01041200003
Summary Komunikasi Antar Pribadi – Chapter 8
Conversational Disclosure
Revealing Yourself
Dalam berkomunikasi antarpribadi, salah satu aspek penting bagi komunikator adalah
membuka diri agar dapat sungguh-sungguh masuk ke dalam komunikasi tersebut. Membuka
diri, atau self-disclosure, merupakan aksi komunikasi yang memberikan informasi tentang
diri sendiri pada orang lain. Self-disclosure dipercaya dapat memberikan informasi yang lebih
mendetil tentang diri sendiri, seperti nilai moral, agama, dan kesukaan pada diri individu,
kelakukan individu, dan juga karakteristik diri dan kualitas diri individu.
Membuka diri tidak hanya dapat terjadi pada jenis komunikasi antarpribadi,
melainkan juga pada komunikasi di media, komunikasi pada publik, dan lainnya. Membuka
diri juga dianggap sebagai sebuah proses pertumbuhan hubungan yang dimulai dari tahap
contact ke tahap intimacy, dan juga melibatkan lebih dari satu orang dalam komunikasi. Agar
pesan dapat disebut dengan kata ‘self-disclosure’, pesan harus diterima dengan baik dan
dimengerti oleh orang lain terlebih dahulu, mesikpun pesan yang disampaikan tentang diri itu
penting maupun tidak penting.
Influences on Self-Disclosure
Dalam membuka diri, tentunya ada faktor-faktor yang mempengaruhi apakah individu
akan membuka diri, kepada siapa individu membuka diri, dan apa yang dibuka. Faktor-faktor
tersebut adalah:
- Who you are
Orang yang extroverted pada umumnya lebih sering dan lebih mudah untuk membuka
dirinya kepada orang lain, dan sebaliknya orang yang introverted.
- Your culture
Budaya tentu mempengaruhi proses pembukaan diri individu, contohnya di Amerika
Serikat, orang-orang lebih cenderung gampang dalam membuka diri mereka kepada
orang lain. sedangkan di negara seperti Jepang, Jerman atau Puerto Rico, orang-orang
lebih cenderung tertutup.
- Your gender
Menurut Stewart dalam Cooper & Stewart, 2003, penelitian mengatakan bahwa
wanita lebih sering membuka diri mereka dibandingkan dengan laki-laki, contohnya
dalam hubungan percintaan mereka yang lalu, perasaan mereka, dan ketakutan
mereka.
- Your listeners
Seringkali orang-orang memilih untuk terbuka pada orang yang mereka sukai, dan
mereka anggap dapat dipercaya. Ada yang dinamakan ‘dyadic effect’ yang artinya
orang cenderung melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan orang lain pada
diri mereka. Sama halnya dengan membuka diri, orang-orang cenderung membuka
diri pada orang lain yang membuka diri kepada mereka terlebih dahulu.
- Your topic
Topik yang dipilih untuk dibuka tentunya sudah terseleksi. Topik yang cenderung
lebih sering dibuka adalah yang bersifat umum, seperti hobi, dan informasi mengenai
pekerjaan. Namun, topik yang bersifat personal atau pribadi, seperti keuangan akan
lebih ditutup.
- Your media
Sarana yang digunakan untuk membuka diri yang dipilih harus sesuai, misalnya
individu lebih memilih untuk terbuka secara face-to-face dengan orang terpilih, bukan
pada media sosial yang dapat diakses oleh siapapun.
Everyday Conversations
Making Small Talks
Small talk dikatakan merupakan sesuatu yang gampang diserap oleh banyak orang, karena
semua orang pasti melakukan small talk, terkadang justru untuk membuka percakapan yang
lebih berat. Terkadang small talk juga dilakukan sebagai strategi kesopanan dalam menyapa
orang lain.
- The topics and context of small talk
Topik di dalam small talk biasanya bersifat non-kontroversial, dan yang pasti
dapat disetujui oleh kedua belah pihak dalam berkomunikasi. Apabila topik
berkemungkinan membawa rasa emosi yang dalam dan menghadirkan sudut pandang
yang berbeda antar komunikator, maka topik tersebut tidak dapat dikatakan topik dari
small talk. Topik-topik yang paling umum digunakan saat melakukan small talk
misalnya tentang cuaca, kabar seputar olahraga, film, dan televisi.
- Guidelines for effective small talk
Di dalam small talk sekalipun, komunikator harus menjaga proses tersebut dengan
baik dan efektif, yaitu dengan beberapa cara seperti:
a. Bersikap positif dan menghindari sikap-sikap negatif.
b. Peka atau sesntif pada leave-taking cues.
c. Memperhatikan persamaan, bukan perbedaan antar komunikator saat melakukan
small talk.
d. Menjawab pertanyaan orang lain dengan mengelaborasikan pesan-pesan dan
informasi yang dapat digunakan bahan interaksi selanjutnya oleh lawan
komunikator.
Introducing People
Memperkenalkan seseorang kepada orang lain merupakan sebuah tahap dalam
komunikasi antarpribadi yang sulit dilakukan. Contohnya, ketika kita sedang bersama Lilly
dan tiba-tiba bertemu dengan Nana, maka tentu Lilly dan Nana akan diam sampai kita
memperkenalkan mereka. Untuk mempermudah proses perkenalan diri ini, seorang
komunikator disarankan untuk dapat mencoba mengangkat pembicaraan tentang persamaan
yang kebetulan ada pada kedua orang tersebut agar dapat dibahas bersama, dan menghindari
membicarakan tentang hal-hal pribadi yang dipercayakan kepada komunikator.
Perkenalan diri juga sangat dipengaruhi oleh budaya. Di Amerika Serikat, perkenalan
diri ditandai dengan berjabat tangan, namun di negara yang menganut budaya Muslim, orang-
orang dengan seks yang sama berpelukan saat perkenalan, dan orang dengan seks yang
berbeda tidak.
Making Excuses
Excuses atau alasan adalah penjelasan yang dibuat untuk mengurangi reaksi-reaski negatif
orang lain terhadap diri kita akan perkataan atau perbuatan yang kita lakukan sebelumnya
untuk menjaga image positif diri kita. Manfaat dari membuat excuses adalah dapat
mempertahankan hubungan antarpribadi yang efektif meskipun setelah melakukan perlakuan
negatif. Tidak hanya itu, excuse dapat mengurangi rasa stress pada individu dan
mempertahankan self-esteem pada diri individu.
- Types of excuses
Menurut Synder, ada tiga macam alasan atau excuses yang terbaik yang dapat
digunakan, yaitu:
a. I didn’t do it; dimana komunikator membantah perlakuan yang dikatakan
dilakukan oleh komunikator, dan dengan alibi tambahan untuk membuktikkan
bahwa sang komunikator memang benar-benar tidak melakukannya.
b. It wasn’t so bad; dimana komunikator mengakui telah melakukan hal buruk
tersebut, namun menjelaskan bahwa efeknya tidak begitu buruk, atau ada alasan
tertentu dibalik perlakuan tersebut.
c. Yes, but; dimana komunikator mengaku bersalah namun beralasan bahwa situasi
saat itu sedang tidak mendukung atau komunikator sedang dalam kondisi yang
tidak baik.
- Good and bad excuses
Di Amerika Serikat, para peneliti menyetujui bahwa terdapat lima elemen yang
menjadikan sebuah excuse itu baik, tidak buruk. Elemen-elemen tersebut adalah:
a. Mendemonstrasikan bahwa komunikator mengerti permasalahannya dan perasaan
lawan bicara.
b. Mengerti dan mengakui tanggung jawab yang dimiliki komunikator, dan menjauhi
kata-kata yang menunjukkan bahwa komunikator tidak tulus dalam mengucapkan
alasan tersebut.
c. Mengakui kesalahan dan menjelaskan bahwa komunikator juga tidak senang
dengan diri sendiri karena telah melakukan hal tersebut.
d. Menjelaskan bahwa komunikator telah melakukan hal yang salah dan tidak akan
mengulanginya lagi.
e. Meminta maaf dan mengekspresikan perasaan sedih serta menyesal.
Apologizing
Apologizing atau meminta maaf merupakan pengekspresian rasa menyesal dan sedih
karena sudah melakukan atau mengatakan hal yang tidak baik kepada orang lain yang
seharusnya tidak dilakukan. Permintaan maaf biasanya disertakan dengan pemberian excuse
atau alasan.
- Some do’s for effective apologies
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam meminta maaf agar permintaan
maaf tersebut menjadi efektif:
a. Menanggung kesalahan diri sendiri dan tidak melemparkan kesalahan pada orang
lain.
b. Mengucapkan permintaan maaf dengan sungguh-sungguh merasa bersalah.
c. Menyatakan dengan spesifik apa yang telah dilakukan, bukan hanya secara umum.
d. Mengekspresikan rasa pengertian terhadap perasaan orang lain.
e. Mengeskpresikan perasaan menyesal.
f. Menawarkan untuk membenarkan permasalahan apabila memungkinkan.
g. Memberikan kepastian bahwa hal yang sama tidak akan terulang lagi.
- Some don’ts for effective apologies
Berikut merupakan hal-hal yang harus dihindari saat meminta maaf:
a. Meminta maaf saat tidak terlalu dibutuhkan.
b. Membenarkan tindakan yang salah yang telah dilakukan, karena orang lain juga
melakukan hal yang sama.
c. Meminimalisir pengakuan atas kesalahan dan melemparkan kesalahan kepada
orang lain.
d. Menuduh orang lain dalam kesalahan.
e. Meminimalisir rasa sakit yang dirasakan orang lain karena kesalahan tersebut.
f. Mencampurkan permintaan maaf dengan alasan yang tidak tepat.
g. Mencari jalan keluar yang praktis dengan meminta maaf melalui e-mail atau
media lainnya yang tidak sesuai.
Complimenting
Compliment adalah pesan yang mengandung pujian, sanjungan, dan ucapan selamat.
Compliment bekerja sebagai pemersatu atau alat pengerat antar pribadi, yaitu dengan berelasi
antar satu sama lain dengan memberikan sisi positif. Compliment juga dapat bekerja sebagai
pembuka percakapan. Seperti misalnya “aku suka tas-mu, beli dimana?” dan sebagainya.
Sedangkan backhanded compliment bukan termasuk dalam compliment, melainkan sebuah
hinaan yang bertopeng sebagai pujian.
- Giving a compliment
Dalam memberikan compliment, individu disarankan untuk:
a. Jujur dan bersikap nyata.
b. Memberi pujian secara tidak berlebihan.
c. Memberi pujian secara keseluruhan tanpa memberikan pengecualian.
d. Bersikap spesifik melainkan bersifat umum.
e. Bersikap personal pada perasaan diri sendiri dalam memberikan pujian.
f. Memberikan pujian terhadap pencapaian orang lain.
- Receiving a compliment
Sebagian banyak orang berreaksi terhadap compliments dengan cara membantahnya,
mendiamkannya dan benar-benar menerimanya. Kenyataannya, compliments
seharusnya diterima dengan baik oleh pendengar, yaitu dengan cara:
a. Memberikan senyuman beserta kontak mata yang jelas.
b. Memberikan ucapan terima kasih sederhana.
c. Memberikan refleksi secara pribadi akan bagaimana compliment itu berarti bagi
diri kita.
Advising
Advice merupakan pesan yang diberikan seseorang kepada orang lain apa yang
seharusnya mereka lakukan atau pikirkan. Memberikan advice dapat memberikan kita
perasaan kompeten dan berwibawa pada diri sendiri, dan terkadang memberikan advice
merupakan pekerjaan utama bagi beberapa orang seperti guru, pengacara, psikiater, dan
pemimpin agama.
- Giving advice
Terdapat beberapa saran dalam advising, yaitu:
a. Mendengarkan pemikiran dan perasaan lawan bicara untuk benar-benar
mengetahui apa yang diinginkan oleh lawan bicara kita, apakah mereka
menginginkan dukungan saja, atau advice.
b. Berempati, dalam arti ikut merasakan apa yang dirasakan lawan bicara kita
dengan menempatkan diri ke posisi mereka.
c. Menawarkan beberapa pilihan beserta pernyataan yang mendukung pilihan-
pilihan tersebut.
d. Menjaga interaksi yang terjadi secara konfidensial.
e. Menghindari pernyataan yang mengandung kata ‘harus’.
f. Memastikan ada persetujuan atau pengertian dari lawan bicara.
- Receiving advice
Dalam menerima advice, kita dapat mencoba melakukan hal sebagai berikut:
a. Ketika kita meminta advice kepada orang lain, kita seharusnya menyetujuinya.
b. Mempertahankan diri dari mengkritik advice yang diberikan orang lain.
c. Berinteraksi dengan advice yang diberikan.
d. Mengekspresikan rasa penghargaan kepada advice yang diberikan.
- Responding to advice
Dalam merespons advice, kita dapat mencoba melakukan hal sebagai berikut:
a. Ketika meminta advice, kita sebaiknya menyetujui advice tersebut tanpa harus
mengikutinya.
b. Apabila kita tidak meminta advice, pertahankan diri untuk tidak mengkritik
advice yang diberikan.
c. Berinteraksi dengan advice yang diberikan.
d. Mengekspresikan rasa penghargaan kepada advice yang diberikan.