasi

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 3


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 4


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

BAB 2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT


PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI

2.1. Undang-Undang Jasa Konstruksi Nomor 2 Tahun 2017

Undang-Undang ini disusun karena Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi belum dapat memenuhi tuntutan kebutuhan tata kelola yang baik dan dinamika
perkembangan penyelenggaraan jasa konstruksi. Secara keseluruhan terdiri dari 14 Bab
dan 106 pasal.
Adapun beberapa substansi penting dalam UU Jasa Konstruksi yang baru adalah:
1. Adanya pembagian peran berupa tanggung jawab dan kewenangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan jasa konstruksi;
2. Menjamin terciptanya penyelenggaraan tertib usaha jasa konstruksi yang adil, sehat
dan terbuka melalui pola persaingan yang sehat;
3. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan jasa konstruksi melalui
kemitraan dan sistem informasi, sebagai bagian dari pengawasan penyelenggaraan
jasa konstruksi;
4. Lingkup pengaturan yang diperluas tidak hanya mengatur usaha jasa konstruksi
melainkan mengatur rantai pasok sebagai pendukung jasa konstruksi dan usaha
penyediaan bangunan;
5. Adanya aspek perlindungan hukum terhadap upaya yang menghambat
penyelenggaraan jasa konstruksi agar tidak mengganggu proses pembangunan.
Perlindungan ini termasuk perlindungan bagi pengguna dan penyedia jasa dalam
melaksanakan pekerjaan konstruksi. Pada RUU tentang Jasa Konstruksi yang baru
tidak terdapat klausul kegagalan pekerjaan konstruksi hanya ada klasul kegagalan
bangunan. Hal ini sebagai perlindungan antara pengguna dan penyedia jasa saat
melaksanakan pekerjaan konstruksi;
6. Perlindungan bagi tenaga kerja Indonesia dalam bekerja di bidang jasa konstruksi,
termasuk pengaturan badan usaha asing yang bekerja di Indonesia, juga penetapan
standar remunerasi minimal untuk tenaga kerja;
7. Adanya jaring pengaman terhadap investasi yang akan masuk di bidang jasa konstruksi;
8. Mewujudkan jaminan mutu penyelenggaraan jasa konstruksi yang sejalan dengan nilai-
nilai keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan (K4).
Asas dan Tujuan Penyelenggaraan Jasa Konstruksi berlandaskan pada asas:
a. kejujuran dan keadilan;
b. manfaat;
c. kesetaraan;
d. keserasian;
e. keseimbangan;
f. profesionalitas;
g. kemandirian;
h. keterbukaan;

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 5


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

i. kemitraan;
j. keamanan dan keselamatan;
k. kebebasan;
l. pembangunan berkelanjutan; dan
m. wawasan lingkungan

Adapun tujuan penyelenggaraan jasa konstruksi adalah:


1. memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan
Jasa Konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang
kukuh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa
Konstruksi yang berkualitas;
2. mewujudkan ketertiban penyelenggaraan Jasa
Konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan
antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam
menjalankan hak dan kewajiban, serta meningkatkan
kepatuhan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
3. mewujudkan peningkatan partisipasi masyarakat di
bidang Jasa Konstruksi;
4. menata sistem Jasa Konstruksi yang mampu
mewujudkan keselamatan publik dan menciptakan
kenyamanan lingkungan terbangun;
5. menjamin tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi
yang baik; dan
6. menciptakan integrasi nilai tambah dari seluruh tahapan
penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

Tanggungjawab Pemerintah Pusat bertanggungjawab dalam (pasal 4 ayat 1)


a. meningkatnya kemampuan dan kapasitas usaha Jasa
Konstruksi nasional
b. terciptanya iklim usaha yang kondusif, penyelenggaraan
Jasa Konstruksi yang transparan, persaingan usaha
yang sehat, serta jaminan kesetaraan hak dan kewajiban
antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
c. terselenggaranya Jasa Konstruksi yang sesuai dengan
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan
d. meningkatnya kompetensi, profesionalitas, dan
produktivitas tenaga kerja konstruksi nasional
e. meningkatnya kualitas penggunaan material dan
peralatan konstruksi serta teknologi konstruksi dalam
negeri
f. meningkatnya partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi
g. tersedianya sistem informasi Jasa Konstruksi.

Kewenangan Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf a, Pemerintah Pusat memiliki
kewenangan:
a. mengembangkan struktur usaha Jasa Konstruksi
b. mengembangkan sistem persyaratan usaha Jasa
Konstruksi
c. menyelenggarakan registrasi badan usaha Jasa
Konstruksi

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 6


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

d.menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi


perusahaan Jasa Konstruksi dan asosiasi yang
terkait dengan rantai pasok Jasa Konstruksi
e. menyelenggarakan pemberian lisensi bagi
lembaga yang melaksanakan sertifikasi badan
usaha
f. mengembangkan sistem rantai pasok Jasa
Konstruksi
g. mengembangkan sistem permodalan dan sistem
penjaminan usaha Jasa Konstruksi
h. memberikan dukungan dan pelindungan bagi
pelaku usaha Jasa Konstruksi nasional dalam
mengakses pasar Jasa Konstruksi internasional
i. mengembangkan sistem pengawasan tertib usaha
Jasa Konstruksi
j. menyelenggarakan penerbitan izin perwakilan
badan usaha asing dan Izin Usaha dalam rangka
penanaman modal asing;
k. menyelenggarakan pengawasan tertib usaha Jasa
Konstruksi asing dan Jasa Konstruksi kualifikasi
besar;
l. menyelenggarakan pengembangan layanan usaha
Jasa Konstruksi;
m. mengumpulkan dan mengembangkan sistem
informasi yang terkait dengan pasar Jasa
Konstruksi di negara yang potensial untuk pelaku
usaha Jasa Konstruksi nasional;
n. mengembangkan sistem kemitraan antara usaha
Jasa Konstruksi nasional dan internasional;
o. menjamin terciptanya persaingan yang sehat
dalam pasar Jasa Konstruksi;
p. mengembangkan segmentasi pasar Jasa
Konstruksi nasional;
q. memberikan pelindungan hukum bagi pelaku
usaha Jasa Konstruksi nasional yang mengakses
pasar Jasa Konstruksi internasional; dan
r. menyelenggarakan registrasi pengalaman badan
usaha.
Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf b, Pemerintah Pusat memiliki
kewenangan:
a. mengembangkan sistem pemilihan Penyedia Jasa
dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b. mengembangkan Kontrak Kerja Konstruksi yang
menjamin kesetaraan hak dan kewajiban antara
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa;

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 7


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

c.mendorong digunakannya alternatif penyelesaian


sengketa penyelenggaraan Jasa Konstruksi di luar
pengadilan; dan
d. mengembangkan sistem kinerja Penyedia Jasa
dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf c, Pemerintah Pusat memiliki
kewenangan:
a. mengembangkan Standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b. menyelenggarakan pengawasan penerapan
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan dalam penyelenggaraan dan
pemanfaatan Jasa Konstruksi oleh badan usaha
Jasa Konstruksi;
c. menyelenggarakan registrasi penilai ahli; dan
d. menetapkan penilai ahli yang teregistrasi dalam hal
terjadi Kegagalan Bangunan.
Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf d, Pemerintah Pusat memiliki
kewenangan:
a. mengembangkan standar kompetensi kerja dan
pelatihan Jasa Konstruksi;
b. memberdayakan lembaga pendidikan dan
pelatihan kerja konstruksi nasional;
c. menyelenggarakan pelatihan tenaga kerja
konstruksi strategis dan percontohan;
d. mengembangkan sistem sertifikasi kompetensi
tenaga kerja konstruksi;
e. menetapkan standar remunerasi minimal bagi
tenaga kerja konstruksi;
f. menyelenggarakan pengawasan sistem sertifikasi,
pelatihan, dan standar remunerasi minimal bagi
tenaga kerja konstruksi;
g. menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi profesi
dan lisensi bagi lembaga sertifikasi profesi;
h. menyelenggarakan registrasi tenaga kerja
konstruksi;
i. menyelenggarakan registrasi pengalaman
profesional tenaga kerja konstruksi serta lembaga
pendidikan dan pelatihan kerja di bidang
konstruksi;
j. menyelenggarakan penyetaraan tenaga kerja
konstruksi asing; dan
k. membentuk lembaga sertifikasi profesi untuk
melaksanakan tugas sertifikasi kompetensi kerja

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 8


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

yang belum dapat dilakukan lembaga sertifikasi


profesi yang dibentuk oleh asosiasi profesi atau
lembaga pendidikan dan pelatihan.
Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf e, Pemerintah Pusat memiliki
kewenangan:
a. mengembangkan standar material dan peralatan
konstruksi, serta inovasi teknologi konstruksi;
b. mengembangkan skema kerja sama antara
institusi penelitian dan pengembangan dan seluruh
pemangku kepentingan Jasa Konstruksi;
c. menetapkan pengembangan teknologi prioritas;
d. memublikasikan material dan peralatan konstruksi
serta teknologi konstruksi dalam negeri kepada
seluruh pemangku kepentingan, baik nasional
maupun internasional;
e. menetapkan dan meningkatkan penggunaan
standar mutu material dan peralatan sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia;
f. melindungi kekayaan intelektual atas material dan
peralatan konstruksi serta teknologi konstruksi
hasil penelitian dan pengembangan dalam negeri;
dan
g. membangun sistem rantai pasok material,
peralatan, dan teknologi konstruksi.
Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf f, Pemerintah Pusat memiliki
kewenangan:
a. meningkatkan partisipasi masyarakat yang
berkualitas dan bertanggung jawab dalam
pengawasan penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b. meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat
Jasa Konstruksi;
c. memfasilitasi penyelenggaraan forum Jasa
Konstruksi sebagai media aspirasi masyarakat
Jasa Konstruksi;
d. memberikan dukungan pembiayaan terhadap
penyelenggaraan Sertifikasi Kompetensi Kerja;
dan
e. meningkatkan partisipasi masyarakat yang
berkualitas dan bertanggung jawab dalam Usaha
Penyediaan Bangunan.
Dukungan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(6) huruf d dilakukan dengan mempertimbangkan
kemampuan keuangan negara.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 9


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (1) huruf g, Pemerintah Pusat memiliki
kewenangan:
a. mengembangkan sistem informasi Jasa Konstruksi
nasional; dan
b. mengumpulkan data dan informasi Jasa Konstruksi
nasional dan internasional.
Struktur Usaha Jasa Struktur usaha Jasa Konstruksi meliputi:
Konstruksi a. jenis, sifat, klasifikasi, dan layanan usaha; dan
b. bentuk dan kualifikasi usaha.

Jenis usaha Jasa Konstruksi meliputi:


a. usaha jasa Konsultansi Konstruksi;
b. usaha Pekerjaan Konstruksi; dan
c. usaha Pekerjaan Konstruksi terintegrasi.

Sifat usaha jasa Konsultansi Konstruksi meliputi:


a. umum; dan
b. spesialis.
Klasifikasi usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat
umum antara lain:
a. arsitektur;
b. rekayasa;
c. rekayasa terpadu; dan
d. arsitektur lanskap dan perencanaan wilayah.
Klasifikasi usaha jasa Konsultansi Konstruksi yang bersifat
spesialis antara lain:
a. konsultansi ilmiah dan teknis; dan
b. pengujian dan analisis teknis.
Layanan usaha yang dapat diberikan oleh jasa Konsultansi
Konstruksi yang bersifat umum meliputi:
a. pengkajian;
b. perencanaan;
c. perancangan;
d. pengawasan; dan/atau
e. manajemen penyelenggaraan konstruksi.
Layanan usaha yang dapat diberikan oleh jasa Konsultansi
Konstruksi yang bersifat spesialis meliputi:
a. survei;
b. pengujian teknis; dan/atau
c. analisis.

Sifat usaha Pekerjaan Konstruksi meliputi:


a. umum; dan
b. spesialis.
Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi yang bersifat umum
meliputi:
a. bangunan gedung; dan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 10


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

b. bangunan sipil.
Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi yang bersifat
spesialis antara lain:
a. instalasi;
b. konstruksi khusus;
c. konstruksi prapabrikasi;
d. penyelesaian bangunan; dan
e. penyewaan peralatan.
Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Pekerjaan
Konstruksi yang bersifat umum meliputi:
a. pembangunan;
b. pemeliharaan;
c. pembongkaran; dan/atau
d. pembangunan kembali.
Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Pekerjaan
Konstruksi yang bersifat spesialis meliputi pekerjaan bagian
tertentu dari bangunan konstruksi atau bentuk fisik lainnya.

Klasifikasi usaha Pekerjaan Konstruksi terintegrasi meliputi:


a. bangunan gedung; dan
b. bangunan sipil.
Layanan usaha yang dapat diberikan oleh Pekerjaan
Konstruksi terintegrasi meliputi:
a. rancang bangun; dan
b. perekayasaan, pengadaan, dan pelaksanaan.
Perubahan atas klasifikasi dan layanan usaha Jasa
Konstruksi dilakukan dengan memperhatikan perubahan
klasifikasi produk konstruksi yang berlaku secara
internasional dan perkembangan layanan usaha Jasa
Konstruksi.
Kegiatan usaha Jasa Konstruksi didukung dengan usaha
rantai pasok sumber daya konstruksi.
Sumber daya konstruksi diutamakan berasal dari produksi
dalam negeri.
Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, sifat, klasifikasi,
layanan usaha, perubahan atas klasifikasi dan layanan
usaha, dan usaha rantai pasok sumber daya konstruksi
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bentuk dan Kualifikasi Usaha


Usaha Jasa Konstruksi berbentuk usaha orang
perseorangan atau badan usaha, baik yang berbadan
hukum maupun tidak berbadan hukum.
Kualifikasi usaha bagi badan usaha terdiri atas:
a. kecil;
b. menengah; dan
c. besar.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 11


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Penetapan kualifikasi usaha dilaksanakan melalui penilaian


terhadap:
a. penjualan tahunan;
b. kemampuan keuangan;
c. ketersediaan tenaga kerja konstruksi; dan
d. kemampuan dalam penyediaan peralatan
konstruksi.
Kualifikasi usaha menentukan batasan kemampuan usaha
dan segmentasi pasar usaha Jasa Konstruksi.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan kualifikasi
usaha diatur dalam Peraturan Menteri.

Segmentasi Pasar Jasa Konstruksi


Usaha orang perseorangan dan badan usaha Jasa
Konstruksi kualifikasi kecil hanya dapat
menyelenggarakan Jasa Konstruksi pada segmen pasar
yang:
a. berisiko kecil;
b. berteknologi sederhana; dan
c. berbiaya kecil.
Usaha orang perseorangan hanya dapat
menyelenggarakan pekerjaan yang sesuai dengan bidang
keahliannya.
Badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi menengah
hanya dapat menyelenggarakan Jasa Konstruksi pada
segmen pasar yang:
a. berisiko sedang;
b. berteknologi madya; dan/atau
c. berbiaya sedang.

Badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi besar yang


berbadan hukum dan perwakilan usaha Jasa Konstruksi
asing hanya dapat menyelenggarakan Jasa Konstruksi
pada segmen pasar yang:
a. berisiko besar;
b. berteknologi tinggi; dan/atau
c. berbiaya besar.
Dalam hal penyelenggaraan Jasa Konstruksi menggunakan
anggaran pendapatan dan belanja daerah serta memenuhi
kriteria berisiko kecil sampai dengan sedang, berteknologi
sederhana sampai dengan madya, dan berbiaya kecil
sampai dengan sedang, Pemerintah Daerah provinsi dapat
membuat kebijakan khusus.
Kebijakan khusus tersebut meliputi:
a. kerja sama operasi dengan badan usaha Jasa
Konstruksi daerah; dan/atau
b. penggunaan Sub penyedia Jasa daerah.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 12


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Persyaratan Usaha Setiap usaha orang perseorangan yang akan memberikan


Jasa Konstruksi layanan Jasa Konstruksi wajib memiliki Tanda Daftar Usaha
Perseorangan.
Setiap badan usaha Jasa Konstruksi yang akan
memberikan layanan Jasa Konstruksi wajib memiliki Izin
Usaha.

Tanda Daftar Usaha Perseorangan dan Izin Usaha


Tanda Daftar Usaha Perseorangan diberikan oleh
Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada usaha orang
perseorangan yang berdomisili di wilayahnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Izin Usaha diberikan oleh Pemerintah Daerah
kabupaten/kota kepada badan usaha yang berdomisili di
wilayahnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Izin Usaha dan Tanda Daftar Usaha Perseorangan berlaku
untuk melaksanakan kegiatan usaha Jasa Konstruksi di
seluruh wilayah Republik Indonesia.
Sertifikat Badan Usaha
Setiap badan usaha yang mengerjakan Jasa Konstruksi
wajib memiliki Sertifikat Badan Usaha.
Sertifikat Badan Usaha diterbitkan melalui suatu proses
sertifikasi dan registrasi oleh Menteri.
Sertifikat Badan Usaha paling sedikit memuat:
a. jenis usaha;
b. sifat usaha;
c. klasifikasi usaha; dan
d. kualifikasi usaha.
Untuk mendapatkan Sertifikat Badan Usaha, badan usaha
Jasa Konstruksi mengajukan permohonan kepada Menteri
melalui lembaga Sertifikasi Badan Usaha yang dibentuk
oleh asosiasi badan usaha terakreditasi.
Akreditasi diberikan oleh Menteri kepada asosiasi badan
usaha yang memenuhi persyaratan:
a. jumlah dan sebaran anggota;
b. pemberdayaan kepada anggota;
c. pemilihan pengurus secara demokratis;
d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah;
dan
e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan.
Setiap asosiasi badan usaha yang mendapatkan akreditasi
wajib menjalankan kewajiban yang diatur dalam Peraturan
Menteri.
Tanda Daftar Pengalaman

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 13


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Untuk mendapatkan pengakuan pengalaman usaha, setiap


badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi menengah dan
besar harus melakukan registrasi pengalaman kepada
Menteri.
Registrasi pengalaman dibuktikan dengan tanda daftar
pengalaman.
Tanda daftar pengalaman paling sedikit memuat:
a. nama paket pekerjaan;
b. Pengguna Jasa;
c. tahun pelaksanaan pekerjaan;
d. nilai pekerjaan; dan
e. kinerja Penyedia Jasa.
Pengalaman yang diregistrasi ke dalam tanda daftar
pengalaman merupakan pengalaman menyelenggarakan
Jasa Konstruksi yang sudah melalui proses serah terima.
Pengembangan Pengembangan jenis usaha Jasa Konstruksi dapat
Usaha Jasa dilakukan melalui Usaha Penyediaan Bangunan.
Konstruksi Usaha Penyediaan Bangunan terdiri atas Usaha
Penyediaan Bangunan gedung dan Usaha Penyediaan
Bangunan sipil.
Usaha Penyediaan Bangunan dibiayai melalui investasi
yang bersumber dari:
a. Pemerintah Pusat;
b. Pemerintah Daerah;
c. badan usaha; dan/atau
d. masyarakat.
Perizinan Usaha Penyediaan Bangunan dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Usaha Penyediaan
Bangunan diatur dalam Peraturan Presiden.

Pengembangan Usaha Berkelanjutan


Setiap badan usaha Jasa Konstruksi harus melakukan
pengembangan usaha berkelanjutan.
Pengembangan usaha berkelanjutan bertujuan untuk:
a. meningkatkan tata kelola usaha yang baik; dan
b. memiliki tanggung jawab profesional termasuk
tanggung jawab badan usaha terhadap
masyarakat.
Pengembangan usaha berkelanjutan diselenggarakan oleh
asosiasi badan usaha Jasa Konstruksi.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan usaha
berkelanjutan diatur dalam Peraturan Menteri.

Penyelenggaraan Penyelenggaraan Jasa Konstruksi terdiri atas


Jasa Konstruksi penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi dan
penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 14


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi dapat dikerjakan


sendiri atau melalui pengikatan Jasa Konstruksi.
Penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan dapat
dikerjakan sendiri atau melalui perjanjian penyediaan
bangunan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan usaha
Jasa Konstruksi yang dikerjakan sendiri dan
penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan diatur
dalam Peraturan Presiden.
Para pihak dalam pengikatan Jasa Konstruksi terdiri atas:
a. Pengguna Jasa; dan
b. Penyedia Jasa.
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa terdiri atas:
a. orang perseorangan; atau
b. badan.
Pengikatan hubungan kerja Jasa Konstruksi dilakukan
berdasarkan prinsip persaingan yang sehat dan dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
Ketentuan mengenai pengikatan di antara para pihak
berlaku sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai hukum keperdataan
kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini.

Pemilihan Penyedia Jasa

Pemilihan Penyedia Jasa hanya dapat diikuti oleh Penyedia


Jasa yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 sampai dengan Pasal 34.
Pemilihan Penyedia Jasa yang menggunakan sumber
pembiayaan dari keuangan Negara dilakukan dengan cara
tender atau seleksi, pengadaan secara elektronik,
penunjukan langsung, dan pengadaan langsung sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tender atau seleksi dapat dilakukan melalui prakualifikasi,
pascakualifikasi, dan tender cepat.
Pengadaan secara elektronik merupakan metode pemilihan
Penyedia Jasa yang sudah tercantum dalam katalog.
Penunjukan langsung dapat dilakukan dalam hal:
a. penanganan darurat untuk keamanan dan
keselamatan masyarakat;
b. pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa yang sangat
terbatas atau hanya dapat dilakukan oleh
pemegang hak;
c. pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang
menyangkut keamanan dan keselamatan negara;
d. pekerjaan yang berskala kecil; dan/atau

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 15


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

e. kondisi tertentu.
Pengadaan langsung dilakukan untuk paket dengan nilai
tertentu.
Ketentuan lebih lanjut mengenai kondisi tertentu diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
Pemilihan Penyedia Jasa dan penetapan Penyedia Jasa
dalam pengikatan hubungan kerja Jasa Konstruksi
dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. kesesuaian antara bidang usaha dan ruang lingkup
pekerjaan;
b. kesetaraan antara kualifikasi usaha dan beban
kerja;
c. kinerja Penyedia Jasa; dan
d. pengalaman menghasilkan produk konstruksi
sejenis.
Dalam hal pemilihan penyedia layanan jasa Konsultansi
Konstruksi yang menggunakan tenaga kerja konstruksi
pada jenjang jabatan ahli, Pengguna Jasa harus
memperhatikan standar remunerasi minimal.
Standar remunerasi minimal ditetapkan oleh Menteri.
Pengguna Jasa dilarang menggunakan Penyedia Jasa yang
terafiliasi pada pembangunan untuk kepentingan umum
tanpa melalui tender atau seleksi, atau pengadaan secara
elektronik.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemilihan Penyedia Jasa
dan penetapan Penyedia Jasa dalam hubungan kerja Jasa
Konstruksi diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Kontrak Kerja Konstruksi


Pengaturan hubungan kerja antara Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa harus dituangkan dalam Kontrak Kerja
Konstruksi.
Bentuk Kontrak Kerja Konstruksi dapat mengikuti
perkembangan kebutuhan dan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kontrak Kerja Konstruksi paling sedikit harus mencakup
uraian mengenai:
a. para pihak, memuat secara jelas identitas para
pihak;
b. rumusan pekerjaan, memuat uraian yang jelas dan
rinci tentang lingkup kerja, nilai pekerjaan, harga
satuan, lumsum, dan batasan waktu pelaksanaan;
c. masa pertanggungan, memuat tentang jangka
waktu pelaksanaan dan pemeliharaan yang
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa;
d. hak dan kewajiban yang setara, memuat hak
Pengguna Jasa untuk memperoleh hasil Jasa

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 16


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Konstruksi dan kewajibannya untuk memenuhi


ketentuan yang diperjanjikan, serta hak Penyedia
Jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan
jasa serta kewajibannya melaksanakan layanan
Jasa Konstruksi;
e. penggunaan tenaga kerja konstruksi, memuat
kewajiban mempekerjakan tenaga kerja konstruksi
bersertifikat;
f. cara pembayaran, memuat ketentuan tentang
kewajiban Pengguna Jasa dalam melakukan
pembayaran hasil layanan Jasa Konstruksi,
termasuk di dalamnya jaminan atas pembayaran;
g. wanprestasi, memuat ketentuan tentang tanggung
jawab dalam hal salah satu pihak tidak
melaksanakan kewajiban sebagaimana
diperjanjikan;
h. penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan
tentang tata cara penyelesaian perselisihan akibat
ketidaksepakatan;
i. pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi, memuat
ketentuan tentang pemutusan Kontrak Kerja
Konstruksi yang timbul akibat tidak dapat
dipenuhinya kewajiban salah satu pihak;
j. keadaan memaksa, memuat ketentuan tentang
kejadian yang timbul di luar kemauan dan
kemampuan para pihak yang menimbulkan
kerugian bagi salah satu pihak;
k. Kegagalan Bangunan, memuat ketentuan tentang
kewajiban Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa
atas Kegagalan Bangunan dan jangka waktu
pertanggungjawaban Kegagalan Bangunan;
l. pelindungan pekerja, memuat ketentuan tentang
kewajiban para pihak dalam pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan
sosial;
m. pelindungan terhadap pihak ketiga selain para
pihak dan pekerja, memuat kewajiban para pihak
dalam hal terjadi suatu peristiwa yang
menimbulkan kerugian atau menyebabkan
kecelakaan dan/atau kematian;
n. aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak
dalam pemenuhan ketentuan tentang lingkungan;
o. jaminan atas risiko yang timbul dan tanggung
jawab hukum kepada pihak lain dalam
pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi atau akibat dari
Kegagalan Bangunan; dan
p. pilihan penyelesaian sengketa konstruksi.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 17


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Selain ketentuan, Kontrak Kerja Konstruksi dapat memuat


kesepakatan para pihak tentang pemberian insentif.
Selain memuat ketentuan di atas, Kontrak Kerja Konstruksi:
a. untuk layanan jasa perencanaan harus memuat
ketentuan tentang hak kekayaan intelektual;
b. untuk kegiatan pelaksanaan layanan Jasa Konstruksi,
dapat memuat ketentuan tentang Sub penyedia Jasa
serta pemasok bahan, komponen bangunan, dan/atau
peralatan yang harus memenuhi standar yang berlaku;
dan
c. yang dilakukan dengan pihak asing, memuat kewajiban
alih teknologi.
Ketentuan mengenai Kontrak Kerja Konstruksi berlaku juga
dalam Kontrak Kerja Konstruksi antara Penyedia Jasa dan
Subpenyedia Jasa.
Kontrak Kerja Konstruksi dibuat dalam bahasa Indonesia.
Dalam hal Kontrak Kerja Konstruksi dilakukan dengan pihak
asing harus dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris.
Dalam hal terjadi perselisihan dengan pihak asing
digunakan Kontrak Kerja Konstruksi dalam bahasa
Indonesia.

Ketentuan lebih lanjut mengenai Kontrak Kerja Konstruksi


diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pengelolaan Jasa Konstruksi


Penyedia Jasa dan Subpenyedia Jasa dalam
penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus:
a. sesuai dengan perjanjian dalam kontrak;
b. memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan; dan
c. mengutamakan warga negara Indonesia sebagai
pimpinan tertinggi organisasi proyek.

Dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, pekerjaan utama


hanya dapat diberikan kepada Subpenyedia Jasa yang
bersifat spesialis.
Pemberian pekerjaan utama kepada Subpenyedia Jasa
yang bersifat spesialis harus mendapat persetujuan
Pengguna Jasa.
Dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Penyedia Jasa
dengan kualifikasi menengah dan/atau besar
mengutamakan untuk memberikan pekerjaan penunjang
kepada Subpenyedia Jasa dengan kualifikasi kecil.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 18


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Penyedia Jasa dan Subpenyedia Jasa wajib memenuhi hak


dan kewajiban sebagaimana tercantum dalam Kontrak
Kerja Konstruksi.
Dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Penyedia Jasa
dan/atau Subpenyedia Jasa wajib menyerahkan hasil
pekerjaannya secara tepat biaya, tepat mutu, dan tepat
waktu sebagaimana tercantum dalam Kontrak Kerja
Konstruksi.
Penyedia Jasa dan/atau Subpenyedia Jasa yang tidak
menyerahkan hasil pekerjaannya secara tepat biaya, tepat
mutu, dan/atau tepat waktu dapat dikenai ganti kerugian
sesuai dengan kesepakatan dalam Kontrak Kerja
Konstruksi.
Pembiayaan Jasa Konstruksi
Pengguna Jasa bertanggung jawab atas biaya Jasa
Konstruksi sesuai dengan kesepakatan dalam Kontrak
Kerja Konstruksi.
Biaya Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat bersumber dari dana Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, badan usaha, dan/atau masyarakat.
Tanggung jawab atas biaya Jasa Konstruksi dibuktikan
dengan:
a. kemampuan membayar; dan/atau
b. komitmen atas pengusahaan produk Jasa
Konstruksi.
Kemampuan membayar dibuktikan dengan dokumen dari
lembaga perbankan dan/atau lembaga keuangan bukan
bank, dokumen ketersediaan anggaran, atau dokumen lain
yang disepakati dalam Kontrak Kerja Konstruksi.
Komitmen atas pengusahaan produk Jasa Konstruksi
didukung dengan jaminan melalui perjanjian kerja sama.
Dalam hal tanggung jawab atas biaya Jasa Konstruksi
dibuktikan dengan kemampuan membayar, Pengguna Jasa
wajib melaksanakan pembayaran atas penyerahan hasil
pekerjaan Penyedia Jasa secara tepat jumlah dan tepat
waktu.
Pengguna Jasa yang tidak menjamin ketersediaan biaya
dan tidak melaksanakan pembayaran atas penyerahan hasil
pekerjaan Penyedia Jasa secara tepat jumlah dan tepat
waktu dapat dikenai ganti kerugian sesuai dengan
kesepakatan dalam Kontrak Kerja Konstruksi.
Dalam hal tanggung jawab atas layanan Jasa Konstruksi
yang dilakukan melalui komitmen atas pengusahaan produk
Jasa Konstruksi, Penyedia Jasa harus mengetahui risiko
mekanisme komitmen atas pengusahaan produk Jasa
Konstruksi dan memastikan fungsionalitas produk sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 19


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Dalam pemilihan Penyedia Jasa, Penyedia Jasa


menyerahkan jaminan kepada Pengguna Jasa untuk
memenuhi kewajiban sebagaimana dipersyaratkan dalam
dokumen pemilihan Penyedia Jasa.
Jaminan sebagaimana terdiri atas:
a. jaminan penawaran;
b. jaminan pelaksanaan;
c. jaminan uang muka;
d. jaminan pemeliharaan; dan/atau
e. jaminan sanggah banding.
Jaminan tersebut harus dapat dicairkan tanpa syarat
sebesar nilai yang dijaminkan dan dalam batas waktu
tertentu setelah pernyataan Pengguna Jasa atas
wanprestasi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa.
Jaminan tersebut dapat dikeluarkan oleh lembaga
perbankan, perusahaan asuransi, dan/atau perusahaan
penjaminan dalam bentuk bank garansi dan/atau perjanjian
terikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Perubahan atas jaminan dilakukan dengan memperhatikan
dinamika perkembangan penyelenggaraan Jasa Konstruksi
baik nasional maupun internasional.
Ketentuan lebih lanjut mengenai jaminan dan perubahan
atas jaminan diatur dalam Peraturan Presiden.

Perjanjian Penyediaan Bangunan


Usaha Penyediaan Bangunan dapat dikerjakan sendiri atau
oleh pihak lain. Dalam hal dikerjakan oleh pihak lain,
penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan dilakukan
melalui perjanjian penyediaan bangunan.
Para pihak dalam perjanjian penyediaan bangunan terdiri
atas:
a. pihak pertama sebagai pemilik bangunan; dan
b. pihak kedua sebagai penyedia bangunan.
Para pihak terdiri atas:
a. orang perseorangan; atau
b. badan.
Penyediaan bangunan dapat dilakukan melalui kerja sama
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dengan
badan usaha dan/atau masyarakat.
Dalam perjanjian penyediaan bangunan, penyelenggaraan
Jasa Konstruksi harus dilakukan oleh Penyedia Jasa.
Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian penyediaan
bangunan diatur dalam Peraturan Presiden.
Keamanan, Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna
Keselamatan, Jasa dan Penyedia Jasa wajib memenuhi Standar
Kesehatan, dan Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 20


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Keberlanjutan Dalam memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan,


Konstruksi Kesehatan, dan Keberlanjutan Pengguna Jasa dan/atau
Penyedia Jasa harus memberikan pengesahan atau
persetujuan atas:
a. hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau
perancangan;
b. rencana teknis proses pembangunan,
pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau
pembangunan kembali;
c. pelaksanaan suatu proses pembangunan,
pemeliharaan, pembongkaran, dan/atau
pembangunan kembali;
d. penggunaan material, peralatan dan/atau
teknologi; dan/atau
e. hasil layanan Jasa Konstruksi.
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan paling sedikit meliputi:
a. standar mutu bahan;
b. standar mutu peralatan;
c. standar keselamatan dan kesehatan kerja;
d. standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi;
e. standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi;
f. standar operasi dan pemeliharaan;
g. pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam
pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa Konstruksi diatur
oleh menteri teknis terkait sesuai dengan kewenangannya.
Dalam menyusun Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa
Konstruksi, menteri teknis terkait memperhatikan kondisi
geografis yang rawan gempa dan kenyamanan lingkungan
terbangun.
Dalam hal penyelenggaraan Jasa Konstruksi tidak
memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan,
dan Keberlanjutan, Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa
dapat menjadi pihak yang bertanggung jawab terhadap
Kegagalan Bangunan.
Kegagalan Bangunan ditetapkan oleh penilai ahli.
Penilai ahli ditetapkan oleh Menteri.
Menteri harus menetapkan penilai ahli dalam waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya
laporan mengenai terjadinya Kegagalan Bangunan.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 21


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Penilai ahli harus:


a. memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja pada jenjang
jabatan ahli di bidang yang sesuai dengan
klasifikasi produk bangunan yang mengalami
Kegagalan Bangunan;
b. memiliki pengalaman sebagai perencana,
pelaksana, dan/atau pengawas pada Jasa
Konstruksi sesuai dengan klasifikasi produk
bangunan yang mengalami Kegagalan Bangunan;
dan
c. terdaftar sebagai penilai ahli di kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
Jasa Konstruksi.
Penilai ahli mempunyai tugas antara lain:
a. menetapkan tingkat kepatuhan terhadap Standar
Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan dalam penyelenggaraan Jasa
Konstruksi;
b. menetapkan penyebab terjadinya Kegagalan
Bangunan;
c. menetapkan tingkat keruntuhan dan/atau tidak
berfungsinya bangunan;
d. menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas
Kegagalan Bangunan;
e. melaporkan hasil penilaiannya kepada Menteri dan
instansi yang mengeluarkan izin membangun,
paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kerja
terhitung sejak tanggal pelaksanaan tugas; dan
f. memberikan rekomendasi kebijakan kepada
Menteri dalam rangka pencegahan terjadinya
Kegagalan Bangunan.
Dalam melaksanakan tugas penilai ahli dapat berkoordinasi
dengan pihak berwenang yang terkait.
Penilai ahli wajib bekerja secara profesional dan tidak
menjadi bagian dari salah satu pihak.
Penyedia Jasa wajib mengganti atau memperbaiki
Kegagalan Bangunan yang disebabkan kesalahan
Penyedia Jasa.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penilai ahli dan penilaian
Kegagalan Bangunan diatur dalam Peraturan Menteri.

Jangka Waktu dan Pertanggungjawaban Kegagalan


Bangunan
Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan
Bangunan dalam jangka waktu yang ditentukan sesuai
dengan rencana umur konstruksi.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 22


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Dalam hal rencana umur konstruksi lebih dari 10 (sepuluh)


tahun, Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas
Kegagalan Bangunan dalam jangka waktu paling lama 10
(sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal penyerahan akhir
layanan Jasa Konstruksi.
Pengguna Jasa bertanggung jawab atas Kegagalan
Bangunan yang terjadi setelah jangka waktu yang telah
ditentukan.
Ketentuan jangka waktu pertanggungjawaban atas
Kegagalan Bangunan harus dinyatakan dalam Kontrak
Kerja Konstruksi.
Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban dan
pertanggungjawaban Penyedia Jasa atas Kegagalan
Bangunan diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pengguna Jasa dan/atau pihak lain yang dirugikan akibat
Kegagalan Bangunan dapat melaporkan terjadinya suatu
Kegagalan Bangunan kepada Menteri.
Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa wajib memberikan
ganti kerugian dalam hal terjadi Kegagalan Bangunan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian ganti kerugian
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Tenaga Kerja Klasifikasi dan Kualifikasi


Konstruksi Tenaga kerja konstruksi diklasifikasikan berdasarkan
bidang keilmuan yang terkait Jasa Konstruksi.
Tenaga Kerja Konstruksi terdiri atas kualifikasi dalam
jabatan:
a. operator;
b. teknisi atau analis; dan
c. ahli.
Kualifikasi dalam jabatan memiliki jenjang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi dan kualifikasi
tenaga kerja konstruksi diatur dalam Peraturan Menteri.

Pelatihan Tenaga Kerja Konstruksi


Pelatihan tenaga kerja konstruksi diselenggarakan dengan
metode pelatihan kerja yang relevan, efektif, dan efisien
sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja.
Pelatihan ditujukan untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Standar Kompetensi Kerja ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelatihan tenaga kerja konstruksi diselenggarakan oleh
lembaga pendidikan dan pelatihan kerja sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Lembaga pendidikan dan pelatihan kerja diregistrasi oleh
Menteri.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 23


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Menteri melakukan registrasi terhadap lembaga pendidikan


dan pelatihan kerja yang telah memiliki izin dan/atau
terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi
lembaga pendidikan dan pelatihan kerja diatur dalam
Peraturan Menteri.

Sertifikasi Kompetensi Kerja


Setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja di bidang Jasa
Konstruksi wajib memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja.
Setiap Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa wajib
mempekerjakan tenaga kerja konstruksi yang memiliki
Sertifikat Kompetensi Kerja.
Sertifikat Kompetensi Kerja diperoleh melalui uji kompetensi
sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja.
Sertifikat Kompetensi Kerja diregistrasi oleh Menteri.
Pelaksanaan uji kompetensi dilakukan oleh lembaga
sertifikasi profesi.
Lembaga sertifikasi profesi wajib mengikuti ketentuan
pelaksanaan uji kompetensi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Lembaga sertifikasi profesi dapat dibentuk oleh:
a. asosiasi profesi terakreditasi; dan
b. lembaga pendidikan dan pelatihan yang memenuhi
syarat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Akreditasi terhadap asosiasi profesi diberikan oleh Menteri
kepada asosiasi profesi yang memenuhi persyaratan:
a. jumlah dan sebaran anggota;
b. pemberdayaan kepada anggota;
c. pemilihan pengurus secara demokratis;
d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah;
dan
e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan.
Lembaga sertifikasi profesi diberikan lisensi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan setelah
mendapat rekomendasi dari Menteri.
Dalam hal lembaga sertifikasi profesi untuk profesi tertentu
belum terbentuk, Menteri dapat melakukan Sertifikasi
Kompetensi Kerja.
Setiap asosiasi profesi yang mendapatkan akreditasi wajib
menjalankan kewajiban yang diatur dalam Peraturan
Menteri.

Registrasi Pengalaman Profesional

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 24


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Untuk mendapatkan pengakuan pengalaman profesional,


setiap tenaga kerja konstruksi harus melakukan registrasi
kepada Menteri.
Registrasi dibuktikan dengan tanda daftar pengalaman
profesional.
Tanda daftar pengalaman profesional paling sedikit
memuat:
a. jenis layanan profesional yang diberikan;
b. nilai pekerjaan konstruksi yang terkait dengan hasil
layanan profesional;
c. tahun pelaksanaan pekerjaan; dan
d. nama Pengguna Jasa.
Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi dan tata cara
pemberian tanda daftar pengalaman profesional diatur
dalam Peraturan Menteri.

Upah Tenaga Kerja Konstruksi


Setiap tenaga kerja konstruksi yang memiliki Sertifikat
Kompetensi Kerja berhak atas imbalan yang layak atas
layanan jasa yang diberikan.
Imbalan yang layak diberikan dalam bentuk upah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tenaga Kerja Konstruksi Asing


Pemberi kerja tenaga kerja konstruksi asing wajib memiliki
rencana penggunaan tenaga kerja asing dan izin
mempekerjakan tenaga kerja asing.
Tenaga kerja konstruksi asing dapat melakukan pekerjaan
konstruksi di Indonesia hanya pada jabatan tertentu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli yang akan
dipekerjakan oleh pemberi kerja harus memiliki surat tanda
registrasi dari Menteri.
Surat tanda registrasi diberikan berdasarkan sertifikat
kompetensi tenaga kerja konstruksi asing menurut hukum
negaranya.
Tenaga kerja konstruksi asing pada jabatan ahli wajib
melaksanakan alih pengetahuan dan alih teknologi kepada
tenaga kerja pendamping sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pengawasan penggunaan tenaga kerja konstruksi asing
dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi bagi
tenaga kerja konstruksi asing diatur dalam Peraturan
Menteri.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 25


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Tanggung Jawab Profesi


Tenaga kerja konstruksi yang memberikan layanan Jasa
Konstruksi harus bertanggung jawab secara profesional
terhadap hasil pekerjaannya.
Pertanggungjawaban secara profesional terhadap hasil
layanan Jasa Konstruksi dapat dilaksanakan melalui
mekanisme penjaminan.
Pembinaan Penyelenggaraan Pembinaan
Pembinaan Jasa Konstruksi yang menjadi tanggung jawab
Pemerintah Pusat diselenggarakan melalui:
a. penetapan kebijakan pengembangan Jasa
Konstruksi nasional;
b. penyelenggaraan kebijakan pengembangan Jasa
Konstruksi yang bersifat strategis, lintas negara,
lintas provinsi, dan/atau berdampak pada
kepentingan nasional;
c. pemantauan dan evaluasi terhadap
penyelenggaraan kebijakan pengembangan Jasa
Konstruksi nasional;
d. pengembangan kerja sama dengan Pemerintah
Daerah provinsi dalam menyelenggarakan
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7; dan
e. dukungan kepada gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat.
Pembinaan Jasa Konstruksi yang dilaksanakan oleh
gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat sebagaimana
dimaksud pada huruf e diselenggarakan melalui:
a. penetapan pedoman teknis pelaksanaan kebijakan
Jasa Konstruksi nasional di wilayah provinsi;
b. penyelenggaraan kebijakan Jasa Konstruksi yang
berdampak lintas kabupaten/kota di wilayah
provinsi;
c. pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan
kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi
nasional di wilayah provinsi; dan
d. penyelenggaraan pemberdayaan Pemerintah
Daerah kabupaten/kota dalam kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
Pembinaan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah
Daerah dilakukan oleh gubernur dan/atau bupati/walikota.
Pembinaan Jasa Konstruksi oleh Pemerintah Daerah di
kabupaten/kota dilaksanakan melalui:
a. penyelenggaraan kebijakan Jasa Konstruksi yang
berdampak hanya di wilayah kabupaten/kota; dan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 26


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

b.
pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan
kebijakan Jasa Konstruksi nasional di wilayah
kabupaten/kota.
Dalam melaksanakan pembinaan, Pemerintah Pusat dapat
mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi.

Pendanaan
Penyelenggaraan pembinaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 76 dan sub-urusan Jasa Konstruksi yang
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 didanai dengan
anggaran pendapatan dan belanja negara.
Penyelenggaraan sub-urusan Jasa Konstruksi yang
menjadi kewenangan Pemerintah Daerah provinsi dan
Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8 didanai dengan
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Gubernur melaporkan penyelenggaraan sub-urusan Jasa
Konstruksi kepada Menteri yang menjadi satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dengan laporan penyelenggaraan
Pemerintah Daerah provinsi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bupati dan walikota melaporkan penyelenggaraan
suburusan Jasa Konstruksi kepada gubernur yang menjadi
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan laporan
penyelenggaraan Pemerintah Daerah kabupaten/kota
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengawasan
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Jasa Konstruksi meliputi:
a. tertib penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
b. tertib usaha dan perizinan tata bangunan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan;
dan
c. tertib pemanfaatan dan kinerja Penyedia Jasa dalam
menyelenggarakan Jasa Konstruksi.
Selain melakukan pengawasan, Pemerintah Pusat
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Jasa
Konstruksi pada:
a. bangunan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri;
dan
b. bangunan perwakilan asing di wilayah Indonesia.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 27


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Sistem Informasi Untuk menyediakan data dan informasi yang akurat dan
Jasa Konstruksi terintegrasi dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi
dibentuk suatu sistem informasi yang terintegrasi.
Sistem informasi yang terintegrasi memuat data dan
informasi yang berkaitan dengan:
a. tanggung jawab dan kewenangan di bidang Jasa
Konstruksi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah;
b. tugas pembinaan di bidang Jasa Konstruksi yang
dilakukan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah; dan
c. tugas layanan di bidang Jasa Konstruksi yang
dilakukan oleh masyarakat jasa konstruksi.
Setiap Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa serta institusi
yang terkait dengan Jasa Konstruksi harus memberikan
data dan informasi dalam rangka tugas pembinaan dan
layanan.
Sistem informasi dikelola oleh Pemerintah Pusat.
Pembiayaan yang diperlukan dalam pengembangan dan
pemeliharaan sistem informasi yang terintegrasi
dibebankan kepada anggaran pendapatan dan belanja
negara.
Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi yang
terintegrasi diatur dalam Peraturan Menteri.
Partisipasi Penyelenggaraan sebagian kewenangan Pemerintah Pusat
masyarakat mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi.
Keikutsertaan masyarakat Jasa Konstruksi dilakukan
melalui satu lembaga yang dibentuk oleh Menteri.
Unsur pengurus lembaga dapat diusulkan dari:
a. asosiasi perusahaan yang terakreditasi;
b. asosiasi profesi yang terakreditasi;
c. institusi pengguna Jasa Konstruksi yang
memenuhi kriteria; dan
d. perguruan tinggi atau pakar yang memenuhi
kriteria.
Selain unsur, pengurus lembaga dapat diusulkan dari
asosiasi terkait rantai pasok konstruksi yang terakreditasi.
Pengurus lembaga ditetapkan oleh Menteri setelah
mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat.
Asosiasi yang terakreditasi diberikan oleh Menteri kepada
yang memenuhi persyaratan:
a. jumlah dan sebaran anggota;
b. pemberdayaan kepada anggota;
c. pemilihan pengurus secara demokratis;
d. sarana dan prasarana di tingkat pusat dan daerah;
dan

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 28


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

e. pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
Penyelenggaraan sebagian kewenangan yang dilakukan
oleh lembaga dibiayai dengan anggaran pendapatan dan
belanja negara dan/atau sumber lain yang sah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Biaya yang diperoleh dari masyarakat atas layanan dalam
penyelenggaraan sebagian kewenangan yang dilakukan
lembaga merupakan penerimaan negara bukan pajak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan mengenai penyelenggaraan sebagian
kewenangan Pemerintah Pusat yang mengikutsertakan
masyarakat Jasa Konstruksi dan pembentukan lembaga
diatur dengan Peraturan Menteri.
Masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengawasan
penyelenggaraan Jasa Konstruksi dengan cara:
a. mengakses informasi dan keterangan terkait
dengan kegiatan konstruksi yang berdampak pada
kepentingan masyarakat;
b. melakukan pengaduan, gugatan, dan upaya
mendapatkan ganti kerugian atau kompensasi
terhadap dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan
Jasa Konstruksi; dan
c. membentuk asosiasi profesi dan asosiasi badan
usaha di bidang Jasa Konstruksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selain berpartisipasi dalam pengawasan, masyarakat juga
dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah dalam perumusan kebijakan
Jasa Konstruksi.
Partisipasi masyarakat dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaduan, gugatan, dan
upaya mendapatkan ganti kerugian atau kompensasi diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat akan adanya
dugaan kejahatan dan/atau pelanggaran yang disengaja
dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, proses
pemeriksaan hukum terhadap Pengguna Jasa dan/atau
Penyedia Jasa dilakukan dengan tidak mengganggu atau
menghentikan proses penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat terkait dengan
kerugian negara dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi,
proses pemeriksaan hukum hanya dapat dilakukan
berdasarkan hasil pemeriksaan dari lembaga negara yang
berwenang untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 29


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

(3) Ketentuan dikecualikan dalam hal:


a. terjadi hilangnya nyawa seseorang; dan/atau
b. tertangkap tangan melakukan tindak pidana
korupsi.
Selain penyelenggaraan partisipasi masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85, partisipasi
masyarakat dapat dilakukan oleh masyarakat Jasa
Konstruksi melalui forum Jasa Konstruksi.
Penyelesaian Sengketa yang terjadi dalam Kontrak Kerja Konstruksi
Sengketa diselesaikan dengan prinsip dasar musyawarah untuk
mencapai kemufakatan.
Dalam hal musyawarah para pihak tidak dapat mencapai
suatu kemufakatan, para pihak menempuh tahapan upaya
penyelesaian sengketa yang tercantum dalam Kontrak
Kerja Konstruksi.
Dalam hal upaya penyelesaian sengketa tidak tercantum
dalam Kontrak Kerja Konstruksi, para pihak yang
bersengketa membuat suatu persetujuan tertulis mengenai
tata cara penyelesaian sengketa yang akan dipilih.
Tahapan upaya penyelesaian sengketa meliputi:
a. mediasi;
b. konsiliasi; dan
c. arbitrase.
Selain upaya penyelesaian sengketa, para pihak dapat
membentuk dewan sengketa.
Dalam hal upaya penyelesaian sengketa dilakukan dengan
membentuk dewan sengketa, pemilihan keanggotaan
dewan sengketa dilaksanakan berdasarkan prinsip
profesionalitas dan tidak menjadi bagian dari salah satu
pihak.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelesaian sengketa
diatur dalam Peraturan Pemerintah
2.2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik

Undang-Undang ini disusun karena perkembangan dan kemajuan Teknologi Informasi


yang demikian pesat telah menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam
berbagai bidang yang secara langsung telah memengaruhi lahirnya bentuk-bentuk
perbuatan hukum baru. Dengan demikian penggunaan dan pemanfaatan Teknologi
Informasi harus terus dikembangkan yang berperan penting dalam perdagangan dan
pertumbuhan perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk mencegah penyalahgunaannya maka pemerintah perlu mendukung pengembangan
Teknologi Informasi melalui infrastruktur hukum dan pengaturannya sehingga
pemanfaatan Teknologi Informasi dilakukan secara aman.
Ketentuan Umum Pasal 1:

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 30


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

• Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data


elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan,
suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data
interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail),
telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda,
angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah
diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang
yang mampu memahaminya.
• Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang
dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan
Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.
• Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk
mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses,
mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan
informasi.
• Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik
yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau
disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik,
optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan,
dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem
Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan,
suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya,
huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi
yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh
orang yang mampu memahaminya.
• Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan
prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan,
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan,
menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau
menyebarkan Informasi Elektronik.
• Penyelenggaraan Sistem Elektronik adalah
pemanfaatan Sistem Elektronik oleh penyelenggara
negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat.
• Jaringan Sistem Elektronik adalah terhubungnya dua
Sistem Elektronik atau lebih, yang bersifat tertutup
ataupun terbuka.
Asas dan Tujuan Asas (Pasal 3)
Dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat,
kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi
atau netral teknologi.
Tujuan (Pasal 4):
1. mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari
masyarakat informasi dunia;
2. mengembangkan perdagangan dan perekonomian
nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat;
3. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik;
4. membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap
orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 31


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi


seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; dan
5. memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum
bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi.
Informasi, Dokumen, • Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
dan Tanda Tangan dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang
Elektronik sah (Pasal 5).
• Waktu pengiriman suatu Informasi/Dokumen Elektronik
ditentukan pada saat informasi telah dikirim dengan alamat
yang benar oleh pengirim ke suatu Sistem Elektronik yang
ditunjuk atau dipergunakan penerima dan telah memasuki
Sistem Elektronik yang berada di luar kendali Pengirim, di
bawah kendali Penerima yang berhak, dan/atau memasuki
Sistem Elektronik yang ditunjuk penerima (Pasal 8).
• Tanda Tangan Elektronik memiliki kekuatan hukum dan
akibat hukum yang sah selama memenuhi persyaratan
(Pasal 11) serta berkewajiban memberikan pengamanan
atas Tanda Tangan Elektronik yang digunakannya (Pasal
12).
Penyelenggaraan • Setiap orang berhak menggunakan jasa Penyelenggara
Sertifikasi Elektronik Sertifikasi Elektronik untuk pembuatan Tanda Tangan
dan Sistem Elektronik Elektronik terdiri atas: Penyelenggara Sertifikasi Elektronik
Indonesia; dan Penyelenggara Sertifikasi Elektronik asing
(Pasal 13).
• Setiap penyelenggara sistem elektronik harus
menyelenggarakan sistem elektronik secara andal dan
aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasi dan
penyelenggaraan sistem elektroniknya (Pasal 15).
• Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik wajib
mengoperasikan Sistem Elektronik dengan persyaratan
(Pasal 16):
− dapat menampilkan kembali Informasi/Dokumen
Elektronik secara utuh sesuai dengan masa retensi;
− dapat melindungi ketersediaan, keutuhan,
keotentikan, kerahasiaan, dan keteraksesan
Informasi Elektronik;
− dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau
petunjuk dalam penyelenggaraan sistem tersebut;
− dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang
diumumkan dengan bahasa, informasi, atau simbol
yang dapat dipahami oleh pihak yang bersangkutan
− memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk
menjaga kebaruan, kejelasan, dan
kebertanggungjawaban prosedur atau petunjuk.
Transaksi Elektronik Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat dilakukan dalam
lingkup publik ataupun privat (Pasal 17), dituangkan ke dalam
Kontrak Elektronik mengikat para pihak (Pasal 18), serta
harus menggunakan Sistem Elektronik yang disepakati (Pasal
19).

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 32


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Nama Domain, Hak Setiap penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau
Kekayaan Intelektual masyarakat berhak memiliki Nama Domain berdasarkan
dan Perlindungan Hak prinsip pendaftar pertama (Pasal 23).
Pribadi
Perbuatan yang • Distribusi, transmisi, membuat dapat diaksesnya
Dilarang informasi/dokumen elektronik yang memiliki muatan yang
melanggar kesusilaan, perjudian, pencemaran nama baik,
pengancaman (Pasal 27).
• Mengakses komputer/sistem elektronik untuk memperoleh
informasi/dokumen elektronik dengan menjebol sistem
pengamanan (Pasal 30).
• Melakukan penyadapan, mengubah, merusak,
menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan
informasi/dokumen elektronik milik orang lain atau milik
publik (Pasal 31).
• Memindahkan atau mentransfer informasi/dokumen
elektronik kepada yang tidak berhak yang mengakibatkan
terbukanya suatu informasi/dokumen elektronik yang
bersifat rahasia menjadi dapat diakses oleh publik (Pasal
32).
• Memproduksi, menjual, mengadakan untuk digunakan,
mengimpor, mendistribusikan, menyediakan, atau
memiliki: perangkat keras dan lunak komputer, sandi lewat
komputer, kode akses, atau sejenisnya yang ditujukan
agar sistem elektronik menjadi dapat diakses (Pasal 34).
Penyelesaian Setiap Orang (Pasal 38) maupun masyarakat (Pasal 39)
Sengketa dapat mengajukan gugatan terhadap pihak yang
menyelenggarakan Sistem Elektronik dan/atau menggunakan
Teknologi Informasi yang menimbulkan kerugian.
Peran Pemerintah dan Pasal 40:
Peran Masyarakat
• Pemerintah memfasilitasi pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Transaksi Elektronik, serta melindungi
kepentingan umum dari segala jenis gangguan sebagai
akibat penyalahgunaan Informasi Elektronik dan Transaksi
Elektronik yang mengganggu ketertiban umum, sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
• Pemerintah menetapkan instansi atau institusi yang
memiliki data elektronik strategis yang wajib dilindungi,
dimana instansi tersebut harus membuat Dokumen
Elektronik dan rekam cadang elektroniknya serta
menghubungkannya ke pusat data tertentu untuk
kepentingan pengamanan data.
Pasal 41:
• Masyarakat dapat berperan meningkatkan pemanfaatan
Teknologi Informasi melalui penggunaan dan
Penyelenggaraan Sistem Elektronik dan Transaksi
Elektronik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang,
yang dapat diselenggarakan melalui lembaga yang
dibentuk oleh masyarakat dengan fungsi konsultasi dan
mediasi.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 33


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

2.3. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan


Sistem dan Transaksi Elektronik

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik mengamanatkan pengaturan lebih lanjut dalam peraturan
pemerintah, yakni pengaturan mengenai Lembaga Sertifikasi Keandalan, Tanda Tangan
Elektronik, penyelenggara sertifikasi elektronik, Penyelenggara Sistem Elektronik,
Penyelenggaraan Transaksi Elektronik, penyelenggara Agen Elektronik dan pengelolaan
Nama Domain. Hal ini diatur secara ke dalam Peraturan Pemerintah tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.
Peraturan Pemerintah ini mengatur kewajiban penyelenggara sistem elektronik pada
umumnya dan penyelenggara sistem elektronik untuk pelayanan publik, yang meliputi
perangkat keras, perangkat lunak, tenaga ahli, tata kelola, dan pengamanannya. Khusus
untuk penyelenggara sistem elektronik bagi pelayanan publik, antara lain diwajibkan untuk
menempatkan pusat data dan pusat pemulihan bencana di wilayah indonesia, wajib
memperoleh Sertifikasi Kelaikan Sistem Elektronik dari Menteri, dan wajib terdaftar pada
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang komunikasi dan
informatika.
Ketentuan Umum Pasal 1
• Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan
prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan,
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan,
menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau
menyebarkan Informasi Elektronik.
• Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang
dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan
Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.
• Agen Elektronik adalah perangkat dari suatu Sistem
Elektronik yang dibuat untuk melakukan suatu tindakan
terhadap suatu Informasi Elektronik tertentu secara
otomatis yang diselenggarakan oleh Orang.
• Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan
data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada
tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto,
electronic data interchange (EDI), surat elektronik
(electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol,
atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau
dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya
• Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi
Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima,
atau disimpan dalam bentuk analog, digital,
elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat
dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui
komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak
terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan,
foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses,
simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 34


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

atau dapat dipahami oleh orang yang mampu


memahaminya.
• Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk
mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau
menyebarkan informasi.
• Pengguna Sistem Elektronik adalah setiap Orang,
penyelenggara negara, Badan Usaha, dan masyarakat
yang memanfaatkan barang, jasa, fasilitas, atau
informasi yang disediakan oleh Penyelenggara Sistem
Elektronik.
• Penyelenggara Sistem Elektronik adalah setiap
Orang, penyelenggara negara, Badan Usaha, dan
masyarakat yang menyediakan, mengelola, dan/atau
mengoperasikan Sistem Elektronik secara sendiri-
sendiri maupun bersama- sama kepada Pengguna
Sistem Elektronik untuk keperluan dirinya dan/atau
keperluan pihak lain.
• Penyelenggaraan Transaksi Elektronik adalah
rangkaian kegiatan Transaksi Elektronik yang
dilakukan oleh Pengirim dan Penerima dengan
menggunakan Sistem Elektronik
• Sertifikasi Kelaikan Sistem Elektronik adalah suatu
rangkaian proses pemeriksaan dan pengujian yang
dilakukan oleh institusi yang berwenang dan
berkompeten untuk memastikan suatu Sistem
Elektronik berfungsi sebagaimana mestinya
• Sertifikat Elektronik adalah sertifikat yang bersifat
elektronik yang memuat Tanda Tangan Elektronik dan
identitas yang menunjukkan status subjek hukum para
pihak dalam Transaksi Elektronik yang dikeluarkan
oleh penyelenggara sertifikasi elektronik
• Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang
terdiri atas Informasi Elektronik yang dilekatkan,
terasosiasi atau terkait dengan Informasi Elektronik
lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan
autentikasi.
Penyelenggaraan • Penyelenggaraan Sistem Elektronik dilaksanakan oleh
Sistem Elektronik Penyelenggara Sistem Elektronik yang dapat dilakukan
untuk pelayanan publik; dan nonpelayanan publik.
(Pasal 3)
• Meliputi pengaturan: pendaftaran; Perangkat Keras;
Perangkat Lunak; tenaga ahli; tata kelola;
pengamanan; Sertifikasi Kelaikan Sistem Elektronik;
dan pengawasan. (Pasal 4)
• Kriteria perangkat Keras yang digunakan (Pasal 6):
− memenuhi aspek interkonektivitas dan
kompatibilitas dengan sistem yang digunakan;
− memperoleh sertifikat kelaikan dari Menteri;
− mempunyai layanan dukungan teknis,
pemeliharaan, dan purnajual dari penjual atau
penyedia;
− memiliki referensi pendukung dari pengguna lainnya

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 35


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

− memiliki jaminan ketersediaan suku cadang paling


sedikit 3 (tiga) tahun;
− memiliki jaminan kejelasan tentang kondisi
kebaruan; dan
− memiliki jaminan bebas dari cacat produk
• Penyelenggara Sistem Elektronik wajib memastikan
netralitas teknologi dan kebebasan memilih dalam
penggunaan Perangkat Keras (Pasal 6)
• Perangkat Lunak yang digunakan oleh Penyelenggara
Sistem Elektronik untuk pelayanan publik wajib (Pasal
7):
− terdaftar pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
komunikasi dan informatika;
− terjamin keamanan dan keandalan operasinya
− sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Penyelenggara Agen • Bentuk Agen Elektronik: visual; audio; data elektronik;
Elektronik dan bentuk lainnya. (Pasal 34)
• Muatan fitur yang wajib diadakan dalam rangka
melindungi hak pengguna sesuai dengan karakteristik
Agen Elektronik yang digunakannya: melakukan koreksi;
membatalkan perintah; memberikan konfirmasi atau
rekonfirmasi; memilih meneruskan atau berhenti
melaksanakan aktivitas berikutnya; melihat informasi
yang disampaikan (tawaran kontrak atau iklan);
mengecek status berhasil atau gagalnya transaksi.
(Pasal 35)
• Penyelenggara Agen Elektronik wajib memperhatikan
prinsip: kehati-hatian; pengamanan dan terintegrasinya
sistem Teknologi Informasi; pengendalian pengamanan
atas aktivitas Transaksi Elektronik; efektivitas dan
efisiensi biaya; dan perlindungan konsumen. (Pasal 38)
• Penyelenggara Agen Elektronik wajib (Pasal 39):
− melakukan pengujian keautentikan identitas dan
memeriksa otorisasi pengguna;
− memiliki dan melaksanakan kebijakan dan prosedur
apabila terdapat indikasi pencurian data;
− memastikan pengendalian terhadap otorisasi dan
hak akses terhadap sistem, database, dan aplikasi
Transaksi Elektronik;
− menyusun dan melaksanakan metode dan prosedur
untuk melindungi/merahasiakan integritas data,
catatan, dan informasi terkait Transaksi Elektronik;
− memiliki dan melaksanakan standar dan
pengendalian atas penggunaan dan perlindungan
data jika pihak penyedia jasa memiliki akses
terhadap data tersebut;
− memiliki rencana keberlangsungan bisnis; dan
− memiliki prosedur penanganan kejadian tak terduga
yang cepat dan tepat.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 36


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Penyelenggaraan • Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat dilakukan


Transaksi Elektronik dalam lingkup publik atau privat. (Pasal 40)
• Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dalam lingkup
publik atau privat yang menggunakan Sistem Elektronik
untuk kepentingan pelayanan publik wajib menggunakan
Sertifikat Keandalan dan/atau Sertifikat Elektronik yang
disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Keandalan
Indonesia yang sudah terdaftar. (Pasal 41)
• Jika gerbang nasional dan jaringan Sistem Elektronik
dalam negeri belum dapat dilaksanakan,
penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat
menggunakan sarana lain atau fasilitas dari luar negeri
setelah memperoleh persetujuan dari Instansi Pengawas
dan Pengatur Sektor terkait. (Pasal 43)
• Transaksi Elektronik dapat dilakukan berdasarkan
Kontrak Elektronik atau bentuk kontraktual lainnya
sebagai bentuk kesepakatan yang dilakukan oleh para
pihak. (Pasal 47)
• Kontrak Elektronik dan bentuk kontraktual lainnya yang
ditujukan kepada penduduk Indonesia harus dibuat
dalam Bahasa Indonesia, paling sedikit memuat: data
identitas para pihak; objek dan spesifikasi; persyaratan
Transaksi Elektronik; harga dan biaya; prosedur dalam
hal terdapat pembatalan oleh para pihak; ketentuan
hukum dan pilihan hukum penyelesaian Transaksi
Elektronik. (Pasal 48)
Tanda Tangan Tanda Tangan Elektronik berfungsi sebagai alat
Elektronik autentikasi dan verifikasi atas: identitas Penanda Tangan;
dan keutuhan dan keautentikan Informasi Elektronik.
(Pasal 52)
Penyelenggaraan Penyelenggara Sistem Elektronik untuk pelayanan publik
Sertifikasi Elektronik dan nonpelayanan publik wajib/harus memiliki Sertifikat
Elektronik. (Pasal 59)
Lembaga Sertifikasi Pelaku Usaha yang menyelenggarakan Transaksi
Keandalan Elektronik dapat disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi
Keandalan, baik Lembaga Sertifikasi Keandalan Indonesia;
atau Lembaga Sertifikasi Keandalan asing. (Pasal 65)
Pengelolaan Nama • Pengelolaan Nama Domain terdiri atas: Nama Domain
Domain tingkat tinggi generik; Nama Domain tingkat tinggi
Indonesia; Nama Domain Indonesia tingkat kedua; dan
Nama Domain Indonesia tingkat turunan. (pasal 73).
• Pengelola Nama Domain yang terdiri atas: Registri
Nama Domain (melaksanakan pengelolaan nama
domain tingkat tinggi) (Pasal 75); dan Registrar Nama
Domain (melaksanakan pengelolaan nama domain
tingkat kedua dan turunan) (Pasal 76) dapat
diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat.
(Pasal 74).

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 37


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

2.4. Peraturan Menteri PUPR No.31/PRT/M/2015 tentang Perubahan Ketiga


atas Peraturan Menteri PUPR No.07/PRT/M/2011 tentang Standar dan
Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi

Ruang lingkup 1. Ketentuan Pasal 3a seluruhnya dihapus, yaitu mengenai


pembiayaan pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa
konsultansi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi yang
bersumber dari anggaran pembangunan pemerintah
(pusat/daerah).
Ketentuan 1. Penyisipan Pasal 4 (huruf a1 dan a2) mengenai tanggung
pelaksanaan jawab hasil desain dari konsultan perencana sekurang-
pengadaan kurangnya sampai produk desain tersebut selesai
barang/jasa dilaksanakan pembangunannya, sepanjang lingkup
dan/atau kondisi lingkungan masih sesuai dengan kriteria
desain awal dan pengenaan sanksi apabila hasil desain
tidak dapat dilaksanakan.
2. Penambahan 1 huruf (huruf j) mengenai tata cara
pengumuman pelaksanaan pemilihan Penyedia Jasa
secara luas kepada masyarakat sebelum Rencana Umum
Pengadaan (RUP) oleh kelompok Kerja ULP
3. Pengubahan ketentuan Pasal 4b mengenai penggunaan
surat jaminan pekerjaan konstruksi.
1. Pengubahan ketentuan pada Pasal 6a, yaitu:
− pemilihan Pekerjaan Konstruksi yang pada prinsipnya
dilakukan melalui metode Pelelangan Umum dengan
pascakualifikasi.
− Khusus untuk Pekerjaan Konstruksi bersifat kompleks,
dan/atau diyakini jumlah penyedianya terbatas,
pemilihan penyedia Pekerjaan Konstruksi dilakukan
melalui metode Pelelangan Terbatas dengan
prakualifikasi.
− Dalam hal pengadaan pekerjaan konstruksi yang
bersifat kompleks, atau bernilai di atas
Rp100.000.000.000,00 yang menggunakan metode
evaluasi sistem gugur ambang batas, maka
persyaratan/kriteria evaluasi teknis yang akan
dicantumkan di dalam dokumen pengadaan harus
ditetapkan terlebih dahulu oleh Pejabat Eselon I
terkait.
2. Penyisipan Pasal 6c terkait dengan peralatan yang
dipersyaratkan dalam Dokumen Pemilihan meliputi jenis,
kapasitas, komposisi dan jumlah alat serta kriteria evaluasi
penawaran terhadap peralatan utama.
3. Adanya ketentuan evaluasi penawaran jika dilakukan
kurang dari 3 yang terkait dengan klarifikasi teknis dan
harga.
4. Penyedia jasa yang bermitra/KSO untuk memenuhi jenis
pekerjaan yang dilelangkan dapat terdiri dari penyedia jasa
konstruksi umum (general), spesialis, mekanikal/elektrikal,
dan/atau keterampilan tertentu.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 38


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

5. Proses pemilihan Penyedia Jasa dilanjutkan ke tahap


penandatanganan kontrak setelah dilakukan revisi
DIPA/DPA atau proses pemilihan Penyedia Jasa
dibatalkan jika proses pemilihan dilaksanakan mendahului
pengesahan DIPA/DPA dan alokasi anggaran dalam
DIPA/DPA tidak disetujui atau ditetapkan kurang dari nilai
Pengadaan Barang/Jasa yang diadakan.
6. Kontrak untuk pekerjaan konstruksi yang bernilai di atas
Rp100.000.000.000,00 sebelum ditandatangani oleh para
pihak, terlebih dahulu harus memperoleh pendapat Ahli
Hukum Kontrak atau Tim Opini Hukum Kontrak yang
dibentuk oleh K/L/D/I yang bersangkutan.
7. Penyesuaian harga (Price Adjustment) tidak diberlakukan
terhadap kontrak Lump Sum dan bagian pekerjaan Lump
Sum pada kontrak gabungan (lump sum dan harga satuan)
serta terhadap pekerjaan dengan harga satuan timpang;
8. Metode pemilihanPemilihan Penyedia Jasa Konsultansi
Perencana dan/atau Pengawas Konstruksi untuk
pekerjaan lanjutan yang secara teknis merupakan
kesatuan konstruksi yang sifat pertanggungannya
terhadap kegagalan bangunan tidak dapat dipecah- pecah
dari pekerjaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya,
dapat dilakukan dengan Penunjukan Langsung.
9. Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi di
bidang pekerjaan umum dan perumahan dilaksanakan
sesuai dengan Standar dan Pedoman Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi.

2.5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.12/PRT/M/2017 Tentang Standar


dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan
Bangun (Design and Build)

Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build)
yang pembiayaannya baik sebagian/seluruhnya bersumber dari APBN/APBD. Hal ini
bertujuan agar Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build)
lebih operasional, efektif, dan efisien.
Ketentuan Umum • Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan
Bangun (Design and Build) adalah seluruh pekerjaan
yang berhubungan dengan pembangunan suatu
bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya, dimana
pekerjaan perancangan terintegrasi dengan
pelaksanaan konstruksi.
• Kontrak Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang
dan Bangun (Design and Build) yang selanjutnya
disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK
dengan penyedia.
• Kerja Sama Operasi untuk Pekerjaan Konstruksi
Rancang dan Bangun (Design and Build) yang
selanjutnya disingkat KSO adalah perjanjian antara

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 39


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

dua pihak atau lebih badan usaha penyedia layanan


pekerjaan konstruksi dengan penyedia layanan jasa
konsultansi perencanaan konstruksi dimana masing-
masing sepakat untuk melakukan suatu usaha
bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak
usaha yang dimiliki dan secara bersama menanggung
risiko usaha tersebut.
• Harga Perkiraan Sendiri Pekerjaan Terintegrasi
Rancang dan Bangun (Design and Build) yang
selanjutnya disingkat HPS adalah harga perkiraan total
nilai pekerjaan yang berdasarkan pagu anggaran yang
tersedia.
• Ketentuan Pengguna Jasa (Employer’s Requirements)
adalah dokumen yang dibuat oleh PPK yang memuat
tujuan, lingkup kerja, kriteria rancangan dan/atau
kriteria teknis lainnya untuk pekerjaan yang dilelangkan
yang menjadi bagian dari dokumen pemilihan.
Persiapan Pengadaan:
a. Kriteria Kriteria Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan
Bangun (Design and Build) meliputi:
pekerjaan kompleks (memerlukan teknologi tinggi,
mempunyai risiko tinggi, peralatan yang didesain khusus;
dan/atau pekerjaan yang bernilai di atas seratus miliar
rupiah) dengan dana dari APBN
Pekerjaan tertentu yaitu pekerjaan yang mendesak untuk
segera dimanfaatkan dengan sumber dana APBN.

b. Persyaratan a. tersedia konsultan manajemen konstruksi yang



bertanggung jawab membantu PPK dan Pokja ULP
dalam penjaminan mutu (quality assurance)
pelaksanaan pekerjaan mulai dari tahapan
perencanaan, pengadaan, pelaksanaan konstruksi
sampai dengan serah terima akhir pekerjaan;
b. tersedia dokumen yang paling sedikit terdiri atas:
1). dokumen rancangan awal (basic design), meliputi:
data peta geologi teknis lokasi pekerjaan;
referensi data penyelidikan tanah/geoteknik untuk lokasi
terdekat dengan pekerjaan;
penetapan lingkup pekerjaan secara jelas dan terinci,
kriteria desain, standar/code pekerjaan yang berkaitan,
dan standar mutu, serta ketentuan teknis pengguna jasa
lainnya;
identifikasi dan alokasi risiko proyek;
identifikasi dan kebutuhan lahan; dan
gambar dasar, gambar skematik, gambar potongan,
gambar tipikal dan gambar lainnya yang mendukung
lingkup pekerjaan.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 40


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

2). Tersedia dokumen usulan DIPA/DPA dari pengguna


anggaran.
c. tersedia alokasi waktu yang cukup untuk Penyedia dalam
menyiapkan dokumen penawaran, yang ditetapkan oleh
PPK dan dituangkan dalam dokumen pemilihan dengan
memperhatikan: lingkup pekerjaan dan layanan;
persyaratan perizinan; penyelidikan tanah; pengembangan
desain; identifikasi risiko; dan/atau penyusunan metode
pelaksanaan konstruksi.
c. Penetapan HPS dan HPS ditetapkan oleh PPK berdasarkan nilai pagu anggaran.
Ketentuan Pengguna
Dokumen Ketentuan Pengguna Jasa (Employer’s
Jasa
Requirement) untuk suatu pekerjaan, paling sedikit memuat:
• latar belakang;
• maksud dan tujuan;
• sumber pendanaan;
• besarnya total perkiraan biaya;
• waktu pelaksanaan yang diperlukan;
• rancangan awal (basic design);
• lingkup dan keluaran (output) pekerjaan;
• jumlah tenaga ahli perancang minimal yang diperlukan;
dan
• izin, persyaratan lingkungan, atau sertifikat yang harus
diperoleh dalam penyusunan rancangan dan
pelaksanaan konstruksi.

d. Metode Pemilihan Dilakukan dengan cara pelelangan umum.


Pelaksanaan Mencakup pengaturan dalam tahapan pemilihan penyedia
Pemilihan Penyedia jasa; persyaratan dan evaluasi kualifikasi penyedia jasa,
persayratan dan evaluasi administrasi, serta persyaratan
dan evaluasi teknis; evaluasi biaya; serta ketentuan terkait
jaminan.
Isi persyaratan teknis minimal mencakup jangka waktu
pelaksanaan; proposal rancangan; uraian pelaksanaan
pekerjaan; organisasi pelaksanaan; manajemen
pelaksanaan; perkiraan arus kas (cash flow); daftar personil;
daftar peralatan utama (key equipment); rencana
keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi; rencana
kendali mutu.
Persiapan Kontrak Mengatur Rapat Persiapan Penandatanganan Kontrak,
organisasi pelaksanaan kontrak, serta pendapat ahli
hukum.
Pelaksanaan Kontrak Mencakup pengaturan penandatangan kontrak, serah
terima lokasi pekerjaan, perubahan kontrak, penyesuaian
harga, pembayaran prestasi pekerjaan, penjaminan mutu,
dan serah terima pekerjaan.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 41


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

2.6. Soal Latihan

1. Jelaskan tentang ketentuan informasi, dokumen, dan tanda tangan elektronik yang
terdapat dalam Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik untuk mengantisipasi perkembangan konstruksi digital di
Indonesia!

2. Sebutkan tentang Kriteria Perangkat Keras dan juga Kriteria Perangkat Lunak
dalam Transaksi Penyelenggaraan Elektronik sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik!

3. Jelaskan tentang Sistem Informasi Jasa Konstruksi sebagaimana yang tertera


dalam Undang-Undang Jasa Konstruksi No. 2 Tahun 2017!

2.7. Rangkuman

Undang-Undang Jasa Konstruksi No.2 Tahun 2017 disusun karena Undang-Undang


Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi belum dapat memenuhi tuntutan
kebutuhan tata kelola yang baik dan dinamika perkembangan penyelenggaraan jasa
konstruksi. Secara keseluruhan terdiri dari 14 Bab dan 106 pasal. Adapun beberapa
substansi penting dalam UU Jasa Konstruksi yang baru di antaranya adalah meningkatnya
peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan jasa konstruksi melalui kemitraan dan
sistem informasi, sebagai bagian dari pengawasan penyelenggaraan jasa konstruksi serta
lingkup pengaturan yang diperluas tidak hanya mengatur usaha jasa konstruksi melainkan
mengatur rantai pasok sebagai pendukung jasa konstruksi dan usaha penyediaan
bangunan. Peraturan Turunan terbaru dari Undang-Undang Jasa Konstruksi No.2 Tahun
2017 ini masih dalam proses penyusunan, oleh karena itu untuk sementara masih
menggunakan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2000, Peraturan Pemerintah No. 59
Tahun 2010, dan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2000.
Undang-Undang Np. 11 Tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik ini sangat dibutuhkan karena
perkembangan dan kemajuan Teknologi Informasi yang demikian pesat telah
menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan manusia dalam berbagai bidang yang
secara langsung telah memengaruhi lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru.
Dengan demikian penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi harus terus
dikembangkan yang berperan penting dalam perdagangan dan pertumbuhan
perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencegah
penyalahgunaannya maka pemerintah perlu mendukung pengembangan Teknologi
Informasi melalui infrastruktur hukum dan pengaturannya sehingga pemanfaatan
Teknologi Informasi dilakukan secara aman.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 4 Tahun 1999 tentang SMM Departemen
Pekerjaan Umum memberikan panduan melaksanakan manajemen organisasi yang
mengarah pada perencanaan, penerapan, pengendalian, pemeliharaan dan peningkatan
bagi pencapaian kinerja berlandaskan SMM yang terdokumentasi dan terintegrasi sesuai
dengan Kebijakan Mutu yang ditetapkan di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.
Peraturan Menteri ini ditujukan untuk memudahkan Unit Kerja/Satuan Kerja/Unit

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 42


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Pelaksana Kegiatan, serta Penyedia Barang/Jasa dalam melaksanakan tugas


pemerintahan di bidang Pekerjaan Umum agar tercapai kinerja yang direncanakan secara
akuntabel, efisien dan efektif, dalam rangka mewujudkan tata kepemerintahan yang baik
(good governance).
Peraturan Menteri PUPR No, 31/PRT/M/2015 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi pemilihan Pekerjaan Konstruksi melakukan
pengaturan ulang tentang Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan Kementerian PUPR
yang diantaranya bahwa pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi pada
prinsipnya dilakukan melalui metode Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi. Khusus
untuk Pekerjaan Konstruksi bersifat kompleks, dan/atau diyakini jumlah penyedianya
terbatas, pemilihan penyedia Pekerjaan Konstruksi dilakukan melalui metode Pelelangan
Terbatas dengan prakualifikasi. Dalam hal pengadaan pekerjaan konstruksi yang bersifat
kompleks, atau bernilai di atas Rp100.000.000.000,00 yang menggunakan metode
evaluasi sistem gugur ambang batas, maka persyaratan/kriteria evaluasi teknis yang akan
dicantumkan di dalam dokumen pengadaan harus ditetapkan terlebih dahulu oleh Pejabat
Eselon I terkait.
Peraturan Menteri Pekerjaan UMum No. 12/PRT/M/2017 tentang Standar dan Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build)
dimaksudkan untuk digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengadaan Pekerjaan
Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build) yang pembiayaannya
baik sebagian/seluruhnya bersumber dari APBN/APBD. Hal ini bertujuan agar Pekerjaan
Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build) lebih operasional, efektif,
dan efisien. Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design and Build)
adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pembangunan suatu bangunan atau
pembuatan wujud fisik lainnya, dimana pekerjaan perancangan terintegrasi dengan
pelaksanaan konstruksi.

2.8. Evaluasi

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan cara memilih jawaban yang Benar
di antara pilihan jawaban yang ada.

1. Undang-Undang Jasa Konstruksi No.2 Tahun 2017 diterbitkan karena:


a. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi sudah terlalu
lama dan kadaluarsa.
b. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi ternyata
banyak menimbulkan kegelisahan di masyarakat.
c. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi belum dapat
memenuhi tuntutan kebutuhan tata kelola yang baik dan dinamika
perkembangan penyelenggaraan jasa konstruksi.
d. Semua benar
e. Semua salah

2. Turunan dari Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik adalah:
a. Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2010
b. Peraturan Pemerintah No. 92 Tahun 2010
c. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012
d. Semua benar

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 43


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

e. Semua salah

3. Peraturan Menteri PUPR No, 31/PRT/M/2015 adalah tentang:


a. Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
b. pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi yang pada prinsipnya
dilakukan melalui metode Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi
c. pengadaan pekerjaan konstruksi yang bersifat kompleks, dan/atau diyakini
jumlah penyedianya terbatas, pemilihan penyedia Pekerjaan Konstruksi
dilakukan melalui metode Pelelangan Terbatas dengan prakualifikasi.
d. Semua benar
e. Semua salah

2.9. JAWABAN SOAL LATIHAN


1. Ketentuan tentang informasi, dokumen, dan tanda tangan elektronik yang terdapat
dalam Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik untuk mengantisipasi perkembangan konstruksi digital di Indonesia
adalah sebagai berikut:

• Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya


merupakan alat bukti hukum yang sah (Pasal 5).
• Waktu pengiriman suatu Informasi/Dokumen Elektronik ditentukan pada saat
informasi telah dikirim dengan alamat yang benar oleh pengirim ke suatu
Sistem Elektronik yang ditunjuk atau dipergunakan penerima dan telah
memasuki Sistem Elektronik yang berada di luar kendali Pengirim, di bawah
kendali Penerima yang berhak, dan/atau memasuki Sistem Elektronik yang
ditunjuk penerima (Pasal 8).
o Tanda Tangan Elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang
sah selama memenuhi persyaratan (Pasal 11) serta berkewajiban memberikan
pengamanan atas Tanda Tangan Elektronik yang digunakannya (Pasal 12).

2. Kriteria Perangkat Keras dan juga Kriteria Perangkat Lunak dalam Transaksi
Penyelenggaraan Elektronik sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah
No. 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik
adalah sebagai berikut:

• Penyelenggaraan Sistem Elektronik dilaksanakan oleh Penyelenggara Sistem


Elektronik yang dapat dilakukan untuk pelayanan publik; dan nonpelayanan
publik. (Pasal 3)
• Meliputi pengaturan: pendaftaran; Perangkat Keras; Perangkat Lunak; tenaga
ahli; tata kelola; pengamanan; Sertifikasi Kelaikan Sistem Elektronik; dan
pengawasan. (Pasal 4)
• Kriteria perangkat Keras yang digunakan (Pasal 6):
− memenuhi aspek interkonektivitas dan kompatibilitas dengan sistem yang
digunakan;
− memperoleh sertifikat kelaikan dari Menteri;
− mempunyai layanan dukungan teknis, pemeliharaan, dan purnajual dari
penjual atau penyedia;
− memiliki referensi pendukung dari pengguna lainnya
− memiliki jaminan ketersediaan suku cadang paling sedikit 3 (tiga) tahun;
− memiliki jaminan kejelasan tentang kondisi kebaruan; dan
− memiliki jaminan bebas dari cacat produk

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 44


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

• Penyelenggara Sistem Elektronik wajib memastikan netralitas teknologi dan


kebebasan memilih dalam penggunaan Perangkat Keras (Pasal 6)
• Perangkat Lunak yang digunakan oleh Penyelenggara Sistem Elektronik untuk
pelayanan publik wajib (Pasal 7):
− terdaftar pada kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang komunikasi dan informatika;
− terjamin keamanan dan keandalan operasinya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.

3. Sistem Informasi Jasa Konstruksi sebagaimana yang tertera dalam Undang-


Undang Jasa Konstruksi No. 2 Tahun 2017.

Sistem informasi yang terintegrasi dibuat untuk menyediakan data dan informasi
yang akurat dan terintegrasi dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang dikelola
oleh Pemerintah Pusat. Data dan informasi terkait dengan:

• tanggung jawab dan kewenangan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan


oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
• tugas pembinaan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah; dan tugas layanan di bidang Jasa
Konstruksi yang dilakukan oleh masyarakat jasa konstruksi.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 45


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 46


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

BAB III. PEDOMAN TERKAIT SISTEM TEKNOLOGI BIM

3.1. Panduan Adopsi BIM dalam Organisasi (Tim BIM PUPR dan Insititut BIM
Indonesia)

KEPEMIM-
PINAN

PERENCA-
HASIL
NAAN

LANGKAH ADOPSI
KETERLI-
BIM DALAM
BATAN ORGANISASI INFORMASI
STAKE-
HOLDER

SDM DAN
KAPABILI- PROSES
TAS

Sumber: Panduan Adopsi BIM dalam Organisasi, Tim BIM PUPR, 2018.

Gambar 3.1 Langkah Adopsi BIM dalam Organisasi

Dalam rangka mendukung percepatan proyek strategis nasional di Indonesia sekaligus


meningkatkan daya saing infrastruktur Indonesia melalui penerapan teknologi digital dalam
konstruksi, maka Kementerian PUPR menelurkan roadmap dalam pelaksanaaan BIM. Adapun
tahap awal atau Tahap Adopsi merupakan tonggak yang sangat penting dalam
pengimplementasian BIM di organisasi. langkah-langkah adopsi BIM dalam suatu organisasi,
khususnya dalam Kementerian PUPR dapat dilihat sebagai berikut.

1) Kepemimpinan
Pada lingkup proyek, usulan organisasi yang bertugas melaksanakan BIM dapat dilihat pada
tabel berikut. Dalam konteks owner atau pemilik proyek, representatif BIM untuk owner harus
memiliki pemahaman tentang BIM sebagai metode dalam desain, konstruksi, serta
operasional. Beberapa posisi dalam struktur organisasi ini yakni:
• Manajer Proyek BIM (Project BIM Manager), terdiri dari 1) Manajer Konstruksi BIM dan
2) Manajer Desain BIM;
• Lead/Koordinator BIM untuk setiap disiplin.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 47


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Tabel 3.1. Peran dan Tanggungjawab Tim BIM

Sumber: Panduan Adopsi BIM dalam Organisasi, Tim BIM PUPR, 2018

2). Perencanaan
Salah satu deliverable penting adalah pengembangan program adopsi BIM yang bertujuan
untuk mengarahkan dan memandu organisasi dari kondisi eksisting ke kondisi berbasis BIM
yang digunakan secara efektif dan inovatif. Hal yang menjadi keluaran aspek perencanaan
adalah sebagai berikut:
• Visi BIM
• Tujuan BIM, dimana pada setiap Tujuan dan Sasaran harus ada indikasi bagaimana
Achievement diukur dalam suatu rentang waktu tertentu.
• Tema penting, diperlukan agar adopsi BIM dalam suatu organisasi menjadi lebih fokus.
Contoh fokus misalnya pembelajaran (learning focus) atau inovasi untuk penciptaan nilai
baru
• Manajemen Perubahan/Change Management, membantu organisasi bermigrasi dari
kondisi eksisting sekarang ke kondisi di masa datang dengan sedikit “disrupsi” dan
“resistensi”. Manajemen perubahan ditetapkan menurut jangka waktu tertentu, misal
penciptaan iklim perubahan (3-6 bulan), membangun momentum perubahan (6-12
bulan); implementasi dan keberlanjutan proyek (12-24 bulan).
• Sumber Daya BIM, mencakup daftar software dan hardware yang diperlukan sesuai
fungsinya serta sistem pengelolaan dokumen utnuk mengelola aset-aset BIM.

3). Informasi
Informasi pada tahap adopsi BIM terkait dengan 1) standar BIM, 2) Quality Assurance BIM, 3)
Quality Control BIM, serta 4) Manajemen Informasi BIM.
• Standar BIM, merupakan definisi dari “apa” dan “bagaimana” mengembangkan model-
model BIM pada setiap tahap proyek untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 48


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Beberapa Negara memiliki standar sendiri yang bersumber dari BIM National Standard.
Standar BIM ini dapat dibuat berbeda pada setiap disiplin ilmu.

Contoh Standar BIM. Sumber: Panduan Adopsi BIM dalam Organisasi, Tim BIM PUPR, 2018

• Quality Assurance BIM, berperan sangat penting dalam menjamin keluaran yang
dihasilkan sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Contoh QA untuk BIM diantaranya
adalah:
− Validasi model (cek secara visual)
 untuk memastikan model yang dihasilkan sesuai
dengan standar atau spesifikasi yang ditetapkan pada dokumen Standar BIM
− Validasi Dataset untuk memastikan dataset yang dimasukkan pada model sesuai
dengan standar dan menggunakan data yang valid

− Validasi Antar-muka (cek dengan bantuan computer) untuk mendeteksi bentrok
(clash detection) pada elemen bangunan menggunakan software deteksi bentrok
maupun mendeteksi ruang yang cukup antar komponen bangunan untuk tujuan
instalasi dan pemeliharaan
− Validasi Koordinasi Eksternal (Exchange Validation) untuk memastikan model yang
dihasilkan atau dipublikasikan sesuai dengan protocol koordinasi eksternal yang telah
didefinisikan dalam dokumen Project Execution Plan atau BIM Execution Plan (BEP)

• Quality Control BIM, bertujuan untuk memverifikasi semua deliverables yang sesuai
dengan standar proyek. Manajer BIM dan Tim harus memverifikasi semua deliverable
yang diterima sesuai dengan dokumen BEP dan kontrak (jika ada). Kegiatan quality
control diantaranya mencakup:
− Verifikasi metadata terkait tanggal pemasukan file, jenis fileo Nama file instruksi
akses ke database (jika ada), deskripsi isi, skema data, deskripsi standar data
− Validasi versi software, format dan jenis file, penamaan file

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 49


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

− Validasi model final


− Validasi model terkoordinasi berikut laporan clash detection
− Pengecekan semua model yang diterima
− Menggunakan Project Data Submission Log untuk mencatat semua model dan
informasi yang masuk berikut isu-isu yang muncul.

• Manajemen informasi BIM, terkait dengan standar pengelolaan informasi BIM pada
proyek yang dikerjakan. Contoh Manajemen Informasi BIM adalah sebagai berikut:
− BIM Execution Plan (BEP)
− Dokumen Laporan Kemajuan BIM berdasarkan tahapannya (tahap konsep, tahap
skematik/prarancangan, tahap pengembangan desain, tahap submisi TABG,
tahap tender/DED, tahap konstruksi, tahap as-built, tahap manajemen fasilitas
− Rapat-rapat koordinasi BIM termasuk MoM dan follow up
− Koleksi Library BIM per disiplin
− Kontraktual mencakup addendum, RFI, dan change order

4) Proses
Berikut disajikan panduan (outline) mengenai apa saja deliverable yang harus dikeluarkan
dalam setiap tahapan pelaksanaan BIM pada setiap proyek. Contoh tahapan dan keluaran
menurut disiplin struktural adalah sebagai berikut.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 50


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Sumber: BIM Essential Guide for Structural Consultant, BCA Singapore, 2013

Gambar 3.2. Tahapan dan keluaran menurut disiplin struktural

5) SDM
Pengembangan kapasitas (capacity building) adalah hal paling penting dalam program adopsi
BIM. Hal ini terkait pemetaan kompetensi sumber daya manusianya dan melaksanakan
rangkaian training sesuai rencana adopsi dan implementasi BIM.
• Peta Kompetensi
Peta kompetensi (Competency Map) adalah cetak biru SDM dalam sebuah organisasi yang
memperlihatkan jenis ketrampilan (skill set) yang harus dikembangkan untuk memenuhi target
tujuan dan sasaran program adopsi dan implementasi BIM
• Rencana dan Peta Jalan Pelatihan (Training)
Suatu organisasi harus memiliki peta jalan dan program pelatihan berkesinambungan yang
meliputi perencanaan SDM, jenis pelatihan, waktu dan penyedia layanan. Program pelatihan
dapat disesuaikan menurut jenis personil (senior management, principal, arsitek, project
manager, engineer, drafter) dan model pelatihan BIM seperti apa yang dibutuhkan (BIM
Awareness, BIM Management, BIM Modelling, BIM Analysis).
Jenis proses pembelajaran BIM dapat berupa:
− Kursus dan pelatihan formal BIM dengan target keterampilan (skill) yang diinginkan.
− Mentoring dimana staf yang sudah dilatih sebelumnya, membimbing staf yang lain.
− Forum dimana isu-isu teknis dan lessons learned disampaikan dan dibagi diantara
rekan.
− Dokumentasi berupa manual dan kumpulan good practices.

6). BIM Execution Plan


BIM Execution Plan (BEP) adalah dokumen pegangan yang disetujui oleh pemilik proyek untuk
memandu Tim Proyek mencapai tujuan dan sasaran, termasuk deliverable BIM dalam rentang
waktu pelaksanaan proyek. Secara khusus dokumen ini menetapkan peran dan tanggung

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 51


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

jawab anggota proyek dalam penggunaan BIM pada setiap tahapan proyek yang berisi hal-
hal teknis dan detail terkait deliverable dan prosesnya, yang mana terkait dengan proses
pembuatan, koordinasi, distribusi informasi.
Dalam dokumen BEP, umumnya berisi hal-hal berikut:
• Informasi Proyek
• Anggota Pelaksana Proyek
• Tujuan Proyek dan Penggunaan BIM di Setiap Tahapan Proyek
• Deliverable BIM di Setiap Tahapan Proyek
• Pembuat Model (Model Author) dan Pengguna Model (User) untuk Setiap Deliverable
BIM
• Elemen-elemen Model, Tingkat Kelengkapan Informasi (Level of Development/LOD)
dan atribut untuk setiap Deliverable BIM
• Proses pembuatan model BIM, pemeliharaan dan kolaborasinya
• Protokol atau prosedur distribusi informasi, format submisi
• Sarana dan prasarana,software yang digunakan.
BEP pada umumnya dibuat pada awal pelaksanaan proyek dan dapat diperbaharui (update)
untuk mengakomodasi anggota baru atau jenis penggunaan BIM baru dalam suatu proyek.
Semua pembaruan harus mendapat persetujuan dari pemilik proyek dan BIM Manager.

7). Hasil
Hasil dari program adopsi BIM harus dapat dimonitor secara reguler sehingga aksi korektif
dapat dilakukan untuk mengarahkan program agar sesuai dengan rencana dan tujuan semula.
Daftar jenis Key Performance Indicators (KPI) yang digunakan adalah sebagai berikut:
• TingkatProyek
− % proyek yang dilaksanakan menggunakan BIM
− % pihak-pihak luar yang terlibat
− Tahapan proyek yang menggunakan BIM (konsep, skematik, DED, As-Built, dst)
− Jumlah layanan tambahan yang ditawarkan
− Tingkat akurasi dari deliverable BIM (tingkat error) o % waktu tunda (delay) dan
penambahan biaya
• Tingkat Organisasi
− Kepemimpinan, perencanaan dan hasil
− Proses dan informasi
− SDM dan kapabilitas
− Keterlibatan stakeholder dan customer
− Cara baru atau metode baru dalam pelaksanaan pekerjaan
• Tingkat Kapabilitas Karyawan
− % karyawan yang ditraining BIM
− % karyawan yang bersertifikat BIM
− Tingkat ketrampilan BIM (BEP planning, authoring, analysis, collaboration,
− dst)
− % jenis keterampilan BIM yang diaplikasikan dalam proyek
− % karyawan yang detraining sebagai: manajer BIM, coordinator BIM, pemodel BIM

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 52


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

3.2. Panduan BIM Singapura (versi 2.0)

Pendahuluan
Panduan BIM Singapura yang dibuat oleh Building Construction Authority (BCA) Singapura
merupakan arahan yang menggarisbawahi peran dan tanggungjawab anggota proyek ketika
menggunakan BIM pada berbagai tahapan proyek. Tujuannya adalah untuk mengarahkan
keluaran atau hasil kerja, proses, serta para personil atau orang-orang yang terlibat dalam
implementasi BIM dalam sebuah penyelenggaraan proyek konstruksi.
Panduan ini juga digunakan sebagai arahan bagi pengembangan BIM Execution Plan (BEP)
yang merupakan kesepakatan antara Pemberi Kerja dengan anggota proyek untuk
mewujudkan keberhasilan implementasi suatu proyek BIM.
Panduan BIM Singapura secara umum terdiri dari spesifikasi BIM serta prosedur BIM
Modelling dan Kolaborasi. Versi 1.0 diluncurkan pada bulan Mei 2012 yang dilanjutkan dengan
Versi 2.0 yang diperbaharui pada tahun 2013.

1. BIM DELIVERABLES ('what')


- Elemen BIM
- Atribut Elemen BIM
- BIM Objective & Responsibility Matrix
- Kompensasi
- Layanan Nilai Tambah
PANDUAN
2. BIM PROCESS: MODELLING & KOLABORASI ('how')
BIM
- Pemodelan pada Masing-Masing Disiplin Individual
SINGAPURA
- Koordinasi Model Lintas Disiplin
- Produksi Model dan Dokumentasi
- Keamanan Data
- Quality Assurance dan Quality Control
- Workflow Proyek Design-Built
- Workflow Proyek Design-Bid-Built

3. BIM PROFESSIONAL ('who')

1). BIM DELIVERABLES


Hasil kerja BIM diproduksi oleh berbagai anggota proyek dalam berbagai tahapan proyek yang
berbeda agar tercapainya tujuan implementasi BIM. Contoh keluaran adalah sebagai berikut:
• Site model
• Massing model
• Model arsitektural, struktural, dan MEP untuk: keperluan perizinan, koordinasi dan
analisis clash detection, visualisasi, serta estimasi biaya
• Penjadwalan (material, waktu), dan tahapan program
• Model konstruksi dan fabrikasi
• Gambar kerja
• As-built model
• Data untuk manajemen fasilitas

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 53


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

• Layanan BIM lainnya untuk menambah value added

a). Elemen BIM


Tiap keluaran biasanya terdiri dari satu set model BIM yang terdiri dari berbagai elemen yang
dikategorikan berdasarkan disiplin tertentu. Setiap elemen merupakan representasi digital dari
karakteristik fisik dan fungsi setiap komponen bangunan sebenarnya dalam proyek konstruksi.
Contoh elemen BIM dapat dilihat pada tabel berikut:
1. Elemen Arsitektural BIM Keterangan

Site Model • Infrastruktur tapak (jalan, trotoar, parkir, akses,dll)


• Hidran kebakaran
• Saluran drainase
• Hard landscape
• dll
Ruang/Space • Ruangan, koridor, lainnya
Dinding • Dinding interior/Eksterior/Non Structural
Pintu, Jendela, ventilasi • Pintu interior/eksterior
• Jendela interior/eksterior
• Ventilasi
Atap • Atap secara keseluruhan (termasuk finishing dan
insulasi)
..dst

2. Elemen Struktural BIM

Pondasi termasuk tiang pancang, pile cap, dll


Balok, kolom, dinding
Slab
Tangga
Precast & Prestressed concrete systems
..dst

3. Elemen Pekerjaan Sipil BIM Keterangan


Digital Terrain Model Topografi 3D surface based yang memperlihatkan kondisi
tapak dan lokasi bangunan. Termasuk jalan eksisting, kerb,
ramp, lahan parkir, dll).
Geology Report Laporan investigasi tanah (BIM Model tidak diperlukan)

Model Utility Titik-titik koneksi untuk utilitas eksisting dan utilitas baru
Pekerjaan saluran drainase dan termasuk outlet, saluran permukaan, slot channel, dan
air hujan manhole
Utilitas publik bawah tanah Hanya jaringan drainase
...dst

4. Elemen ACMV BIM Keterangan


ACMV Equipment air handling unit, chiller unit, cooling tower, refrigerant unit,
dll

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 54


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

ACMV Distribution exhaust air ducts, fresh air ducts, supply air ducts, return air
ducts, transfer air ducts, dll
Mechanical piping chilled water supply pipes, chilled water return pipes,
...dst condesate drain pipes, dll

5. Elemen Plumbing dan Sanitasi BIM


Pumps
Control panel, monitoring, sensor
Fresh water piping, fitting, valves
Water meter
Underground public utilities untuk water supply dan drainase
Grease and sand trap
Sump dan sewage pits
..dst

6. Elemen Proteksi Kebakaran BIM


System piping, droppers, fittings, valves and sprinkler heads, sprinkler inlets, sprinkler control
valve set, dll
Fire sprinkler pumps
Sprinkler tanks
Heat or smoke detectors, control panels, monitoring and control sensors, pump panels, check
meter dll
Fire extinguishers
..dst

7. Elemen Elektrikal BIM


Cable trays, trunking & cable containment, electrical risers, conduit, bus duct, power feeds
Diesel tanks & fuel pipes
Lifts, PA systems, BMS equipments including display panels
Security system including CCTV camera, smart card system, door monitoring system
...dst

8. Elemen Gas BIM


Pipa gas dan supply
Sumber: Appendix A, Singapore BIM Guide ver 2.0

b) Atribut Elemen BIM


Aspek penting BIM adalah kemampuannya untuk menyimpan informasi dalam suatu model.
baik dalam bentuk geometris (ukuran, volume, bentuk, tinggi, orientasi) maupun non geometri
(system data, performance data, pemenuhan terhadap peraturan dan standar, spesifikasi,
biaya).
• Perubahan Detail Model
Atribut elemen BIM dapat berubah /bertambah tingkat kedetailannya seiring dengan
kemajuan proyek. Sebagai contoh, pondasi pada tahap awal tidak dapat dimodelkan
karena kurangnya informasi. Pada tahap detail design, detil pondasi berkembang
berdasarkan hasil analisis struktur dan desain. Tiang pancang secara akurat dimodelkan.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 55


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Pada tahap konstruksi, informasi yang lebih detil dimodelkan, contohnya adalah baja
tulangan dalam bentuk model 3D. Detail juga dapat dilihat melalui gambar kerja 2D.
• BIM vs 2D
Dalam setiap tahapan proyek BIM yang ditampilkan dalam model 3D, maka jika
direpresentasikan dalam gambar kerja 2D tingkat kedetilan akan berubah sesuai
skalanya. Contoh untuk desain konseptual, desain skematik, dan detail design
ditampilkan dalam skala 1:200, elemen dalam tahap konstruksi ditampilkan dalam skala
1:5 sampai 1:100, As Built Drawing pada skala 1:100, dan Facility Management pada
skala 1:50.

c) BIM Objective & Responsibility Matrix


Bagaimana cara proyek BIM dihantarkan agar sesuai dengan tujuan dan sasarannya dapat
dilacak pada BIM Objective & Responsibility Matrix. Matriks ini dapat melihat kegiatan yang
ada pada setiap tahapan beserta anggota tim yang terlibat dan kedudukannya, apakah
sebagai model author (bertanggungjawab dalam mengeluarkan dan pemeliharaan model)
atau model user (pengguna model).

d) Kompensasi
BIM Steering Committee Singapura menyadari bahwa adopsi BIM meningkat upaya pada
tahap desain sehingga merekomendasikan pembayaran 5% dari fee payment jasa konsultasi.
Selain itu, penambahan cost juga harus diperhitungkan pada saat lelang, khususnya terkait
fee penyerahan desain BIM dari desainer (konsultan) ke kontraktor.

e) Layanan Nilai Tambah Lainnya


Untuk lebih memahami performa suatu bangunan, maka proses analisis digital dalam BIM
dipertimbangkan sebagai pelayanan tambahan (additional service). Contohnya adalah:
• Simulasi dan analisis lingkungan (khusus untuk konsep desain)
• Validasi energi untuk memperkirakan pemakaian energi yang dibutuhkan
• Validasi desain pencahayaan beserta visualisasinya
• Penjadwalan konstruksi dan pentahapannya secara 4D
• Model BIM bangunan eksisting untuk masterplan site studi dan FS
• Penilaian Green Mark, RETV , Buildability and Constructability berdasarkan model BIM
• Penyediaan alternatif sistem struktural dan MEP berdasarkan model konseptual
• Estimasi proyek berdasarkan model konseptual
• Estimasi biaya MEP berdasarkan model MEP BIM
Pemberi kerja harus memahami adanya potensi peningkatan cost ketika meminta pelayanan
BIM tambahan ini. Sehingga direkomendasikan adanya negosiasi biaya tambahan antarpihak
yang terlibat.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 56


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

2) BIM PROCESS TERKAIT PROSEDUR MODELLING DAN KOLABORASI


Proses BIM pada umumnya mencakup pembuatan model, koordinasi model dan pertukaran
data yang mengikutsertakan tim model author (penulis/pembuat) dan user (pengguna). Pada
titik tertentu, model dapat dibekukan dan diperlihatkan pada pengguna.

Sumber: Singapore BIM Guide Version 2.0

Gambar 3.3. Mekanisme Pemodelan dan Kolaborasi dalam BIM.

a) Pemodelan pada Masing-Masing Disiplin Individual


Pada tahap ini anggota pada masing-masing disiplin menghasilkan model sesuai dengan
keluaran yang disepakati dalam BEP. Model terus dikembangkan dengan mengikuti standar
namun belum dicek dan diverifikasi di luar tim.
• Panduan Modeling untuk Elemen BIM
Panduan modeling untuk elemen-elemen kunci BIM pada berbagai tahapan proyek dapat
dilihat dalam Appendix C, dikelompokkan ke dalam disiplin Arsitektural, Struktural, dan MEP.
Secara umum, setiap elemen dimodelkan sesuai ukuran, bentuk, lokasi, orientasi, dan
kuantitas. Pada tahap awal proyek, properti elemen lebih bersifat umum (generik) namun
seiring dengan progress proyek maka akan semakin spesifik dan akurat.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 57


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

• Panduan Modeling untuk Persyaratan Peraturan dan Perizinan


Terdapat panduan modeling BIM untuk perizinan beserta e-template yang disertakan dalam
website.

• Orientasi Model
Titik awal proyek harus didefinisikan secara jelas dan digambar pada sistem koordinat SVY21
dengan mengacu pada SLA Vertical Control Point (VCP) plus 100m.

• Pembagian Model dan Struktur


Pentingnya untuk membagi model ke dalam bagian, zona, dan tingkat yang berbeda tentunya
dengan mempertimbangkan ukuran bangunan serta fase proyek. Hal ini harus disetujui oleh
tim modeling sedini mungkin.

• Manajemen Revisi
Model BIM akan terus berubah sesuai tahapan proyek. Perubahan ini harus dicatat terutama
ketika model dibagi ke dalam beberapa paket kecil dan ditangani oleh orang-orang yang
berbeda. Dalam hal ini peran koordinator BIM di tiap disiplin sangat penting untuk mencatat
informasi-informasi terbaru dalam perubahan model.

b) Koordinasi Model Lintas Disiplin


Model yang telah dibuat oleh tim harus dibagi dengan anggota tim dari disiplin lainnya secara
terkoordinasi sehingga pihak terlibat dapat melihat dan menyelesaikan potensi konflik dan
dapat menghindari pengerjaan ulang atau delay pada tahap konstruksi. Sebelum koordinasi
antar disiplin, model dicek, disetujui dan divalidasi serta diberi tanda "fit for coordination".
Contoh kolaborasi proyek BIM dapat dilihat pada gambar berikut.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 58


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Sumber: Singapore BIM Guide Version 2.0

Gambar 3.4. Contoh Pemetaan Kolaborasi dalam Proyek BIM.

• Jenis Koordinasi
Keberhasilan koordinasi BIM disumbang oleh perencanaan matang dan pemahaman
mengenai koordinasi desain, clash detection atau space validation. Dalam proses koordinasi
tahap awal, keseluruhan model dapat dijalankan terhadap model lain untuk melihat keterkaitan
antar objek, elemen, dan kriteria lainnya. Penting untuk diingat bahwa tidak semua konflik yang
terdeteksi merupakan suatu permasalahan, akan tetapi bisa saja disengaja untuk
menyederhanakan proses modelling. Oleh karena itu sebelum menjalankan proses
koordinasi, perlu ditetapkan beberapa aturan sehingga dapat mereduksi waktu dan sumber
daya yang dihabiskan untuk mendeteksi kesalahan.
Dengan demikian, tanggungjawab yang diharapkan dari setiap tim dalam proses koordinasi
diantaranya adalah:
− Dalam proses koordinasi setiap tim mempunyai model spesifik sesuai disiplin masing-
masing
− Untuk menyelesaikan konflik, setiap tim menyetujui perubahan model sesuai disiplinnya

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 59


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

c) Produksi Model dan Dokumentasi

Sumber: Singapore BIM Guide Version 2.0

Gambar 3.5. Produksi Model dan Dokumentasi.

Pada saat panduan ini dibuat, industri konstruksi Singapura tengah mengalami tahap transisi
dari penggunaan gambar 2D ke model BIM. Untuk menyelesaikan konflik antara dokumen
kontrak dan model BIM maka dokumen kontrak akan berupa gambar 2D, sedang serah terima
proyek akan berupa format gambar 2D dan BIM.

• Publikasi 2D
Sebelum industri konstruksi siap dalam menerima BIM sebagai bagian dari dokumen
kontraktual, maka para anggota proyek harus menyetujui standar gambar 2D, termasuk
rencana, potongan, elevasi, detail, dan lainnya.
Direkomendasikan untuk mengambil gambar 2D dari model BIM untuk menjamin
keseragaman. Adapun gambar/detail 2D yang tidak berasal dari model BIM dapat diberi label
secara khusus.
• Format Pertukaran BIM
Pihak-pihak yang berkolaborasi juga harus menyepakati protokol pertukaran BIM beserta
formatnya (baik proprietary atau open source). Untuk menjamin keberlanjutan informasi
sesuai siklus hidup bangunan, maka informasi dapat tersedia dalam bentuk open standard
atau format yang disetujui bersama yang terspesifikasi dalam BIM Execution Plan. Setelah itu
semua dokumentasi berupa output data model BIM harus diarsipkan ke dalam folder proyek.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 60


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

d) Keamanan dan Penyimpanan Data


Data proyek BIM harus diback up secara reguler untuk menghindari hilangnya data, data
corruption, infeksi virus, penyalahgunaan data, dan lainnya. Dengan demikian perlu penetapan
user access yang tepat selama pertukaran data, maintenance, dan pengarsipan.

e) Quality Assurance dan Quality Control


Seorang manajer BIM harus menetapkan quality assurance/QA terhadap model BIM dalam
rangka menjamin kebenaran dan akurasi data. Koordinator BIM masing-masing disiplin juga
harus menetapkan prosedur quality control /QC untuk menjamin keakuratan pembuatan model
sesuai dengan panduannya. Lebih lanjut, setiap anggota proyek bertanggungjawab dalam
menyelenggarakan pengecekan quality control dari desain, dataset, dan properti model
sebelum menyerahkan hasilnya.
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
• Panduan pembuatan model
Menjamin model diciptakan berdasarkan panduan pembuatan model dan standar CAD
• Dataset Validation
Memastikan dataset terdiri dari data/informasi yang tepat
• Interference Check
Medeteksi clash antara komponen bangunan dengan menggunakan software clash
detection
• Validasi data BIM untuk Koordinasi Lintas Disiplin
− Semua lembaran gambar kerja harus dipindahkan dari BIM
− Setiap model harus dicek dan dikompres
− Format file beserta penamaannya mengikuti protokol pertukaran data
− Segregasi data mengikuti metode yang disetujui dalam BEP
− File harus up to date, berisi semua modifikasi pengguna
− Model dirangkai melalui inspeksi visual

f) Workflow dalam Proyek Design-Built


Metode proyek Design-Built (rancang-bangun) memperbolehkan pengembangan dari satu
model yang menghasikan dokumen konstruksi dan fabrikasi sistem bangunan. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut:
• Menetapkan BIM execution plan untuk pembuatan model
• Dalam desain skematik, desainer yang berkolaborasi dengan subkontraktor akan
menciptakan model BIM sesuai dengan keperluan awal.
• Mengintegrasikan model BIM ke dalam model komposit untuk koordinasi dan clash
detection
• Adanya perbedaan akan diselesaikan secara interaktif selama rapat koordinasi.
• Dokumen konstruksi baru dapat dihasilkan setelah semua konflik terselesaikan,

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 61


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

• Tim rancang-bangun akan mengadakan rapat installation planning sesuai dengan model
yang telah dikoordinasikan.
• Memperbolehkan fabrikasi digital komponen kunci secara akurat di luar site seperti
structural steel, komponen precast, unit fasade, dll.

g) Workflow dalam Proyek Design-Bid-Built


Metode proyek tradisional seperti Design-Bid-Built membagi proses BIM ke dalam dua model,
yaitu model desain dan model konstruksi. Konsultan berperan dalam menghasilkan model
desain dan dokumen tender. Adapun kontraktor utama menghasilkan model konstruksi untuk
keperluan pembangunan.
Tahap Pra-Tender:
• Menetapkan BEP untuk pemodelan
• Tim desain menghasilkan architectural model dan system model.
• Mengintegrasikan model desain untuk koordinasi dan clash detection
• Adanya perbedaan akan diselesaikan secara interaktif dalam rapat koordinasi
• Dokumen desain dan tender baru dapat disiapkan setelah semua konflik terselesaikan.
Tahap Konstruksi:
• Model dan atau gambar yang dihasilkan dari model akan diserahkan pada kontraktor
utama berdasarkan referensi
• Kontraktor utama akan mengembangkan model secara lebih jauh dengan detail
konstruksi dan fabrikasi dan gambar anotasi untuk/dari subkontraktor.

III. BIM PROFESSIONAL


Untuk memfasilitasi proses BIM, diperlukan peran BIM Manager untuk proyek dan BIM
Koordinator untuk konsultan dan kontraktor (lihat gambar berikut). Peran ini dapat diambil alih
oleh anggota dalam proyek seperti CAD manager, project manager, konsultan, kontraktor, dan
lainnya.
Selain memastikan tercapainya tujuan BIM, BIM manager harus menjamin bahwa semua
pihak bekerja secara kolaboratif untuk menyelesaikan berbagai konflik melalui cara yang
paling efisien. Peran BIM Manager tidak termasuk pada pengambilan keputusan dalam solusi
desain, engineering dan konstruksi, maupun proses organisasi bagi tiap-tiap disiplin.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 62


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Tabel 3.2. Peran dan Tanggungjawab Para Pihak dalam BIM

BIM PROJECT KOORDINATOR BIM KOORDINATOR BIM


MANAGER UNTUK KONSULTAN UNTUK KONTRAKTOR

• Bertanggungjawab • Bertanggungjawab • Bertanggungjawab


dalam memfasilitasi pada tahap desain dan pada tahap konstruksi:
pengertian dan konstruksi: •Berkoordinasi dengan
implementasi dari: •Menciptakan desain desain konsultan dan
•BIM Execution Plan model BIM dan subkontraktor
•Tujuan BIM dan dokumentasinya •Mempelajari dokumen
Penggunaannya •Mendefinisikan tender
•Responsibility Matrix penggunaan disiplin •Mereview model
•BIM Deliverables BIM secara spesifik desain, model fabrikasi,
termasuk analisisnya dan gambar
•Delivery Schedule
•Berkoordinasi dengan •Menggunakan BIM
•Koordinasi BIM
BIM modeller, konsultan untuk berkoordinasi,
desain, dan cost membuat tahapan,
consultant constructability dan cost
•Berkoordinasi dengan study, serta field use
kontraktor dan •Menciptakan model
subkontraktor konstruksi dan as built
•Memastikan Modelling model
Quality Control •Memastikan Modelling
Quality Control

Sumber: Singapore BIM Guide Version 2.0

3.3. Soal Latihan

1. Jelaskan mengenai bagaimana langkah-langkah pengembangan kapasitas (capacity


building) dalam program adopsi BIM!

2. Hasil dari program adopsi BIM dapat dimonitor dengan Key Performance Indicators
(KPI). Jelaskan secara rinci apa dan bagaimana cara pengukuran KPI Implementasi
BIM!

3. Gambarkan Keluaran yang dihasilkan/BIM Deliverables untuk disiplin Sipil dan


Struktural!

3.4. Rangkuman

Dalam rangka mendukung percepatan proyek strategis nasional di Indonesia sekaligus


meningkatkan daya saing infrastruktur Indonesia melalui penerapan teknologi digital dalam
konstruksi, maka Kementerian PUPR menelurkan roadmap dalam pelaksanaaan BIM. Adapun
tahap awal atau Tahap Adopsi merupakan tonggak yang sangat penting dalam
pengimplementasian BIM di organisasi. langkah-langkah adopsi BIM dalam suatu organisasi,
khususnya dalam Kementerian PUPR mencakup kepemimpinan, perencanaan, informasi,
proses, SDM, dan BIM Execution Plan,

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 63


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Perencanaan menjadi salah satu deliverable penting adalah pengembangan program adopsi
BIM yang bertujuan untuk mengarahkan dan memandu organisasi dari kondisi eksisting ke
kondisi berbasis BIM yang digunakan secara efektif dan inovatif. Hal yang menjadi keluaran
aspek perencanaan adalah Visi BIM, Tujuan BIM, Tema penting, Manajemen Perubahan, dan
Sumber Daya BIM. Sedangkan, Informasi pada tahap adopsi BIM terkait dengan 1) standar
BIM, 2) Quality Assurance BIM, 3) Quality Control BIM, serta 4) Manajemen Informasi BIM.
Dalam Proses Adopsi BIM disajikan panduan (outline) mengenai apa saja deliverable yang
harus dikeluarkan dalam setiap tahapan pelaksanaan BIM pada setiap proyek. Contoh
tahapan dan keluaran menurut disiplin struktural adalah persiapan dan konsep desain, desian
skematik, detailed engineering design, konstruksi, as-built dan manajemen fasilitas.
Selanjutnya, pengembangan kapasitas (capacity building) adalah hal paling penting dalam
program adopsi BIM. Hal ini terkait pemetaan kompetensi sumber daya manusianya dan
melaksanakan rangkaian training sesuai rencana adopsi dan implementasi BIM.
BIM Execution Plan (BEP) adalah dokumen pegangan yang disetujui oleh pemilik proyek untuk
memandu Tim Proyek mencapai tujuan dan sasaran, termasuk deliverable BIM dalam rentang
waktu pelaksanaan proyek. Secara khusus dokumen ini menetapkan peran dan tanggung
jawab anggota proyek dalam penggunaan BIM pada setiap tahapan proyek yang berisi hal-
hal teknis dan detail terkait deliverable dan prosesnya, yang mana terkait dengan proses
pembuatan, koordinasi, distribusi informasi.
Hasil dari program adopsi BIM harus dapat dimonitor secara reguler sehingga aksi korektif
dapat dilakukan untuk mengarahkan program agar sesuai dengan rencana dan tujuan semula.
Daftar jenis Key Performance Indicators (KPI) yang digunakan adalah capaian implementasi
BIM pada tingkat proyek, tingkat organisasi dan tingkat kapabilitas karyawan
Panduan BIM Singapura yang dibuat oleh Building Construction Authority (BCA) Singapura
merupakan arahan yang menggarisbawahi peran dan tanggungjawab anggota proyek ketika
menggunakan BIM pada berbagai tahapan proyek. Tujuannya adalah untuk mengarahkan
keluaran atau hasil kerja, proses, serta para personil atau orang-orang yang terlibat dalam
implementasi BIM dalam sebuah penyelenggaraan proyek konstruksi. Panduan ini juga
digunakan sebagai arahan bagi pengembangan BIM Execution Plan (BEP) yang merupakan
kesepakatan antara Pemberi Kerja dengan anggota proyek untuk mewujudkan keberhasilan
implementasi suatu proyek BIM.
Panduan BIM Singapura secara umum terdiri dari spesifikasi BIM serta prosedur BIM
Modelling dan Kolaborasi. Versi 1.0 diluncurkan pada bulan Mei 2012 yang dilanjutkan dengan
Versi 2.0 yang diperbaharui pada tahun 2013. Panduan BIM Singapura untuk pelaku usaha
jasa konstruksi terdiri BIM Essensial Guide untuk Konsultan Arsitektural, Konsultan Sipil dan
Struktural, Konsultan MEP dan Kontraktor.

3.5. Evaluasi

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan cara memilih jawaban yang Benar di
antara pilihan jawaban yang ada.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 64


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

1. Langkah-langkah adopsi BIM dalam suatu organisasi, khususnya dalam Kementerian


PUPR mencakup aspek-aspek berikut ini, kecuali:
a. Kepemimpinan
b. Perencanaan
c. Pengendalian
d. SDM
e. BIM Execution Plan

2. Daftar jenis Key Performance Indicators (KPI) yang digunakan adalah capaian
implementasi BIM pada tingkat:
a. Proyek
b. Tingkat organisasi
c. Tingkat kapabilitas karyawan
d. Semua salah
e. Semua benar

3. Panduan BIM Singapura merupakan arahan yang menggarisbawahi peran dan


tanggungjawab anggota proyek ketika menggunakan BIM pada berbagai tahapan
proyek dengan tujuan untuk arahan bagi pengembangan BIM Execution Plan (BEP)
dalam hal:
a. mewujudkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi penyedia jasa
b. mewujudkan suatu proyek yang ramah lingkungan
c. mewujudkan keberhasilan implementasi suatu proyek BIM.
d. mewujudkan manfaat maksimal pengguna jasa
e. Semua salah

3.6. Jawaban Soal Latihan

1. Langkah-langkah pengembangan kapasitas (capacity building) dalam program adopsi


BIM

Pengembangan kapasitas (capacity building) adalah hal paling penting dalam program
adopsi BIM. Hal ini terkait pemetaan kompetensi sumber daya manusianya dan
melaksanakan rangkaian training sesuai rencana adopsi dan implementasi BIM.
• Peta Kompetensi
Peta kompetensi (Competency Map) adalah cetak biru SDM dalam sebuah
organisasi yang memperlihatkan jenis ketrampilan (skill set) yang harus
dikembangkan untuk memenuhi target tujuan dan sasaran program adopsi
dan implementasi BIM
• Rencana dan Peta Jalan Pelatihan (Training)
Suatu organisasi harus memiliki peta jalan dan program pelatihan
berkesinambungan yang meliputi perencanaan SDM, jenis pelatihan, waktu
dan penyedia layanan. Program pelatihan dapat disesuaikan menurut jenis
personil (senior management, principal, arsitek, project manager, engineer,
drafter) dan model pelatihan BIM seperti apa yang dibutuhkan (BIM
Awareness, BIM Management, BIM Modelling, BIM Analysis).
Jenis proses pembelajaran BIM dapat berupa:

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 65


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

− Kursus dan pelatihan formal BIM dengan target keterampilan (skill) yang
diinginkan.
− Mentoring dimana staf yang sudah dilatih sebelumnya, membimbing staf
yang lain.
− Forum dimana isu-isu teknis dan lessons learned disampaikan dan dibagi
diantara rekan.
− Dokumentasi berupa manual dan kumpulan good practices.

2. Hasil dari program adopsi BIM dapat dimonitor dengan Key Performance Indicators
(KPI). Cara pengukuran KPI Implementasi BIM adalah sebagai berikut:

Hasil dari program adopsi BIM harus dapat dimonitor secara reguler sehingga aksi
korektif dapat dilakukan untuk mengarahkan program agar sesuai dengan rencana dan
tujuan semula. Daftar jenis Key Performance Indicators (KPI) yang digunakan adalah
sebagai berikut:
• TingkatProyek
− % proyek yang dilaksanakan menggunakan BIM
− % pihak-pihak luar yang terlibat
− Tahapan proyek yang menggunakan BIM (konsep, skematik, DED, As-Built,
dst)
− Jumlah layanan tambahan yang ditawarkan
− Tingkat akurasi dari deliverable BIM (tingkat error) o % waktu tunda (delay) dan
penambahan biaya
• Tingkat Organisasi
− Kepemimpinan, perencanaan dan hasil
− Proses dan informasi
− SDM dan kapabilitas
− Keterlibatan stakeholder dan customer
− Cara baru atau metode baru dalam pelaksanaan pekerjaan
• Tingkat Kapabilitas Karyawan
− % karyawan yang ditraining BIM
− % karyawan yang bersertifikat BIM
− Tingkat ketrampilan BIM (BEP planning, authoring, analysis, collaboration,
− dst)
− % jenis keterampilan BIM yang diaplikasikan dalam proyek
− % karyawan yang detraining sebagai: manajer BIM, coordinator BIM, pemodel
BIM

3. Keluaran yang dihasilkan/BIM Deliverables untuk disiplin Sipil dan Struktural

Keluaran yang dihasilkan/BIM Deliverables untuk disiplin Sipil dan Struktural adalah
sebagai berikut:

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 66


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

Sumber: BIM Essential Guide for C&S Consultant, BCA Singapore, 2013

BIM Essential Guide untuk Konsultan Sipil dan Struktural

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 67


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 68


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

DAFTAR PUSTAKA

Building Construction Authority (2013). "Singapore BIM Guide Version 2.0".


http://www.corenet.gov.sg
Building Construction Authority (2013). "BIM Essential Guide for Architectural Consultants".
http://www.corenet.gov.sg
Building Construction Authority (2013). "BIM Essential Guide for MEP Consultant".
http://www.corenet.gov.sg
Building Construction Authority (2013). "BIM Essential Guide for Structural Consultant".
http://www.corenet.gov.sg
Building Construction Authority (2013). "BIM Essential Guide for Contractor".
http://www.corenet.gov.sg
Tim BIM PUPR dan Institut BIM Indonesia (2018). "Panduan Adopsi BIM dalam Organisasi".
Pusat Pusat Litbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi Kementerian PUPR.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronik
Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 2010 Tentang Perubahan Kedua Atas PP No. 28
Tahun 2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas PP No. 29 Tahun 2000
Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa
Konstruksi
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 Tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa
Konstruksi
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.12/PRT/M/2017 Tentang Standar dan Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang dan Bangun (Design And Build)
Peraturan Menteri PUPR No.31/PRT/M/2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
Menteri PUPR No.07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 4 Tahun 1999 tentang Sistem Manajemen Mutu
(SMM) Departemen Pekerjaan Umum

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 69


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

GLOSARIUM
Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi konstruksi dan/atau pekerjaan konstruksi.
Konsultansi Konstruksi adalah layanan keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi
pengkajian, perencanaan, perancangan, pengawasan, dan manajemen penyelenggaraan
konstruksi suatu bangunan.
Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi
pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali
suatu bangunan.
Usaha Penyediaan Bangunan adalah pengembangan jenis usaha jasa konstruksi yang
dibiayai sendiri oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan usaha, atau masyarakat,
dan dapat melalui pola kerja sama untuk mewujudkan, memiliki, menguasai, mengusahakan,
dan/atau meningkatkan kemanfaatan bangunan.
Pengguna Jasa adalah pemilik atau pemberi pekerjaan yang menggunakan layanan Jasa
Konstruksi.
Penyedia Jasa adalah pemberi layanan Jasa Konstruksi.
Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak
terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI),
surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda,
angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat
dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan
Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.
Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi.
Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan,
diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya,
yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik,
termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau
arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi
mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan,
mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi Elektronik.
Penyelenggaraan Sistem Elektronik adalah pemanfaatan Sistem Elektronik oleh
penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau masyarakat.
Jaringan Sistem Elektronik adalah terhubungnya dua Sistem Elektronik atau lebih, yang
bersifat tertutup ataupun terbuka.

BIM Execution Plan (BEP) adalah dokumen pegangan yang disetujui oleh pemilik proyek untuk
memandu Tim Proyek mencapai tujuan dan sasaran, termasuk deliverable BIM dalam rentang
waktu pelaksanaan proyek

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 70


Kebijakan Dan Peraturan Perundangan Terkait Perencanaan Konstruksi Dengan Sistem Teknologi BIM

KUNCI JAWABAN

JAWABAN EVALUASI
SOAL BAB II
1. C
2. C
3. D
SOAL BAB III
1. C
2. E
3. C

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SDA DAN KONSTRUKSI 71

Anda mungkin juga menyukai