Jumlah 30
Pedoman Penilaian :
Salah satu faktor penting yang tidak boleh dilupakan karena sering menjadi penghambat
adalah kondisi setempat di antaranya seperti :
1. Iklim
Agribisnis tanaman perkebunan, iklim adalah unsur yang tidak dapat dipengaruhi
artinya dengan jalan bagaimanapun tak dapat diubah sekehendak manusia. Karena
adanya ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam tentang hal iklim, maka pengusaha
perkebunan harus dapat mempergunakan sumberdaya lokal sebaik mungkin. Karena
iklim sangat berpengaruh pada pemilihan kultur, produktivitas hasil tanaman, dan
pelaksanaan panen hasil pertanian/perkebunan.
Hal-hal yang perlu diinventarisasi dan dikaji antara lain:
a. Suhu udara (khususnya suhu maksimum, minimum, rata-rata per hari, bulan, tahun
dan 10 tahun).
Contoh : persyaratan suhu udara rata-rata 17-21 o C, untuk kopi arabika, dan
Suhu udara rata-rata 21-24 o C, untuk robusta. Suhu optimal untuk persayaratan
tanaman karet berkisar antara 250C sampai 350C, untuk per kebunan tanaman kelapa
sawit komersial dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 24-28 o C, sedangkan
suhu ideal bagi pertumbuhan kakao adalah 30o-32 o C (maksimum) dan 18 o -21 o C
(minimum). Suhu lebih rendah dari 100 o C akan mengakibatkan gugur daun dan
mengeringnya bunga.
b. Kelembaban (khususnya kelembaban maksimum, minimum, rata-rata perhari, bulan,
tahun dan 10 tahun).
Contoh persyaratan kelembapan udara tanaman kelapa sawit berkisar 80%.
Penyinaran mata hari (khususnya penyinaran rata-rata setahun, 10 tahun). Contoh
untuk kelapa sawit, panjang penyinaran yang diperlukan 5-12 jam/hari. Untuk
fotosintesis tanaman kakao maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada
tajuk sebesar 20% dari pencahayaan penuh.
MENGOLAH TANAH
Pengolahan tanah untuk budidaya tanaman sayuran pada prinsipnya adalah untuk
menciptakan kondisi tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman dan tanah siap ditanami.
Pengolahan tanah untuk budidaya tanaman sayuran memiliki beberapa tujuan, antara lain :
- Memberantas gulma
- Menciptakan struktur tanah yang gembur
- Memperbaiki system pertukaran udara di dalam tanah
- Memperbaiki system drainase tanah
Kegiatan pengolahan tanah dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, tanah dipotong-
potong menjadi bongkahan kemudian dibalik agar sisa tanaman dan gulma di permukaan
tanah terbenam dan membusuk. Pengolahan ini biasanya dilakukan dengan cangkul atau
bajak. Tahap kedua, bongkahan tanah dihancurkan sehingga sisa-sisa akar tanaman ikut
hancur dan dihasilkan tanah berstruktur gembur.
Kedalaman pengolahan tanah pada umumnya 15-20 cm. Hal ini disebabkan karena
pertumbuhan dan perkembangan system perakaran pada tanaman sayuran pada umumnya
terbatas pada kedalaman tersebut.
Dalam pengolahan tanah secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam sistem pengolahan
tradisional/konvensional, pengolahan tanah minimum (minimum tillage), dan tanpa olah tanah
(zero tillage).
a. Pengolahan tanah tradisional/konvensional (maximum tillage)
Yang dimaksud pengolahan tanah tradisional adalah sistem pengolahan tanah yang
dilakukan pada seluruh permukaan tanah pertanian secara intensif sebelum ditanami,
sehingga seluruh permukaan lahan tersebut mempunyai agregat-agregat yang berukuran
kecil sampai sangat kecil.
Pengolahan cara demikian memerlukan banyak waktu, tenaga, dan biaya. Selain itu
pengolahan ini akan merangsang atau mempermudah terjadinya erosi dan meningkatkan
aliran permukaan serta dalam jangka panjang akan menurunkan porositas atau
memadatkan tanah.
Beberapa penelitian menyatakan penerapan sistem pengolahan tanah ini dapat
meningkatkan produksi tanaman budidaya tetapi beberapa menyatakan pengaruh yang
tidak nyata dan bahkan ada penelitian yang menunjukkan pengolahan tanah sistem ini
justru menurunkan produksi tanaman dibandingkan sistem lainnya.
b. Pengolahan tanah minimum (minimum tillage)
Sistem ini sebenarnya dimaksudkan untuk mengurangi ketidakefisienan dan efek
sampingan yang meragukan pada sistem pengolahan tanah tradisional melalui
pengolahan tanah seperlunya saja sesuai yang diperlukan tanaman, jadi tidak perlu
seluruh permukaan lahan pertanian tersebut diolah.
Pengolahan hanya dilakukan pada baris-baris yang akan ditanami saja agar tercipta
keadaan tanah yang sesuai untuk perkembangan perakaran tanaman. Pengolahan tanah
minimum ini dapat merupakan salah satu pilihan untuk menekan kerusakan tanah serta
menghemat waktu, tenaga dan biaya tetapi masih tetap memperhatikan syarat untuk
pertumbuhan tanaman.
c. Tanpa pengolahan tanah (Zero tillage)
Sistem ini merupakan penanaman langsung tanpa didahului dengan pengolahan
tanah. Sistem ini terutama banyak diterapkan pada daerah-daerah dengan lahan pertanian
luas dengan ketersediaan tenaga kerja yang rendah. Alasan lain adalah untuk menghemat
waktu dan mengurangi erosi terutama pada tanah-tanah yang peka terhadap erosi. Karena
tanpa pengolahan tanah maka pemberantasan tanaman pengganggu (gulma)dilakukan
melalui cara kimia yaitu dengan menggunakan herbisida. Penggunaan bahan-bahan kimia
tersebut akhir-akhir ini cenderung untuk dihindari atau dikurangi karena dapat
menurunkan kualitas lingkungan.