Anda di halaman 1dari 42

PERATURAN

&
PERUNDANGAN
K3
POKOK BAHASAN

 Pendekatan Asek HSE dari Segi Hukum


 Peraturan – Perundangan HSE
 UU No. 1 / TH 1970 tentang Keselamatan
Kerja
 UU yang terkait dengan Kesehatan kerja
dan Sistem Manajemen K3 (SMK3)
 Peraturan yang terkait Penanggulangan
Kebakaran
Pendekatan Aspek HSE
Aspek Hukum
HSE merupakan ketentuan perundangan

Aspek Ekonomi
• HSE mencegah kerugian
• HSE meningkatkan produktivitas

Aspek Kemanusiaan
• Kecelakaan menimbulkan penderitaan
bagi korban.
• HSE melindungi pekerja dan masyarakat
Peraturan HSE diterapkan adalah untuk
memberikan kesadaran terhadap pimpinan dan
pekerja perusahaan guna melindungi kegiatan
dari kejadian kebakaran, peledakan,
kecelakaan kerja maupun pencemaran
lingkungan.
Upaya-upaya tersebut di terapkan sejak design,
proyek, operasi & pasca operasi kegiatan
perusahaan
UNDANG – UNDANG ( UU )

PERATURAN
PEMERINTAH ( PP )

KEPUTUSAN MENTERI ( KEPMEN )

KEBIJAKAN MANAJEMEN
PERUSAHAAN
DIGUNAKAN SEBAGAI ACUAN DALAM PELAKSANAAN KERJA /
OPERASIONAL PERUSAHAAN UNTUK MENCAPAI KONDISI
OPERASI YANG AMAN DAN HANDAL DALAM BENTUK STK
ATAU SOP ( PEDOMAN, TKO, TKI )
Peraturan – Perundangan
terkait K3

UU No. 1 Tahun 1970 Tentang


KESELAMATAN KERJA

UU No. 23 Tahun 1992 Tentang


KESEHATAN

UU No. 13 Tahun 2003 Tentang


SMK3
KETENAGAKERJAAN
LANDASAN HUKUM
1. UNDANG-UNDANG NO. 22 TAHUN 2001
TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI
- BAB II, PASAL-2 : SALAH SATU AZAS & TUJUAN DALAM PENYELENGGARAAN
USAHA MIGAS, ADALAH KESELAMATAN DAN BERWAWASAN
LINGKUNGAN.

- BAB VIII, PASAL-40 : BADAN USAHA MENJAMIN K3 SERTA PENGELOLAAN LINGKUNG -


AN HIDUP DAN MENAATI KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YANG BERLAKU DALAM KEGIATAN USAHA MIGAS.

2. UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970, TENTANG KESELAMATAN


KERJA
3. UNDANG-UNDANG KESEHATAN NO. 23 TAHUN 1992
TENTANG KESEHATAN
4. UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2009, TENTANG
PERLINDUNGAN & PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
5. UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003
TENTANG KETENAGAKERJAAN
LANDASAN HUKUM
1. PERATURAN PEMERINTAH NO. 35 TAHUN 2004
TENTANG KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI
2. PERATURAN PEMERINTAH NO. 36 TAHUN 2004
TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI
3. PERATURAN PEMERINTAH No. 19 TH 1973
TENTANG PENGATURAN & PENGAWASAN KK BIDANG PERTAMBANGAN
4. PERATURAN PEMERINTAH NO. 11 TAHUN 1979
TENTANG KESELAMATAN KERJA PADA PEMURNIAN DAN PENGOLAHAN
MINYAK DAN GAS BUMI .
5. PERATURAN PEMERINTAH NO. 18 TAHUN 1999
TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH B3
6. PERATURAN PEMERINTAH NO. 27 TAHUN 1999
TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
7. PERATURAN PEMERINTAH NO. 74 TAHUN 2001
TENTANG PENGELOLAAN B3
8. PERATURAN PEMERINTAH NO. 82 TAHUN 2001
TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR & PENGENDALIAN PENCEMARAN
AIR.
U U NO. 1 THN. 1970 PERATURAN
VS PEMERINTAH
( Bersifat Umum )
( Bersifat Khusus /
Teknis )

SELAKU PENGUSAHA YANG


MEMPUNYAI KEWAJIBAN & DISAMPING SEBAGAI
TANGGUNG JAWAB UNTUK PENGUSAHA JUGA SELAKU
MELAKUKAN UPAYA KEPALA TEKNIK TAMBANG
PENCEGAHAN & MIGAS YANG MEMPUNYAI
PENANGGULANGAN KEWAJIBAN & TANGGUNG
KECELAKAAN DAN PENYAKIT JAWAB UNTUK MENJAMIN
AKIBAT KERJA SERTA BAHAYA ASPEK HSE, MELALUI UPAYA
KEBAKARAN / PELEDAKAN. SECARA TEKNIS DALAM
KEGIATAN USAHA MIGAS.
Tujuan K3
Ref. UU No 1 th 1970
 Melindungi para pekerja dan orang lainnya di
tempat kerja
 Menjamin setiap sumber produksi dipakai
secara aman dan efisien
 Menjamin proses produksi berjalan lancar

SASARAN YANG DICAPAI


 Proses produksi lancar
 Produktivitas meningkat
 Kesejahteraan meningkat
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA

1. BAHWA SETIAP TENAGA KERJA BERHAK MENDAPATKAN PERLINDUNGAN


ATAS KESEJAHTERAAN HIDUP DAN MENINGKATKAN PRODUKSI SERTA
PRODUKTIVITAS NASIONAL.

2. SETIAP ORANG LAIN YG BERADA DITEMPAT KERJA PERLU DIJAMIN PULA


KESELAMATANNYA.

3. SETIAP SUMBER PRODUKSI PERLU DIPAKAI DAN DIPERGUNANAKAN SECARA


AMAN DAN EFISIEN.

4. BERHUBUNG DENGAN ITU PULA PERLU DIADAKAN SEGALA DAYA UPAYA


UNTUK MEMBINA NORMA-NORMA PERLINDUNGAN KERJA.

5. PEMBINAAN NORMA-NORMA ITU PERLU DIWUJUDKAN DALAM UNDANG-UNDANG


YANG MEMUAT KETENTUAN-KETENTUAN UMUM TENTANG KESELAMATAN
KERJA YANG SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT, INDUSTRIALISASI
TEKNIK DAN TEKNOLOGI.
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA

1. TEMPAT KERJA adalah TIAP RUANGAN ATAU LAPANGAN


TERTUTUP ATAU TERBUKA BERGERAK ATAU TETAP, DIMANA
TENAGA KERJA BEKERJA ATAU YANG SERING DIMASUKI
TENAGA KERJA UNTUK KEPERLUAN SUATU USAHA DAN
DIMANA TERDAPAT SUMBER ATAU SUMBER-SUMBER BAHAYA
SEBAGAIMANA DIPERINCI DALAM PASAL 2 TERMASUK TEMPAT
KERJA IALAH SEMUA RUANGAN, LAPANGAN, HALAMAN DAN
SEKELILINGNYA YANG MERUPAKAN BAGIAN-BAGIAN ATAU
YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEMPAT KERJA TERSEBUT.
2. PENGURUS
3. DIREKTUR
4. PEGAWAI PENGAWAS
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA

1. YANG DIATUR OLEH UNDANG UNDANG INI IALAH


KESELAMATAN KERJA DALAM SEGALA TEMPAT
KERJA, DARAT, TANAH, PERMUKAAN AIR, DIDALAM
AIR MAUPUN UDARA YANG BERADA DIBAWAH
KEKUASAAN HUKUM R I.
2. DENGAN PERATURAN PERUNDANGAN DAPAT
DITUNJUK SEBAGAI TEMPAT KERJA, RUANGAN,
LAPANGAN LAINNYA YANG DAPAT MEMBAHAYAKAN
KESELAMATAN ATAU KESEHATAN YANG BEKERJA
DAN ATAU YANG BERADA DIRUANGAN ATAU
LAPANGAN ITU DAN DAPAT DIRUBAH PERINCIAN
TERSEBUT DALAM AYAT 2 .
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA

1. SYARAT – SYARAT KESELAMATAN KERJA INI UNTUK :


- MENCEGAH DAN MENGURANGI KECELAKAAN, MENGURANGI
KEBAKARAN, PELEDAKAN, MEMBERI PERTOLONGAN KECELAKAAN
-MEMBERI ALAT-ALAT KESELAMATAN DIRI PADA PEKERJA,
-MENCEGAH DAN MENGENDALIKAN TIMBUL ATAU MENYEBARNYA
LUASNYA SUHU,KELEMBABAN,DEBU,KOTORAN,ASAP, UAP GAS,
HEMBUSAN ANGIN,CUACA DLL,
-MENCEGAH TIMBULNYA PENYAKIT AKIBAT KERJA,
-MEMELIHARA KEBERSIHAN, KESEHATAN DAN KETERTIBAN,
-MENGAMANKAN DAN MEMELIHARA SEGALA JENIS BANGUNAN,
-MENGAMANKAN MEMPERLANCAR PEKERJAN BONGKAR MUAT,
-MENCEGAH TERKENA ALIRAN LISTRIK YANG BERBAHAYA,
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA

1. DIREKTUR MELAKUKAN PELAKSANAAN UMUM


TERHADAP UNDANG-UNDANG INI SEDANGKAN PARA
PEGAWAI PENGAWAS DAN AHLI KESELAMATAN
KERJA DITUGASKAN MENJALANKAN PENGAWASAN
LANGSUNG TERHADAP DITAATINYA UNDANG-
UNDANG INI DAN MEMBANTU PELAKSANAANNYA.
2. WEWENANG DAN KEWAJIBAN DIREKTUR, PEGAWAI
PENGAWAS DAN AHLI KESELAMATAN KERJA DALAM
MELAKSANAKAN UNDANG – UNDANG INI DIATUR
DENGAN PERATURAN PERUNDANGAN.
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA

1. Mengajukan permohonan BANDING


2. Tata Cara Permohonan BANDING
3. Keputusan Panitia BANDING

Untuk pengawasan berdasarkan


Undang-undang ini pengusaha harus
membayar restribusi menurut
ketentuan-ketentuan yang akan diatur
dengan peraturan perundangan
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA

1. PENGURUS DIWAJIBKAN MEMERIKSAKAN KESEHATAN


BADAN, KONDISI MENTAL DAN KEMAMPUAN FISIK DARI
TENAGA KERJA YANG AKAN DITERIMANYA MAUPUN AKAN
DIPINDAHKAN SESUAI SIFAT-SIFAT PEKERJAAN YANG
DIBERIKAN KEPADANYA.
2. PENGURUS DIWAJIBKAN MEMERIKSA SEMUA TENAGA
KERJA YANG BERADA DIBAWAH PIMPINANNYA, SECARA
BERKALA PADA DOKTER YANG DITUNJUK OLEH
PENGUSAHA DAN DIBENARKAN OLEH DIREKTUR.
3. NORMA-NORMA MENGENAI PENGUJIAN KESEHATAN
DITETAPKAN DENGAN PERATURAN PERUNDANGAN.
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA
1. Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan kepada tiap tenaga
kerja baru tentang :
- Kondisi dan bahaya yang dapat timbul dalam tempat kerjanya;
- Semua pengamanan dan alat perlindungan yang diharuskan dalam
tempat kerjanya;
- Alat perlindungan bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
- Cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan
setelah yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat
tersebut diatas.
3. Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga
kerja yang berada dibawah pimpinannya dalam pencegahan kecelakaan
dan penanggulangan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan
kesehatan kerja, pula dalam pemberian Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan.
4. Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat dan ketentuan
yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA

1. Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk


Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja guna memperkembangkan kerjasama,
saling pengertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha dan tenaga kerja dalam tempat-
tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban bersama dibidang K3, dalam rangka
melancarkan usaha berproduksi.
2. Susunan P2K3, tugas dan lain-lainnya ditetapkan
oleh Menteri Tenaga Kerja.
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA

1. Pengurus diwajibkan melaporkan tiap


kecelakaan yang terjadi ditempat kerja yang
dipimpinnya, kepada pejabat yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja.
2. Tata cara pelaporan dan pemeriksaan
kecelakaan oleh pegawai termaksud pada ayat
(1) diatur dengan peraturan perundangan.
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA

Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau


hak tenaga kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh
pegawai dan atau ahli keselamatan kerja;
b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja serta alat pelindung diri yang
diwajibkan diragukan oleh pegawai pengawas dalam batas
yang masih dapat dipertanggung jawabkan.
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA

1. Barang siapa akan memasuki suatu tempat


kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk
keselamatan kerja dan memakai alat
perlindungan diri yang diwajibkan.
Pengurus diwajibkan melaporkan tiap
kecelakaan yang terjadi ditempat kerja
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA
Pengurus diwajibkan :
1. Secara tertulis menempatkan ditempat kerja yang dipimpinannya semua
syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai undang-undang ini dan
semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang
bersangkutan, pada tempat yang mudah dilihat dan dibaca dan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
2. Memasang ditempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan
kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat
yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau
ahli keselamatan kerja.
3. Menyediakan secara Cuma-Cuma, semua Alat Perlindungan Diri yang
diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut,
disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk
pegai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1970
TENTANG KESELAMATAN KERJA

1. Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal


diatas diatur lebih lanjut dengan peraturan
perundangan.
2. Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat
memberikan ancaman pidana atas pelanggaran
peraturannya dengan hukuman kurungan selama-
lamanya tiga bulan atau denda setinggi-tingginya
Rp.100.000,- ( Seratus Ribu Rupiah ).
3. Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.
UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 1992
TENTANG KESEHATAN
Bagian Kelima : Kesehatan Lingkungan
Pasal 22
1. Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat.
2. Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum,
lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum, dan
lingkungan lainnya.
3. Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan
limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan,
pengendalian vektor penyakit, dan penyehatan atau pengamanan
lainnya.
4. Setiap tempat atau sarana pelayanan umum wajib memelihara dan
meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan
persyaratan.
5. Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan
sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1), Ayat (2), Ayat (3), dan Ayat 4)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 1992
TENTANG KESEHATAN

Bagian keenam : Kesehatan Kerja


Pasal 23
1. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal.
2. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan
kerja,pencegahan penyakit akibat kerja, dan
kesehatan kerja.
3. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan
kesehatan kerja.
4. Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana
dimaksud dalam Ayat (2) dan Ayat (3) ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003
TENTANG KETENAGAKERJAAN

Pasal 35
(1) Pemberi kerja yang memerlukan tenaga kerja dapat
merekrut sendiri tenaga kerja yang dibutuhkan atau
melalui pelaksana penempatan tenaga kerja
(2) Pelaksana penempatan tenaga kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memberikan perlindungan
sejak rekruitmen sampai penempatan tenaga kerja
(3) Pemberi kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam mempekerjakan tenaga kerja wajib memberikan
perlindungan yang mencakup kesejahteraan,
keselamatan dan kesehatan baik mental maupun
fisik tenaga kerja
UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003
TENTANG KETENAGAKERJAAN

Pasal 86
(1) Setiap pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan
c. Perlakuan yang seuai dengan harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai agama.
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja / buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya K3.
(3) Perlindungan sebagaimana pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan dengan peraturan perundangan yang berlaku.
UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003
TENTANG KETENAGAKERJAAN

Pasal 87

(1)Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem


manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan
(2)Ketentuan mengenai penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah
PERATURAN PEMERINTAH NO. 50 TAHUN 2012
TENTANG PENERAPAN SMK3
DASAR HUKUM SMK3
Pasal 1 :
SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif.
Pasal 5 :
 Wajib bagi perusahaan:
memperkerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang;
atau mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
 Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
 Dalam menerapkan SMK3 memperhatikan peraturan perundang-
undangan, konvensi atau standar internasional
Sanksi Pelanggaran K3

1. UU No 1 Tahun 1970 : Rp. 100.000 dan atau


kurungan 3 bulan
2. UU No. 13 Tahun 2003 :
 Pasal 186 : pelanggaran pasal 35 ;sanksi pidana paling
singkat 1 bulan dan paling lama 4 tahun dan atau denda
paling sedikit Rp. 10.000.000 dan paling banyak
Rp. 400.000.000
 Pasal 190 : pelanggaran pasal 87 sanksi administratif :
teguran – peringatan tertulis, pembatasan - pembekuan
kegiatan usaha – pembatalan persetujuan – pembatalan
pendaftaran – penghentian sementara – pencabutan ijin.
PERATURAN DAN STANDAR TEKNIS
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
• KEPMENAKER 75/2002 K3 LISTRIK
• PERMENAKER 02/89 Prot. Petir
Pengendalian • KEP. MENAKER KEP. 187/MEN/1999 (B3)
ENERGI • PER. KHUSUS “EE” (BH. MUDAH TERBAKAR)
• PER. KHUSUS “K” (BH. MUDAH MELEDAK)

• PERMENAKER 04/80 Persyaratan pemasangan


SARANA APAR
PROTEKSI • PERMENAKER 02/83 Persyaratan ALARM Otomatik
KEBAKARAN • INST. MENAKER INS. 11/MEN/1997 Tata cara
Pengawasan K3 Peng. Kebakaran

MANAJEMEN • PERATURAN PEMERINTAH 50/2012 - SMK3


K3 • PERMENAKER 04/87 P2K3
• KEP. MENAKER KEP. 186/MEN/1999
UNIT PENANGG. KEB. DI TEMPAT KERJA
PERATURAN K3
PENGENDALIAN ENERGI
• Undang-Undang No 1 th 1970
• KEPMEN 187/MEN/1999
PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA

• PERATURAN KHUSUS “EE”


SYARAT-SYARAT K3 BAHAN YANG MUDAH TERBAKAR
* Ketentuan umum
* Bahan cair dan gas
* Bahan kapuk
• PERATURAN KHUSUS “K”
SYARAT-SYARAT K3 BAHAN YANG MUDAH MELEDAK
* KETENTUAN UMUM
* DYNAMID (TRINITROTOLUENE)
* PETASAN (BUBUK ARANG + BELERANG + SENDAWA)
* ANFO (AMMONIUM NITRATE + FUEL OIL)
PENGENDALIAN BAHAYA
BAHAN MUDAH MELEDAK
KEPMEN 187/MEN/1999

Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS)


Label & Symbol bahaya
Risk assessment /HAZOPS

Penunjukan petugas & ahli K3


Lembar Data Keselamatan Bahan
(MSDS)
 Nama, rumus kimia, kode produksi, synonim sifat fisika / kimia
 Pembuat, distributor,importir
 Komposisi bahan
 Identifikasi bahaya - kesehatan (bahaya - akibat - P3K)
 Pemajanan & APD
 Identifikasi bahaya kebakaran (Flash Point, Ign. Point, Flam.
Range
 Media pemadam, Bahaya khusus, Prosedur pemadaman
 Penyimpanan dan penanganan
 Reaktifitas dan stabilitas (pengaruh kondisi dan bahan)
 Toksikologi
 Ekologi
 Limbah
 Pengagnkutan
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA RI
NO. PER-02/MEN/1983
TENTANG
INSTALASI ALARM KEBAKARAN OTOMATIK

Ruang lingkup :
- Perencanaan
- Pemasangan,
- Pemeriksaan
- Pengujian
- Pemeliharaan
ALAT PEMADAM API RINGAN
Ref : Pert. Menaker No Per-04/Men/1980

HARUS SIAP PAKAI PADA WAKTUNYA


 JENIS DAN UKURANNYA SESUAI
 MUDAH DILIHAT DAN MUDAH
DIAMBIL
 KONDISI BAIK
 SETIAP ORANG DAPAT
MENGOPERASIKAN DENGAN BENAR,
TIDAK MEMBAHAYAKAN DIRINYA.
 Dilakukan pemeriksaan dan
pengujian secara berkala
Kepmenaker No. 186/Men/1999, tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Pasal 2 (1) dan (2) mewajibkan kepada pengurus/pengusaha


untuk mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran,
melalui :
a) Pengendalian setiap bentuk energi
b) Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan
sarana evakuasi
c) Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas
d) Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja
e) Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran
secara berkala
f) Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat
kebakaran bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50
(lima puluh )orang tenaga kerja dan atau tempat kerja yang
berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat.
PENERAPAN PERATURAN – PERUNDANGAN K3

Mengacu Standar OHSAS klausul 4.3.2.

 Organisasi harus menetapkan dan memelihara suatu


prosedur untuk mengidentifikasi dan mengakses
peraturan dan persyaratan K3 lainnya yang terkait
 Organisasi harus menjaga informasi peraturan dan
persyaratan K3 lainnya tersebut selalu mutakhir
 Informasi peraturan dan persyaratan K3 lainnya harus
dikomunikasikan kepada pekerja dan pihak terkait
yang relevan
Contoh Identifikasi Peraturan Perundangan K3
kedalam Sistem Dokumentasi Perusahaan

40
Contoh Identifikasi Peraturan Perundangan K3
kedalam Sistem Dokumentasi Perusahaan

41
Contoh Identifikasi Peraturan Perundangan K3 kedalam
Sistem Dokumentasi Perusahaan

42

Anda mungkin juga menyukai