Anda di halaman 1dari 4

Skor

No Kunci Jawaban Indikator/Kriteria Penilaian


Maksimal
4 E - Jawaban benar 3
- Jawaban salah 0
5 B - Jawaban benar 3
- Jawaban salah 0
6 A - Jawaban benar 3
- Jawaban salah 0

Jumlah 30

Pedoman Penilaian :

Nilai = Jumlah skor perolehan x 100


Jumlah skor total

c. Bahan Bacaan Guru dan Peserta Didik

MENENTUKAN KOMODITAS TANAMAN PERKEBUNAN

Penentuan komoditi tanaman perkebunan yang akan diusahakan, merupakan


pertimbangan awal dalam merencanakan suatu usaha. Setelah komoditas tanaman ditentukan,
maka seluruh proses mengacu pada komoditi tanaman yang akan diusahakan. Ruang lingkup
materi meliputi:
• Mengidentifikasi kesesuaian persyaratan teknis
• Mengidentifikasi kelayakan ekonomis
• Mengidentifikasi kelayakan sosial/hukum
• Pemilihan tanaman yang akan diusahakan
1. Aspek teknis, yang menganalisis unsur teknologi dan cara (prosedur) suatu usaha
dilaksanakan. Misalnya, secara taknis suatu usaha dapat dilakukan oleh pelaku karena
telah tersedianya dan dikuasainya teknologi yang diperlukan.
2. Aspek ekonomi, yang menganalisis unsur keuangan dan perekonomian serta perdagangan.
Orientasi analisis ekonomi yaitu keuntungan finansial yang akan diperoleh suatu usaha.
3. Aspek sosial budaya, yang membahas unsur adat istiadat, sosial dan budaya masyarakat
yang langsung maupun tidak langsung terkait dengan suatu usaha. Misalnya suatu usaha
tidak bertentangan dengan adat istiadat dan sosia-budaya masyarakat. Aspek-aspek teknis
yang harus diperhatikan dan dikaji dalam kegiatan agribisnis perkebunan antara lain:
1. Lokasi Usaha
Lokasi usaha merupakan salah satu faktor terpenting dalam setiap usaha, terutama
jika menyangkut usaha di bidang pertanian. Oleh karena itu faktor lokasi harus
dipertimbangkan dan dilakukan pengkajian agar dapat ditentukan apakah suatu lokasi
yang akan dijadikan tempat usaha tersebut dapat dikatakan layak digunakan. Dalam
banyak hal justru faktor ini (terutama jika menyangkut lahan yang luas misalnya untuk
perkebun an atau industri) sering kali menghambat karena menyangkut berbagai aspek

Modul Ajar Fase F Agribisnis Tanaman Perkebunan 42


permasalahan. Ketersediaan lahan untuk di Jawa dan di kawasan perkotaan relative
lebih sulit di bandingkan di luar Jawa sehingga usaha perkebunan yang membutuhkan
lokasi yang relatif luas cenderung dilakukan di luar Jawa.
Lokasi merupakan tempat melayani pelanggan. Dengan demikian, maka perlu
dicari lokasi yang tepat sebagai tempat usaha, karena akan memberikan keuntungan
sebagai berikut:
a. Pelayanan yang diberikan kepadapelanggan dapat lebih memuas kan
b. Kemudahan dalam memperoleh tenaga kerja yang diinginkan, baik jumlah dan
kualitasnya
c. Kemudahan dalam memperoleh bahan baku atau bahan penolong dalam jumlah yang
diinginkan secara terus-menerus
d. Kemudahan untuk memperluas lokasi usaha karena biasanya sudah diperhitungkan
untuk usaha perluasan lokasi sewaktu-waktu
e. Memiliki nilai atau harga ekonomi yang lebih tinggi di masa yang akan datang
f. Meminimalkan terjadinya konflik, terutama dengan masyarakat dan pemerintah
setempat

Salah satu faktor penting yang tidak boleh dilupakan karena sering menjadi penghambat
adalah kondisi setempat di antaranya seperti :
1. Iklim
Agribisnis tanaman perkebunan, iklim adalah unsur yang tidak dapat dipengaruhi
artinya dengan jalan bagaimanapun tak dapat diubah sekehendak manusia. Karena
adanya ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam tentang hal iklim, maka pengusaha
perkebunan harus dapat mempergunakan sumberdaya lokal sebaik mungkin. Karena
iklim sangat berpengaruh pada pemilihan kultur, produktivitas hasil tanaman, dan
pelaksanaan panen hasil pertanian/perkebunan.
Hal-hal yang perlu diinventarisasi dan dikaji antara lain:
a. Suhu udara (khususnya suhu maksimum, minimum, rata-rata per hari, bulan, tahun
dan 10 tahun).
Contoh : persyaratan suhu udara rata-rata 17-21 o C, untuk kopi arabika, dan
Suhu udara rata-rata 21-24 o C, untuk robusta. Suhu optimal untuk persayaratan
tanaman karet berkisar antara 250C sampai 350C, untuk per kebunan tanaman kelapa
sawit komersial dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 24-28 o C, sedangkan
suhu ideal bagi pertumbuhan kakao adalah 30o-32 o C (maksimum) dan 18 o -21 o C
(minimum). Suhu lebih rendah dari 100 o C akan mengakibatkan gugur daun dan
mengeringnya bunga.
b. Kelembaban (khususnya kelembaban maksimum, minimum, rata-rata perhari, bulan,
tahun dan 10 tahun).
Contoh persyaratan kelembapan udara tanaman kelapa sawit berkisar 80%.
Penyinaran mata hari (khususnya penyinaran rata-rata setahun, 10 tahun). Contoh
untuk kelapa sawit, panjang penyinaran yang diperlukan 5-12 jam/hari. Untuk
fotosintesis tanaman kakao maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada
tajuk sebesar 20% dari pencahayaan penuh.

Modul Ajar Fase F Agribisnis Tanaman Perkebunan 43


c. Curah hujan (khususnya curah hujan bulanan, tahunan, kondisi ekstrim).
Contoh untuk tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500
mm sampai 4.000mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150
HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan
berkurang. Untuk kebutuhan tanaman kelapa sawit curah hujannya sekitar 2000 mm
per tahun yang merata sepanjang tahun tanpa adanya bulan kering yang nyata.

MENGOLAH TANAH
Pengolahan tanah untuk budidaya tanaman sayuran pada prinsipnya adalah untuk
menciptakan kondisi tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman dan tanah siap ditanami.
Pengolahan tanah untuk budidaya tanaman sayuran memiliki beberapa tujuan, antara lain :
- Memberantas gulma
- Menciptakan struktur tanah yang gembur
- Memperbaiki system pertukaran udara di dalam tanah
- Memperbaiki system drainase tanah
Kegiatan pengolahan tanah dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, tanah dipotong-
potong menjadi bongkahan kemudian dibalik agar sisa tanaman dan gulma di permukaan
tanah terbenam dan membusuk. Pengolahan ini biasanya dilakukan dengan cangkul atau
bajak. Tahap kedua, bongkahan tanah dihancurkan sehingga sisa-sisa akar tanaman ikut
hancur dan dihasilkan tanah berstruktur gembur.
Kedalaman pengolahan tanah pada umumnya 15-20 cm. Hal ini disebabkan karena
pertumbuhan dan perkembangan system perakaran pada tanaman sayuran pada umumnya
terbatas pada kedalaman tersebut.

Teknik Pengolahan Tanah


Menurut Arsyad (1979) pengolahan tanah adalah merupakan suatu usaha manipulasi mekanik
terhadap tanah agar tercipta suatu keadaan yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Sedangkan
menurut Sinukaban dan Rahman (1982) tujuan pengolahan tanah dapat mencakup berbagai
aspek, antara lain :
a. Memperbaiki kondisi fisik tanah dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman
melalui:
1) menciptakan keseimbangan air dan udara dalam tanah yang mana kondisi ini sangat
diperlukan bagi perkecambahan bibit.
2) menyiapkan kondisi yang baik untuk pertumbuhan bibit dan perkembangan akar
melalui terciptanya struktur tanah remah dan
3) merubah struktur tanah agar mempunyai kapasitas menahan air dan infiltrasi yang
ideal sehingga air dapat dengan mudah masuk ke dalam tanah, mudah tersedia bagi
tanaman, serta tidak bergerak dalam profil tanah dengan kecepatan yang tinggi yang
dapat meningkatkan pencucian hara
b. Memberantas dan membongkar tanaman pengganggu (gulma)

Modul Ajar Fase F Agribisnis Tanaman Perkebunan 44


c. Membenamkan sisa-sisa tanaman (bahan organik)
d. Dapat pula pengolahan dilakukan sekaligus untuk membenamkan pupuk-pupuk dan
pengapuran ke dalam tanah.

Agregat-agregat berukuran relatif kecil akibat pengolahan tanah sangat menunjang


perkembangan akar-akar halus (rambut-rambut akar) terutama pada saat-saat awal
pertumbuhan tanaman. Akar-akar yang halus akan mengalami kesulitan untuk menembus
struktur tanah yang padat.

Dalam pengolahan tanah secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam sistem pengolahan
tradisional/konvensional, pengolahan tanah minimum (minimum tillage), dan tanpa olah tanah
(zero tillage).
a. Pengolahan tanah tradisional/konvensional (maximum tillage)
Yang dimaksud pengolahan tanah tradisional adalah sistem pengolahan tanah yang
dilakukan pada seluruh permukaan tanah pertanian secara intensif sebelum ditanami,
sehingga seluruh permukaan lahan tersebut mempunyai agregat-agregat yang berukuran
kecil sampai sangat kecil.
Pengolahan cara demikian memerlukan banyak waktu, tenaga, dan biaya. Selain itu
pengolahan ini akan merangsang atau mempermudah terjadinya erosi dan meningkatkan
aliran permukaan serta dalam jangka panjang akan menurunkan porositas atau
memadatkan tanah.
Beberapa penelitian menyatakan penerapan sistem pengolahan tanah ini dapat
meningkatkan produksi tanaman budidaya tetapi beberapa menyatakan pengaruh yang
tidak nyata dan bahkan ada penelitian yang menunjukkan pengolahan tanah sistem ini
justru menurunkan produksi tanaman dibandingkan sistem lainnya.
b. Pengolahan tanah minimum (minimum tillage)
Sistem ini sebenarnya dimaksudkan untuk mengurangi ketidakefisienan dan efek
sampingan yang meragukan pada sistem pengolahan tanah tradisional melalui
pengolahan tanah seperlunya saja sesuai yang diperlukan tanaman, jadi tidak perlu
seluruh permukaan lahan pertanian tersebut diolah.
Pengolahan hanya dilakukan pada baris-baris yang akan ditanami saja agar tercipta
keadaan tanah yang sesuai untuk perkembangan perakaran tanaman. Pengolahan tanah
minimum ini dapat merupakan salah satu pilihan untuk menekan kerusakan tanah serta
menghemat waktu, tenaga dan biaya tetapi masih tetap memperhatikan syarat untuk
pertumbuhan tanaman.
c. Tanpa pengolahan tanah (Zero tillage)
Sistem ini merupakan penanaman langsung tanpa didahului dengan pengolahan
tanah. Sistem ini terutama banyak diterapkan pada daerah-daerah dengan lahan pertanian
luas dengan ketersediaan tenaga kerja yang rendah. Alasan lain adalah untuk menghemat
waktu dan mengurangi erosi terutama pada tanah-tanah yang peka terhadap erosi. Karena
tanpa pengolahan tanah maka pemberantasan tanaman pengganggu (gulma)dilakukan
melalui cara kimia yaitu dengan menggunakan herbisida. Penggunaan bahan-bahan kimia
tersebut akhir-akhir ini cenderung untuk dihindari atau dikurangi karena dapat
menurunkan kualitas lingkungan.

Modul Ajar Fase F Agribisnis Tanaman Perkebunan 45

Anda mungkin juga menyukai