Membuat Surimi
Membuat Surimi
BUKU INFORMASI
MEMBUAT SURIMI
C.10SRM00.008.1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 4
1. Peralatan dan Bahan yang digunakan dalam Proses Pembuatan Surimi ............. 6
2. Jumlah peralatan dan Volume Bahan yang digunakan dalam Proses Pembuatan
Surimi ......................................................................................................... 16
C. Sikap kerja yang diperlukan dalam Menyiapkan Peralatan dan Bahan Pembuatan
Surimi ............................................................................................................. 20
A. Pengetahuan yang diperlukan dalam Mengolah Bahan Baku Menjadi Surimi ........ 21
B. Keterampilan yang diperlukan dalam Mengolah Bahan Baku Menjadi Surimi .... 32
C. Sikap kerja yang diperlukan dalam Mengolah Bahan Baku Menjadi Surimi ........... 33
A. BukuReferensi.................................................................................................. 40
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu membuat surimi dari
bahan baku ikan dan peralatan yang disiapkan dengan benar,teliti,tepat, dan
taat azas sesuai kriteria yang telah ditentukan.
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Membuat
Surimi ini guna memfasilitasi peserta sehingga pada akhir diklat diharapkan
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Menyiapkan peralatan dan bahan pembuatan surimi
2. Mengolah bahan baku menjadi surimi
3. Mengemas surimi beku
BAB II
MENYIAPKAN PERALATAN DAN BAHAN PEMBUATAN SURIMI
Surimi pertama kali dikenal di negara Jepang. Di negara ini surimi telah
dikembangkan dan dikonsumsi secara luas menjadi produk olahan ikan berbasis
surimi sejak abad ke 7. Sedangkan di Indonesia sampai saat ini surimi masih
asing dan sulit didapat di pasaran.
Surimi adalah salah satu produk diversifikasi yang berupa produk setengah jadi
berupa hancuran daging ikan atau daging lumat yang mengalami proses
pencucian dengan larutan garam dingin, pengepresan, penambahan bahan
tambahan (cryoprotectant), pengepakan dan pembekuan yang dapat diolah
kembali menjadi berbagai produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Surimi berbeda dengan daging lumat, meskipun sama-sama merupakan produk
setengah jadi. Daging lumat adalah daging yang dilumatkan dengan cara
digiling, ditumbuk, atau dengan cara lain. Struktur fisik daging berubah menjadi
hancur atau lumat, sedangkan sifat daging lainnnya relatif tidak berubah.
Sedangkan pada surimi, selain terjadinya perubahan fisik, juga terjadi perubahan
sifat yang lainnya. Surimi merupakan daging lumat yang dicuci secara berulang-
ulang sehingga darah, pigmen, bau, dan lemak sebagian besar hilang. Selain itu
pada surimi ditambahkan cryoprotectant untuk meningkatkan sifat elastisitas gel
surimi.
Sebagai bahan baku setengah jadi, surimi nantinya dapat diolah lagi menjadi
aneka produk olahan ikan seperti bakso ikan, sosis ikan, kamaboko, chikuwa,
dan lain sebagainya. Produk olahan ikan yang menggunakan surimi sebagai
bahan bakunya disebut surimi based product. Berikut ini merupakan beberapa
keuntungan penggunaan surimi dalam pengolahan produk hasil perikanan,
diantaranya :
Dalam proses pembuatan surimi diperlukan beberapa peralatan dan bahan yang
harus disiapkan dan disesuaikan dengan kapasitas dan metode pengolahan yang
diterapkan. Berikut ini merupakan penjelasan tentang peralatan dan bahan yang
digunakan dalam pembuatan surimi.
Tangki pembilasan
Pad a pe ngo l a ha n de ng a n s k al a i n dus tr i be s ar t a h ap
pe mbi l as an dilakuk an secara mekanis dengan peralatan
berupa tangki pembilasan (le aching tank ), s ar i ngan be rputar
(ro tary sie ve ), al at pe nge pre s (continous screw press ) yang
dirangkai dalam satu mesin proses. Proses leaching dilakukan di
tangki pencucian atau le aching tank dan air dibuang melalui
lubang pembuangan pada bagian bawah tangki dengan cara membuka
kran. Leaching tank dilengkapi dengan pengaduk yang secara terus
menerus dan secara otomatis berputar selama proses leaching.
Penyaring
Penyaringan bertujuan untuk membuang air yang digunakan saat
proses pembilasan ( leaching ). Pada proses secara mekanis
digunakan alat rotary sieve sebagai penyaring. Alat ini terdiri dari
silinder yang dapat berputar sambil menyaring kelebihan air. Pada
pr ose s s ec ar a manual di gunakan k ai n batis atau k ai n k as a
ni lo n s e bagai pe ny ar i ng. Kain batis adalah kain halus tipis tembus
cahaya. Kain ini terbuat dari bahan polyester atau nilon. Penyaringan
dilakukan dengan cara menuang lumatan daging ikan. Untuk
mempercepat proses penyaringan maka kain kasa nilon
digoyang-goyang s e h i n g g a m e m u d a h k a n a i r k e l u a r m e l a l u i
lubang-lubang kain kasa.
Pengepres
Pada proses pengepresan surimi, hasil akhir yang diharapkan adalah
keluarnya air dari produk ketika proses pengepresan dilakukan. Ada
beberapa alat yang bisa digunakan pada proses ini. Pada proses
secara mekanis digunakan continous screw press sebagai alat
pengepres. Prinsip kerja adalah lumatan daging ikan yang
berasal dari rotary sieve masuk ke dalam wadah pada alat
continous screw press . Kemudian alat silinder berputar ini
melakukan pengepresan sehingga menghilangkan kelebihan air
yang tersisa setelah proses penyaringan.
Gambar 8. Stainer
Sumber : http://aquafind.com/articles/Surimi-Production-Method.php
hanya didapat dari ikan yang segar. Surimi juga dapat dibuat dari ikan-
ikan non ekonomis atau dari spesies ikan tropis yang merupakan hasil
tangkapan samping (by catch) sehingga memberikan nilai tambah pada
ikan tersebut seperti ikan layang, ekor kuning, beloso, dan lain
sebagainya.
Ikan air tawar seperti lele,patin, dan nila dapat dibuat menjadi surimi.
Biasanya untuk jenis-jenis ikan air tawar harus dilakukan pemberokan
dulu sebelum diolah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi bau lumpur
pada produk akhir.
Untuk menghasilkan kualitas surimi yang bagus, bahan baku ikan yang
digunakan hendaknya berdaging putih, kadar lemaknya rendah, dan
tingkat kesegarannya tinggi. Umumnya ikan berdaging putih mempunyai
kemampuan membentuk gel yang lebih baik dibandingkan dengan ikan
berdaging merah. Ikan berdaging merah dan ikan air tawar walaupun
berdaging putih hasilnya akan kurang baik dibandingkan dengan ikan laut
berdaging putih.
Bahan tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dalam jumlah sedikit
yang tujuannya untuk mempengaruhi sifat pangan. Dalam proses
pembuatan surimi penggunaan bahan tambahan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas surimi. Bahan tambahan yang dapat ditambahkan
dalam pembuatan surimi antara lain garam dan cryprotectant (sorbitol,
sukrosa atau glukosa, polifosfat).
Garam biasa digunakan dalam pengolahan ikan sebagai pemberi rasa dan
bahan pengawet. Dalam pembuatan produk fish jelly, garam lebih
berfungsi sebagai agen pelarut bagi protein myofibril dibandingkan
sebagai penambah cita rasa. Garam yang ditambahkan ke dalam air
pencucian pada saat leaching bertujuan untuk mempercepat penghilangan
Untuk bahan baku surimi yang kandungan lemaknya tinggi seperti ikan
patin atau lele, perlu adanya penambahan bahan lain ketika proses
leaching. Bahan tambahan tersebut berupa Natrium bikarbonat (
NaHCO3) yang bertujuan untuk mendegradasi kandungan lemak pada
surimi.
Bahan penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk membantu proses
produksi dalam menghasilkan produk dalam hal ini air dan es. Es dalam
proses pembuatan surimi berfungsi sebagai bahan pendingin untuk
mempertahankan suhu agar tetap rendah sehingga penurunan mutu
dapat dihambat. Untuk mempertahankan mutu, bahan baku harus segera
diolah. Apabila terpaksa harus menunggu, maka bahan baku harus
disimpan dengan es atau air dingin (0-5°C), kondisi saniter dan higienis
(SNI 01-2694.1-1992). Es mempunyai kapasitas pendinginan yang sangat
besar, tidak merusak ikan, dan tidak berbahaya, serta murah. Dalam
pembuatan surimi, es terutama digunakan saat proses leaching.
Bahan pengemas
Proses pengemasan yang dilakukan pada produk surimi adalah
pengemasan primer dan pengemasan sekunder. Kemasan primer adalah
kemasan yang kontak langsung dengan produk. Kemasan primer yang
digunakan untuk surimi adalah plastik polietilen. Plastik polietilen relatif
bersifat kedap udara sehingga dapat mempertahankan kandungan air.
Polietilen merupakan bagian terbesar dari plastik tipis berlapis tunggal
yang sering digunakan dalam industri pengemasan. Polietilen dengan
kepadatan rendah (LDPE=Low Density Polyethylene) merupakan plastik
tipis yang murah dengan kekuatan tegangan yang sedang dan penahan
yang baik tetapi kedap udara. Polietilen dengan kepadatan tinggi
(HDPE=High Density Polyethylene) memberi perlindungan yang baik
terahadap air dan meningkatkan stabilitas panas. Keuntungan terbesar di
antara keduanya adalah kemampuan untuk ditutup rapat.
Sanitasi merupakan hal penting yang harus dimiliki industri pangan dalam
menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP). Sanitasi dilakukan
sebagai usaha untuk mencegah penyakit atau bahaya yang diperoleh
setelah mengkonsumsi pangan yang diproduksi, dengan cara
menghilangkan atau mengendalikan faktor-faktor di dalam pengolahan
pangan yang berperan dalam pemindahan bahaya (hazard) sejak
penerimaan bahan baku, pengolahan, pengemasan dan penggudangan
produk, sampai produk akhir didistribusikan.
Serbet atau spon yang digunakan untuk mengelap peralatan yang secara
langsung bersentuhan dengan pangan, harus bersih dan sering dicuci serta
disanitasi dengan bahan sanitiser yang sesuai. Serbet atau spon tersebut
tidak boleh digunakan untuk keperluan lainnya. Pencucian dan sanitasi
peralatan dapat dilakukan secara manual maupun secara mekanis dengan
menggunakan mesin.
BAB III
MENGOLAH BAHAN BAKU MENJADI SURIMI
Pengolahan surimi yang telah umum dilakukan terdiri dari beberapa tahapan,
yaitu: persiapan bahan baku, penyiangan, pencucian, pemisahan daging dan
tulang, penggilingan daging, pencucian daging lumat ( leaching), pengurangan
kadar air (pengepresan), penambahan bahan tambahan, pengepakan,
pembekuan dan penyimpanan.
Bahan baku ikan yang digunakan dalam pembuatan surimi haruslah segar dan
bermutu tinggi agar kualitas surimi yang dihasilkan pun bermutu tinggi juga.
Karena itu bahan baku ikan yang sudah sampai ke tempat pengolahan harus
segera ditangani untuk menghindari penurunan mutu. Berikut ini adalah tahapan
proses dalam pembuatan surimi dengan proses batch:
1. Menyiangi ikan
Menyiangi ikan adalah membersihkan ikan dengan cara membersihkan sisik,
membuang insang dan isi perut. Penyiangan bertujuan untuk menghilangkan
kotoran yang sebagian besar merupakan sumber mikroba yang terdapat pada
tubuh ikan. Metode pembersihan ikan sangat tergantung pada ukuran ikan.
a. Membersihkan sisik ikan
Sisik ikan adalah keping-keping tulang kecil, tipis, tembus cahaya, dan
mengandung kapur yang menutupi tubuh ikan. Bentuk sisik ada yang bulat,
lonjong atau segi empat. Ikan yang akan diolah, sisiknya harus dibuang atau
dibersihkan terlebih dahulu. Pembersihan sisik bisa dilakukan secara manual
ataupun menggunakan mesin. Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam
pembersihan sisik ikan secara manual :
Sisik ikan yang melekat pada tubuh ikan dibersihkan menggunakan pisau
ukuran sedang atau besar, disesuaikan dengan ukuran ikan.
Apabila ikan yang diolah jumlahnya banyak dengan jenis dan ukuran yang sama,
maka penggunaan mesin untuk menyiangi ikan ( gutting machine) akan lebih
efektif dan efisien.
2. Mencuci ikan
Pencucian adalah proses menghilangkan kotoran yang menempel pada tubuh
ikan berupa darah maupun kotoran lainnya. Ikan dicuci menggunakan air
bersih dan dingin (air es). Pencucian ikan sebaiknya menggunakan air yang
mengalir. Ikan yang sudah dicuci ditampung di dalam wadah dengan selalu
menambahkan es agar suhunya tetap rendah untuk dilakukan proses
pengolahan selanjutnya.
Setelah daging terpisah terpisah dari tulang, dilakukan proses skinless, yaitu
memisahkan kulit ikan dari daging yang telah difillet. Daging fillet ikan
yang di hasilk an adal ah dagi ng fillet yang bersih be bas tul ang,
duri,kulit, dan sisik ik an.
Hasil yang didapat dari proses ini adalah berupa rendemen daging
ikan sebanyak 20 - 40 % dari berat ikan utuh. Jumlah d a g i n g
tersebut (rendemen) tergantung jenis ikan dan efektifitas
pengolahannya. Apabila proses pengambilan daging dilakukan secara
efektif maka daging ikan tidak banyak terbuang .
Gambar 13. Proses pemisahan daging ikan menggunakan meat bone separator
Sumber : https://meenasurimi.com/processing
4. Menggiling ikan
Proses penggilingan daging ikan bertujuan untuk memecahkan serabut otot
agar dapat meningkatkan ekstraksi protein larut garam. Dengan adanya
penggilingan daging diharapkan pada saat pencucian, daging ikan memiliki
luas permukaan yang besar sehingga kontak dengan air lebih banyak.
Dengan banyaknya terjadi kontak sehingga pencucian akan optimal. Alat
yang digunakan saat menggiling daging ikan adalah alat penggiling (grinder)
atau food processor. Pada saat proses penggilingan, kondisi daging ikan dan
mesin harus dalam keadaan dingin, sehingga perlu adanya penambahan es.
Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kerusakan protein ikan. Jika proses
pemisahan daging dan tulang dilakukan menggunakan meat bone separator
maka proses penggilingan tidak perlu dilakukan, karena daging ikan sudah
dalam bentuk daging lumat.
5. Leaching
Lumatan daging ik an y ang diperoleh bi as anya berwar na
kemerahan dan mengandung lemak, darah, kotoran lainnya serta
bau yang tidak diinginkan. Oleh karena itu lumatan daging ikan
harus diberi perlakuan pembilasan dengan air dingin yang disebut
leaching. Leaching merupakan proses pencucian atau perendaman daging
ikan dengan menggunakan air es yang bertujuan untuk membersihkan
daging ikan dari darah, pigmen, lemak, lendir dan protein larut air serta
memperbaiki warna ikan sehingga warna dan bau daging menjadi lebih baik.
Str uk tur dagi ng i k an y ang merupakan bundel serabut otot (sel otot)
mempunyai kompasisi bahan utama yang sederhana sebagian besar
terdiri dari protein. Beberapa ahli menggalangkan protein
t e r s e b u t b e r d a s a r k a n kelarutannya ke dalam 3 jenis, yaitu protein
myofibrillar, protein sarkoplasma dan protein stroma.
Pr o te i n s tr o m a me r u p ak a n j ar i ng a n pe ngi k a t y a ng te r di r i d ar i
komponen kolagen dan elastin dan berguna untuk mempertahankan
struktur fisik. Protein tidak larut walaupun pada cairan berkekuatan ion
tinggi. Jumlah protein ini sekitar < 5 % dari total protein di dalam otot
ikan. Protein ini lebih banyak terdapat pada ikan berdaging merah
daripada ikan berdaging putih dengan kompasisi yang berbeda untuk
setiap spesies ikan.
Pada saat leaching, protein sarkoplasma banyak terbuang. Hal ini sesuai
dengan sifat protein tersebut yang larut dalam air. Karena sifat protein
sarkoplasma dapat menghambat pembentukan gel, maka proses leaching
dalam pembuatan surimi dapat menunjang kemampuan untuk membentuk
gel karena kandungan aktimiosinnya meningkat sehingga dapat memperbaiki
sifat elastisitas produk surimi yang dihasilkan.
Faktor yang mempengaruhi proses leaching adalah suhu air, tingkat agitasi,
dan waktu kontak antara air dan daging. Faktor efektivitas leaching
mempengaruhi kualitas surimi.
7. Membekukan Surimi
Tahapan yang dilakukan setelah pemberian bahan tambahan adalah mencetak
dan mengemas surimi. Proses pencetakan surimi bisa dilakukan dengan
menggunakan pan/ loyang segi empat yang ukurannya disesuaikan dengan
plastik pengemas primer. Surimi dibentuk di atas pan/loyang sambil dipadatkan.
Satu blok surimi komersial biasanya beratnya 10 kg/blok. Setelah itu blok surimi
dibekukan dalam contact plate freezer atau air blast freezer.
(a)
(b)
Gambar 66. (a)Proses pengemasan surimi, (b) Surimi yang sudah dikemas dengan
kemasan primer
Sumber : https://meenasurimi.com/processing
Proses pembekuan adalah usaha penyimpanan bahan pangan pada suhu jauh
dibawah 0ºC untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan mencegah terjadinya
denaturasi zat-zat gizi. Suhu tersebut diharapkan dapat mengawetkan
ikan/bahan pangan untuk waktu yang cukup lama. Tujuan pembekuan adalah
menurunkan suhu sampai batas titik tertentu yang dapat menghambat proses
deteriorasi oleh mikroba sehingga diperoleh produk yang lebih awet.
Pembekuan dibagi menjadi dua, yaitu pembekuan cepat (quick freezing) yang
tidak lebih dari dua jam dan pembekuan lambat (slow freezing atau sharp
freezing) yang lebih dari dua jam. Pembekuan cepat dan pembekuan lambat
mempengaruhi besar dan kecilnya kristal es yang terbentuk. Semakin cepat
pembekuan semakin kecil kristal es yang terbentuk, sebaliknya semakin lama
pembekuan semakin besar kristal es yang terbentuk.
Berdasarkan cara kerjanya, terdapat beberapa jenis alat pembekuan, di
antaranya:
Air blast freezing
Contact plate freezing
Immersion freezing
Cryogenic freezing
IQF freezing
Sharp freezing
Pembekuan sangat berperan aktif dalam proses pembuatan surimi, surimi
merupakan produk olahan yang cepat mengalami pembusukan, karena itu
dilakukan pembekuan untuk mempertahankan kualitas atau mutu surimi saat
penyimpanan. Pembekuan surimi ini dilakukan dalam freezer dengan suhu
dibawah -180C. Alat pembeku surimi adalah contact plate frezeer dengan sistem
pembekuan cepat pada suhu - 30°C selama 2 jam. Pada pembekuan sistem ini,
produk yang dibekukan dijepit di antara dua plat berongga yang diisi refrigerant.
BAB IV
MENGEMAS SURIMI BEKU
sebagai metal yang menggganggu, dan dideteksi adanya metal yang lewat
dilorong metal detector. Surimi yang telah dikemas, dimasukkan ke dalam lorong
mesin metal detector. Apabila mesin metal detector berhenti, lampu menyala,
dan terdengar suara sirine, berarti di dalam produk surimi tersebut terdapat
kandungan logam. Produk surimi yang mengandung logam harus dipisahkan
untuk ditangani selanjutnya.
suhu -20°C dapat mempertahankan mutu surimi hingga tiga bulan atau lebih
tanpa banyak mengalami perubahan sifat fungsionalnya. Fluktuasi suhu yang
terjadi selama penyimpanan dapat menurunkan kemampuan surimi membentuk
gel. Penyimpanan pada suhu beku -10 °C dapat mempertahankan surimi hanya
hingga satu bulan dan tidak dapat dipakai lagi setelah tiga bulan karena sifat
fungsional surimi rusak. Penyimpanan lebih lama disarankan untuk menggunakan
suhu -30 °C sampai -35 °C.
Proses penyimpanan surimi beku harus diatur sedemikian rupa sehingga
memudahkan pada saat penyimpanan dan pengambilan. Penyimpanan dan
pengambilan produk surimi diatur dengan sistem FIFO ( first in first out) yang
artinya produk surimi yang disimpan terlebih dahulu harus dikeluarkan lebih dulu.
Setiap produk yang disimpan harus dicatat untuk ketertiban administrasi.
Selama pembekuan dan penyimpanan beku, produk perikanan dapat mengalami
perubahan-perubahan seperti pengeringan, pengerasan daging, perubahan
warna dan rasa, oksidasi, denaturasi protein serta terjadinya drip saat proses
thawing yaitu cairan yang keluar dari jaringan tubuh ikan dan ikut terbuang pada
saat ikan beku dilelehkan.
DAFTAR PUSTAKA
A. BukuReferensi
B. Referensi Lainnya
a. https://www.amisyfoodmachine.com/meat-processing-machines
b. http://aquafind.com/articles/Surimi-Production-Method.php
c. https://barutino.com
d. http://www.eightlifeph.com/
e. https://id.wikipedia.org
f. http://indonesian.dustfiltercloth.com
g. https://meenasurimi.com/processing
h. www.metaldetectorindonesia.blogspot.co.id
i. http://wirapax.com/mesin-spinner-alat-peniris-minyak/
A. Daftar Peralatan/Mesin
B. Daftar Bahan
DAFTAR PENYUSUN
1. Instruktur APHPi
1. Lilik Rakhmawati 2. Asesor
3. Pengembang Teknologi Pembelajaran