1, Juli 2021
p-ISSN 2775-3832 ; e-ISSN 2775-7285
Halaman matriks.greenvest.co.id
Efektivitas Perpaduan Model Problem Based Learning Dan Matriks: Jurnal
Time Token Terhadap Berpikir Kritis Dan Komunikasi Sosial Dan Sains
Lisan Siswa Dalam Pembelajaran Daring Materi Perubahan
Lingkungan
Pendahuluan
Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak manusia sepanjang hayat. Setiap
manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun, di manapun berada.
Pendidikan sangat penting, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit
berkembang bahkan terbelakang. Melalui pendidikan seseorang akan mendapat
pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang dapat meningkatkan kualitas
dirinya dan yang berguna tidak hanya dirinya tetapi juga berhubungan dengan
perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan pikiran, perasaan, kemauan, sosial
sampai pada perkembangan iman (Romlah, 2017).
Dalam sistem pendidikan yang selama dilaksakan kegiatan belajar
mengajar secara langsung disekolah sehingga terjadi interaksi antara guru dan
siswa mulai dari penyampaian materi, kegiatan belajar, dan evaluasi. Namun
dengan adanya pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia mewajibkan
kegiatan belajar mengajar disekolah ditiadakan agar mengurangi penyebaran dan
penularan Covid-19. Sebagai gantinya pemerintah menyelenggarakan program
Belajar Dari Rumah (BDR). Melalui surat edaran Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan
dalam masa darurat penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) dilaksanakan
dengan cara belajar dari rumah yang diistilahkan dengan BDR. Pelaksanaan
Belajar Dari Rumah (BDR) bertujuan untuk memastikan pemenuhan hak peserta
didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat Covid-19. Selain itu
tujuan yang lain ialah melindungi warga satuan dari dampak buruk Covid-19 di
satuan pendidikan dan memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi
pendidik, peserta didik dan orang tua (Syah, 2020).
Pada saat pandemi Covid-19 seperti ini siswa dituntut untuk mengikuti
pembelajaran secara daring yang dirasa menyulitkan oleh beberapa siswa,
Siswa juga dituntut untuk mampu belajar sendiri dari rumah tanpa
didampingi guru secara langsung sehingga siswa harus memiliki kemandirian
dalam belajar. Kemandirian belajar merupakan suatu kesadaran diri untuk belajar
secara mandiri atau tidak bergantung kepada orang lain serta bertanggung jawab
untuk mencapai tujuan (Vilmala, 2019). Selain itu siswa dituntut untuk memiliki
keterampilan 4C yaitu Critical Thinking, Creativity, Communication Skill, dan
Collaborative. Dengan adanya kompetensi tersebut untuk mendukung siswa
berpikir kritis (Chritical thinking), harus di imbangi dengan komunikasi yang baik
dan benar secara lisan maupun tertulis. Peserta didik masih sering bingung ketika
akan mengutarakan pendapat atau jawabannya di lembar jawab yang berupa soal
uraian. Selain itu dengan adanya pembelajaran jarak jauh menggunakan whatsapp
group, peserta didik masih malu-malu ketika akan bertanya ataupun mengutarakan
pendapat-pendapatnya tersebut (Arifyani, 2021). Siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis dan komunikasi lisan yang baik akan selalu
mengemukakan pendapat dan aktif berkomunikasi saat pembelajaran daring
maupun pembelajaran tatap muka.
Berdasarkan hasil observasi sebelum penelitian dengan ibu Sukiyanti, S.Pd
selaku guru biologi kelas X di SMAN 1 Batangan Pati, pembelajaran yang
dilakukan selama pembelajaran daring yaitu guru memberikan tugas, dan meminta
siswa untuk menyimak penjelasan materi melalui video dan penjelasan guru
melalui google meet. Hasil belajar yang diperoleh kurang dari 75% atau sekitar
194 siswa dengan total siswa 288 kelas X pada pembelajaran biologi belum
memenuhi nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) kurang dari 70 pada nilai
semester. Hal tersebut menunjukan bahwa pembelajaran yang dilakukan belum
berjalan dengan baik dan belum dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Dalam kondisi sekarang ini menuntut guru untuk lebih kreatif dalam
merancang pembelajaran yang dapat dilakukan secara daring untuk
menumbuhkan kemandirian dan meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
Pembelajaran secara daring perlu dilakukan secara efektif tanpa membebani siswa
dengan berbagai tugas yang harus dikumpulkan (Syah, 2020). Salah satu model
yang dapat dikembangkan oleh guru dan berpusat pada siswa adalah model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Guru yang menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah harus senantiasa berupaya menciptakan kondisi
lingkungan belajar yang dapat membelajarkan siswa, dapat mendorong siswa
belajar, atau memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif
mengkontruksi konsep-konsep yang dipelajarinya. Kondisi belajar di mana siswa
hanya menerima materi dari guru, mencatat dan menghafalkan harus diubah
menjadi sharing pengetahuan secara aktif sehingga terjadi peningkatan
pemahaman, bukan hanya sebatas ingatan (Hendriana dkk., 2018).
Model PBL (Problem Based Learning) dapat dipadukan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Time Token. Time Token merupakan pembelajaran
yang mengajarkan keterampilan sosial untuk menghindari siswa dalam
mendominasi pembicaraan atau menghindarkan siswa diam selama berdiskusi.
Guru memberikan materi pembelajaran dan selanjutnya siswa bekerja dalam
kelompok masing-masing untuk memastikan semua anggota kelompok menguasai
materi pembelajaran yang telah diberikan. Kemudian, siswa mengerjakan tes atas
materi yang diberikan dan harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya
(Fanani Hanif & Pramukantoro J. A, 2013). Menurut (Santyasa dkk., 2019)
pembelajaran berbasis masalah selain membekali siswa dengan pengetahuan juga
dapat digunakan untuk meningkatkan pemecahan masalah, keterampilan berpikir
kritis, karena pembelajaran model ini bukan lagi sebuah transfer pengetahuan dari
guru kesiswa sehingga siswa “mengetahui” tetapi dengan model ini pembelajaran
akan berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan-kegiatan siswa.
Dalam kemampuan nonverbal peserta didik belum mampu melihat lawan
berbicara saat berkomunikasi, tidak menunjukan ekspresi muka yang merespon
lawan berkomunikasi, tidak di dukung oleh gerakan tangan yang sesuai dengan
kata-kata, serta tidak di dukung oleh penampilan fisik seperti kepercayaan diri
saat berbicara. Hal - hal tersebut lah yang merupakan kendala yang dapat
menghambat kemampuan dari seorang peserta didik dalam memaksimalkan
kemampuannya. Model pembelajaran Time Token dapat meningkatkan
kemampuan berkomunikasi di SMA N 1 Batangan Pati pada mata pelajaran
biologi dikarenakan model pembelajaran Time Token sesuai dengan karakteristik
peserta didik dan tujuan pembelajaran mata pelajaran biologi. Model
pembelajaran Time Token dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi
terutama mampu mengembangkan, aktif dalam bertanya, menghargai pendapat
orang lain, mampu menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok,
sehingga peserta didik memberikan kontribusi saat proses pembelajaran. Model
pembelajaran ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah
Halaman matriks.greenvest.co.id
Efektivitas Perpaduan Model Problem Based Learning Dan Matriks: Jurnal
Time Token Terhadap Berpikir Kritis Dan Komunikasi Sosial Dan Sains
Lisan Siswa Dalam Pembelajaran Daring Materi Perubahan
Lingkungan
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode True-Experimental Design
dengan desain penelitian Posttest Only Control Design, dengan memberikan
langsung posttest tanpa prestest atau memberikan soal berpikir kritis kepada siswa
dan penliaian komunikasi lisan menggunakan angket yang berisi indikator
komunikasi lisan siswa. Teknik analisis pada penelitian ini adalah Uji Validasi,
Uji Normalitas, Uji Homogenitas, Uji Reliabilitas, Uji Deskrisptif Statistik dan
Uji Independent Sample T-test (Uji T) (Sugiyono, 2013).
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap penggunaan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Time Token terhadap
berpikir kritis siswa yang diuji cobakan pada kelas X MIPA 4 dan X MIPA 5.
Adanya perbedaan yang signifikan dapat dilihat dari persentase uji deskriptif
statistik pada kelas kontrol sebesar 69,11% dan kelas eksperimen sebesar
74,72% yang didukung oleh hasil perhitungan uji Independent Sample T-Test
yang menunjukan Sig. 2-Tailed 0,013 < dari taraf signifikasi uji Independent
Sample T-Test yaitu 0,050, jadi dapat disimpulkan terdapat perbedaan berpikir
kritis siswa yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol,
sehingga perpaduan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan
Time Token berpengaruh cukup efektif terhadap berpikir kritis siswa kelas X
SMA N 1 Batangan Pati.
2. Besarnya nilai rata-rata hasil keterampilan komunikasi lisan siswa pada kelas
eksperimen adalah 92,2 dan pada kelas kontrol adalah 74,4 didukung dengan
uji Independent Sample T-test dengan Sig-2 Tailed 0,000 yang lebih kecil
dibanding taraf signifikasi yaitu 0,05, data tersebut menunjukan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kelas yang diberi perlakuan yaitu
kelas eksperimen dan kelas yang tidak diberi perlakuan yaitu kelas kontrol,
maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan keterampilan komunikasi lisan
siswa yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, sehingga
perpaduan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dan Time
Token berpengaruh cukup efektif terhadap keterampilan komunikasi lisan
siswa kelas X SMA N 1 Batangan Pati
Bibliography
Arifyani, A. L. A. (2021). Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Berpikir
Kritis Siswa Kelas 3 Tema 6 Subtema 2 Melalui Model PBL di SDI Al Umar
Ngargosoka . Pendidikan Dasar, 1(3), 136–143.
Hendriana, H., Johanto, T., & Sumarmo, U. (2018). THE ROLE OF PROBLEM-
BASED LEARNING TO IMPROVE STUDENTS’ MATHEMATICAL
PROBLEM-SOLVING ABILITY AND SELF CONFIDENCE. Journal on
Mathematics Education, 9(2), 291–300.
https://doi.org/10.22342/jme.9.2.5394.291-300
Halaman matriks.greenvest.co.id
Efektivitas Perpaduan Model Problem Based Learning Dan Matriks: Jurnal
Time Token Terhadap Berpikir Kritis Dan Komunikasi Sosial Dan Sains
Lisan Siswa Dalam Pembelajaran Daring Materi Perubahan
Lingkungan