Matthew Majesta R. A. G.
NRP 04111840000047
Dosen Pembimbing
Dony Setyawan, S.T., M.Eng.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan ini dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas persyaratan Mata
Kuliah Desain Konstruksi Kapal.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
VII.5.4 Grafik Penyebaran LWT ............................................................................ 51
VII.6 Perhitungan Berat DWT Kapal .............................................................................. 51
VII.6.1 Grafik Penyebaran DWT ........................................................................... 52
VII.7 Perhitungan Berat dan Titik Berat Kapal............................................................... 52
BAB VIII KEKUATAN MEMANJANG KAPAL .................................................................. 55
VIII.1 Diagram Pengerjaan Kekuatan Memanjang ................................................... 55
VIII.2 Alur Perhitungan Kekuatan Memanjang ........................................................ 56
VIII.3 Perhitungan Kekuatan Memanjang Kapal ...................................................... 57
VIII.4 Perhitungan Gaya Lintang dan Momen pada Air Tenang .............................. 57
VIII.4.1 Penyebaran Gara Berat Memanjang Kapal dan Penyebaran Margin .... 57
VIII.4.2 Penyebaran Memanjang Gaya Tekan Keatas ........................................ 59
VIII.5 Perhitungan Dasar Kekuatan Memanjang ...................................................... 60
VIII.5.1 Momen Kapal pada Air Tenang ............................................................ 60
VIII.5.2 Perhitungan Gaya Lintang dan Momen Lengkung ............................... 65
VIII.5.3 Koreksi Linier ....................................................................................... 65
VIII.5.4 Koreksi Non Linier ............................................................................... 65
VIII.5.5 Perhitungan Momen pada Kondisi Sagging dan Hogging .................... 65
VIII.6 Perhitungan Momen Inersia, Modulus dan Tegangan Lengkung ................... 67
VIII.6.1 Perhitungan Momen Inersia dan Modulus ............................................ 67
VIII.6.2 Perhitungan Tegangan ........................................................................... 71
VIII.6.3 Pengecekan Tegangan ........................................................................... 72
VIII.7 Kesimpulan Pengecekkan …………………………………………………. 73
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Diagram Alir Langkah Pengerjaan Desain Konstruksi Kapal ............................... 6
Gambar IV.1 Diagram Pengerjaan Perhitungan Konstruksi Desain Konstruksi Kapal ............. 9
Gambar V.1 Diagram Pengerjaan Perhitungan Tebal Pelat dan Modulus ............................... 16
Gambar VI.1 Diagram Pengerjaan Midship Section & Construction Profile .......................... 39
Gambar VI.2 Tanda Sambungan Las ....................................................................................... 41
Gambar VI.3 Penampang Melintang Kamar Mesin ................................................................. 42
Gambar VI.4 Penampang Melintang Bagian Tengah ............................................................... 43
Gambar VI.5 Penampang Melintang Sekat Tubrukan.............................................................. 44
Gambar VI.6 Konstruksi Detail dan Pandangan ...................................................................... 45
Gambar VII.1 Diagram Pengerjaan Perhitungan Berat dan Titik Berat ................................... 46
Gambar VII.2 Alur Pengerjaan Berat dan Titik Berat .............................................................. 47
Gambar VII.3 Ordinat Distribusi Berat Lambung Kapal ......................................................... 48
Gambar VII.4 Grafik Penyebaran LWT ................................................................................... 51
Gambar VII.5 Grafik Penyebaran DWT................................................................................... 52
Gambar VIII.1 Diagram Pengerjaan Kekuatan Memanjang Kapal .......................................... 55
Gambar VIII.2 Alur Perhitungan Kekuatan Memanjang ......................................................... 56
Gambar VIII.3 Penyebaran Margin .......................................................................................... 58
Gambar VIII.4 Distribusi Berat Total (LWT+DWT+Margin) ................................................. 59
Gambar VIII.5 Penyebaran Gaya Angkat Kapal ...................................................................... 60
Gambar VIII.6 Grafik Gaya Lintang dan Momen Air Tenang................................................. 64
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR SIMBOL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan. Oleh
karena itu, kapal merupakan salah satu moda transportasi yang mempunyai peranan yang sangat
penting di Indonesia. Kapal dalam proses produksinya membutuhkan banyak pertimbangan dan
waktu yang cukup lama. Tahapan pertama dalam pembangunan kapal adalah dilakukannya
pemesanan oleh pemilik kapal (owner) dimana dalam hal ini persyaratan atau owner
requirement dicantumkan. Setelah itu, dilakukan proses perencanaan mulai dari perhitungan
hingga pembuatan desain kapal berupa rencana garis, rancangan umum, construction profiles,
dan sections drawing. Tentunya dalam membuat gambar desain tersebut haruslah mengikuti
aturan-aturan rules yang ditetapkan dan masih berlaku. Prinsip dalam merancang suatu
konstruksi teknik adalah menciptakan jenis konstruksi yang efisien, dapat diaplikasikan, dan
aman.
Sebagai mahasiswa di bidang Teknik Perkapalan, tentunya harus memahami tentang
desain konstruksi kapal. Yakni meliputi proses serta tahapan dalam merancang suatu kapal
dimulai dari menghitung ukuran konstruksi kapal, menggambar konstruksi penampang
melintang kapal (sections drawing), dan merancang construction profile kapal hingga dapat
diproduksi. Dalam laporan ini membahas tentang proses perhitungan konstruksi kapal, dasar
teori yang digunakan, lalu menyajikannya dalam gambar midship section dan construction
profile.
I.2 Tujuan
a. Melatih mahasiswa untuk menghitung ukuran bagian-bagian konstruksi kapal
dengan peraturan dari Biro Klasifikasi Indonesia atau lainnya.
b. Melatih mahasiswa untuk membuat gambar Penampang Melintang.
c. Melatih mahasiswa untuk membuat gambar Rencana Konstruksi (Construction
Profile/Steel plan).
d. Melatih mahasiswa untuk menghitung kekuatan memanjang kapal.
1
I.3 Ruang Lingkup
Agar penulisan laporan Desain Konstruksi Kapal ini tidak menyimpang dari tujuan yang
semula direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data dan informasi yang
diperlukan, maka penulis menetapkan batasan. Di dalam tugas ini penulis tidak menyediakan:
Dalam proses pengerjaan Desain Konstruksi Kapal, dilakukan perubahan dari Desain
Kapal. Adapun perubahan tersebut adalah :
1. Lebar bukaan palkah yang diperkecil dimana ukuran semula yaitu 8.4 meter menjadi
6.4 meter.
2
2. Tinggi double bottom pada kamar mesin yang semula 1.2 meter menjadi 1.5 meter.
Gambar I.5 Tinggi Tween Deck Kamar Mesin pada Desain Kapal
3
4. Letak Tanki fuel oil, lubricating oil, dan fresh water dimana pada tugas desain kapal
berada di tween deck kamar mesin, dipindahkan ke double bottom di ruang muat.
4
BAB II
METODOLOGI
II.1 Umum
Dalam sistem ini gading-gading utama tidak dipasang vertikal, tetapi dipasang
membujur pada sisi kapal dengan jarak antara, gading-gading ini (pada sisi) dinamakan
pembujur sisi (side longitudinal). Pada alas, dan alas dalam, dipasang pembujur-pembujur
seperti pembujur-pembujur sisi tersebut di atas dengan jarak antara yang sama pula seperti jarak
antara pembujur-pembujur sisi. Pembujur-pembujur ini dinamakan pembujur-pembujur alas
(bottom longitudinal) dan pada alas dalam, pembujur alas dalam (inner bottom longitudinal).
Pada alas juga dipasang wrang-wrang, dan dihubungkan pada pelintang-pelintang sisi. Tetapi
umumnya tidak pada tiap pelintang sisi; yaitu setiap dua, atau lebih, pelintang sisi. Wrang-
wrang pada sistem membujur juga dinamakan pelintang alas (bottom transverse). Pada geladak
juga dipasang pembujur-pembujur seperti halnya pembujur-pembujur yang lain tersebut di atas.
Pembujur-pembujur ini dinamakan pembujur geladak (deck longitudinal). Balok-balok geladak
dengan bilah yang besar dipasang pada setiap pelintang sisi; dan disebut pelintang geladak
(deck transverse). Konstruksi lainnya (penumpu geladak, sekat, dsb) sama seperti halnya pada
sistem melintang.
2. Dengan melekatnya balok-balok memanjang pada pelat dasar ganda berarti akan lebih
kaku konstruksi-konstruksi tersebut serta memperbesar kestabilannya.
5
Kekurangan dari sistem rangka konstruksi memanjang ialah:
MULAI
No Kekuatan
Memanjang
Yes
Selesai
6
melintang kapal (Midship Section) yang terdiri dari potongan melintang Midship, Engine Room,
dan Collision Bulkhead dan Penggambaran Profil Konstruksi (Construction Profile). Untuk
lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar II.1.
II.5 Asumsi-Asumsi
Pada pengerjaan Desain Konstruski Kapal ini menggunakan asumsi untuk menghitung
kekuatan memanjang pada dua kondisi ekstrem yaitu:
• Hogging, dan
• Sagging.
7
BAB III
PENENTUAN SISTEM KONSTRUKSI KAPAL
8
BAB IV
PERHITUNGAN BEBAN
9
bentangan panjang pelat dan penumpu. Beban-beban yang dihitung pada konstruksi kapal
antara lain :
• Beban alas
Beban luar pB pada alas kapal ditentukan menurut rumus berikut :
pB = 10 ∙ T + p0 ∙ cF [kN/m2]
untuk arah gelombang berlawanan atau searah dengan arah laju kapal.
pB = 10 ∙ T + p01 ∙ 2|y|/ B [kN/m2]
untuk arah gelombang melintang terhadap arah maju kapal, termasuk penambahan
tekanan quasi-statis akibat kemiringan kapal.
• Beban sisi
Beban luar ps pada sisi kapal ditentukan berdasarkan letak terhadap sarat.
1. Untuk elemen yang pusat bebannya terletak dibawah sarat maka :
10
ps = 10 ∙ (T-z) + p0 ∙ (1+z/T) [kN/m2]
untuk arah gelombang berlawanan atau searah dengan arah laju kapal.
ps1 = 10 ∙ (T-z) + p01 ∙ [1+z/T(2-z/T)] ∙ 2|y|/B [kN/m2]
untuk arah gelombang melintang terhadap arah maju kapal, termasuk penambahan
tekanan quasi-statis akibat kemiringan kapal.
2. Untuk elmen yang pusat bebannya terletak di atas sarat maka :
ps = p0 ∙ Cf ∙ 20/(10+z-T) [kN/m2]
untuk arah gelombang berlawanan atau searah dengan arah laju kapal.
ps = p01 ∙ [20/(10+z-T) ] ∙ |y|/B [kN/m2]
untuk arah gelombang melintang terhadap arah maju kapal, termasuk penambahan
tekanan quasi-statis akibat kemiringan kapal.
• Beban Geladak
Beban pada geladak cuaca ditentukan sesuai rumus berikut:
pD = p0 ∙ [(20∙T) /{(10+z-T)H}] ∙ CD [kN/m2]
Di mana CD adalah faktor distrbusi untuk beban laut pada sisi kapal dan geladak cuaca
(bergantung pada daerah kontruksi).
Untuk geladak kekuatan yang diperlakukan sebagai geladak cuaca dan juga geladak
akil, maka besar beban tidak boleh kurang dari yang terbesar dari dua nilai berikut:
pDmin = 16∙f [kN/m2]
pDmin = 0,7 ∙ p0 [kN/m2]
• Beban sekat
Beban sekat dalam ditentukan sebagai berikut:
p = 9,81 ∙ h [kN/m2]
h = jarak dari pusat beban konstruksi ke titik 1 m di atas geladak sekat pada sisi kapal,
untuk sekat tubrukan ketitik 1 m di atas tepi atas sekat tubrukan pada sisi kapal.
• Beban tangki
Beban tangki dalam ditentukan sebagai berikut:
p = 9,81 ∙ h [kN/m2]
h = jarak dari pusat beban konstruksi ke titik 1 m di atas geladak sekat pada sisi kapal,
untuk sekat tubrukan ketitik 1 m di atas tepi atas sekat tubrukan pada sisi kapal dan,
Tekanan rancang untuk kondisi pelayaran adalah yang terbesar dari nilai berikut:
11
p1 = 9,81∙ h1 ∙ ρ (1 + av) + 100 ∙ pv [kN/m2]
h1 = jarak pusat beban dari atap tangki [m]
av = lihat pada beban alas dalam
dari kedua rumus tersebut diambil yang terbesar.
Beban Sisi
Dbwh Garis Air
Pelat 1 Ps = 103.50 kN/m2 Ps = 83.072 kN/m2 Ps = 112.97 kN/m2
Pelat 2 Ps = 94.19 kN/m2 Ps = 79.38 kN/m2 Ps = 108.97 kN/m2
Pelat 3 Ps = 84.88 kN/m2 Ps = 79.708 kN/m2 Ps = 104.65 kN/m2
Pembujur Ps = 80.50 kN/m2
Gading biasa Ps = 73.66 kN/m2 Ps = 92.24 kN/m2
Gading besar Ps = 75.93 kN/m2 Ps = 83.73 kN/m2 Ps = 81.79 kN/m2
12
Daerah Jenis 0 ≤ x/L < 0.2 [ A ] Jenis 0,2 ≤ x/L < 0.7 [ M ] Jenis 0,7 ≤ x/L < 1 [ F ]
Diatas Garis Air
Pelat Ps = 43.40 kN/m2 Ps = 45.082 kN/m2 Ps = 84.90 kN/m2
Ps = 35.52 kN/m2 Ps = 73.646
Pembujur Sisi Ps = 52.018 kN/m2
Gading Biasa Ps = 96.99 kN/m2 Ps = 50.38 kN/m2
Gading Besar Ps = 84.95 kN/m2 Ps = 52.02 kN/m 2
Ps = 40.3 kN/m2
Beban Sisi
Bangunan Atas
Main Deck
Pelat Sisi Ps = 52.34 kN/m2
Gading Biasa Ps = 35.58 kN/m2
Gading Besar Ps = 28.47 kN/m2
Poop Deck
Pelat Sisi Ps = 43.39 kN/m2
Gading Biasa Ps = 29.98 kN/m2
Gading Besar Ps = 23.98 kN/m2
Boat Deck
Pelat Sisi Ps = 37.09 kN/m2
Gading Biasa Ps = 25.94 kN/m2
Gading Besar Ps = 20.75 kN/m2
Bridge Deck
Pelat Sisi Ps = 32.42 kN/m2
Gading Biasa Ps = 22.87 kN/m2
Gading Besar Ps = 18.29 kN/m2
Wheel house Deck
Pelat Sisi Ps = 28.79 kN/m2
Gading Biasa Ps = 20.45 kN/m2
Gading Besar Ps = 16.36 kN/m2
Forecastle Deck
Pelat Sisi Ps = 69.37 kN/m2
Gading Biasa Ps = 47.29 kN/m2
Gading Besar Ps = 37.83 kN/m2
Beban Geladak
Bangunan Atas
Poop Deck
Pelat Geladak PDA= 20.67 kN/m2
Balok Geladak PDA= 15.50 kN/m2
Penumpu Gel. PDA= 12.40 kN/m2
Forcastle Deck
Pelat Geladak PDA= 32.37 kN/m2
Balok Geladak PDA= 24.27 kN/m2
Penumpu Gel. PDA= 19.42 kN/m2
13
0,2 ≤ x/L < 0.7 [ M
0 ≤ x/L < 0.2 [ A ] 0,7 ≤ x/L < 1 [ F ]
Daerah Jenis Jenis ] Jenis
Beban Geladak
Rumah Geladak
Boat Deck
Pelat Geladak PDA= 13.31 kN/m2
Balok Geladak PDA= 9.98 kN/m2
Penumpu Gel. PDA= 7.98 kN/m2
Bridge Deck
Pelat Geladak PDA= 13.31 kN/m2
Balok Geladak PDA= 9.98 kN/m2
Penumpu Gel. PDA= 7.79 kN/m2
Wheelhouse Deck
Pelat Geladak PDA= 13.317 kN/m2
Balok Geladak PDA= 9.988 kN/m2
Penumpu Gel. PDA= 7.99 kN/m2
Top Deck
Pelat Geladak PDA= 13.002 kN/m2
Balok Geladak PDA= 9.751 kN/m2
Penumpu Gel. PDA= 7.801 kN/m2
Beban Alas
Pelat Alas PB = 98.13 kN/m2 PB = 87.848 kN/m2 PB = 115.96 kN/m2
Pembujur Alas PB = 90.097 kN/m2 PB = 79.109 kN/m2 PB = 103.47 kN/m2
Beban Alas Dalam Pi = 47.172 kN/m2 Pi = 46.119 kN/m2 Pi = 55.255 kN/m2
Beban Struktur
Tangki P1 = 49.20 kN/m2 P1 = 23.9 kN/m2 P1 = 68.73 kN/m2
Beban Dinding
Rumah Geladak
Main Deck
D.Tak Terlindungi PA = 72.831 kN/m2
D. Terlindungi PA = 19.682 kN/m2
Poop Deck
D.Tak Terlindungi PA = 17.24 kN/m2
D. Terlindungi PA = 17.24 kN/m2
Boat Deck
D.Tak Terlindungi PA = 17.24 kN/m2
D. Terlindungi PA = 17.24 kN/m2
Bridge Deck
D.Tak Terlindungi PA = 17.24 kN/m2
D. Terlindungi PA = 17.24 kN/m2
Wheelhouse Deck
D.Tak Terlindungi PA = 17.24 kN/m2
D. Terlindungi PA = 17.24 kN/m2
Forecastle Deck
D. Terlindungi PA = 17.24 kN/m2
14
Daerah Jenis 0 ≤ x/L < 0.2 [ A ] Jenis 0,2 ≤ x/L < 0.7 [ M ] Jenis 0,7 ≤ x/L < 1 [ F ]
Beban Sekat
Melintang
S.Ceruk Haluan
Pelat P= 107.4 kN/m2
Penegar P= 58.61 kN/m2
S.Ceruk Buritan
Pelat P= 99.84 kN/m2
Penegar P= 54.83 kN/m2
S.Kamar Mesin
Pelat P= 95.37 kN/m2
Penegar P= 52.58 kN/m2
S.Ruang Muat
Pelat P= 92.38 kN/m2
Penegar P= kN/m2
15
BAB V
PERHITUNGAN TEBAL PELAT DAN MODULUS
16
di mana TB adalah tebal pelat alas
Untuk kapal dengan panjang di atas 100 m, yang alasnya diperkuat secara membujur,
maka pelat lunas rata harus diperkuat dengan penegar intercostal tambahan dengan jarak ± 500
mm dari garis tengah. Luas penampang dari satu penegar bujur tidak boleh kurang dari 0,2 L
[cm2].
Bila dipasang lunas batang, maka pelat pengapit lunas yang berdekatan harus
mempunyai tebal yang sama dengan pelat lunas rata.
17
ha tidak perlu diambil kurang dari h untuk perhitungan tm
tm = tidak boleh kurang dari 6k1/2
18
Tebal pelat geladak bangunan atas tidak boleh kurang dari nilai berikut yang lebih besar:
t = C∙ a ∙ (p∙k)1/2 + tK [mm]
tmin = (5,5+0.02 L) ∙ k1/2 [mm]
p = pDA atau pL diambil yang terbesar
C =1,21 jika pDA 1,1 jika pL
Tebal pelat dinding dan sekat bangun atas dan rumah geladak ditentukan menurut nilai
yang lebih besar dari rumus berikut :
t = 0.9∙ a ∙ (p∙k)1/2 + tK [mm]
t = (5+L/100) ∙ k1/2 [mm]
untuk lower tier dan breakwater
t = (4+L/100) ∙ k1/2 [mm]
selain lower tier dan breakwater dan tebal min 5 mm
Tebal pelat geladak yang terbuka terhadap cuaca tetapi tidak dilindungi dengan lapisan
tidak boleh kurang dari:
t = 8∙ a ∙ (k)1/2 + tK [mm]
Untuk geladak yang terbuka terhadap cuaca yang dilindungi dengan lapisan dan untuk
geladak di dalam rumah geladak tebal geladak dapat dikurangi dengan t K. Dalam hal apapun
tebal geladak tidak boleh kurang dari tebal minimum tmin = 5,0 mm.
19
σpr ≤ 150/k [N/mm2]
σperm = 230 /k [N/mm2]
• Pembujur alas dalam
Modulus penampang dan luas geser pembujur alas boleh kurang dari:
Wℓ = (83, 3/spr) ∙ m ∙ a ∙ ℓ ∙ p [cm3]
Aℓ = (1-0,817∙ ma) ∙ 0,05 ∙ a ∙ ℓ ∙ p [cm2]
Tegangan izin σpr ditentukan menurut rumus berikut:
σpr = σperm - |σL| [N/mm2]
σpr ≤ 150/k [N/mm2]
σperm = 230 /k [N/mm2]
• Penegar wrang pelat dan wrang kedap
Jarak antara wrang, umumnya, tidak boleh melebihi 5 kali jarak gading-gading lintang.
Wrang harus dipasang pada setiap gading-gading dalam kamar mesin dibawah mesin
induk. Pada bagian lain dari kamar mesin dan di bawah pondasi ketel, wrang harus
dipasang pada tiap 2 jarak gading.
Tebal wrang pelat tidak boleh kurang dari :
tpf = (tm-2) ∙ k1/2 [mm]
tm = tebal penumpu tengah
Tebal wrang tidak perlu lebih besar dari 16,0 mm.
Tebal wrang kedap air tidak boleh kurang dari yang disyaratkan untuk sekat tangki
menurut Bab 12, B.2. Bagaimanapun juga tebalnya tidak boleh kurang dari yang
disyaratkan untuk wrang pelat.
• Pembujur sisi
Modulus penampang dan luas geser pembujur sisi boleh kurang dari:
Wℓ = (83, 3/spr) ∙ m ∙ a ∙ ℓ2 ∙ p [cm3]
Aℓ = (1-0,817∙ ma) ∙ 0,05 ∙ a ∙ ℓ ∙ p [cm2]
Tegangan izin σpr ditentukan menurut rumus berikut:
σpr = σperm - |σL| [N/mm2]
σpr ≤ 150/k [N/mm2]
σperm = 230 /k [N/mm2]
• Pembujur geladak
Modulus penampang dan luas geser pembujur geladak boleh kurang dari:
Wℓ = (83, 3/spr) ∙ m ∙ a ∙ ℓ ∙ p [cm3]
20
Aℓ = (1-0,817∙ ma) ∙ 0,05 ∙ a ∙ ℓ ∙ p [cm2]
Tegangan izin σpr ditentukan menurut rumus berikut:
σpr = σperm - |σL| [N/mm2]
σpr ≤ 150/k [N/mm2]
σperm = 230 /k [N/mm2]
• Penegar sekat
Modulus penampang penegar sekat tidak boleh kurang dari:
Wℓ = c ∙ a ∙ ℓ2 ∙ p [cm3]
Pada bagian horisontal sekat, penegar harus juga memenuhi aturan untuk balok geladak
sesuai Bab 10.
• Pelintang sisi/gading besar
Modulus penampang W dan luas geser Aw pelintang sisi tidak boleh kurang dari:
W = c ∙ e ∙ ℓ2 ∙ p [cm3]
Aw = ∙ 0,05 ∙ e ∙ ℓ ∙ p [cm2]
• Pelintang geladak/balok besar
Modulus penampang W dan luas geser Aw pelintang geladak tidak boleh kurang dari:
W = c ∙ e ∙ ℓ2 ∙ p [cm3]
Aw = ∙ 0,05 ∙ e ∙ ℓ ∙ p [cm2]
• Penumpu geladak
Modulus penampang W dan luas geser Aw penumpu geladak tidak boleh kurang dari:
W = c ∙ e ∙ ℓ2 ∙ p [cm3]
Aw = ∙ 0,05 ∙ e ∙ ℓ ∙ p [cm2]
• Penumpu sekat
Modulus penampang penegar sekat tidak boleh kurang dari:
Wℓ = c ∙ a ∙ ℓ2 ∙ p [cm3]
Pada bagian horisontal sekat, penegar harus juga memenuhi aturan untuk balok geladak
sesuai Bab 10.
• Gading kecil
Modulus penampang dan luas geser gading kecil boleh kurang dari:
Wr = n ∙ c ∙ a ∙ ℓ2 ∙ p ∙ cr [cm3]
Aro = (1-0,817∙ ma) ∙ 0,04 ∙ a ∙ ℓ ∙ p [cm2]
• Senta sisi
Modulus penampang W dan luas geser Aw Senta sisi tidak boleh kurang dari:
21
W = c ∙ e ∙ ℓ2 ∙ p [cm3]
Aw = 0,05 ∙ e ∙ ℓ ∙ p [cm2]
• Cantilever
Agar dapat menahan momen lengkung yang timbul dari beban P, kantilever yang
mendukung penumpu, ambang palka, selubung kamar mesin dan bagian-bagian geladak
yang tidak ditumpu harus dihubungkan ke pelintang, gading-gading besar, gading-
gading utama yang diperkuat atau dinding.
Dalam penentuan ukuran konstruksi kantilever,tegangan yang diizinkan berikut agar
diperhatikan:
tegangan lengkung :
sb = 150/k [N/mm2]
tegangan geser :
τ = 100/k [N/mm2]
dan tegangangan ekuivalent :
sv = (sb2 + 3 τ2 )1/2 = 180/k [N/mm2]
Tegangan pada cantilever besar tidak boleh melampaui tegangan di atas.
• Braket
Ukuran konstruksi braket ditentukan oleh modulus penampang profil yang disyaratkan.
Bila profil dengan modulus penampang yang berbeda dihubungkan satu sama lain, maka
ukuran konstruksi braket umumnya dihitung berdasarkan profil yang lebih kecil.
Tebal braket tidak boleh kurang dari :
t = c ∙ (W/tk1)1/3 + tk [mm]
c = 1,2 untuk braket tanpa flens
= 0,95 untuk braket dengan flens
k1 = faktor bahan k untuk profil sesuai Bab 2, B.2.
tK = penambahan tebal karena korosi sesuai dengan K.
W = modulus penampang profil yang lebih kecil [cm3]
tmin = 5 + tK [mm]
tmax = tebal bilah profil yang lebih kecil.
Panjang lengan braket tidak boleh kurang dari:
= 46,2 ∙ (W/k1)1/3 (k)1/2 ct [mm]
min = 100 mm
ct = (t/ta)1/2 [mm]
22
ta = tebal braket "sesuai yang terpasang" [mm]
≥ t menurut 2.2
W = lihat 2.2
k2 = faktor bahan k untuk braket sesuai Bab 2, B.2.
Panjang lengan adalah panjang sambungan las.
23
Table V.1 Rekapitulasi Konstruksi
B = 15.6 m Cb = 0.780
T = 6.6 m
No Item Kamar Mesin (x/L < 0.2) Ruang Muat (0.2 ≤ x/L < 0.7) Ceruk Haluan (0.7 ≤ x/L )
1 Pelat Lunas 1274.00 mm 1800 mm 1274.00 mm 1800 mm 1274.00 mm 1800 mm
Tebal 12.42 mm 13.0 mm 12.40 mm 13.0 mm 13.19 mm 14.0 mm
2 Pelat Alas 10.42 mm 11.0 mm 10.40 mm 11.0 mm 11.19 mm 12.0 mm
3 Pelat Alas Dalam 8.30 mm 9.0 mm 8.30 mm 9.0 mm 8.30 mm 9.0 mm
4 Pelat Bilga 1274.0 mm 1800 mm 1274.0 mm 1800 mm 1274.0 mm 1800 mm
11.00 mm 11.0 mm 11.00 mm 11.0 mm 12.00 mm 12.0 mm
5 Pelat Sisi 1800 mm 1800 mm 1800 mm 1800 mm 1800 mm 1800 mm
9.74 mm 10.0 mm 9.74 mm 10.0 mm 9.79 mm 10.0 mm
6 Pelat Lajur 1274 mm 1800 mm 1274 mm 1800 mm 1274 mm 1800 mm
10.00 mm 10 mm 10.00 mm 10 mm 12.00 mm 12 mm
7 Pelat Geladak 7.40 mm 8.0 mm 9.24 mm 10 mm 7.40 mm 8.0 mm
8 Pelat Sisi Main Deck 10.48 mm 11.0 mm - - - -
24
Rekapitulasi perhitungan konstruksi kapal
Lpp = 95 m H = 8 m
B = 16 m Cb = 0.78
T = 6.6 m
Ruang Muat (0.2 ≤ x/L <
No Item Kamar Mesin (x/L < 0.2) Ceruk Haluan (0.7 ≤ x/L )
0.7)
9 Pelat Sisi Poop Deck 7.79 mm 8 mm - - - -
10 Pelat Sisi Boat Deck 7.79 mm 8 mm - - - -
11 Pelat Sisi Bridge Deck 7.79 mm 0 mm - - - -
11 Pelat Sisi Navigation Deck 7.79 mm 8 mm - - - -
12 Pelat Sisi Forecastle - - - - 7.6 mm 8 mm
13 Pelat Geladak Poop Deck 7.4 mm 8 mm - - - -
14 Pelat Geladak Boat Deck 7.4 mm 8 mm - - - -
15 Pelat Geladak Bridge Deck 0 mm 0 mm - - - -
15 Pelat Geladak Navigation Deck 7.4 mm 8 mm - - - -
16 Pelat Geladak Top Deck 7.4 mm 8 mm - - - -
17 Pelat Geladak Forecastle - - - - 7.4 mm 8 mm
(Belakang) 5.95 mm 6 mm - - - -
18 Pelat Dinding Main Deck (Depan) 6.36 mm 7 mm - - - -
(Belakang) 5.95 mm 6 mm - - - -
(Belakang) 4.95 mm 5 mm - - - -
20 Pelat Dinding Forecastle (Blkg) - - - - 4.9 mm 5 mm
21 Pelat Sekat Ceruk 6.9 mm 7 mm - - 11 mm 12 mm
22 Pelat Sekat Kamar Mesin 6.77 mm 7 mm - - - -
24 Center Girder 0 mm 0 mm 1200 mm 1200 mm
0 mm 0 mm 10.2 mm 11 mm
25 Side girder 12.5 mm 7.8 mm 1200 mm 1200 mm
25
Rekapitulasi perhitungan konstruksi kapal
Lpp = 95 m H = 7.8 m
B = 16 m Cb = 0.780
T = 6.6 m
No Item Kamar Mesin (x/L < 0.2) Ruang Muat (0.2 ≤ x/L < 0.7) Ceruk Haluan (0.7 ≤ x/L )
26 Pembujur alas - - 197 cm3 212 cm3 - -
L
300x10/90x16
27 Pembujur alas dalam - - 171 cm3 174 cm3 - -
L
200x10/90x14
28 Pebujur lambung - - 364 cm3 462 cm3 - -
L
250x9/90x14
29 Wrang pelat 1400 mm 1400 mm 1200 mm 1200 mm - -
9.78 mm 10 mm 9 mm 9 mm
30 Wrang kedap air 10 mm 10 mm 9 mm 9 mm - -
31 Penegar wrang kedap air 39 cm2 56.5 cm3 62.3 cm3 - -
L 80x65x6 L 150x90x12
33 Docking profile 29 cm2 36 cm2 - - - -
L 150 x 100 x
12
Pelat hadap dudukan
34 120 cm2 120 cm2 - - - -
mesin
c c
36 Gading Besar 7901 cm3 7440 cm3 1556 cm3 10046 cm3 921.25716 m 1006.7 m
3 3
T 750x450x16 T 500x100x10 T 400x100x10
37 Gading Besar Tween Deck 2012 cm3 1511 cm3 550 cm3 5356.1 cm3
T 450x150x14 T 450x90x10
26
Rekapitulasi perhitungan
konstruksi kapal
Lpp = 9 m H = 8 m
5
B = 1 m Cb = #
6 #
T = 6 m
.
6
No Item Kamar Mesin (x/L < 0.2) Ruang Muat (0.2 ≤ x/L < 0.7) Ceruk Haluan (0.7 ≤ x/L )
38 Gading Biasa 301.09 cm3 338 cm3 - - 85 cm 88 cm3
2 3
L 350x12/100x17 L 100x75x9
39 Gading Biasa Tween Deck 57.811 cm3 63.4 cm3 - -
3
L 150x100x12
40 Gading Main Deck 28.537 cm3 29.4 cm3 - - ## cm 0 cm3
3 # 3
L L 130x65x8
65x65x6
41 Gading poop deck 24.043 cm3 24.4 cm3 - - - -
L 100x100x10
42 Gading boat deck 20.802 cm3 24.4 cm3 - - - -
L 100x100x10
43 Gading bridge deck 18.342 cm3 19.5 cm3 - - - -
8
27
Rekapitulasi perhitungan
konstruksi kapal
Lpp = 95 m H = 8 m
B = 16 m Cb = ##
T = 6.6 m
No Item Kamar Mesin (x/L < 0.2) Ruang Muat (0.2 ≤ x/L < 0.7) Ceruk Haluan (0.7 ≤ x/L )
44 Gading navigation deck 16.399 cm 17.7 cm - - - -
2 3 3
L
100x100x7
45 Gading Forecastle Deck - - - - 3209.09 cm3 0 cm3
1
0
46 Senta sisi Kamar Mesin 7440.1 cm 7440.111cm - -
1 3 3
T 750x450x16
47 Plat tangki sisi - - 330.2 421.76 mm - -
L 150x150x12 L 130x65x8
28
Rekapitulasi perhitungan
konstruksi kapal
Lpp = 95 m H = 8 m
B = 16 m Cb = ##
T = 6. m
6
No Item Kamar Mesin (x/L < 0.2) Ruang Muat (0.2 ≤ x/L < 0.7) Ceruk Haluan (0.7 ≤ x/L )
48 Balok geladak 57.686 cm3 68.1 cm - - 116 cm3 100 cm3
3
L 150x150x12 L 130x65x8
49 Balok besar geladak #REF! cm3 7524.10 cm 25 cm 7612.651 cm3 462 cm3 397 cm3
4 3 43 3
T T 90x12/70x8 T 200x100x10
120x50x
8
50 Cantilever Geladak 0 cm3 0 cm 50 cm 93509.49 cm3
3 00 3
T 0x0x0 T
500x90x
10
51 Balok Tween Deck 57.211 cm3 68.1 cm - -
5 3
L 150x150x12
52 Balok Besar Tween Deck 390.07 cm3 #REF! cm 10 cm 1800 cm3
8 3 63 3
T 0x0x0 T 450x350x10
53 Cantilever Tween Deck 1600 cm3 17052.4 cm 40 cm 588 cm3
1 3 0 3
29
Rekapitulasi perhitungan
konstruksi kapal
Lpp = 95 m H = 8 m
B = 16 m Cb = #
#
T = 6.6 m
No Item Kamar Mesin (x/L < 0.2) Ruang Muat (0.2 ≤ x/L < Ceruk Haluan (0.7 ≤
0.7) x/L )
54 Penumpu Tengah geladak 0 cm3 410.5707108 cm 376 cm 9822.195039 cm3 34 cm 37 cm3
3 3 7 3 8
T T 100x100x8 T
200x150x10 200x100x10
30
Rekapitulasi perhitungan
konstruksi kapal
Lpp = 9 m H = 8 m
5
B = 1 m Cb = ##
6
T = 6 m
.
6
No Item Kamar Mesin (x/L < 0.2) Ruang Muat (0.2 ≤ x/L Ceruk Haluan (0.7 ≤ x/L )
< 0.7)
58 Poop deck 393.314 cm3 39681.15863 cm3 - - - -
T 250x150x8
59 Boat deck 251.249 cm3 39681.15863 cm3 - - - -
T 230x150x8
60 Boat deck cm3 cm3 - - - -
31
Rekapitulasi perhitungan
konstruksi kapal
Lpp = 95 m H = 8 m
B = 16 m Cb = #
#
T = 6. m
6
No Item Kamar Mesin (x/L < 0.2) Ruang Muat (0.2 ≤ x/L < Ceruk Haluan (0.7 ≤
0.7) x/L )
63 Poop deck 393.31 cm3 39681.15863 cm - - - -
4 3
T 250x150x8
64 Boat deck 251.24 cm3 300.705725 cm - - - -
9 3
T 70x70x8
65 Boat deck cm3 cm - - - -
3
32
Rekapitulasi perhitungan
konstruksi kapal
Lpp = 95 m H = 8 m
B = 16 m Cb = #
#
T = 6. m
6
No Item Kamar Mesin (x/L < 0.2) Ruang Muat (0.2 ≤ x/L < Ceruk Haluan (0.7 ≤
0.7) x/L )
69 Balok geladak poop deck 72.107 cm3 80.3 cm
5 3
L 200x90x8 - -
70 Balok geladak boat deck 46.062 cm3 49.9 cm
3 3
L - -
130x130x12
71 Balok geladak bridge deck cm3 cm - -
3
33
Rekapitulasi perhitungan
konstruksi kapal
Lpp = 95 m H = 8 m
B = 16 m Cb = #
#
T = 6. m
6
No Item Kamar Mesin (x/L < 0.2) Ruang Muat (0.2 ≤ x/L < Ceruk Haluan (0.7 ≤
0.7) x/L )
75 Balok Besar poop deck 235.98 cm3 248 cm - - - -
8 3
L 300x90x12
76 Balok Besar boat deck 150.74 cm3 162 cm - - - -
9 3
L 250x90x11
77 Balok Besar bridge deck cm3 cm - - - -
3
34
Rekapitulasi perhitungan
konstruksi kapal
Lpp = 95 m H = 8 m
B = 16 m Cb = #
#
T = 6. m
6
No Item Kamar Mesin (x/L < 0.2) Ruang Muat (0.2 ≤ x/L < Ceruk Haluan (0.7 ≤
0.7) x/L )
81 sekat ceruk haluan - - - - 20 c 230 cm3
3 m
3
L 150x90x12
82 Sekat ceruk buritan 271.83 cm3 280 cm - - - -
4 3
L
150x100x14
83 Sekat Kamar mesin A cm3 228.7205855 cm - - - -
(cm2) 3
312.7205855
84 Sekat ruang muat - - 10 cm 110 cm - -
6 3 3
L 130x75x8
35
Rekapitulasi perhitungan
konstruksi kapal
Lpp = 95 m H = 8 m
B = 16 m Cb = #
#
T = 6. m
6
No Item Kamar Mesin (x/L < 0.2) Ruang Muat (0.2 ≤ x/L < Ceruk Haluan (0.7 ≤
0.7) x/L )
85 sekat ceruk haluan - - - - 74 c 101 cm3
5 m 0
3
T mm
250
x10
0x1
2
86 Sekat ceruk buritan 481.52 cm3 575.96 cm - - - -
1 3
T 250x250x9 m
m
87 Sekat Kamar mesin 1197.5 cm3 1197.504 cm - - - -
3
L m
300x200x12 m
88 Sekat ruang muat - - 78 cm 36433.24771 cm - -
8 3 3
T 300 x 10 / 70 x 8
36
Rekapitulasi perhitungan
konstruksi kapal
Lpp = 95 m H = 8 m
B = 16 m Cb = #
#
T = 6. m
6
No Item Kamar Mesin (x/L < 0.2) Ruang Muat (0.2 ≤ x/L < Ceruk Haluan (0.7 ≤
0.7) x/L )
89 sekat ceruk haluan - - - - ## c 200 cm3
# m 7
3
T mm
400
x20
0x1
2
90 Sekat ceruk buritan 1451.5 cm3 2006.9664 cm - - - -
2 3
T m
400x200x12 m
91 Sekat Kamar mesin T cm3 0 cm - - - -
450x15 3
0x14
0 m
m
92 Sekat ruang muat - - 33 cm 11552.73226 cm - -
0 3 3
93 Penegar dinding di main deck 137.65 cm3 149 cm - - - -
3
94 L 250x90x10
95 Penegar dinding di poop deck 32.583 cm3 38.7 cm - - - -
6 3
37
Rekapitulasi perhitungan
konstruksi kapal
Lpp = 95 m H = 8 m
B = 16 m Cb = #
#
T = 6. m
6
No Item Kamar Mesin (x/L < 0.2) Ruang Muat (0.2 ≤ x/L < Ceruk Haluan (0.7 ≤
0.7) x/L )
96 Penegar dinding di boat deck 32.583 cm3 38.7 cm - - - -
6 3
L 130x130x9
97 Penegar dinding di bridge 32.583 38.7
deck 6
L 130x130x9
98 Penegar dinding di navigation 32.583 cm3 38.7 cm - - - -
deck 6 3
L 130x130x9
99 Penegar dinding di forecastle - - - - 33 c 38. cm3
deck m 7
3
L 130x130x9
38
BAB VI
MIDSHIP SECTION & CONSTRUCTION PROFILE
39
VI.3 Desain Konstruksi Kapal Tampak Atas
Dibawah gambar potongan memanjang gambarkan padangan atas dari geladak dimulai
dari geladak teratas sampai geladak yang terbawah dan yang terbawah adalah pandangan atas
dari dasar ganda/dasar tunggal. Untuk mendesain konstruksi kapal tampak atas diperlukan
gambar Lines Plan dan General Arragement (GA) dari Desain Kapal (TDK 1) sebagai dasar
membuat konstruksi kapal.
Pada tiap-tiap geladak digambar letak sekat, balok geladak dan penumpunya dengan
garis putus-putus (karena dibawah geladak sehingga tak tampak dari atas). Sambungan lasnya
digambar pada tiap-tiap geladak dan pada alas ganda (perhatikan standard pelat), jangan sampai
sambungan pelat tepat pada balok geladak atau penumpu geladak. Dinding atau sekat di atas
geladak digambar dengan garis penuh. Memberikan ukuran yang sangat praktis, lengkap (tidak
ada yang kurang), benar dan tidak berlebihan.
Di bawah gambar geladak utama diberi beberapa garis penujuk ukuran (garis tipis), yaitu
untuk balok geladak satu baris, ukuran penumpu tengah/ samping satu baris, ukuran cantilever
satu baris dan balok besar (strong beam) satu baris. Demikian juga untuk geladak-geladak
lainnya.
Di bawah gambar alas ganda diberi beberapa garis penujuk ukuran (garis tipis), yaitu
untuk tebal pelat wrang satu baris, ukuran tebal pelat penumpu tengah/ samping satu baris,
ukuran gading balik atau pembujur alas dalam satu baris.
Untuk mengetahui letak sekat, wrang kedap dan wrang pelat, pada bagian luar lambung
dari gambar dasar ganda diberi nama, selebihnya yang tidak diberi nama adalah wrang terbuka.
Contoh gambar Rencana Konstruksi lihat lampiran 4.
Untuk sambungan las dari pelat yang dilihat dari atas, tanda diberikan sebagai berikut :
40
Gambar VI.2 Tanda Sambungan Las
41
Gambar VI.3 Penampang Melintang Kamar Mesin
VI.5 Desain Konstruksi Penampang Melintang Bagian Tengah
Penampang melintang midship yang didesain terletak pada frame 95 dan 94.
Penggambaran penampang melintang midship dibagi menjadi dua pada centerline kapal yaitu
sebelah kiri untuk konstruksi besar dan sebelah kanan untuk konstruksi kecil. Sistem konstruksi
yang digunakan pada midship yaitu sistem konstruksi memanjang. Penampang melintang
midship tersebut digambar mulai dari bottom hingga main deck. Untuk penggambaran
penampang melintang pada bagian kamar mesin dapat dilihat pada lampiran 4.
42
Gambar VI.4 Penampang Melintang Bagian Tengah
43
Gambar VI.5 Penampang Melintang Sekat Tubrukan
44
sekat tubrukan adalah pandangan antara penumpu besar vertikal dan penumpu
horizontal sekat tubrukan.
45
BAB VII
PERHITUNGAN BERAT & TITIK BERAT
Gambar VII.1 menunjukkan alur pengerjaan Desain Konstruksi Kapal yang berkaitan
dengan pengerjaan data Desain Kapal. Data tersebut digunakan untuk mendistribusikan berat
sehingga diperoleh gaya tekan keatas. Apabila gaya tekan keatas diperoleh maka dapat
dilakukan perhitungan momen bending kapal.
46
VII.2 Alur Pengerjaan Berat & Titik Berat
47
VII.5 Perhitungan Berat Kapal Kosong (LWT)
Titik Berat
mf
ma
L/2
L
1 m f − ma
x=
6 m f + ma
L(m f + ma )
M0 =
2
48
Lengkung CSA = 2Wh / 3 q
Displ
no.station (m f − ma )
Trapesium = ma +
40
Perhitungan tersebut dapat ditabelkan sebagai berikut:
49
Perhitungan Berat Badan Kapal
Distribusi hull weight [ ton/m]
Station lengan momen
lengkung CSA trapesium total rata2
36 7.96 3.28 11.24 11.66 38.21 445.46
37 6.96 3.22 10.18 10.71 40.67 435.63
38 5.21 3.16 8.37 9.28 43.14 400.17
39 2.41 3.11 5.52 6.95 45.60 316.76
40 0.00 3.05 3.05 4.28 48.07 205.93
Jumlah
Jumlah [ton/m] 505.26 [m3] 324.80
titik berat
berat [ton] 1245.46 [m] 0.64
50
VII.5.4 Grafik Penyebaran LWT
51
VII.6.1 Grafik Penyebaran DWT
52
PERSEBARAN LWT+DWT
No Station LWT DWT Margin q total W Lengan Momen
17 16-17 22.55 96.75 8.36 127.66 314.67 -8.63 -2714.81
18 17-18 22.49 96.31 8.36 127.16 313.44 -6.16 -1931.57
19 18-19 22.43 96.16 8.36 126.95 312.92 -3.70 -1157.04
20 19-20 22.37 96.04 8.36 126.78 312.50 -1.23 -385.16
21 20-21 22.32 90.12 8.36 120.80 297.77 1.23 367.00
22 21-22 22.26 84.27 8.36 114.89 283.21 3.70 1047.16
23 22-23 22.20 84.36 8.36 114.92 283.28 6.16 1745.69
24 23-24 22.14 84.50 8.36 115.00 283.47 8.63 2445.64
25 24-25 22.08 84.77 8.36 115.21 284.00 11.09 3150.23
26 25-26 22.03 85.24 8.36 115.62 285.01 13.56 3864.03
27 26-27 21.97 85.69 8.36 116.02 285.98 16.02 4582.14
28 27-28 21.91 86.08 8.36 116.35 286.80 18.49 5302.24
29 28-29 21.81 86.71 8.36 116.88 288.11 20.95 6036.63
30 29-30 21.65 67.20 8.36 97.20 239.61 23.42 5610.96
31 30-31 21.45 47.43 8.36 77.24 190.40 25.88 4928.03
32 31-32 21.18 47.70 8.36 77.24 190.40 28.35 5397.40
33 32-33 20.88 47.71 8.36 76.95 189.68 30.81 5844.62
34 33-34 20.47 47.42 8.36 76.25 187.97 33.28 6255.02
35 34-35 19.87 46.80 8.36 75.03 184.95 35.74 6610.62
36 35-36 19.12 45.54 8.36 73.02 180.00 38.21 6877.22
37 36-37 18.17 43.42 8.36 69.95 172.43 40.67 7013.27
38 37-38 17.51 40.13 8.36 65.99 162.67 43.14 7017.24
39 38-39 15.20 0.00 8.36 23.56 58.08 45.60 2648.54
40 39-40 12.97 0.00 8.36 21.33 52.58 48.07 2527.54
902.71 2059.46 334.32 3296.48 8125.83 0.00 26510.61
S1 S2 824.087017 S3 S4 S5
Perhitungan untuk berat dan titik berat dari tabel diatas adalah sebagai berikut
h = 2.465 m
Berat total = S3 x h
= 8125.829 ton
LCG = S5/S4
= 3.262 m
Koreksi displacement kapal:
Berat DWT Kapal = S2 x h [ton]
= 2282.82 X 2.465
= 5627.16 ton
53
Berat LWT Kapal = S1 x h [ton]
= 900.94 x 2.465
= 2220.83 ton
Berat Koreksi = Total margin [ton]
= 277.8412 ton
Berat Total = DWT + LWT + Koreksi [ton]
= 7848 + 277.8412
= 8125.8 ton
= (8125.8-8125.8) x 100%
8125.8
= 0.00 %
Koreksi bernilai kurang dari 0.5% , sehingga memenuhi
Koreksi LCG dan LCB = LCB – LCG x 100%
Lwl
= (3.2625 – 3.2316) x 100%
98.6
= 0.031%
Koreksi bernilai kurang dari 0.1% , sehingga memenuhi
54
BAB VIII
KEKUATAN MEMANJANG KAPAL
55
VIII.2 Alur Perhitungan Kekuatan Memanjang
56
VIII.3 Perhitungan Kekuatan Memanjang Kapal
Dalam menghitung kekuatan memanjang kapal pada awalnya tidak membutuhkan
persyaratan apapun. Selama terdapat data dan gambar rencana umum dan perhitungan Desain
Kapal telah selesai, maka perhitungan kekuatan memanjang kapal dapat diselesaikan. Namun,
ketika memasuki perhitungan modulus penampang kapal yang akan digunakan untuk
pengecekan maka dibutuhkan rekapitulasi dari ukuran-ukuran konstruksi kapal yang
memanjang. Harus dipahami bahwa perhitungan kekuatan memanjang kapal merupakan
perhitungan pendekatan, dalam menghitung kekuatan memanjang kapal sebenarnya harus
digunakan metode pos per pos agar tingkat keakuratan lebih baik. Untuk perhitungan kekuatan
kapal di air tenang tidak diperlukan asumsi khusus dan hal ini banyak dilakukan untuk kapal
pedalaman. Untuk kapal yang berlayar di laut bebas, momen lengkung terbesar terjadi di dalam
keadaan air bergelombang. Oleh karena itu perlu disepakati asumsi khusus mengenai bentuk
dan ukuran gelombang. Mengingat perhitungan kekuatan memanjang kapal dilaksanakan
seakan-akan pada keadaan statis, maka dalam kedua hal di atas dianggap bahwa kecepatan dan
arak gerak gelombang adalah sama dengan kecepatan dan arah gerak kapal.
57
Grafik Penyebaran Margin
9
5
q(x) ton/m
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Station
58
Gambar VIII.4 Distribusi Berat Total (LWT+DWT +Margin)
Karena berat muatan merupakan bagian yang terbesar dari kumpulan berat yang ada
pada kapal, maka penyusunan muatan sangat berpengaruh terhadap sistem pembebanan pada
kapal. Bila muatan kapal penuh dan kapal mempunyai kamar mesin dibelakang, maka distribusi
gaya berat akan cenderung terkumpul ditengah kapal, sebaliknya apabila muatan pada kapal
tidak ada (kapal dalam keadaan kosong), distribusi gaya berat akan cenderung besar di ujung-
ujung kapal.
59
Gambar VIII.5 Penyebaran Gaya Angkat Kapal
Untuk kapal yang berlayar diperairan tenang, distribusi gaya tekan keatas ini dapat
ditentukan dengan cepat.
Momen
f(x) Gaya Lintang Lengkung
Station q(x) a(x) [ton/m] Σf(x) ΣΣf(x)
[ton/m] [ton/m] [2] + [3]
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
0-1 -23.311 1.04 -22.269 -22.269 -22.269
1-2 -23.637 4.80 -18.837 -41.105 -85.643
2-3 -24.617 12.80 -11.820 -52.925 -179.674
3-4 -27.419 26.79 -0.631 -53.556 -286.156
4-5 -33.611 42.63 9.021 -44.535 -384.247
5-6 -41.218 56.29 15.069 -29.466 -458.248
6-7 -41.448 68.47 27.022 -2.444 -490.158
7-8 -43.349 78.82 35.476 33.031 -459.571
60
Gaya
f(x) Lintang Momen Lengkung
Station q(x) a(x) [ton/m] Σf(x) ΣΣf(x)
[ton/m] [ton/m] [2] + [3]
[1] [2] [3] [4] [5] [6]
8-9 -48.79 87.22 38.43 71.46 -355.08
9-10 -51.40 93.83 42.43 113.89 -169.74
10-11 -39.04 98.88 59.84 173.72 117.87
11-12 -79.85 102.32 22.46 196.19 487.78
12-13 -128.98 104.01 -24.97 171.21 855.18
13-14 -128.86 104.45 -24.42 146.80 1173.19
14-15 -131.65 104.48 -27.17 119.63 1439.62
15-16 -141.29 104.48 -36.81 82.81 1642.06
16-17 -127.66 104.48 -23.18 59.64 1784.51
17-18 -127.16 104.48 -22.68 36.96 1881.10
18-19 -126.95 104.48 -22.47 14.49 1932.55
19-20 -126.78 104.48 -22.30 -7.81 1939.23
20-21 -120.80 104.48 -16.32 -24.13 1907.29
21-22 -114.89 104.48 -10.41 -34.54 1848.62
22-23 -114.92 104.48 -10.44 -44.98 1769.10
23-24 -115.00 104.48 -10.52 -55.50 1668.61
24-25 -115.21 104.48 -10.73 -66.24 1546.87
25-26 -115.62 104.48 -11.15 -77.38 1403.25
26-27 -116.02 104.47 -11.54 -88.93 1236.95
27-28 -116.35 104.49 -11.86 -100.79 1047.23
28-29 -116.88 104.06 -12.82 -113.61 832.84
29-30 -97.20 103.07 5.87 -107.74 611.49
30-31 -77.24 101.68 24.44 -83.30 420.45
31-32 -77.24 99.62 22.38 -60.92 276.23
32-33 -76.95 97.28 20.33 -40.59 174.72
33-34 -76.25 93.84 17.59 -23.01 111.12
34-35 -75.03 88.54 13.50 -9.50 78.61
35-36 -73.02 81.71 8.69 -0.81 68.30
36-37 -69.95 73.00 3.05 2.24 69.73
37-38 -65.99 59.53 -6.46 -4.22 67.75
38-39 -23.56 37.30 13.74 9.52 73.05
39-40 -21.33 11.81 -9.52 0.00 82.56
-3296.48 3296.48 0.00
Keterangan: [2] q(x) : berat (LWT+DWT) rata-rata pada station yang dimaksud
61
b = 3.120 m
Vmax = 78.93 ton/m
V(x)FP` = 0 ton/m
Q(x)max = Vmax x b
= 78.93 x 3.120
= 246.27 ton
3% Q(x)max = 7.388 ton
Qr = b x V(x)FP
= 3.120 x 0
= 0 ton
Setelah itu dihitung momen lintang yang terjadi dan didapatkan data sebagai berikut
b = 3.120 m
Mmax = 1717.925 ton/m
M(x)FP` = 1.063 ton/m
M(x)max = Mmax x b2/2
= 1717.925 x 3.1202/2
= 8361.482 ton.m
6% M(x)max = 501.689 ton.m
Mr = M(x)FP x b2/2
= |1.063 x 3.1202/2|
= 5.172 ton.m
Koreksi gaya momen dinyatakan linear karena nilai Mr kurang dari 6% M(x)max
Tabel VIII.2 Tabel Penyebaran Gaya Lintang dan Momen Setelah Dikoreksi
62
ΔΣf(x)= ΣΣf '(x) Q(x) M(x)
Station -x/l.ΣΣf(x)FP [8] + [9] [7] * b [10]*b*b/2
[ton/m] [ton/m] [ton] [ton m]
[1] [9] [10] [11] [12]
9-10 -20.64 -190.38 280.73 -578.40
10-11 -22.70 95.16 428.23 289.12
11-12 -24.77 463.01 483.60 1406.68
12-13 -26.83 828.35 422.04 2516.61
13-14 -28.90 1144.30 361.86 3476.50
14-15 -30.96 1408.66 294.88 4279.66
15-16 -33.03 1609.03 204.13 4888.43
16-17 -35.09 1749.42 147.00 5314.93
17-18 -37.15 1843.95 91.10 5602.12
18-19 -39.22 1893.33 35.72 5752.16
19-20 -41.28 1897.95 -19.25 5766.18
20-21 -43.35 1863.95 -59.48 5662.88
21-22 -45.41 1803.21 -85.15 5478.36
22-23 -47.47 1721.62 -110.88 5230.48
23-24 -49.54 1619.07 -136.81 4918.92
24-25 -51.60 1495.27 -163.27 4542.80
25-26 -53.67 1349.59 -190.75 4100.20
26-27 -55.73 1181.22 -219.20 3588.67
27-28 -57.79 989.44 -248.44 3006.03
28-29 -59.86 772.98 -280.04 2348.40
29-30 -61.92 549.57 -265.57 1669.65
30-31 -63.99 356.47 -205.34 1082.98
31-32 -66.05 210.18 -150.17 638.56
32-33 -68.11 106.61 -100.06 323.88
33-34 -70.18 40.94 -56.71 124.38
34-35 -72.24 6.37 -23.42 19.34
35-36 -74.31 -6.01 -2.00 -18.26
36-37 -76.37 -6.65 5.52 -20.19
37-38 -78.44 -10.69 -10.40 -32.47
38-39 -80.50 -7.45 23.46 -22.64
39-40 -82.56 0.00 0.00 0.00
Setelah dilakukan koreksi maka besar momen lengkung saat kondisi air tenang adalah
sebesar:
MSW = 78239.470 kN.m (Catatan: 1 ton.m = 9.81 kN.m)
63
Gambar VIII.6 Grafik Gaya Lintang dan Momen Air Tenang
64
VIII.5.2 Perhitungan Gaya Lintang dan Momen Lengkung
Setelah intensitas gaya berat dan intensitas gaya tekan keatas dihitung berdasarkan teori
yang telah dijelaskan didepan, perhitungan berikutnya perlu melakukan proses integrasi.
Karena kurva penyebaran gaya berat dan kurva penyebaran gaya tekan keatas tidak mengikuti
suatu persamaan matematis, maka proses integrasi tidak bisa penulis lakukan dengan cara
matematis. Oleh karena itu, perlu penulis mengingat kembali pengertian fisik dari integral.
Q(x) = l.Σf(x)
65
1. Hogging
= 7.89
CL =1, for L ≥ 90 m
= -0.1
C1H = 0.19 Cb
= 0.149
CMH =1
MSW = 78239.47 kN.m
2. Sagging
= 7.89
CL =1, for L ≥ 90 m
= -0.163
C1H = 0.19 Cb
= 0.149
CMS =1
66
MSW = 78239.47 kN.m
Dalam menghitung momen inersia dan modulus terlebih dahulu dibuat tabel rekapitulasi
konstruksi sebagai berikut :
67
Tabel VIII.3 Tabel Perhitungan Modulus Penampang
Sudut
Tb. Thdp Momen Momen Momen Inersia Individu
Thdp
Lebar Tinggi Luas Total
Jml Sb.
No. Nama Bagian Base Luas Inersia
Horizontal Ix cos2 a Iy sin2 a Io
( cm ) ( cm ) (derajat) ( cm2 ) ( cm ) ( cm3 ) ( cm4 )
[ Ix = 1/12 x b x [ Iy = 1/12 x h x [ Ix cos2 a + Iy
[n] [b] [h] [a] [ AT ] [Z] [ AT x z ] [ AT x z2 ] h3 ] b3 ] sin2 a ]
Pelat
1.00 Keel 1.00 180.00 1.30 0.00 234.00 0.65 152.10 98.87 32.96 0.00 32.96
2.00 Alas
Alas 1 2.00 120.00 1.10 0.00 264.00 0.55 145.20 79.86 13.31 0.00 13.31
Alas 2 2.00 120.00 1.10 0.00 264.00 0.55 145.20 79.86 13.31 0.00 13.31
Alas 3 2.00 155.00 1.10 0.00 341.00 0.55 187.55 103.15 17.19 0.00 17.19
Alas 4 2.00 180.00 1.10 0.00 396.00 0.55 217.80 119.79 19.97 0.00 19.97
3.00 Alas Dalam
Alas Dalam 1 7.00 180.00 0.90 0.00 1134.00 120.45 136590.30 16452301.64 10.94 0.00 10.94
Alas Dalam 2 2.00 142.96 0.90 0.00 257.33 120.45 30995.16 3733366.73 8.68 0.00 8.68
4.00 Bilga 2.00 180.00 1.10 0.00 533.95 77.29 41266.29 3189291.49 127748.05
5.00 Sisi
Sisi 1 2.00 1.00 180.00 0.00 360.00 226.73 81622.80 18506337.44 486000.00 0.00 486000.00
Sisi 2 2.00 1.00 180.00 0.00 360.00 413.03 148690.80 61413761.12 486000.00 0.00 486000.00
Sisi 3 2.00 1.00 180.00 0.00 360.00 588.97 212029.20 124878837.92 486000.00 0.00 486000.00
Sisi 4 2.00 1.00 180.00 0.00 360.00 773.82 278575.20 215567061.26 486000.00 0.00 486000.00
6.00 Geladak
Geladak 1 2.00 150.00 1.00 0.00 300.00 1050.50 315150.00 331065075.00 12.50 0.00 12.50
Geladak 2 2.00 150.00 1.00 0.00 300.00 1050.50 315150.00 331065075.00 12.50 0.00 12.50
Geladak 3 2.00 120.00 1.00 0.00 240.00 1050.50 252120.00 264852060.00 10.00 0.00 10.00
Geladak Antara
1 2.00 150.00 0.80 0.00 240.00 600.40 144096.00 86515238.40 6.40 0.00 6.40
68
Sudut
Tb. Thdp Momen Momen Momen Inersia Individu
Thdp
Lebar Tinggi Luas Total
Jml Sb.
No. Nama Bagian Base Luas Inersia
Horizontal Ix cos2 a Iy sin2 a Io
( cm ) ( cm ) (derajat) ( cm2 ) ( cm ) ( cm3 ) ( cm4 )
[ Ix = 1/12 x b x [ Iy = 1/12 x h x [ Ix cos2 a + Iy
[n] [b] [h] [a] [ AT ] [Z] [ AT x z ] [ AT x z2 ] h3 ] b3 ] sin2 a ]
Geladak Antara
2 2.00 150.00 0.80 0.00 240.00 600.40 144096.00 86515238.40 6.40 0.00 6.40
Geladak Antara
3 2.00 150.00 0.80 0.00 240.00 600.40 144096.00 86515238.40 6.40 0.00 6.40
Girder
1.00 Tengah 1.00 1.10 120.00 0.00 132.00 60.00 7920.00 475200.00 158400.00 0.00 158400.00
2.00 Samping 4.00 1.00 120.00 0.00 480.00 60.00 28800.00 1728000.00 144000.00 0.00 144000.00
Penumpu
1.00 Geladak Antara
Web 1.00 1.30 30.00 0.00 39.00 510.00 19890.00 10143900.00 2925.00 0.00 2925.00
Face 1.00 9.00 1.40 0.00 12.60 495.00 6237.00 3087315.00 2.06 0.00 2.06
2.00 Geladak
Web 2.00 0.90 30.00 0.00 54.00 835.00 45090.00 37650150.00 2025.00 0.00 2025.00
Face 2.00 9.00 0.90 0.00 16.20 8.25 133.65 1102.61 0.55 0.00 0.55
Pembujur
1.00 Alas
Web 10.00 1.30 30.00 0.00 390.00 15.00 5850.00 87750.00 2925.00 0.00 2925.00
Face 10.00 9.00 1.70 0.00 153.00 29.55 4521.15 133599.98 3.68 0.00 3.68
2.00 Alas Dalam
Web 10.00 1.00 20.00 0.00 200.00 110.00 22000.00 2420000.00 666.67 0.00 666.67
Face 10.00 9.00 1.40 0.00 126.00 100.70 12688.20 1277701.74 2.06 0.00 2.06
3.00 Sisi
Sisi 1
Web 2.00 25.00 0.90 0.00 45.00 200.00 9000.00 1800000.00 1.52 0.00 1.52
Face 2.00 1.40 9.00 0.00 25.20 204.50 5153.40 1053870.30 85.05 0.00 85.05
Sisi 2
Web 2.00 25.00 0.90 0.00 45.00 280.00 12600.00 3528000.00 1.52 0.00 1.52
69
Sudut
Tb. Thdp Momen Momen Momen Inersia Individu
Thdp
Lebar Tinggi Luas Total
Jml Sb.
No. Nama Bagian Base Luas Inersia
Horizontal Ix cos2 a Iy sin2 a Io
( cm ) ( cm ) (derajat) ( cm2 ) ( cm ) ( cm3 ) ( cm4 )
[ Ix = 1/12 x b x [ Iy = 1/12 x h x [ Ix cos2 a + Iy
[n] [b] [h] [a] [ AT ] [Z] [ AT x z ] [ AT x z2 ] h3 ] b3 ] sin2 a ]
Face 10.00 9.00 1.40 0.00 126.00 100.70 12688.20 1277701.74 2.06 0.00 2.06
3.00 Sisi
Sisi 1
Web 2.00 25.00 0.90 0.00 45.00 200.00 9000.00 1800000.00 1.52 0.00 1.52
Face 2.00 1.40 9.00 0.00 25.20 204.50 5153.40 1053870.30 85.05 0.00 85.05
Sisi 2
Web 2.00 25.00 0.90 0.00 45.00 280.00 12600.00 3528000.00 1.52 0.00 1.52
Face 2.00 1.40 9.00 0.00 25.20 284.50 7169.40 2039694.30 85.05 0.00 85.05
Sisi 3
Web 2.00 25.00 0.90 0.00 45.00 360.00 16200.00 5832000.00 1.52 0.00 1.52
Face 2.00 1.40 9.00 0.00 25.20 364.50 9185.40 3348078.30 85.05 0.00 85.05
Sisi 4 0.00
Web 2.00 25.00 0.90 0.00 45.00 440.00 19800.00 8712000.00 1.52 0.00 1.52
Face 2.00 1.40 9.00 0.00 25.20 444.50 11201.40 4979022.30 85.05 0.00 85.05
Sisi 5
Web 2.00 20.00 1.30 0.00 52.00 520.00 27040.00 14060800.00 3.66 0.00 3.66
Face 2.00 1.30 20.00 0.00 52.00 530.00 27560.00 14606800.00 866.67 0.00 866.67
Sisi 6
Web 2.00 20.00 1.30 0.00 52.00 600.00 31200.00 18720000.00 3.66 0.00 3.66
Face 2.00 1.30 20.00 0.00 52.00 610.00 31720.00 19349200.00 866.67 0.00 866.67
Sisi 7
Web 2.00 20.00 1.30 0.00 52.00 680.00 35360.00 24044800.00 3.66 0.00 3.66
Face 2.00 1.30 20.00 0.00 52.00 690.00 35880.00 24757200.00 866.67 0.00 866.67
70
Titik berat terhadap dasar (z1) = 349.667 [cm]
Titik berat terhadap deck (z2) = 430.333 [cm]
Ixx = 2368128256.812 [cm4]
INA = 1181418997.937 [cm4]
Modulus penampang terhadap bottom (Wbot) = 3378695.777 [cm3]
Modulus penampang terhadap deck (Wdeck) = 2745361.082 [cm3]
M ( x) . y
BE ( x, y ) = ............(5.31)
I NA
Dari persamaan diatas dapat penulis lihat bahwa, makin besar harga y akan
mengakibatkan semakin besarnya harga tegangan lengkung BE. Untuk suatu penampang kapal,
titik yang terletak di geladak dan di dasar akan memiliki harga y yang terbesar, dengan kata lain
BE di geladak dan di dasar merupakan tegangan lengkung yang maksimum.
Tegangan kondisi sagging hogging dapat diselesaikan dengan rumus seperti berikut
Apabila tegangan lengkung yang terjadi di geladak dan di dasar tidak melampaui
tegangan ijin yang telah ditentukan oleh Biro Klasifikasi, maka hal ini berarti bahwa konstruksi
kapal yang direncanakan memenuhi syarat kekuatan atau dapat dikatakan bahwa kapal tersebut
mampu menerima beban yang akan mengenainya dalam pelayarannya. Selain syarat diatas,
Biro Klasifikasi Indonesia juga memberikan persyaratan untuk modulus penampang minimum
dan momen inersia penampang minimum.
Jika setelah dihitung ternyata harga tegangan lengkung hasil perhitungan lebih besar
dari pada tegangan ijin, maka untuk mengurangi harga tegangan lengkung dapat dilakukan
71
dengan memperkecil momen lengkung yang terjadi (kalau mungkin), atau memperbesar
momen inersia terhadap sumbu netral INA.
VIII.6.3 Pengecekan Tegangan
Setelah tegangan, modulus dan momen inersia kapal didapatkan, maka tegangan kapal
yang didapat harus dibandingkan dengan tegangan ijin yang ditetapkan oleh BKI. Begitu juga
dengan modulus dan momen inersia dibandingkan dengan perhitungan dari BKI, jika nilainya
sudah melebihi maka kekuatan memanjang kapal dianggap memenuhi.
Longitudinal stress ( p ) yang diijinkan:
p = Cs. p0
Dimana: Cs = 1 ; untuk 0.3 ≤ x/L ≤ 0.7
p0 = 175 / k ; untuk L ≥ 90 m
Tegangan kondisi hogging dan sagging harus lebih kecil dari longitudinal stress yang diijinkan
tersebut baik untuk bottom dan deck.
Modulus minimal yang disyaratkan oleh BKI 2009 Vol. II Section 5.C.2 dirumuskan sebagai
berikut:
Modulus penampang terhadap deck dan bottom harus lebih besar dari modulus minimal yang
disyaratkan oleh BKI.
Momen inersia minimum pada midship yang disyaratkan oleh BKI 2009 Vol. II Section 5.C.3
dirumuskan sebagai berikut
Iy = 3 x 10-2 x W x L/k [m4]
Berikut ini adalah hasil rekapitulasi perhitungan Tegangan, Modulus, dan Momen Inersia.
Pengecekan Tegangan
1. Kondisi Hogging
Pada Kondisi Air Tenang (dianggap momen maximum di midship)
72
M'(x)swmax = 77905.03281 kN.m
= 794138968.5 kg.cm
73
Dimana : k= 1
L= 120
Co = 10,75 - [(300-L)/100]1.5 ; untuk 90 m < L < 300 m
= 10,75 - [(300-94.8)/100]^1.5
= 7.811
B= 15.6 m
Cb = 0.782
Sehingga,
Wmin = 1 x 8.335 x 94.8^2 x 15.6 x (0.782+0.7) x 10^-6
= 1.62282283 m3
= 1622822.833 cm3
Pengecekan Inersia
Iy = 3x10-2 x W x L/k m4
Dimana,
W= 1.62282283 m3
L= 94.8 m
k= 1
Sehingga,
Iy = 3x10^-2 x 1.62282283 x 04.8/1
= 4.615308138 m4
= 461530813.8 cm4
Dimana, Momen Inersia hasil dari Perhitungan adalah:
Ina = 1181418998 cm4
Inersia telah Memenuhi
74
3. Pengecekkan momen inersia memenuhi karena momen inersia hasil perhitungan >
momen inersia minimum.
Berdasarkan hasil pengecekkan tersebut, dapat disimpulkan bahwa perhitungan
kekuatan memanjang kapal MV BAHAGIA memenuhi persyaratan yang ditetapkan Biro
Klasifikasi Indonesia (BKI).
75
BAB IX
PENUTUP
• Desain Konstruksi Kapal ini merupakan kelanjutan dari tugas besar sebelumnya yaitu
Desain Kapal, perhitungan maupun General Arrangement dari Desain Kapal
dibutuhkan dalam perhitungan dan penggambaran pada Desain Konstruksi Kapal ini.
• Secara garis besar, pada Desain Konstruksi Kapal ini dibagi menjadi dua point yaitu
perhitungan dan penggambaran. Perhitungan yang dilakukan meliputi perhitungan
beban, perhitungan konstruksi, perhitungan berat kapal, perhitungan gaya angkat
maupun perhitungan kekuatan memanjang kapal.
• Pengerjaan Desain Konstruksi Kapal bertujuan untuk mendapatkan ukuran dan desain
konstruksi yang merupakan detail dari gambar rencana umum yang diperoleh dari
Desain Kapal, kemudian mengetahui besarnya beban yang bekerja pada bagian-bagian
kapal dan mengetahui apakah desain konstruksi yang telah dibuat sudah memenuhi
persyaratan Biro Klasifikasi atau tidak.
• Syarat Kekuatan memanjang suatu kapal telah memenuhi persyaratan Biro Klasifikasi
adalah jika tegangan hitung kurang dari tegangan yang diijinkan dan modulus dan
momen inersia hitung lebih dari modulus dan momen inersia minimal yang telah
disyaratkan oleh Biro Klasifikasi.
76
DAFTAR PUSTAKA
Biro Klasifikasi Indonesia. (2014).Volume II (Rule Construction of Hull for Sea Going
Steel Ship).Jakarta: Biro Klasifikasi Indonesia
Hugehes, O.F.(2010). “Ship Structural Analysis and Design”.New Jersey: Society of
Naval Architects and Marine Engineers.
Santosa, Budie. (2013). Diktat Kekuatan Kapal. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Biro Klasifikasi Indonesia. (2009). Rule Construction of Hull for Sea Going Steel Ship.
Jakarta, Indonesia.
Henryk, J., Tadensz, K., & Jan, S. (1996). Design of Marine Propellers (Selected
Problem). Poland: Polska Akademia Nauk, Institut Maszyn Przeplywowych.
Ing., J. D. (1957). Practical Shipbuilding b, Part I. Holland: The Technical Publishing
Company H. Stam Haarlem.
International Convention of Load Lines 1966 and Protocol 1998. IMO 2002. (n.d.).
International Convention of Tonnage Measurement 1969. (n.d.).
Lewis, E. (1980). Principle of Naval Architect, Volume II. The Society of Naval
Architect & Marine Engineers.
Parsons, M. G. (2001). Chapter 11 Parametric Design. Univ. of Michigan: Dept. of
Naval Architecture and Marine Engineering.
Robert Taggart, E. (1980). Ship Design and Construction. The Society of Naval
Architect & Marine Engineers.
Safety of Life at Sea (SOLAS) 1974/1978. (n.d.).
Schneekluth, H., & Bertram, V. (1998). Ship Design for Efficiency and
Economy.Oxford, UK: Butterworth Heinemann.
Soekarson, N. A. (1995). Sistem dan Perlengkapan Kapal.
Watson, D. G. (1998). Practical Ship Design Volume I. Oxford, Uk: Elsevier Science
Ltd.
77
78